• Tidak ada hasil yang ditemukan

Minimasi Setup Time Mesin Jahit Pada CV Karjum Jaya Mandiri Dengan Metode SMED

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Minimasi Setup Time Mesin Jahit Pada CV Karjum Jaya Mandiri Dengan Metode SMED"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Minimasi Setup Time Mesin Jahit Pada CV Karjum Jaya Mandiri dengan Metode SMED

Dhiyasani Putra Hendarto1*, Fahriza Nurul Azizah 2, Wahyudin3

1,2,3Program Studi Teknik Industri, Universitas Singaperbangsa Karawang, Indonesia

*Koresponden email: [email protected]

Diterima: 2 Februari 2023 Disetujui: 7 Februari 2023

Abstract

CV Karjum Jaya Mandiri is a company that manufactures different kinds and size of sacks in response to customer orders. With a variety of customer demands can lead to waste. One of the wastes that occurs is the length of time to setup the machine. Companies must be able to increase productivity so that there are no delays in the production process. Lean manufacturing, in which there are lean tools that have specific roles, is a technique that can be utilized to eliminate waste. Lean tools that can be applied to reduce machine setup time are Single Minute Exchange of Dies (SMED). The machine setup time before the SMED method was 27.59 minutes and after the SMED method was reduced to 17.55 minutes, where the percentage decrease was 36.38%. the findings of this study are anticipated to help boost output, satisfy customers, and maximize profits.

Keywords: waste, setup time, lean manufacturing, lean tools, single minute exchange of dies (SMED)

Abstrak

CV Karjum Jaya Mandiri adalah perusahaan yang memproduksi berbagai jenis dan ukuran karung sesuai dengan pesanan pelanggan. Dengan beragamnya permintaan pelanggan dapat menimbulkan pemborosan.

Salah satu pemborosan yang terjadi yaitu lamanya waktu setup mesin. Perusahaan harus bisa meningkatkan produktivitas agar tidak terjadinya keterlambatan proses produksi. Lean manufacturing yang didalamnya terdapat lean tools yang memiliki peran khusus merupakan salah satu teknik yang dapat dimanfaatkan untuk mengeliminasi pemborosan. Lean tools yang bisa diaplikasikan untuk mengurangi waktu setup mesin adalah Single Minute Exchange of Dies (SMED). Waktu setup mesin sebelum di lakukannya metode SMED adalah 27,59 menit dan setelah dilakukan metode SMED berkurang menjadi 17,55 menit yang dimana persentase penurunannya sebesar 36,38%. Temuan penelitian ini diharap dapat membantu meningkatkan output, memuaskan pelanggan, dan memaksimalkan keuntungan.

Kata Kunci: pemborosan, waktu setup, lean manufacturing, lean tools, single minute exchange of dies (SMED)

1. Pendahuluan

Seiring dengan berkembangnya zaman, persaingan dalam dunia perindustrian semakin ketat [1].

Perusahaan di industri manufaktur dan jasa berusaha untuk melengkapi semua yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan pada konsumen [2]. Masalah terkait pemborosan atau waste adalah salah satu malah lantai produksi yang sering muncul pada perusahaan manufaktur [3]. Waste yang terdapat pada perusahaan manufaktur adalah defects, overproduction, motion, inventory, waiting, overprocessing, transportation [4]. Pendekatan terbaik adalah menggunakan lean manufacturing untuk menentukan jumlah pemborosan dan menghilangkan proses yang tidak efektif [5].

Sebagai studi kasus dalam penelitian, CV Karjum Jaya Mandiri yang berlokasi di Dusun Krajan, Desa Suapura, Kec. Rawamerta, Kab. Karawang. CV Karjum Jaya Mandiri ini memproduksi Jumbo Bag atau karung dengan ukuran yang besar sesuai dengan permintaan pembeli. CV tersebut mampu memproduksi 100 sampai 200 karung per harinya. Namun dengan beragamnya permintaan pelanggan, mengakibatkan waktu setup pada mesin jahit membutuhkan waktu yang lama. Dimana akan mengakibatkan pemborosan dalam segi waktu dan akan menghambat keberlangsungan proses produksi. Metode Single Minute Exchange of Dies (SMED) yang termasuk ke dalam lean tools adalah kunci dalam mengurangi waktu proses setup [6].

Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap metode SMED, termasuk penelitian yang pernah dilakukan [7] menerapkan metode SMED untuk mengurangi lead time. Hasil yang didapat yaitu dengan penerapan metode SMED lead time yang dapat dikurangi sebesar 58.06%. Penelitian selanjutnya [8]

implementasi SMED untuk prosedur peralihan merek mesin Focke dan Protos yang lebih baik. Dimana

(2)

sebelum dilakukan SMED waktu rata-ratanya adalah 85,078 menit dan 179,105 menit, setelah dilakukan SMED menjadi 61,397 menit dan 103 menit. Adapun penelitian selanjutnya [9]. Implementasi SMED pada mesin FSF. Diperoleh hasil waktu rata-rata ketiga tipe yaitu 120 menit, berkurang menjadi 69 menit. Indeks penurunannya sebesar 43,6% yang dimana telah memenuhi target yang ditetapkan sebsar 42%.

Berdasarkan uraian di atas, pendekatan Single Minute Exchange of Dies (SMED) dicoba digunakan untuk melengkapi penelitian ini diharapkan dengan menggunakan pendekatan SMED dapat mempersingkat waktu setup untuk CV Karjum Jaya Mandiri.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 Maret 2022 sampai 02 April 2022 di CV Karjum Jaya Mandiri dengan objek penelitian mesin jahit. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Single Minute Exchange of Dies (SMED).

Berdasarkan Gambar 1 flowchart penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan dan studi literatur, lalu dilanjut dengan melakukan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Setelah itu melakukan pengumpulan data, setelah data yang dibutuhkan sudah didapat lalu melakukan pengolahan data menggunakan metode SMED. Langkah selanjutnya melakukan analisis dan pembahasan mengenai hasil yang sudah didapat, dan yang terakhir penulisan kesimpulan dan saran.

Mulai

Perumusan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pengolahan Data:

Single Minute Exchange of Dies (SMED)

Kesimpulan dan Saran

Selesai Pengumpulan Data:

1. Wawancara 2. Observasi Langsung

Analisis Pembahasan Studi Pendahuluan

1. Observasi Perusahaan

Studi Literatur 1. E-Book 2. E-Jurnal Penelitian

Gambar 1. Flowchart penelitian Sumber: Data penelitian (2022) 3. Hasil dan Pembahasan

Melakukan pengolahan data dari data yang sudah didapat menggunakan metode SMED. Tabel 1 menjelaskan rata-rata waktu setup setiap harinya dari tanggal 17 Maret 2022 hingga 02 April 2022 dan rata- rata pada setiap waktu proses setup keseluruhannya.

(3)

Tabel 1. Waktu rata-rata

No. Proses Waktu Rata-

rata 17

Maret 19 Maret

24 Maret

26 Maret

31 Maret

2 April

1. Mematikan mesin 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

2. Membersihkan area mesin jahit 2,1 2,1 2,1 2,4 2,3 2,3 2,2

3. Mengambil perkakas 1,3 1,2 1,3 1,3 1,4 1,2 1,3

4. Dengan obeng min, lepaskan needle guard dan bagian luar sepatu mesin

1,3 1,4 1,3 1,4 1,5 1,4 1,4

5. Pemasangan benang kedalam jarum 1,0 1,0 0,9 1,1 1,0 1,1 1,0

6. Setting jalur benang 1,2 1,2 1,3 1,3 1,4 1,3 1,3

7. Putar mesin berlawanan arah jaum jam dengan jarum di posisi bawah

3,3 3,2 3,3 3,4 3,4 3,2 3,3

8. Memberikan pelumas 1,1 1,0 1,0 1,1 1,0 1,1 1,1

9. Setting ketinggian jarum 1,4 1,2 1,2 1,3 1,3 1,3 1,3

10. Kendorkan baut pengait 1,0 1,0 1,0 1,0 1,4 1,2 1,1

11. Putar mesin hingga ujung pengait berada dibagian atas jarum

2,0 2,2 2,3 2,3 2,5 2,3 2,3

12. Kencangkan kembali baut pengait 2,0 2,2 2,3 2,3 2,2 2,3 2,2 13. Pasang kembali bagian luar sepatu

mesin dan needle guard

2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0

Total 20,2 20,3 20,5 21,4 21,7 21,3 20,9

Sumber: Data penelitian (2022) 3.1 Menentukan Rating Factor dan Allowance

Tujuan penentuan rating factor dan allowance adalah untuk memastikan seberapa banyak dari masing-masing faktor tersebut dilakukan oleh operator dalam melaksanakan tugasnya[10]. Tabel 2 menjelaskan mengenai rating factor operator dan pada Tabel 3 menjelaskan mengenai allowance operator.

