• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Keperawatan Dasar I

N/A
N/A
Sarini Suryadi

Academic year: 2024

Membagikan "Modul Keperawatan Dasar I"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL I KEPERAWATAN DASAR I

Di Susun Oleh Team

AKADEMI KEPERWATAN GIRI SATRIA HUSADA

WONOGIRI

(2)

MODUL PEMBELAJARAN

KEPERAWATAN DASAR I

Nomor : GSH/LSPMI/ FM 06.01

Tanggal Terbit : 25/11/2016 No. Revisi : -

Halaman : 1 dari 1

LEMBAR PENGESAHAN

PROSES

PENANGGUNG JAWAB

TANG

NAMA JABATAN TANDA GAL

TANGAN 1. PERUMUSAN KRISTIANA PUJI P , S.Kp., M.Kes. DOSEN PENGAMPU

2. PEMERIKSAAN DWI INDRIAWATI S.Kep. KOORDINATOR MATA KULIAH 3. PERSETUJUAN SRI HANDAYANI, S.Kep., Ns.,

M.Kes. PEMBANTU DIREKTUR I

4. PENETAPAN KRISTIANA PUJI PURWANDARI,

S.Kp., M.Kes. DIREKTUR

5. PENGENDALIAN SUSANA NURTANTI, S.Kep., Ns.,

M.Kes. KETUA LSPMI

(3)

BIODATA MAHASISWA

NAMA : ………...

NIM :………...

ALAMAT : ………...

NO TELP : ………...

AKADEMI KEPERAWATAN GIRI SATRIA HUSADA

WONOGIRI

PAS FOTO

(4)

VISI

Menjadi Program Studi Penghasil Tenaga Perawat Vokasi Yang Profesional Di Era Global Dan Unggul Dalam Bidang Keahlian Keperawatan Dasar Di Tahun 2020

MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan D3 Keperawatan dengan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi,

2. Melaksanakan penelitian di bidang keperawatan dengan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan,

3. Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang kesehatan yang terus menerus sebagai upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat yang optimal

4. Mengembangkan sumber daya, sarana dan prasarana yang mendukung tercapainya suasana akademik yang kondusif

(5)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 5

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin` , segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami sehingga buku Modul Keperawatan Jiwa ini dapat diterbitkan sebagai alat untuk membantu mahasiswa Akademi Keperawatan Giri Satria Husada Wonogiri dalam meningkatkan ketrampilan praktek pemenuhan Keperawatan Dasar I.

Kami menyadari bahwa Ilmu keperawatan berkembang sangat pesat dan modul keperawatan Dasar I ini ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,dengan kerendahan hati kami mengharapkan pembaca/pengguna buku ini selalu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu yang ada dengan selalu membaca berbagai buku lainya dan tidak selalu terpaku pada modul ini.

Saran dan masukan yang ditunjukan untuk penyempurnaan modul keperawatan Dasar I ini sangat kami harapkan. Semoga buku panduan praktikum ini dapat bermanfaat dan membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Wonogiri, 25 November 2016 Penyusun

(6)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 6 BAB I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Mata Kuliah

Kebutuhan dasar manusia merupakan bagian dari ilmu dasar. Focus cabang ilmu ini pada ketrampilan dasar yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan menggunakan proses keperawatan, konsep dasar dan teori model keperawatan sebagai pendekatan. Kegiatan pembelajaran meliputi kuliah, diskusi dan praktek laboratorium.

