PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SAFITRI, 825142021, [email protected]
ABSTRAK
Safitri, 2017. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus dan Keterampilan Anak melalui Teknik Mozaik dengan Berbagai Media pada Tema Binatang Kelompok B KB. Mutiara Harapan Desa Pabuaran Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2017/2018
Penelitian ini dilakukan di KB. Mutiara Harapan Pabuaran tahun pelajaran 2017/2018, dengan subjek penelitian anak kelompok B yang berjumlah 13 anak.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan melalui2 siklus, dengan menerapkan teknik mozaik dengan berbagai media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik mozaik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dan keterampilan anak. Peningkatan anak yang masuk kategori sudah mampu dari 2 anak (15%) pada prasiklus naik menjadi 6 anak (46%) pada siklus I dan siklus II naik menjadi 11 anak (85%). Anak yang cukup mampu mengalami kenaikan dari 3 anak (23%) pada prasiklus menjadi 2 anak (15%) pada siklus I dan siklus II menurun menjadi 0 anak (0%) sedangkan anak yang kurang mampu turun dari 8 anak (62%) pada prasiklus menjadi 5 anak (39%) pada siklus I dan siklus II turun menjadi 2 anak (15%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan teknik mozaik dengan berbagai media dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dan keterampilan anak kelompok B KB. Mutiara Harapan Pabuaran.
Kata kunci : motorik halus, kreativitas, mozaik
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar di sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi penciri masa usia dini adalah The Golden Ages atau periode keemasan. Banyak
1
konsep dan fakta yang ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan pada masa usia dini, dimana semua potensi anak berkembang paling cepat. Oleh karena itu peran serta pemerintah maupun orang tua dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dibutuhkan, supaya anak bisa berkembang, cerdas, serta dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Hal ini merupakan pentingnya pendidikan untuk anak usia dini.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan. Untuk mengoptimalkan kemampuan anak, seseorang perlu memberikan rangsangan terhadap aspek-aspek perkembangannya termasuk perkembangan keterampilan motoriknya. Masa pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini harus dipantau secara terus menerus dan holistik agar dapat diketahui kesiapan dan kematangannya, baik yang berhubungan dengan kemampuan dasar maupun perkembangan pembiasaan yang akan membentuk pribadi.
Aspek-aspek pekembangan anak usia dini yang dikembangkan di PAUD meliputi perkembangan nilai agama dan moral, kognitif, bahasa, fisik motorik, dan sosial emosional (Trianto, 2011:15-19). Menurut Gunarti, dkk. (2010:2.14) perkembangan fisik memiliki peran yang sangat penting bagi anak karena perkembangan fisik seorang anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Perkembangan fisik dan motorik tidak dapat dipisahkan karena saling mendukung satu sama lain.
Kemampuan dasar anak usia 4-6 tahun mencakup kemampuan dasar fisik motorik, bahasa, dan kognitif. Kemampuan dasar anak ini harus dikembangkan karena menjadi aspek yang penting dalam perkembangan anak. Fisik motorik menempati urutan pertama dalam perkembangan anak, karena dari semua keterampilan yang dimiliki anak berhubungan dengan fisik motorik. Pentingnya fisik motorik dalam kehidupan sehari-hari anak tergambar dari aktivitas yang dilakukan anak, misalnya anak yang berbicara pun biasanya juga menggunakan gerakan yang mendukung dari apa yang dibicarakan. Keterampilan motorik berkoordinasi dengan
otak. Belajar motorik merupakan dasar bagi belajar berpikir (Piaget dalam Winkel, 1999: 72). Ia menegaskan bahwa mengamati objek-objek dengan disertai memegang serta menangani benda dapat mendasari perkembangan berpikir. Keterampilan motorik berperan dalam aspek perkembangan fisiologis, aspek perkembangan kognitif dan aspek perkembangan sosial emosional anak (Sujiono, Sumantri, dan Chandrawati, 2007: 1.5-1.7). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perkembangan motorik merupakan dasar bagi perkembangan aspek perkembangan lainnya. Apabila perkembangan motorik terhambat, maka akan berpengaruh terhadap perkembangan aspek yang lain. Begitu pentingnya peran keterampilan motorik anak maka keterampilan motorik anak perlu ditingkatkan baik itu motorik kasar maupun motorik halus.
Pentingnya pengembangan motorik halus pada anak usia dini, yaitu untuk menghindari kegagalan dan mengoptimalkan dalam proses pengembangan potensi kreatif yang dimiliki anak, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan kondisi yang nyaman dan menyenangkan. Selain itu melalui pengembangan kreatifitas dapat melatih kemampuan motorik halus anak, serta mengembangkan kreatifitas dapat melatih kemampuan motorik halus anak, serta mengembangkan kecerdasan belahan otak kanan akan menjadi seimbang.
Kemampuan motorik halus setiap anak berbeda-beda dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulai yang didapatkannya. Lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.
Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di KB. Mutiara Harapan kelompok B, yaitu dari 13 anak yang kemampuan motorik halusnya sangat mampu hanya 2 anak atau 15% yang tergolong mampu 3 anak atau 23% dan yang belum mampu 8 atau 62%. Keterampilan anak juga terlihat masih sangat rendah dari hasil pengamatan selama pembelajaran dari 13 anak hanya 3 anak atau 23% yang terampil 2 anak
cukup terampil, sedangkan sisanya 8 anak atau 62% kurang terampil. Anak-anak mengalami kesulitan dalam menggerakkan koordinasi tangan dan mata khususnya dalam kegiatan menempel (mozaik) benda-benda kecil, anak masih banyak meminta bantuan guru. Ketika pembelajaran mozaik masih ada anak-anak yang menempel tidak sesuai pola gambar. Terdapat beberapa faktor yang yang menyebabkan kurangnya perkembangan kemampuan motorik halus anak di kelas antara lain kondisi kelas yang kurang kondusif, kegiatan pembelajaran yang digunakan guru monoton dan motivasi yang diberikan guru kepada anak dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus juga belum maksimal
Mengatasi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran di kelas ini, maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dilakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar dalam kelas, sebaiknya pada saat kegiatan pembelajaran di kelas guru melakukan kegiatan yang menyenangkan, mengajak anak aktif dalam pembelajaran di kelas, serta penggunaan media yang lebih menarik perhatian anak.