Tabel 2. Rating factor operator Rating Factor Operator Skill Good (C1) 0,06 Effort Good (C2) 0,02 Condition Fair (E) -0,03 Consistency Average (D) 0

Total 0,05

Sumber: Data penelitian (2022)

Dengan asumsi operator bekerja secara normal, maka nilai 𝑝 = 1 + 𝑟𝑎𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 = 1 + 0,05 = 1,05.

Tabel 3. Allowance operator Allowance Operator

Tenaga yang dikeluarkan sangat ringan 7

Sikap kerja duduk 0,5

Gerakan kerja terbatas 3

Kelelahan mata, menggunakan alat ukur 4

Temperatur normal 2

Atmosfer baik 0

Keadaan lingkungan sangat bising 2,5

Kebutuhan pribadi pria 2

Total (%) 21

Sumber: Data penelitian (2022)

Dengan asumsi allowance tak terhindar = 5%, maka 𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒 = 21% + 5% = 26%.

3.2 Identifikasi Aktivitas Setup

Terdapat dua jenis aktivitas yaitu eksternal dan internal. Aktivitas eksternal adalah semua tugas yang dapat dilakukan saat mesin masih digunakan, berbeda dengan aktivitas internal yang hanya dapat diselesaikan saat mesin tidak digunakan [11]. Tabel 4 menjelaskan mengenai jenis aktivitas yang dilakukan pada proses setup.

(4)

Tabel 4. Identifikasi proses internal dan eksternal

No. Proses Internal Eksternal Waktu

1. Mematikan mesin √ 0,5

2. Membersihkan area mesin jahit √ 2,2

3. Mengambil perkakas √ 1,3

4. Dengan obeng min, lepaskan needle guard dan bagian luar sepatu mesin

1,4 5. Pemasangan benang kedalam

jarum

√ 1,0

6. Setting jalur benang √ 1,3

7. Putar mesin berlawanan arah jaum jam dengan jarum di posisi bawah

√ 3,3

8. Memberikan pelumas √ 1,1

9. Setting ketinggian jarum √ 1,3

10. Kendorkan baut pengait √ 1,1

11. Putar mesin hingga ujung pengait berada dibagian atas jarum

√ 2,3

12. Kencangkan kembali baut pengait √ 2,2 13. Pasang kembali bagian luar sepatu

mesin dan needle guard

2,0

Total (menit) 20,9

Sumber: Data penelitian (2022) 3.3 Konversi Aktivitas Setup

Konversi atau pengubahan aktivitas internal menjadi eksternal yaitu dengan cara memeriksa kembali setiap proses untuk melihat apakah ada kesalahan dalam identifikasi aktivitas, dan menemukan cara untuk mengubah proses internal menjadi eksternal [12]. Kondisi awal proses setup mesin mulanya merupakan aktivitas internal. Setelah dilakukan pengubahan aktivitas maka akan terlihat perbedaan waktu proses setup sebelum dan sesudah dilakukan metode SMED, seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Waktu setup setelah dilakukan konversi

No. Proses Sebelum Sesudah

Internal Eksternal Waktu Internal Eksternal Waktu

1. Mematikan mesin √ 0,5 √ 0,5

2. Membersihkan area mesin jahit √ 2,2 √

3. Mengambil perkakas √ 1,3 √

4. Dengan obeng min, lepaskan needle guard dan bagian luar sepatu mesin

1,4

1,4 5. Pemasangan benang kedalam

jarum

√ 1,0 √

1,0

6. Setting jalur benang √ 1,3 √ 1,3

7. Putar mesin berlawanan arah jaum jam dengan jarum di posisi bawah

3,3

3,3

8. Memberikan pelumas √ 1,1 √

9. Setting ketinggian jarum √ 1,3 √ 1,3

10. Kendorkan baut pengait √ 1,1 √

11. Putar mesin hingga ujung pengait berada dibagian atas jarum

2,3

2,3 12. Kencangkan kembali baut

pengait

√ 2,2 √

2,2 13. Pasang kembali bagian luar

sepatu mesin dan needle guard

2,0

Total (menit) 20,9 13,3

Sumber: Data penelitian (2022)

(5)

waktu baku adalah jumlah waktu yang dibutuhkan karyawan untuk menghasilkan satu jenis produk tertentu [13]. Perhitungan untuk waktu normal dan waktu baku ditunjukkan di bawah ini.