B. Capaian Pembelajaran

1. Menguasai konsep teoritis kebutuhan dasar manusia

2. Menguasai jenis, manfaat dan manual penggunaan alat kesehatan

3. Mampu memberikan askep kepada individu, keluarga dan kelompok baik sehat, sakit dan kegawatdaruratan dengan memperhatikan aspek bio, psiko, sosial, kultural dan soiritual yang menjamin keselamatan klien ( patient safety), sesuai standar askep dan berdasarkan perencanaan keperawatan yang telah tersedia

4. Mampu memilih dan menggunakan peralatan dalam memberikan askep sesuai dengan standar askep

5. Mampu mengumpulkan data, menganalisa dan merumuskan masalah, merencanakan, mendokumentasikan dan menyajikan informasi asuhan keperawatan

C. Bahan Kajian

1. Konsep Pemeriksaan Tanda – tanda vital 2. Konsep Pemeriksaan Fisik Head to toe

(7)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 7 BAB II

MATERI

A. PEMERIKSAAN TANDA – TANDA VITAL

Pemeriksaan Tanda-tanda vital atau Vital Signs merupakan pengukuran fungsi tubuh yang paling dasar untuk mengetahui tanda klinis dan berguna untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit dan berfungsi dalam menentukan perencanaan perawatan medis yang sesuai.

Ada Empat tanda vital utama secara rutin di pantau oleh para medis dan penyedia layanan kesehatan adalah Suhu tubuh, Denyut nadi, laju pernafasan dan Tekanan darah. Vital Signs berguna dalam mendeteksi atau pemantauan masalah medis

Pemeriksaan tanda vital dilakukan saat pertama kali anda mendapat perawatan medis, Sebelum dan sesudah operasi, sebelum dan sesudah therapy, sebelum dan sesudah fisiotherapi, pemantauan rutin pasien tertentu seperti hipertensi, jantung , stroke dll.

B. Jenis-jenis pengukuran Tanda vital.

1. Mengukur Suhu tubuh

Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat pula dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam bidang termodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan tenaga secara spontan. Pusat thermoregulasi di Hipothalamus.

Ada dua macam jenis suhu tubuh yang kita perlukan untuk tujuan pemeriksaan, yaitu : a. Suhu inti:

(core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif : rectum, membrane timpani, esophagus, arteri pulmonel, kandung kemih, rektal. Dalam hal ini, kita harus menggunakan cara pengukuran suhu melalui rektum

b. Suhu permukaan:

(surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C. Tempat

(8)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 8 pengukuran suhu permukaan yang paling efektif : kulit, aksila oral. Sehingga, kita bias menggunakan cara pengukuran melalui oral, aksila, dan telinga.

Suhu tubuh normal seseorang bervariasi tergantung pada jenis kelamin, aktivitas baru- baru ini, makanan atau konsumsi cairan, dan pada wanita, tahap siklus menstruasi. Suhu tubuh normal dapat berkisar antara 36,5 derajat C - 37,2 derajat C atau setara dengan 97,8 derajat F - 99 derajat F .

Pemeriksaan suhu tubuh akan memberikan tanda/hasil suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa tempat, yaitu:

a. Aksila/Ketiak, dilakukan selama 5-10 menit (Eoff dan Joyce, 1981 b. Oral/mulut, dilakukan selama 2 menit (Baker et.al, 1984)

c. Rectal/Anus, dilakukan selama 2 menit (Kucha, 1972)

d. Timpanik/Telinga, dilakukan selama 2 detik (Erickson et.al,1991)

Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat yaitu :

a. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C. Untuk mengukur suhu hipotermi diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25 derajat Celcius.

b. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36,5 - 37,5°C c. Febris / pireksia / panas, bila suhu tubuh diatas 37,5 - 40°C d. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh a. Kecepatan metabolisme basal

Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Suhu tubuh sangat terkait dengan laju metabolisme.

b. Rangsangan saraf simpatis

Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh

metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.

c. Hormone pertumbuhan

Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.

(9)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 9 d. Hormone tiroid

Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat memengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.

e. Hormone kelamin

Hormone kelamin pria (testosterone)dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.

f. Demam (peradangan)

Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.

g. Status gizi

Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%.

Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.

h. Aktivitas

Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.

i. Gangguan organ

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat

menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.

j. Lingkungan

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat memengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses

kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui

anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien.

Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.