Peneliti memilih kegiatan mozaik dengan berbagai media yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.. Di dalam kegiatan mozaik anak akan berlatih mengembangkan keterampilannya dan melatih motorik halusnya dengan mengkoordinasikan jari tangan dan mata. Bahan yang digunakan juga bervariasi yaitu menggunakan kertas warna-warni yang dipotong kecil-kecil dan biji-bijian agar anak lebih tertarik dengan kegiatan mozaik. Setelah menggunakan teknik mozaik diharapkan anak-anak dapat menjimpit dengan benar serta menempel dengan tepat pada pola gambar.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Apakah teknik mozaik dengan berbagai media dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak kelompok B KB. Mutiara Harapan Desa Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang? 2) Apakah teknik mozaik dengan berbagai media dapat meningkatkan keterampilan anak kelompok B KB. Mutiara Harapan Desa Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang?
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan fisik motorik halus dan keterampilan anak menggunakan teknik mozaik dengan
berbagai media di kelompok B KB. Mutiara Harapan Desa Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Sedangkan manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah : 1) Bagi Anak Didik, mendapat pengalaman langsung cara meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan mosaik dan melatih jari-jari tangan agar lebih terampil 2) Bagi Guru, menambah pengalaman mengajar terutama dalam meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan mozaik.
3) Bagi Sekolah, sebagai referensi model pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan motorik pada anak didik sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada sekolah.
KAJIAN PUSTAKA
Kemampuan Motorik Halus
Menurut Saputra (dalam Arifah, 2014:9) pengertian motorik halus adalah kemampuan anak dalam beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus seperti menggenggam, menulis, menggambar, meremas, menyusun balok dan memasukkan kelereng. Susanto (dalam Arifah, 2014:11) menegaskan bahwa disebut gerakan motorik halus, jika hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil, gerakan ini tidak membutuhkan tenaga yang besar namun membutuhkan kecermatan. Contoh gerakan motorik halus, yaitu gerakan mengambil sesuatu benda dengan hanya menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, memasukkan benda kecil ke dalam lubang, menempel dan menggunting, menggambar, mewarnai, menulis, menghapus, dan merobek kertas kecil-kecil, meremas busa dan lain-lain.
Zulkifli L. (2005: 31) menyatakan bahwa motorik halus adalah aktivitas yang menggunakan gerak otot-otot kecil, seperti menggerakkan jari-jari tangan.
Perkembangan otot kecil, kadang-kadang disebut aktivitas motor halus, mengacu pada gerakan-gerakan yang memerlukan ketepatan dan ketangkasan, misalnya mengancingkan baju atau menutup risleting celana. Unsur yang menentukan gerakan motorik halus yaitu otot, saraf, dan otak. Gerakan motorik halus hanya meletakkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Perkembangan otot besar, atau aktivitas motor kasar, termasuk gerakan-gerakan seperti berjalan dan berlari.
Susanto dalam Indraswari (2012), menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot- otot kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga. Gerakan motorik halus memerlukan koordinasi cermat yaitu antara mata dan tangan. Semakin baik gerakan motorik halus, maka dapat membuat anak lebih berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Anak-anak memiliki kematangan motorik halus yang berbeda-beda sehingga perkembangan motorik halusnya juga berbeda
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak untuk melakukan aktivitas yang menggunakan otot- otot halus seperti jari-jemari dan tangan serta membutuhkan koordinasi mata dan tangan. Aktivitas motorik halus contohnya menggenggam, menempel, menggambar, mewarnai, menggunting dan lain-lain.
Perkembangan motorik sangat penting dalam perkembangan keterampilan anak secara keseluruhan. Perkembangan motorik anak dibagi jadi dua komponen, yaitu motorik halus dan motorik kasar. Perkembangan keterampilan motorik dalam penelitian ini adalah motorik halus. Menurut Nuraeni (1997: 26) latihan motorik halus pada anak adalah latihan menggerakkan otot-otot jari-jari tangan untuk beraktivitas dengan koordinasi mata di saat mengambil dan memindahkan suatu benda. Pada dasarnya perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak
Menurut Arifah (2014:13) ruang lingkup motorik halus meliputi melempar dan menangkap bola, mengambil benda kecil, menyusun beberapa balok, memakai baju dan melepas baju, memakai dan melepas sepatu, menggunting, melipat kertas, meronce, menggambar garis, menuangkan air, menempel dan meremas kertas.
Pembelajaran motorik halus di sekolah merupakan pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil serta koordinasi antara mata dan tangan. Saraf motorik halus bisa dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang dilakukan secara rutin dan terus-menerus diantaranya bermain puzzle, menyusun balok, memasukkan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya,
membuat garis, melipat kertas, serta menulis dengan huruf dan bentuk tulisan yang benar (Decaprio, 2013:20).
Pada dasarnya, setiap kegiatan yang dilakukan oleh anak melibatkan koordinasi mata dan tangan, termasuk gerakan motorik kasar dan halus. Semakin banyak gerakan yang dilakukan oleh anak, semakin banyak juga koordinasi yang diperlukannya. Oleh karena itu, diperlukan banyak kegiatan yang menunjang motorik kasar dan halus anak usia dini.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup motorik halus meliputi meremas kertas, memakai dan membuka pakaian sendiri, menempel, mengerjakan puzzle, menjahit sederhana, mengancingkan kancing baju, melipat kertas, meronce, merobek kertas, mozaik, mewarnai, melempar dan menangkap bola, menggunting, dan menyusun balok.
Perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan saraf yang jauh lebih kecil atau detail. Kelompok otot dan saraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus, seperti meremas kertas, menyobek, menggambar dan lain sebagainya. Terdapat dua dimensi dalam perkembangan motorik halus anak yaitu : 1) Kemampuan memegang dan memanifulasi benda-benda dan 2) Kemampuan dalam koordinasi mata dan tangan.