a. Waktu normal dan waktu baku sebelum SMED 𝑊𝑛 = 𝑊𝑠 × 𝑝

𝑊𝑛 = 1255 × 1,05 = 1318 = 21,9 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑊𝑏 = 𝑊𝑛 + (𝑊𝑛 × 𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)

𝑊𝑏 = 21,9 + (21,9 × 26%) = 27,59 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

b. Waktu normal dan waktu baku setelah SMED 𝑊𝑛 = 𝑊𝑠 × 𝑝

𝑊𝑛 = 796 × 1,05 = 835,9 = 13,9 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑊𝑏 = 𝑊𝑛 + (𝑊𝑛 × 𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)

𝑊𝑏 = 13,9 + (13,9 × 26%) = 17,55 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Berdasarkan perhitungan yang telah didapatkan, terdapat perbedaan waktu antara sebelum dan sesudah dilakukan metode SMED. Tabel 6 menjelaskan persentase penurunan sesudah dilakukan metode SMED.

Tabel 6. Persentase penurunan waktu setup Nama

Mesin

Waktu Baku Sebelum Waktu Baku Sesudah Persentase Penurunan (%)

Detik Menit Detik Menit

Mesin

Jahit 1655,4 27,59 1063 17,55 36,38

Sumber: Data penelitian (2022) 3.4 Pembuatan Diagram Alir Proses Setup

Setelah proses aktivitas setup dikonversi maka diagram alir pada proses setup akan berubah seperti pada Gambar 2. Terdapat lima operasi kerja yang digolongkan ke dalam operasi eksternal yang nantinya akan diusulkan untuk penggantian atau perbaikan operasi. Untuk proses ke-2 dapat diubah ke dalam proses eksternal karena operator bisa melakukannya setelah mesin dinyalakan kembali atau setelah proses setup, untuk proses ke-3 operator bisa mempersiapkan peralatan yang diperlukan sebelum mesin dimatikan, untuk proses ke-8 yaitu pemberian pelumas pada mesin dapat dilakukan ketika mesin sudah selesai setup dan menyala kembali, hal ini bertujuan untuk memudahkan pemberian pelumas karna mesin sedang berputar, untuk proses ke-10 bisa dilakukan ketika operator selesai mempersiapkan peralatan dan kondisi mesin masih dalam keadaan menyala, dan untuk proses ke-13 dapat dilakukan setelah semua proses setup dan pemberian pelumas selesai.

(6)

Mulai

Selesai Memat ikan M esin

Dengan obeng m in, lepaskan needle guard dan bagian luar

sepatu m esi n

Pemasangan benang ke dalam jarum

Setti ng jal ur benang

Put ar mesin berlawanan arah jarum jam dengan jarum di

posisi bawah

Setti ng keti nggian j arum

Put ar mesin hingga ujung pengait berada dibagian atas

jarum

Kencangkan kembal i baut hook Persiapkan perkakas

Kendorkan baut hook

Nyal akan mes in

Berikan pelumas

Pasang kembali bagian luar sepatu dan needle guard

Bersihkan area mesin jahit

A

A

Gambar 2. Diagram alir proses setup setelah SMED Sumber: Data penelitian (2022)

3.5 Pembuatan Standart Operation Procedure (SOP)

Standart Operation Procedure (SOP) alat pengatur yang digunakan untuk mengendalikan berbagai tahapan proses kerja atau praktik kerja tertentu [14]. Tahap ini adalah pembuatan SOP yang baru dikarenakan terdapat diagram alir proses setup yang baru seperti pada Tabel 7.

Tabel 7. Standart operation procedure baru

Standart Operation Procedure Proses Setup Mesin Jahit

Nomor Dokumen :

Mulai Berlaku :

Revisi :

Tanggal Revisi :

Halaman :

1. Tujuan

Untuk memberikan panduan aktivitas proses setup mesin jahit untuk bagian produksi 2. Alat dan Bahan

a. Perkakas b. Pelumas c. Jarum d. Benang 3. Unit Kerja Terkait

Bagian Produksi 4. Prosedur Pelaksanaan

a. Persiapkan perkakas

(7)

Standart Operation Procedure Proses Setup Mesin Jahit

Nomor Dokumen :

Mulai Berlaku :

Revisi :

Tanggal Revisi :

Halaman :

e. Pemasangan benang kedalam jarum f. Setting jalur benang

g. Putar mesin berlawanan arah jarum jam dengan jarum di posisi bawah h. Setting ketinggian jarum

i. Putar mesin hingga ujung pengait berada dibagian atas jarum j. Kencangkan kembali baut pengait

k. Nyalakan mesin l. Berikan pelumas

m. Pasang kembali bagian luar sepatu mesin dan needle guard n. Bersihkan area mesin jahit

Disposisi Nama Jabatan Paraf

Dibuat Oleh Diperiksa

Disetujui

Sumber: Data penelitian (2022) 3.6 Analisis Penyebab

Berdasarkan hasil observasi lapangan terdapat beberapa elemen yang mengakibatkan pemborosan dalam proses setup mesin. Untuk menganalisisnya bisa menggunakan diagram sebab akibat atau fishbone.