(10)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 10 3. Metode pengukuran vital signs Suhu tubuh seseorang dapat dilakukan melalui salah

satu cara berikut:

a. Melalui mulut. Suhu dapat diambil melalui mulut baik menggunakan termometer kaca klasik, atau termometer digital yang lebih modern untuk mengukur suhu tubuh.

b. Melalui Dubur. Suhu diukur pada dubur menggunakan termometer kaca / digital cenderung 0,5-0,7 derajat F lebih tinggi daripada oral.

c. Melalui ketiak / Suhu aksila. Dapat diambil di bawah lengan menggunakan termometer. Suhu yang diambil oleh jalur ini cenderung 0,3-0,4 derajat F lebih rendah dibandingkan suhu oral.

d. Di telinga. Sebuah termometer khusus dengan cepat dapat mengukur suhu gendang telinga, yang mencerminkan suhu inti tubuh (suhu organ internal).

e. Di kulit. Sebuah termometer khusus dengan cepat dapat mengukur suhu kulit di dahi.

Dalam pengukuran suhu tubuh, terdapat empat (4) macam cara, yaitu : a. Peroral (sublingual), yaitu mengukur suhu melalui oral(mulut).

keuntungan:

 Mudah dijangkau dan tidak membutuhkan perubahan posisi.

 Nyaman bagi klien.

 Memberi pembacaan suhu permukaan yang akurat.

kerugian:

 Tidak boleh dilakukan pada klien yang bernapas lewat mulut.

 Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah oral, trauma oral, riwayat epilepsi, atau gemetar akibat kedinginan.

 Tidak boleh dilakukan pada bayi, anak kecil, anak yang sedang menangis atau klien konfusi, tidak sadar atau tidak kooperatif.

 Risiko terpapar cairan tubuh

b. Peraxila, yaitu mengukur suhu melalui axila(ketiak).

keuntungan:

 Aman dan non-invasif

 Cara yang lebih disukai pada bayi baru lahir dank lien yang tidak kooperatif.

kerugian:

 Waktu pengukuran lama

(11)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 11

 Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan posisi klien c. Perrektal, yaitu mengukur suhu melalui rektum(dubur).

keuntungan:

 Terbukti lebih dapat diandalkan bila suhu oral tidak dapat diperoleh

 Menunjukkan suhu inti kerugian:

 Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah rektal, kelainan rektal, nyeri pada area rektal, atau cenderung perdarahan.

 Memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan sumber rasa malu dan ansietas klien.

 Risiko terpajan cairan tubuh

 Memerlukan lubrikasi

 Dikontradiksikan pada bayi baru lahir.

d. Peroftal, yaitu mengukur suhu melalui telinga(jarang dipakai).

keuntungan:

 tempat mudah dicapai.

 perubahan posisi yang dibutuhkan minimal.

 memberi pembacaan inti yang akurat.

 waktu pengukuran sangat cepat (2-5 detik).

 Dapat dilakukan tanpa membangunkan atau mengganggu klien.

kerugian:

 Alat bantu dengar harus dikeluarkan sebelum pengukuran.

 Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah telinga atau membran timpani.

 Membutuhkan pembungkus probe sekali pakai.

 Impaksi serumen dan otitis media dapat mengganggu pengukuran suhu.

 Keakuratan pengukuran pada bayi baru lahir dan anak-anak dibawah 3 tahun masih diragukan.

(12)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 12 4. Cara Mengukur Suhu Tubuh

a. Mengukur Suhu Oral

Yaitu mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang ditempatkan di mulut.