Hurlock (Ahmad Hadi, 1999: 25) menyatakan bahwa fungsi kemampuan motorik halus dalam empat kategori, yaitu: keterampilan bantu diri (makan, minum dan lain- lain), keterampilan bantu sosial (menyapu, mengepel), keterampilan bermain dan keterampilan sekolah meliputi pekerjaan yang melibatkan keterampilan motorik seperti menulis, menggambar, menggunting, dan sebagainya. Winkel (Ahmad Hadi, 1999: 26) mengemukakan fungsi kemampuan motorik halus adalah (a) proses belajar mengajar terutama proses belajar yang menghasilkan keterampilan motorik, antara lain kecepatan menulis, memotong, membuat garis, dan sebagainya, (b) membantu dalam proses belajar tertentu seperti koordinasi gerak dalam pelajaran keterampilan dan pendidikan jasmani.
Sujiono (dalam Arifah, 2014: 13-14) menegaskan bahwa fungsi pengembangan motorik halus di Taman Kanak-kanak adalah sebagai berikut: 1) Melatih ketelitian dan kerapian. 2) Mengembangkan fantasi dan kreativitas. 3) Memupuk pengamatan,
pendengaran dan daya pikir. 4) Melatih motorik halus anak. 5) Mengembangkan imajinasi anak. 6) Mengenalkan cara mengekspresikan diri melalui ciptaannya dengan menggunakan teknik yang telah dikuasai. 7) Melatih kerjasama dan tenggang rasa dengan teman.
Menurut Sumantri (dalam Sulastri, 2015:11), fungsi dari kemampuan motorik halus yaitu untuk mendukung aspek pengembangan lainnya seperti perkembangan kognitif, bahasa, dan sosial. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat ditegaskan bahwa fungsi motorik halus adalah membantu proses belajar baik di sekolah maupun di rumah. Semua pelajaran di sekolah membutuhkan kesiapan keterampilan motorik, seperti menulis, menggambar, menari, olahraga, menghitung, dan sebagainya.
Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan oleh anak, misalnya dalam mempelajari kemampuan motorik halus anak belajar koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakkan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi (Sujiono, dkk.,2005:2.10)
Pengembangan motorik halus adalah gerakan yang dilakukan dengan menggunakan otot halus dan koordinasi mata serta jari-jari tangan yang meliputi membuat garis, menuang, menggunting, melipat, memasukkan tali ke dalam lubang, dan menggambar bebas (Montolalu, dkk., 2011:6.4). Menurut Vela (dalam Sari, 2014:7) ada beberapa tujuan pengembangan motorik halus pada usia 3-6 tahun yaitu:
1) Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan. 2) Mampu mengerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari. 3) Mampu koordinasi indera mata dan aktivitas tangan.
Tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia dini (Nofra Candra Lovia, 2012), yaitu: 1) Sebagai alat untuk pengembangan keterampilan gerak kedua tangan.
2) Anak dapat menciptakan suatu hasil karya yang orisinil dari anak tersebut. 3) Sebagai alat untuk pengembangan koordinasi kecepatan tangan dan kecepatan mata.
4) Untuk menyeimbangkan penglihatan pada saat seorang guru menggunakan metode demontrasi dalam pengembangan motorik halus anak. 5) Sebagai alat untuk melatih
penguasaan emosi anak. 6) Karena dalam membuat hasil karya untuk anak usia dini sangat menguras emosi anak karena pada dasrnya egosentrisnya sangat tinggi.
Tujuan pengembangan motorik halus adalah untuk untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak, melatih anak agar dapat menunjukan kemampuan mengerakkan anggota tubuhnya terutama koordinasi antara mata dan tangan.Perkembangan kemampuan motorik halus akan berpengaruh pada kesiapan menulis anak, oleh karena itu melatih kegiatan motorik halus anak sangat dianjurkan meskipun penggunaan tangan masih belum optimal. Ada banyak hal yang mempengaruhi kecerdasan motorik anak. Tidak hanya suasana dan lingkungan belajar di sekolah, melainkan juga kondisi lingkungan dan keluarga, yang turut memberikan pengaruh besar terhadap kecerdasan motorik halusnya (Decaprio, 2013:20).
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa tujuan pengembangan motorik halus adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian, dan seni untuk memasuki pendidikan dasar Keterampilan Anak Usia Dini
Keterampilan merupakan perilaku yang diperoleh melelui tahap-tahap belajar tertentu. Keterampilan berasal dari gerakan-gerakan yang kasar atau tidak terkoordinasi melalui pelatihan bertahap, gerakan tidak teratur itu berangsur-angsur berubah menjadi gerakan-gerakan yang lebih halus, melalui proses koordinasi diskriminasi (perbedaan) dan integrasi (perpaduan) sehingga diperoleh suatu keterampilan yang diperlukan untuk tujuan tertentu (Soemarjadi,1992:2)
Keterampilan adalah cakap dalam menjalankan tugas, mampu dan cekatan. Kata terampil sama artinya dengan cekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan tepat dan benar(Depdikbud,1995:935).
Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil, demikian pula jika seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat juga tidak dapat dikatakan terampil, jika seseorang yang terampil
dalam suatu bidang dan tidak ragu-ragu melakukan pekerjaan tersebut, seakan-akan tidak ada lagi kesulitan-kesulitan yang menghambat.
Menurut pendapat Tommy (2009:135) Keterampilan atau biasa disebut skill adalah kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran dan ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. Ada juga pengertian lain yang mendefinisikan bahwa skill adalah suatu kemampuan untuk menerjemahkan pengetahuan ke dalam praktik sehingga tercapai hasil kerja yang diinginkan.
Keterampilan (skill) dalam arti sempit yaitu kemudahan, kecepatan, dan ketepatan dalam tingkah laku motorik yang disebut juga normal skill. Sedangkan dalam arti luas, keterampilan meliputi aspek normal skill, intelektual skill, dan social skill (Vembriarto, 1981:52). Keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari (Sudjana, 1996:17
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, cepat, dan tepat. Keterampilan akan dapat dicapai atau ditingkatkan dengan latihan tindakan secara berkesinambungan.