Diagram fishbone adalah teknik dan alat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kualitas hasil kerja [15]. Pada Gambar 3 menjelaskan analisa yang mengakibatkan pemborosan menggunakan diagram fishbone.

Waktu set up lama Human

Tools

Machine Environment

Kurang mempersiapkan kebutuhan setting Tools tidak

tertata

Mesin masih konvensional Area kerja

terbatas

Gambar 3. Fishbone diagaram Sumber: Data penelitian (2022)

Diagram fishbone pada Gambar 3, menunjukkan bahwa sejumlah variabel mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk waktu setup mesin jahit:

a. Manusia

Saat melakukan setup Operator kurang mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan. Misalnya, untuk mencegah kegiatan mencari dan mengambil alat, operator diharuskan menyiapkan alat yang akan digunakan untuk setup mesin.

b. Mesin

Operator masih menggunakan mesin standar, yang hanya memungkinkan proses setup diselesaikan saat mesin mati. Hal ini terjadi akibat mesin masih dioperasikan secara manual.

c. Peralatan

Masih kurangnya pengorganisasian alat di area kerja mesin jahit, yang mengharuskan operator untuk sesekali mencari alat karena tidak ada arak khusus untuk alat setup.

d. Lingkungan

Ruang kerja mesin jahit cukup terbatas, dalam artian bahan tidak ditempatkan dengan hati-hati. Selain itu, ruang kerja yang terbatas membuatnya sulit untuk disiapkan.

(8)

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Single Exchange of Dies (SMED) pada proses setup mesin jahit di CV Karjum Jaya Mandiri, maka didapat penurunan waktu proses setup dari 27,59 menit menjadi 17,55 menit dimana persentase penurunannya sebesar 36,38%. Dari hasil analisis diagram fishbone, diketahui penyebab dari terjadinya pemborosan dalam waktu setup mesin jahit diantaranya adalah karena operator yang kurang mempersiapkan kebutuhan setup, peralatan untuk setup yang tidak tertata, penggunaan mesin yang masih menggunakan mesin konvensional, keterbatasan dari area kerja operator.

Identifikasi aktifitas internal dan eksternal dapat dilakukan dengan cara observasi secara detail terhadap prosedur, mewawancarai operator yang melakukan setup, dan melakukan evaluasi hasil proses dokumentasi. Terdapat tiga cara yang dapat dilakukan untuk mempermudah identifikasi aktifitas internal dan eksternal yaitu, menggunakan check list, function check, memperbaiki transport dari tools.

5. Referensi

[1] R. Huduni dan B. Purwanggono, “Perbaikan Waktu Pada Pencucian Drum Plastik dengan Metode Single Minute Exchange of Dies (SMED) (Studi Kasus: Washing Area Departemen Operasi PT.

Bayer Indonesia),” Industrial Engineering Online Journal, 2019.

[2] R. Saputra, H. Arianto, dan L. Irianti, “Usulan Meminimasi Waktu Set-up dengan Menggunakan Metode Single Minute of Die (SMED) di Perusahaan X,” Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, vol. 4, no. 2, hlm. 206–218, 2016.

[3] E. Purnomo, A. Rachma Dwicahyani, dan Z. Lillahulhaq, “Analisa dan Perbaikan Waktu Set-up Pergantian Cetakan dengan Metode Single-Minute Exchange of Dies (SMED) (Studi Kasus: PT.

XYZ),” SENASTITAN 1, hlm. 26–34, 2021.

[4] K. Lestari dan D. Susandi, “Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mengidentifikasi Waste Pada Proses Produksi Kain Knitting di Lantai Produksi PT. XYZ,” In Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar, vol. 10, no. 1, hlm. 567–575, 2019.

[5] A. Ravizar dan R. Rosihin, “Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mengurangi Waste Pada Produksi Absorbent,” Jurnal INTECH Teknik Industri Universitas Serang Raya, vol. 4, hlm. 23–32, 2018.