1) Tujuan : Mengetahui suhu klien untuk menentukan tindakan dan diagnose 2) Persiapan alat

a) Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai b) Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam tempatnya c) Sarung tangan

d) Tissue e) Bengkok

f) Buku catatan dan alat tulis 3) Prosedur

a) Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan b) Mendekatkan alat kesamping klien

c) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan

d) Menempatkan termometer di bawah lidah klien dalam kantung sub lingual lateral ketengah rahang bawah

e) Meminta klien menahan termometer dengan bibir terkatup dan hindari penggigitan. Bila klien tidak mampu menahan termometer dalam mulut maka pegangi termometer

f) Biarkan termometer di tempat tersebut :

 Termometer air raksa : 2-3 menit

 Termemoter Digital : sampai sinyal terdengar g) Keluarkan termometer dengan hati-hati

h) Lap termometer memakai tissue dengan gerakan memutar dari atas ke arah reservoir, kemudian buang tissue di bengkok

i) Baca air raksa atau digitnya

j) Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan termometer digital ke skala awal

k) Mengembalikan termometer pada tempatnya

(13)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 13 l) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan

m) Mendokumentasikan hasil tindakan

b. Mengukur Suhu Aksila

Yaitu mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang di tempatkan di ketiak (aksila). Suhu aksila tidak seakurat pengukuran rektal atau oral, dan ini umumnya mengukur 1 derajat lebih rendah dari suhu oral jika diukur secara bersamaan

Tujuan : Mengetahui suhu badan klien untuk menentukan tindakan dan membantu menentukan diagnosa

Persiapan alat

1) Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai 2) Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam tempatnya 3) Sarung tangan

4) Tissue 5) Bengkok

6) Buku catatan dan alat tulis Prosedur

1) Menjelaskan pada klien tentang tidakan yang akan dilakukan 2) Mendekatkan alat ke samping klien

3) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan

4) Memasang tirai atau menutup gorden/ pintu ruangan

5) Membantu klien untuk duduk atau posisi berbaring terlentang. Buka pakaian pada lengan klien , Lap keringkan dan bersihkan ketiak klien

6) Menempatkan termometer di tengah ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan di bawah klien

7) Biarkan termometer di tempat tersebut (a) Termometer air raksa : 5-10 Menit

(b) Termometer digital : sampai sinyal terdengar

(14)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 14 8) Keluarkan termometer dengan hati-hati

9) Lap termometer memakai tissue dengan gerakan memutar dari atas ke arah reservoir, kemudian tissue di bengkok

10) Baca air raksa atau digitnya

11) Membantu klien merapikan bajunya

12) Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan termometer digital ke skala awal 13) Mengembalikan termometer pada tempatnya

14) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan 15) Mendokumentasikan hasil tindakan

C. Mengukur Suhu Rektal

Yaitu mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang ditempatkan di rektal. American Academy of Pediatric merekomendasikan pengukuran suhu rectal untuk anak di bawah usia 3 tahun, karena hal ini memberikan bacaan yang paling akurat dari suhu utama tubuh. Pengukuran suhu rectal akan membaca sekitar 1 derajat lebih tinggi dari suhu oral jika dilakukan pengukuran secar bersamaan.

a. Tujuan

Mengetahui suhu badan klien untuk menentukan tindakan dan membantu menegakkan diagnosa

b. Persiapan alat

1) Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai 2) Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam tempatnya

3) Vaseline/pelumas larut air 4) Sarung tangan

5) Tissue 6) Bengkok

7) Buku catatan dan alat tulis c. Prosedur

1) Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan 2) Mendekatkan alat ke samping klien

(15)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 15 3) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan

4) Memasang tirai atau menutup gorden/pintu ruangan 5) Membuka pakaian bagian bawah

6) Mengatur posisi klien

(a) Dewasa : Sim atau miring dan kaki sebelah atas tekuk ke arah perut (b) Bayi/anak : Tengkurap/terlentang

7) Melumasi ujung termometer dengan vaseline sekitar 2,5-3,5 cm untuk orang dewasa dan 1,5- 2,5 cm untuk bayi/anak

8) Membuka anus dengan menaikkan bokong atas dengan tangan kiri (untuk orang dewasa). Bila bayi tengkurap di tempat tidur, renggangkan kedua bokong dengan jari- jari.