Ruang lingkup keterampilan cukup luas meliputi perbuatan, berfikir, berbicara, melihat, menulis dan sebagainya. Akan tetapi dalam pengertian sempit biasanya keterampilan lebih ditujukan pada kegiatan yang berupa perbuatan. Menurut Robbins (2000 : . 494-495) pada dasarnya ketrampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu : 1) Basic literacy skill. 2) Technical skill. 3) Interpersonal skill. 4) Problem solving
Teknik Mozaik dengan Berbagai Media
Menurut Soemarjadi dkk (dalam Indraswari, 2012:4), menyatakan mozaik adalah elemen-elemen yang disusun dan direkatkan di atas sebuah permukaan bidang.
Elemen-elemen mozaik berupa benda padat dalam bentuk lempengan-lempengan, kubus-kubus kecil, petongan-potongan, kepingan-kepingan, atau bentuk lainnya.
Ukuran elemen-elemen mozaik pada dasarnya hampir sama namun bentuk potongannya dapat saja bervariasi. Mozaik dibuat dari bahan-bahan yang sifatnya leparan atau kepingan yang kemudian ditempel pada bidang datar sehingga menjadi sebuah gambar. Mozaik memerlukan kecermatan, koordinasi tangan dan mata untuk memadukan bahan- bahan yang bermacam- macam menjadi karya.
Teknik mozaik adalah suatu cara membuat kreasi gambar/ lukisan atau hiasan yang dilakukan dengan cara menempelkan/ merekatkan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan tertentu yang ukurannya kecil-kecil (Sumanto, 2005:87), sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mozaik adalah seni dekorasi bidang dengan kepingan bahan keras berwarna yang disusun dan ditempelkan dengan perekat (dalam Arifah, 2014:24).
Pengertian Mozaik yaitu pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat dengan cara dipotong potong atau sudah dibentuk potongan kemudian disusun dengan, ditempelkan pada bidang datar dengan cara dilem. Kepingan benda-benda itu, antara lain: kepingan pecahan keramik, potongan kaca, potongan kertas, potongan daun, potongan kayu. Untuk membuat garis kontur yang membaasi ruangan atau bidang tidak menggunakan pewarna yang dioleskan, tetapi menggunakan tempelan- tempelan yang berbeda warna (Mely Novikasari, 2012)
Mozaik pada umumnya masih dianggap seni lukis lama di samping sifatnya yang dua dimensi, masih dibantu dengan gambar pada proses pembuatan polanya walaupun bahannya digunakan kertas, daun, biji-bijian, kepingan kaca, pecahan keramik dan lain-lain. Mozaik dibuat dari bahanbahan yang sifatnya leparan atau kepingan yang kemudian ditempel pada bidang datar sehingga menjadi sebuah gambar. Mozaik dapat diwakili ide dahulu, setelah ditentukan idenya kemudian cari bahannya baru menentukan idenya karna harus berfikir bagaimana caranya memadukan bahan- bahan yang bermacam- macam menjadi karya (Mely Novikasari, 2012).
Berdasarkan definisi mozaik tersebut, dapat disimpulkan bahwa mozaik merupakan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan material
dipotong-potong atau sudah berbentuk potongan kemudian disusun dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara dilem. Kepingan benda-benda itu, antara lain kepingan pecahan keramik, potongan kaca, potongan kertas, potongan daun, potongan kayu. Berkreasi seni rupa bagi anak selain berupa kegiatan menggambar, melukis, mencetak, dan juga diberikan pengenalan seni aplikasi yaitu kegiatan berolah seni rupa yang dilakukan dengan cara menempel jenis bahan tertentu di atas bidang dasar yang dipadukan dengan teknik melukis.
Dalam pembelajaran mozaik pada anak usia dini, memeiliki beberapa fungsi (Mely Novikasari, 2012), yaitu : Fungsi praktis, fungsi edukatif, fungsi ekspresi,fungsi psikologis, dan fungsi sosial
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa fungsi mozaik pada anak usia dini, terdiri dari fungsi praktis (bersifat individual sebagai media ekspresi), fungsi edukatif (membantu pendidikan melalui penerapan metode pembelajaran melalui pendidikan seni), fungsi ekspresi (pengalaman yang estetis yang kemudian diungkapkan berwujud ekspresi simbolis yang sangat pribadi), fungsi psikologis (fungsi terapeutik sebagai sarana sublimasi, relaksasi), dan fungsi sosial (peningkatan taraf hidup melalui pengembangan industri kriya).
Manfaat mozaik sangat banyak untuk anak, karena keterampilan mozaik mengasah kreativitas anak dalam membentuk suatu karya yang bagus dengan cara menempelkan potongan-potongan benda ke bidang dasar. Keterampilan mozaik ini memiliki manfaat untuk anak. Menurut Alexander (dalam Sulastri, 2015:22) antara lain: Pengenalan bentuk, pengenalan warna, melatih kreativitas, melatih motorik halus dan melatih emosi.
Adapun tujuan mozaik Menurut Depdiknas (dalam Sulastri, 2015: 22), tujuan membuat gambar teknik mozaik dengan memakai berbagai bentuk/bahan diantaranya: 1) Mengembangkan imajinasi anak. 2) Mengembangkan kreativitas anak. 3) Melatih kesabaran dan ketelitian. 4) Mengembangkan estetika dan keindahan. 5) Mengembangkan motorik halus.
Manfaat mozaik sangat baik untuk anak karena melatih kreativitas anak dalam membentuk suatu karya yang bagus dan juga dapat melatih perkembangan motorik
halusnya. Penggunaan teknik mozaik akan melatih rasa tanggung jawab anak yaitu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, kemampuan bekerjasama dan menghargai orang lain juga dapat dilatih pada penerapan mozaik dalam mengatur sosial dan emosional anak. Di dalam penerapan mozaik, guru harus memperhatikan cara/ teknik pembuatan mozaik yang benar agar kegiatan tersebut dapat bermanfaat bagi perkembangan motorik halus anak. Manfaat dan tujuan penggunaan mozaik dalam penelitian ini adalah untuk melatih koordinasi mata dan tangan anak dengan cara mengambil potongan bahan mozaik menggunakan dua jari dan menempel potongan pada gambar dasar dengan tepat.
