• Tidak ada hasil yang ditemukan

Miskonsepsi, Hambatan Belajar, dan Desain Didaktif dalam Pembelajaran Matematika

N/A
N/A
Deya Permatasari

Academic year: 2025

Membagikan " Miskonsepsi, Hambatan Belajar, dan Desain Didaktif dalam Pembelajaran Matematika"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Siliwangi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pendidikan Matematika

Nama : Deya Permatasari

NPM : 212151119

Kelas : 2021-D

Mata Kuliah : Kapita Selekta Matematika Dasar Dosen Pengampu : Bapak Dedi Muhtadi., S.Pd., M.Pd.

Artikel Catatan Perkulihan

Kapita Selekta Matematika Dasar Pada Semester Dua

Setelah mengikuti pembelajaran di Mata Kuliah Kapita Selekta Matematika Dasar dengan Dosen Pengampu Bapak Dedi Muhtadi., S.Pd., M.Pd. pada semester dua ini, saya jadi mengetahui beberapa miskonsepsi yang dihadapi siswa di sekolah, hal tersebut membuat saya sadar bahwa pelajaran matematika dari dulu hingga saat ini masih menjadi hal yang sulit untuk siswa, hal ini tentu memiliki alasannya. Pada mata kuliah ini juga dibahas mengenai Learning Obstacle (hambatan belajar) adalah suatu keadaan dimana siswa mengalami hal tertentu sehingga menyebabkan kesulit atau bahkan tidak tercapainya tujuan/sasaran pembelajaran.

Dan juga mempelajari tentang Desain Didaktif yaitu merupakan rancangan pembelajaran berupa bahan ajar yang dibuat berdasarkan hambatan belajar yang dialami siswa pada pembelajaran matematika yang dipelajari, Desain Didaktif ini dirancang dengan tujuan untuk mengatasi atau mengurangi hambatan belajar yang muncul, agar siswa mampu memahami konsep suatu materi dalam matematika secara utuh.

Dengan mengetahui hambatan belajar siswa di sekolah saya menjadi lumayan paham mengapa miskonsepsi itu terjadi, miskonsepsi menurut saya bisa terjadi karena pendidiknya yang kurang dalam penyampaian materinya, seperti contoh pendidik tidak menggunakan metode yang menarik dalam proses pembelajaran, salah satu metode yang menurut saya lumayan bisa membuat siswa mudah memahami dan mampu menerapakan matematika pada permasalahan yang dihadapinya yaitu seperti guru menyampaikan materi dengan menuliskannya di papan tulis lalu guru memberikan contoh soal kepada siswa dengan tingkatan yang berbeda-beda, setelah itu guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan oleh siswa hal

(2)

ini tentunya memiliki tujuan yaitu agar pendidik paham apakah siswa tersebut sudah mengerti dan mampu mengaplikasikan materi yang telah dipelajarinya. Selanjutnya guru juga memberikan latihan soal untuk didikerjakan di rumah (PR) tujuannya yaitu agar siswa mempelajari kembali materi yang telah dibahas di sekolah tadi dengan cara mengerjakan latihan.

Metode yang saya sampaikan di atas itu metode klasik yang dulu hingga saat ini menurut saya sudah diterapkan oleh pendidik, alasannya karena saya pernah mengalaminya pada saat sekolah, dengan menggunakan metode tersebut masih ada miskonsepsi yang dialami oleh siswa, karena miskonsepsi dapat terjadi dari dalam diri individu siswa, seperti misalnya siswa tidak mendengarkan dengan baik penjelasan yang disampaikan oleh guru, lalu siswa juga tidak bertanya kepada guru pada saat merasa kurang paham mengenai materi yang sedang disampaikan oleh guru maupun pada saat guru menjelaskan contoh soal, serta siswa tidak mengerjakan latihan soal yang diberikan baik di sekolah maupun di rumah (PR) biasanya karena siswa itu malas dan tidak ingin mengetahui mengenai pembelajaran tersebut hal ini didasarkan pada ketidakingintahuan siswa atau ketidakpahamam siswa terhadap pembelajaran matematika.

Kenyataan di atas selalu membuat pertanyaan bagi saya dan pada mata kuliah ini saya juga belum menemukan solusi yang sangat tepat dan terlaksana sempurna apa bila diterapkan secara realita (menurut pandangan saya), yang membuat pertanyaan yaitu bagaimana agar metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran matematika dapat membuat siswa tertarik dan siswa menjadi haus akan pembelajaran matematika sehingga siswa mampu memahami materi serta mengimplementasikannya pada permasalahan matematik dan bagaimana seorang pendidik dapat menghilangkan rasa malas siswa serta pandangan siswa mengenai matematika sulit, pertanyaan tersebut disadarkan apabila seorang pendidik sudah mampu memberilan pembelajaran dengan metode yang menarik (jika dilihat dari pandangan seorang pendidik) namun dalam pelaksanaannya dan pada kenyataan sampai saat ini masih banyak miskonsepsi yang yang dialami siswa pada pembelajaran matematika.