9) Minta klien menarik nafas dalam dan masukkan termometer secara perlahan kedalam anus sekitar 3,5 cm pada orang dewasa dan pada bayi 1,5-2,5 cm

10)Pegang termometer ditempatnya selama 2-3 menit (orang dewasa) dan 5 menit (untuk anak-anak)

11)Keluarkan termometer dengan hati-hati

12)Lap termometer memakai tissue dengan gerakan memutar dari atas ke arah reservoir, kemudian buang tissue di bengkok

13)Baca air raksa atau digitnya

14)Melap area anal untuk membersihakan pelumas atau feaces dan merapikan klien 15)Membersihkan termometer air raksa

16) Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan termometer digital ke skala awal 17)Mengembalikan termometer pada tempatnya

18)Melepas sarung tangan dan mencuci tangan 19)Mendokumentasikan hasil tindakan

D. Mengukur Suhu Tymphanic

Yaitu, mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang ditempatkan di telinga. Pengukuran suhu gendang telinga tidak akurat pada anak-anak kecil dan tidak boleh digunakan pada anak di bawah 3 tahun (36 bulan). Hal ini terutama berlaku pada bayi dibawah 3 bulan dimana pengukuran suhu yang akurat adalah sangat penting.

(16)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 16 a. Tujuan

Mengetahui suhu klien untuk menentukan tindakan dan diagnosa b. Persiapan alat

1) Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai 2) Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam tempatnya 3 ) Sarung tangan

4) Tissue 5) Bengkok

6) Buku catatan dan alat tulis c. Prosedur

1) Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan 2) Mendekatkan alat kesamping klien

3) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan 4) Masukkan termometer ke dalam telinga pasien 5) Setelah dirasa cukup, keluarkan dengan hati-hati

6) Lap termometer memakai tissue dengan gerakan memutar dari atas ke arah reservoir, kemudian buang tissue di bengkok

7) Baca air raksa atau digitnya

8) Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan termometer digital ke skala awal 9) Mengembalikan termometer pada tempatnya

10) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan 11) Mendokumentsikan hasil tindakan

2. Pemeriksaan Frekuensi Nadi

Denyut nadi adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Waktu yang tepat untuk mengecek denyut nadi adalah saat kita bangun pagi dan sebelum melakukan aktivitas apapun. Pada saat itu kita masih relaks dan tubuh masih terbebas dari zat-zat pengganggu.

Pemeriksaan denyut nadi merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri, dengan cara menghitung kecepatan/loncatan aliran darah yang dapat teraba pada berbagai titik tubuh melalui

(17)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 17 perabaan. Pemeriksaan nadi dihitung selama satu menit penuh, meliputi frekuensi, keteraturan dan isi. Selain melalui perabaan dapat juga diperiksa melalui stetoskop.

Pemeriksaan denyut nadi bertujuan untuk mengetahui keadaan umum pasien, mengetahui integritas system kardiovaskuler, dan mengikuti perkembangan jalannya penyakit.

Titik denyut, misalnya: denyut arteri temporalis dan arteri frontalis pada kepala, arteri karotis pada leher, arteri brachialis pada lengan atas/siku bagian dalam, arteri radialis dan ulnris pada pergelangan tangan, arteri poplitea pada belakang lutut, dan arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki.

Frekuensi denyut nadi sangat bervariasi, tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia.

Demikian juga halnya waktu berdiri, sedang makan, mengeluarkan tenaga atau waktu emosi.

Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya, yaitu :

A. Usia

Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigenselama pertumbuhan. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampaidengan usia dewasa. Denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.

No. Usia Frekuensi Nadi (denyut / menit) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

< 1 bulan

< 1 tahun 2 tahun 6 tahun 10 tahun 14 tahun

> 14 tahun

90 – 170 80 – 160 80 – 120 75 – 115 70 – 110 65 – 100 60 – 100

(18)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 18 B. Jenis Kelamin

Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit.

C. Ukuran Tubuh

Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh seseorangyaitu dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan Rumus :

BB(Kg)IMT=TB(m) X TB(m) Keteranan :

IMT = Indek Masa Tubuh BB = Berat Badan

TB = Tinggi Badan.