Media/bahan dan peralatan sangat penting dalam kegiatan mozaik, karena bahan yang digunakan bermacam-macam dan alat yang digunakan juga yang aman untuk anak. Sumanto (2005:88) menjelaskan bahan dan peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan mozaik, yaitu: 1) Bahan untuk berkreasi mozaik dapat memanfaatkan bahan alam dan bahan buatan. 2) Bidang dasaran antara lain karton, kertas gambar, benda fungsional atau benda bekas yang akan dihias. 3) Peralatan kerja yang digunakan yaitu: gunting, atau alat pemotong lainnya, bahan pembantu yaitu lem/perekat untuk bahan kertas atau jenis bahan yang lainnya.
Menurut Soemarjadi, dkk (dalam Sulastri, 2015:26) menjelaskan bahan-bahan yang dapat dijadikan mozaik banyak sekali, hampir semua bahan dapat dipakai asalkan bahan tersebut dapat dipotong-potongan menjadi lempengan- lempengan, kubus-kubus atau potongan-potongan kecil. Kondisi fisik bahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan yang lentur/ lunak dan bahan yang kaku/ keras. Bahan yang lentur dan lunak terdiri dari kertas, plastik, biji-bijian, daun-daunan, dan kulit tumbuhan. Sedangkan bahan-bahan yang kaku dan keras terdiri dari batu, kaca, logam, keramik, kayu, batu dan tempurung kelapa.
Kertas dipilih sebagai bahan mozaik karena kertas mudah didapatkan. Kertas yang dipilih untuk membuat gambar mozaik adalah kertas yang berwarna agar menarik saat digunakan. Kertas karton bekas dapat digunakan sebagai bidang dasaran dan dibentuk bermacam-macam seperti tempat tisu, dekorasi, tempat alat tulis kantor, dan bentuk lainnya. Membuat gambar mozaik dengan media kertas dapat dilakukan
dengan beberapa teknik diantaranya teknik sobek bebas, teknik sobek tindih, teknik gunting, dan teknik cetak potong (Muharrar dan Verayanti, 2013:75)
Jenis biji-bijian yang digunakan sebagai bahan mozaik ini banyak sekali. Hal ini dapat dilihat dari bentuk, ukuran, dan teksturnya. Biji-bijian yang dipakai untuk mozaik harus disesuaikan dengan bidang dasarnya. Setelah selesai membuat mozaik menggunakan biji-bijian, harus mengecat mozaik menggunakan cat pilox untuk meminimalisir kerusakan pada mozaik (Sudiarsini, 2014). Selain biji-bijian juga terdapat daun-daunan yang bisa dijadikan bahan untuk mozaik. Daun-daunan sangat mudah didapatkan, daun yang digunakan untuk mozaik adalah daun kering yang telah dipotong-potong.
Kulit tumbuhan sebagai bahan mozaik adalah kulit buah dan kulit batang tumbuhan. Kulit buah yang dapat digunakan untuk mozaik antara lain kulit kacang tanah, kulit jeruk, kulit rambutan, kulit salak, dan kulit batang pisang. Semua bahan tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu kemudian dipotong-potong sesuai keinginan.
Batu dan keramik dapat digunakan sebagai bahan mozaik. Jenis batu yang cocok untuk kepingan mozaik adalah batu-batu alam yang bernilai tinggi, seperti batu ruby, batu akik atau batu mulia lainnya (Kurniasari, 2014). Mozaik dari batu alam bentuknya tidak beraturan tetapi ukurannya dipilih serasi satu dengan lainnya.
Keramik yang dijadikan bahan mozaik adalah keramik bekas yang sudah tidak terpakai. Keramik tersebut dipotong-potong kemudian dimanfaatkan untuk membuat karya seni seperti membuat pot bunga, vas bunga dan membuat lukisan (Sapta, 2014).
Teknik mozaik pada anak-anak di mana anak-anak diberi keleluasaan untuk berkreasi dengan berbagai media untuk membentuk berbagai bentuk gambar.
Kelebihan teknik mozaik (Yenny Alexander, 2012), di antaranya: 1) Dapat mengembangkan kreativitas anak, emosi dan sosial anak. 2)Alat dan bahan mudah didapat. 3) Langkah kegiatan mudah dimengerti anak. 4) Melatih tingkat kesabaran anak. 5) Melatih konsentrasi anak. 6) Memiliki berbagai macam corak dan warna. 7) Memiliki tampilan yang atraktif. 8) Membuat anak menjadi mandiri
Kekurangan penggunaan teknik mozaik menurut Alexander (dalam Sulastri, 2015:29) yaitu penggunaan teknik mozaik di dalam pembelajaran memerlukan waktu yang cukup lama karena membutuhkan kecermatan untuk menempel potongan pada gambar dasar sehingga kegiatan tersebut dapat membuat anak cepat bosan
Kerangka Berpikir
Perkembangan motorik halus anak usia dini merupakan kemampuan anak dalam melakukan koordinasi antara mata dan tangan. Kemampuan tersebut lebih ditekankan pada gerakan-gerakan tangan seperti menggunting, menulis, menggambar, menempel, dan menjiplak. Di dalam pembelajaran, kemampuan anak melakukan kegiatan menggunting, mengambar, dan menempel masih belum berkembang dengan optimal. Banyak cara yang bisa digunakan agar kemampuan motorik halus anak berkembang lebih baik yaitu dengan memberikan kegiatan-kegiatan yang menarik selama pembelajaran. Salah satunya adalah dengan penggunaan mozaik. Melalui penggunaan mozaik, anak akan dilatih menempelkan puluhan potongan bahan mozaik pada suatu bidang. Jika anak dilatih secara terus menerus maka tangannya akan semakin lentur dan terbiasa dengan kegiatan tersebut.