[6] F. Nurhidayanto Arief dan Z. Fitri Ikatrinasari, “Perbaikan Waktu Setup dengan Menggunakan Metode SMED Pada Mesin Filling Krim,” Jurnal Ilmiah Teknik Industri, vol. 6, no. 1, hlm. 1–8, 2018.

[7] A. I. Haifa dan N. F. Permatasari, “Penguranagan Lead Time Analisa Kemasan Primer Flexy Bag dengan Metode Single Minute Exchange of Dies (SMED) di Industri Farmasi X,” Jurnal Inkofar *, vol. 1, no. 1, hlm. 2581–2920, 2020.

[8] A. A. Widi Rahayu, “Implementasi Single Minute Exchange of Dies (SMED) Untuk Perbaikan Proses Brand Changeover Mesin Focke dan Protos,” Jurnal Industry Xplore, vol. 5, no. 1, 2020.

[9] H. Sudarmaji dan R. Akbar, “Implementasi Metode Single Minute Exchange of Dies (SMED) Pada Mesin FSF Honing Channel 8 di PT SKFI,” Technologic, vol. 13, no. 1, hlm. 7–12, 2022, [Daring].

Available: www.polman.astra.ac.id

[10] M. A. Bora, Z. Yusdinata, dan R. R. Sandy Siregar, “Analisis Waktu Standar Pembuatan Baju Seragam Sekolah Dasar (SD) dengan Metode Work Sampling (Studi Kasus Di Yunis Tailor Batam),” Jurnal Industri Kreatif, vol. 2, no. 1, hlm. 41–50, 2018.

[11] I. Bimantoro, W. Fatmawati, dan A. Syakhroni, “Usulan Single Minute Exchange of Die (SMED) dan Konsep 5S Untuk Mereduksi Waktu Setup Pada Mesin WEB dan TSK (Studi Kasus: CV. Aneka Ilmu Semarang),” Konferensi Ilmiah Mahasiswa Unissula, hlm. 136–148, 2020.

[12] I. Roswandi, “Lean Manufacturing Konsep Untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Moulding Menggunakan Pendekatan SMED di PT XYZ,” Jurnal Penelitian dan Aplikasi Sistem & Teknik Industri (PASTI), vol. XIII, no. 1, hlm. 17–25, 2019.

[13] E. Meila Sari dan M. M. Darmawan, “Pengukuran Waktu Baku dan Analisis Beban Kerja Pada Proses Filling dan Packing Produk Lulu Mandi di PT. Gloria Origita Cosmetics,” ASIIMETRIK, vol.

2, no. 1, hlm. 51–61, 2020.

[14] A. A. Gede Ajusta dan S. Addin, “Analisis Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) di Departemen HRD PT SUmber Maniko Utama,” Jurnal Mitra Manajemen, vol. 2, no. 3, hlm. 181–

189, 2018.

(9)

[15] M. A. Adha, A. Supriyanto, dan A. Timan, “Strategi Peningkatan Mutu Lulusan Madrasah Menggunakan Diagram Fishbone,” Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, vol. 5, no.

1, hlm. 11–22, Jun 2019, doi: 10.32678/tarbawi.v5i01.1794.

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir dengan judul ANALISA PERBAIKAN MESIN HAMADA 700Cda DAN UPAYA MEMINIMALKAN CACAT PADA PROSES CETAK BUKU MENGGUNAKAN METODE DMAIC (Studi Kasus di CV. Sumber

4. Memperhitungkan biaya produksi selain biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.. CV Laksa Mandiri telah melakukan perhitungan biaya

Dengan mengubah urutan elemen kegiatan telah dapat menghilangkan idle time mesin dan idle time operator menjadi 0%, yang berarti bahwa terdapat keseimbangan dalam

STRATEGI DAN RENCANA TINDAK PENGEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR ALAT DAN MESIN PERTANIAN. DENGAN METODE SWOT ANALYSIS PADA CV

Analisis Kinerja Perusahaan dengan Metode Balanced Scorecard (Studi Kasus pada PDAM Tirta Jaya Mandiri Kabupaten Sukabumi Tahun 2013 s.d. Dibawah bimbingan Akhsanul Haq

Penelitian dimulai dari tahap perencanaan, dimana penulis mulai mencari faktor permasalahan pada Toko Mesin Pekan Jaya, untuk mendapatkan informasi penulis

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perencanaan perawatan sebagai pengoptimalan biaya down time pada mesin flying shear menggunakan metode age replacement di PT. Hanil Jaya