Melaksanakan pembelajaran matematika untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan pada dasarnya bukanlah hal yang mudah, berbagai hambatan yang mungkin akan dialami baik oleh guru maupun siswa. Misalnya hambatan guru terkait penguasaan materi yang akan diajarkan, guru juga mengalami masalah dalam membuat rencana pembelajaran seperti menentukan metode mengajar yang cocok pada tiap materi dan membuat instrumen penilaian yang tepat mengukur tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ataupun hambatan guru dari segi proses pembelajaran. Masalah tersebut tentu menjadi hal serius yang harus dibenahi oleh guru

(3)

karena bisa jadi memicu timbulnya masalah pembelajaran yang lain. Di sisi yang berbeda, berbagai hambatan juga mungkin dialami siswa salah satunya hambatan dalam mempelajari (learning obstacle) sebuah topik matematika tertentu.

Solusi untuk penerapan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Kelas homogen dapat diterapkan pembelajaran yang bervariasi, dan untuk kelas heterogen juga dapat diterapkan metode pembelajaran yang bervariasi namun memerlukan bimbingan yang lebih banyak saat pembelajaran. Kesesuaian cara yang digunakan dalam pembelajaran dengan materi dan karakteristik peserta didik dapat membuat proses pembelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan, sehingga proses belajar mengajar akan menjadi lebih efektif, yang pada akhirnya akan membuat peserta didik memperoleh prestasi belajar yang baik.

Problematika pembelajaran matematika dapat disebabkan oleh faktor dari peserta didik maupun guru. Salah satu faktor guru yang menimbulkan problematika dalam pembelajaran matematika adalah kurangnya penguasaan metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam setiap kelas yang berbeda. Biasanya, masalah peserta didik cenderung banyak, beragam dan kompleks dan membutuhkan interdisipliner pendekatan untuk memahami mereka secara memadai. Dalam problematika matematika sekolah terdapat macam- macam diantaranya: Problematika matematika sekolah yang didasarkan pada kurikulum, Problematika matematika sekolah yang didasarkan pada konten, Problematika matematika sekolah yang didasarkan pada pendagogi, dan Problematika matematika sekolah yang didasarkan pada penilaian.

Tidak sedikit problematika yang timbul pada pendidikan karena rendahnya kompetensi pedagogik pada pendidiknya seperti tidak menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran, tidak mau dan takut dalam mengembangkan kurikulum, padahal yang sangat diinginkan peserta didik adalah pendidik yang inovatif, kreatif dan menyenangkan. Selain kompetensi pedagogik, yang menjadi perbincangan adalah kompetensi professional.

Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki pendidik dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembalajaran. Pendidik yang profesional diyakini mampu memotivasi peserta didik untuk mengoptimalkan potensinya dalam upaya pencapaian standar pendidikan yang ditetapkan. Dari profesinalismenya tersebut muncul sebuah tanggungjawab besar, yakni menyiapkan manusia yang berkualitas yang tidak tegerus oleh majunya zaman.

(4)

Mungkin cukup sekian yang dapat saya tuliskan mengenai Catatan Kuliah pada Mata Kuliah Kapita Selekta Matematika Dasar di semester dua ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dedi Muhtadi selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Kapita Selekta Matematika Dasar, terima kasih Bapak atas segala ilmu dan motivasi yang telah diberikan, serta kesabaran Bapak dalam mengajar sehingga saya dapat belajar dengan baik mengenai Mata Kuliah Kapita Selekta Matematika Dasar. Semoga Bapak sehat selalu dan di berkahi oleh Allah SWT.

Referensi

Dokumen terkait

MODUL DIKLAT GURU PEMBELAJAR KELOMPOK KOMPETENSI D – PPPPTK MATEMATIKA (2016) DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA1. Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui proses triangulasi, Hasil penelitian diperoleh beberapa learning obstacle siswa dan desain didaktis untuk mengatasi learning

Kesimpulan dalam penelitian adalah bahwa penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5-E dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

untuk mengurangi learning obstacle , mendeskripsikan implementasi desain didaktis, dan menghasilkan desain didaktis pada materi Pesawat Sederhana. Identifikasi learning

Responden: Paling hambatan yang saya alami selama pembelajaran matematika berbasis e-learning yaitu penggunaan aplikasi pembelajaran ka karena selama pembelajaran

Skripsi ini membahas tentang perbandingan pemahaman konsep matematika menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan Model Pembelajaran Group Investigation

commit to user Desain pembelajaran inkuiri untuk memperbaiki miskonsepsi siswa pada materi Animalia Model inkuiri Tafoya 2012 -Guru belum paham level inkuiri dengan benar

Makalah ini membahas mengenai peran penting media pembelajaran dalam proses belajar mengajar pendidikan