Berdasarkan latar belakang bahwa pengembangan motorik halus usia dini sangat penting untuk mendukung berbagai kemampuan dan keterampilan dan selanjutnya, maka dari itu guru perlu melakukan pengembangan agar kemampuan motorik halus berjalan secara optimal dan sempurna. Dalam pengembangan motorik halus anak bisa dilakukan dengan berbagai cara dan metode pembelajaran salah satunya yaitu dengan melalui penggunaan teknik mozaik. Dengan penggunaan teknik mozaik tersebut diharapkan kemampuan motorik halus anak usia dini mampu dikembangkan dan berjalan secara optimal
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut: ”Melalui teknik mozaik dengan berbagai media diduga dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dan keterampilan anak kelompok B KB Mutiara Harapan Desa Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang”.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Subjek, Waktu, Tempat Penelitian dan Pihak yang Membantu
Kegiatan penelitian ini akan mengambil subyek pada kelompok B KB. Mutiara Harapan Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang dengan jumlah murid 13 anakyang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 6 anak perempuan. Pemilihan subyek penelitian ini berdasarkan pengamatan peneliti sebagai pendidik/guru pada kelompok ini. Dari hasil pengamatan peneliti selama menjadi guru di kelompok B peneliti melihat bahwa kemampuan motorik dan keterampilan anak masih rendah, sehingga diperlukan solusi nyata melalui kegiatan pengembangan perbaikan melalui kegiatan mozaik dengan berbagai media.
Kelompok Bermain Mutiara Harapan Pabuaran yang beralamat di RT. 04 RW.
02 Desa Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang sudah mendapatkan ijin operasional dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pemalang pada tanggal 22 Mei 2014 untuk menyelenggarakan pendidikan anak usia dini dalam bentuk Kelompok Bermain (KB). Pendirian KB Mutiara Harapan adalah salah satu menciptakan generasi bangsa yang berkualitas tinggi dengan melalui pemberian pendidikan dari usia dini. Sebelum adanya KB. Mutiara Harapan anak-anak warga Desa Pabuaran dan sekitarnya hanya bermain sendiri tanpa bimbingan dan pengawasan karena orang tua mereka disibukkan dengan rutinitas mereka untuk mencari nafkah dengan bekerja sebagai petani, pedagang, buruh, wiraswasta dan sebagian ada yang merantau ke kota besar.
Untuk mewujudkan hal tersebut sekolah berupaya memberikan fasilitas yang memadai dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Sekolah ini berdiri diatas milik desa seluas 163 m² dengan luas bangunan kelas sebesar 80 m² yang terbagi menjadi 2 ruang kelas, sementara 1 ruang guru berdiri seluas 12 m² serta dilengkapi 1 kamar mandi dan WC dengan luas 4 m². Mayoritas murid berasal dari desa Pabuaran yang terletak jauh dari pusat kota kecamatan maupun kabupaten. Meskipun berada di daerah pedesaan semangat guru dan kepala sekolah dalam memberikan pembelajaran
kepada anak-anak sangat maksimal sehingga masyarakat mempercayakan pendidikan anak-anak mereka pada KB Mutiara Harapan. Dari data yang ada selama 3 tahun terakhir jumlah murid mengalami peningkatan setiap tahun mulai berkisar dari angka 30 anak, meningkat menjadi 42 anak dan meningkat lagi menjadi 50 anak.
Kelompok Bermain Mutiara Harapan mempunyai Visi : Mewujudkan Generasi Berakhlak dan Berpendidikan Sejak Dini, sedangkan Misinya adalah : 1) Terwujudnya masyarakat yang peduli terhadap pendidikan. 2) Memfasilitasi anak usia dini sebagai generasi yang berkompeten. 3) Meningkatkan peran partisipasi aktif masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan visi misi tersebut diharapkan anak yang bersekolah di KB. Mutiara Harapan Pabuaran akan mempunyai bekal akhlak dan keterampilan sejak usia dini sebagai bekal pendidikan selanjutnya.
Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 yaitu pada bulan September - Oktober 2017. Secara rinci dapat penulis jelaskan sebagai berikut : 1) Pra siklus : tanggal 25 September 2017, peneliti membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sudah didiskusikan dengan kepala sekolah yang dilaksanakan sebagai pembelajaran rutin. 2) Siklus I : tanggal 2 Oktober 2017 – 6 Oktober 2017, peneliti membuat dan merefleksi 5 Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sudah didiskusikan dengan supervisor 2 dan di tanda tangani oleh kepala sekolah untuk dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 2 Oktober 2017 sampai hari Jum’at tanggal 6 Oktober 2018. 3) Siklus II : tanggal 16 Oktober – 20 Oktober 2017, peneliti membuat dan merefleksi 5 Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sudah didiskusikan dengan supervisor 2 dan di tanda tangani oleh kepala sekolah untuk dilaksanakan mulai hari Senin, 16 Oktober 2017 sampai dengan hari Jum’at, 17 Oktober 2017.
Selama kurun waktu pelaksanaan kegiatan penelitian dilaksanakan dari bulan September 2017 sampai bulan Nopember 2017 banyak pihak-pihak yang sudah membantu dalam semua rangkaian kegiatan penelitian, pihak-pihak tersebut antara lain : 1) Ibu Sri Dewi Agusrina, SH. M.Si, berperan sebagai dosen/tutor mata kuliah
Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) dalam hal ini bertugas sebagai supervisor 1 yang menilai kemampuan mahasiswa dalam merancang, melaksanakan kegiatan pengembangan dan pembuatan laporan perbaikan laporan pengembangan. 2) Ibu Naning Prasetyawati, S.Pd, berperan sebagai supervisor 2 yang berperan menilai kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan perbaikan kegiatan pengembangan dengan menggunakan lembar penilaian Kemampuan Guru (APKG PKP 1 dan APKG PKP 2). Dalam kegiatan praktek mengajar supervisor 2 akan berperan sebagai Penilai 1 untuk menilai kegiatan praktek yang dilaksanakan di KB.
Mutiara Harapan Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang. 3) Ibu Munasifah, berperan sebagai kepala sekolah yang telah memberikan ijin tempat penelitian, membantu dalam penyusunan RKH, membantu mencari alternatif pemecahan masalah dan pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran. 4) Ibu Eka Jayanti, S.Pd, berperan sebagai penilai II kegiatan praktek pembelajaran siklus I dan siklus II yang dilaksanakan di KB.
Mutiara Harapan Pabuaran dengan menilai perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan format penilaian APKG I dan APKG II.
Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Kegiatan penelitian ini menggunakan sistem siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada tahap perencanaan peneliti menyiapkan segala perangkat data dan rencana kegiatan harian (RKH) yang berisikan upaya meningkatkan kemampuan motorik halus dan keterampilan anak dengan kegiatan mozaik dengan berbagai media kemudian dilanjutkan diskusi dengan teman sejawat/guru pendamping tentang peningkatan kemampuan motorik halus anak dan keterampilan melalui kegiatan mozaik dengan berbagai media.
Tahap pelaksanaan dimulai dengan melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam 2 siklus masing-masing siklus pelaksanaan berbeda waktu. Untuk siklus I dilaksanakan hari Senin – Jum’at, tanggal 2 – 6 Oktober 2017 dari pukul 07.30 s.d. 10.00 dan siklus II dilaksanakan pada hari Senin –
Jum’at tanggal 16 – 20 Oktober 2017 dari pukul 07.30-10.00. Pada setiap pelaksanaan perbaikan setiap siklus diamati oleh supervisor 2 yaitu Ibu Naning Prasetyawati, S.Pd yang sehari-hari bertugas sebagai kepala TK Pertiwi Karya Bhakti Desa Kramat Kecamatan Pemalang. Adapun yang memantau dan membimbing adalah Sri Dewi Agusrina, SH. M.Si selaku pembimbing dan supervisor I.
Dalam pelaksanaan pengamatan atau observasi perbaikan pembelajaran dilengkapi dengan beberapa instrumen sebagai berikut : 1) Rencana Kegiatan Siklus I. 2) Rencana Kegiatan Siklus II. 3) Lembar Penilaian. 4) Lembar Analisis Hasil Perbaikan. Adapun fokus penelitian dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran motorik halus khususnya dalam hal meningkatkan keterampilan anak melalui kegiatan mozaik dengan berbagai media sebagai berikut : 1) Penggunaan berbagai media. 2) Pemilihan kegiatan pembelajaran mozaik. 3) Membimbing anak dalam melaksanakan tugas kegiatan. 4) Dalam proses pembelajaran dilaksanakan melalui tahapan-tahapan pembelajaran yang sudah dituangkan dalam rencana perbaikan Rencana Kegiatan Harian.
Tahap akhir dari penelitian ini adalah refleksi. Setelah melaksanakan kegiatan perbaikan pada setiap siklus, peneliti merefleksi hasil pembelajaran selama satu siklus dengan melihat hasil karya anak dalam kegiatan mozaik dengan berbagai media. Hasil refleksi dapat menggambarkan kemampuan motorik halus dan keterampilan anak dalam kegiatan pembelajaran mozaik, jika hasil yang didapatkan belum mencapai kriteria ketuntasan yang sudah ditentukan maka kegiatan perbaikan pembelajaran dilanjutkan pada siklus selanjutnya, tetapi jika kriteria ketuntasan sudah tercapai maka penelitian dapat dinyatakan berhasil. Dari hasil refleksi dapat diketahui bahwa anak sudah bisa mozaik dengan media apapun, kegiatan ini juga bisa meningkatkan keterampilan anak dalam pembelajaran, mereka sudah bisa menempelkan media mozaik dengan rapi. Dengan tercapai persentase ketuntasan maka kegiatan penelitian ini dinyatakan berhasil.
Tekhnik Analisis Data
Menurut Suwarsih Madya (2006: 75) analisis data dalam penelitian tindakan diwakili oleh momen refleksi putaran penelitian tindakan. Refleksi yang dilaksanakan
oleh peneliti akan memberikan wawasan bentuk otentik yang akan membantu menafsirkan datanya. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif, yakni pengolahan data yang dikumpulkan melalui observasi. data dalam penelitian menurut Bogdan (Sugiyono, 2009: 374) yaitu menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil hasil observasidan catatan lapangan sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Data yang telah terkumpul dalam penelitian tindakan kelas ini akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.
Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan selanjutnya dianalisis. Untuk mengetahui keberhasilan, dilakukan analisis dengan membandingkan jumlah skor yang diperoleh dengan skor ideal dalam kelas (Suharsimi Arikunto,2010: 269).
Proses analisis data dimulai dengan menelaah data tentang kemampuan motorik halus anak, dari kemampuan anak mencontoh bentuk , kemampuan menirukan pola, dan kelenturan jari-jari dalam menempelkan media mozaik ke dalam pola yang sudah disediakan.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang digunakan peneliti pada kegiatan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan motorik halus dan keterampilan anak dengan kegiatan mozaik dengan berbagai media adalah : 1) Kemampuan motorik halus anak kriteria keberhasilannya adalah 80%, penelitian dinyatakan berhasil jika persentase penilaian motorik halus yang didapat anak dalam satu kelas ≥ 80%. 2) Keterampilan anak kriteria keberhasilannya adalah 85%, penelitian dinyatakan berhasil jika persentase penilaian keterampilan yang didapat anak dalam satu kelas ≥ 85%
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan pembelajaran pada prasiklus diketahui kemampuan motorik halus anak dalam pembelajaran teknik mozaik dengan berbagai media masih rendah.
Rendahnya kemampuan motorik halus disebabkan anak kurang tertarik dengan pembelajaran sehingga diperoleh data sebagai berikut : anak yang sudah mampu yaitu
2 anak (15%), anak yang cukup mampu yaitu 3 anak (23%) dan anak yang kurang mampu yaitu 8 anak (62%). Selain kemampuan motorik halus yang masih rendah pada pembelajaran pra siklus juga didapatkan hasil keterampilan anak yang rendah hal ini dapat terlihat dari anak yang sudah terampil yaitu 3 anak (23%), anak yang cukup terampil yaitu 2 anak (15%), dan anak yang kurang terampil yaitu 8 anak (62%).
Berdasarkan hasil kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I menujukkkan bahwa kemampuan motorik halus anak dalam pembelajaran mozaik dengan berbagai media di kelompok B KB. Mutiara Harapan Pabuaran Bantarbolang terjadi peningkatan dibandingkan prasiklus. Hal ini terlihat dari 13 anak yang sudah mampu dalam pembelajaran ada 6 anak (46%), anak yang cukup mampu sebanyak 2 anak (15%, dan anak yang kurang mampu dalam pembelajaran ada 5 anak (39%). Pada aspek keterampilan anak juga terjadi peningkatan, anak yang sudah terampil sebanyak 5 anak (38%), anak yang cukup terampil sebanyak 4 anak (31%), dan anak yang kurang terampil sebanyak 4 anak (31%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan mozaik dengan berbagai media melalui metode pemberian tugas pada anak kelompok B KB. Mutiara Harapan Pabuaran Bantarbolang masih kurang optimal, sehingga perlu adanya perbaikan siklus II.
Setelah diadakan perbaikan pada siklus II ini, dengan puncak kegiatan perbaikan pada Rencana Kegiatan Harian ke-5 kemampuan motorik halus anak yang termasuk kategori cukup mampu sebanyak 11 anak (85%), anak yang cukup mampu tidak ada, dan anak yang kurang mampu 2 anak (15%) dari jumlah siswa 13 anak. Pada aspek keterampilan setelah diadakan perbaikan pada siklus II ini dengan puncak kegiatan perbaikan pada Rencana Kegiatan Harian ke-5 anak yang sudah terampil sebanyak 16 anak (88%), anak yang cukup terampil sebanyak 1 anak (6%), dan anak yang kurang terampil 1 anak (6%) dari jumlah siswa 13 anak. Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan mozaik dengan berbagai media dengan kegiatan bermain bentuk geometri di KB. Mutiara Harapan Pabuaran Bantarbolang dikatakan sudah berhasil karena sudah melampaui indikator keberhasilan sebesar 8o% untuk kemampuan motorik halus dan 85% untuk keterampilan anak.
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pada pembelajaran akhir siklus II terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak dibandingkan prasiklus dan siklus I, yaitu anak yang mampu dalam mozaik dengan berbagai media pada prasiklus hanya 2 anak sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 6 anak dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 11 anak. Anak yang cukup mampu pada prasiklus sebanyak 3 anak sedangkan pada siklus I menurun menjadi 2 anak, pada siklus II menurun menjadi tidak ada. Anak yang kurang mampu pada prasiklus sebanyak 8 anak sedangkan pada siklus I menurun menjadi 5 anak, pada siklus II menurun lagi menjadi 2 anak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 1. Kemampuan Motorik Halus Anak pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Nilai
Prasiklus Siklus I Siklus II
Jumlah
Anak % Jumlah
Anak % Jumlah
Anak %
Sudah
Mampu () 2 15% 6 46 11 85%
Cukup
Mampu () 3 23% 2 15 0 0%
Kurang
Mampu () 8 62% 5 39 2 15%
Jml 13 100% 13 100% 13 100%
Pada pembelajaran siklus II terjadi peningkatan keterampilan anak secara signifikan, yaitu anak yang terampil pada prasiklus hanya 3 anak sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 5 anak dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 12 anak.
Anak yang cukup terampil, pada prasiklus sebanyak 2 anak sedangkan pada siklus I meningkat 4 anak dan pada siklus II turun menjadi tidak ada. Anak yang kurang terampil belajar, pada prasiklus sebanyak 8 anak sedangkan pada siklus I menurun menjadi 4 anak sedangkan pada siklus II turun menjadi 1 anak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 2. Keterampilan Anak pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Nilai
Prasiklus Siklus I Siklus II
Jumlah
Anak % Jumlah
Anak % Jumlah
Anak %
Sudah
Terampil () 3 23% 5 38% 12 92%
Cukup
Terampil () 2 15% 4 31% 0 0%
Kurang
Terampil () 8 62% 4 31% 1 8%
Jml 13 100% 13 100% 13 100%
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan yaitu anak yang masuk kategori sudah mampu dari 2 anak (15%) pada prasiklus naik menjadi 6 anak (46%) pada siklus I dan pada siklus II naik menjadi 11 anak (85%). Anak yang cukup mampu mengalami kenaikan dari 3 anak (23%) pada prasiklus menjadi 2 anak (15%) pada siklus I dan pada siklus II menurun menjadi 0 anak (0%) sedangkan anak yang kurang mampu juga mengalami penurunan dari 8 anak (62%) pada prasiklus menjadi 5 anak (39%) pada siklus I dan pada siklus II menurun lagi menjadi 2 anak (15%).
Peningkatan keterampilan anak yaitu anak yang terampil dari 3 anak (23%) menjadi 5 anak (38%) dan meningkat lagi menjadi 12 anak (92%). Anak yang cukup kreatif mengalami kenaikan dari 2 anak (15%) menjadi 4 anak (31%) dan menurun menjadi 1 anak (8%) sedangkan anak yang kurang kreatif mengalami penurunan dari 8 anak (62%) menjadi 4 anak (31%) dan pada siklus II manjadi 1 anak (8%).
Saran, Tindak Lanjut
Berdasarkan analisis masalah dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan saran-saran untuk tindak lanjut sebagai berikut : 1) Guru dapat menggunakan teknik mozaik sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
2) Sebelum menerapkan teknik mozaik hendaknya memahami langkahlangkah dalam menerapkannya 3. Hasil penelitian dapat diinformasikan kepada guru-guru untuk dijadikan alternatif dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak. 4. Hasil
penelitian dapat dijadikan acuan atau referensi terhadap penelitian yang sejenis terutama pada penelitian untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak
DAFTAR PUSTAKA
Decaprio, R. (2013). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah. Yogyakarta:
DIVA Press
Hurlock, B. Elizabeth. (1997). Perkembangan Anak Jilid 1. (Terjemahan: Med Meitasari dan Muchlihah Zarkasih). Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Muharrar, Syakir & Verayanti, Sri. (2013). Kreasi Kolase, Montase, Mozaik Sederhana. Jakarta : Erlangga
Nuraeni. (1997). Intervensi Dini bagi Anak Bermasalah. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwodarminto. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Soemarjadi, dkk. (1992). Pendidikan Keterampilan. Jakarta : Depdiknas
Suharsimi Arikunto, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT. Rineka Cipta
Sumanto. (2005). Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Tommy Suprapto, (2009). Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, MedPress, Yogyakarta
Yuliani Nurani Sujiono. (2007). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Unversitas Terbuka