D. Kehamilan

Frekuensi jantung meningkat secara progresif selama masa kehamilan dan mencapai maksimal sampai masa aterm yang frekuensinya berkisar 20% diatas keadaan sebesar hamil.

E. Keadaan Kesehatan

Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit makafrekuensi jantungnya cenderung meningkat.

F. Riwayat Kesehatan

Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang darah)akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga Cardiac output meningkat yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi.

(19)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 19 G. Rokok dan Kafein

Rokok dan kafein juga dapat meningkatkan denyut nadi. Pada suatu studi yang merokok sebelum bekerja denyut nadinya meningkat 10 sampai 20 denyut permenit dibanding dengan orang yang dalam bekerja tidak didahului merokok. Pada kafein secara statistik tidak ada perubahan yang signifikan pada variable metabolickardiovaskuler kerja maksimal dan sub maksimal.

H. Intensitas dan Lama Kerja

Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi. Lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas maksimal. Batas kesanggupan kerja sudah tercapai bila bilangan nadi kerja (rata-rata24nadi selama kerja) mencapai angka 30 denyut per menit dan di atas bilangan nadi istirahat. Sedang nadi kerja tersebut tidak terus menerus menanjak dan sehabis kerja pulih kembali pada nadi istirahat sesudah ± 15 menit.

I. Sikap Kerja

Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan posisi kerja duduk.

J. Faktor Fisik

Kebisingan merupakan suatu tekanan yang merusak pendengaran. Selama itu dapat meningkatkan denyut nadi, dan mempengaruhi parameter fisiologis yang lain yang dapat menurunkan kemampuan dalam kerja fisik. Penerangan yang buruk menimbulkan ketegangan mata, hal ini mengakibatkan kelelahan mata yang berakibat pada kelelahan mental dan dapat memperberat beban kerja.

K. Kondisi Psikis

Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan, kecemasan, dankesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi seseorang.

(20)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 20 III. FREKUENSI DENYUT NADI

Kecepatan normal denyut nadi (Jumlah debaran setiap menit):

Pada bayi baru lahir 140 Selama tahun pertama 120 Selama tahun kedua 110 Pada umur 5 tahun 96-100 Pada umur 10 tahun 80-90 Pada orang dewasa 60-80

Kecepatan denyut nadi pada saat tidur (Jumlah debaran setiap menit):

Bayi baru lahir 100 – 180 Usia 1 minggu – 3 bulan 100 – 220 Usia 3 bulan – 2 tahun 80 – 150 Usia 10 –21 tahun 60 – 90 Usia lebih dari 21 tahun 69 – 100

Berdasarkan kuat dan lemahnya denyut nadi diklasifikasikan : Tidak teraba denyut : 0

Ada denyut tetapi sulit teraba : +1,

Denyut normal teraba dengan mudah dan tidak mudah hilang : +2

Denyut kuat, mudah teraba seakan- akan memantul terhadap ujung jari serta tidak mudah hilang : + 3

(21)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 21 IV. POLA NADI

Pola nadi Deskripsi

Bradikardia Frekuensi nadi lambat.

Takikardia Frekuensi nadi meningkat, dalam keadaan tidak pada ketakutan, menangis, aktivitas meningkat, atau demam yang menunjukan penyakit jantung.

Sinus Aritmia Frekuensi nadi meningkat selama inspirasi, menurun selama ekspirasi. Sinus Aritmia merupakan variasi normal pada anak, khususnya selama tidur.

Pulsus Alternans

Denyut nadi yang silih berganti kuat lemah dan kemungkinan menunjukan gagal jantung.

Pulsus

Begeminus Denyut berpasangan dan berhubungan dengan denyut premature Pulsus

Paradoksus Kekuatan nadi menurun dengan inspirasi

Thready Pulse Denyut nadi cepat dan lemah menunjukan adanya tanda shock, nadi sukar di palpasi tampak muncul dan menghilang

Pulsus Corrigen Denyut nadi kuat dan berdetak detak. Hal itu disebabkan oleh variasi yang luas pada tekanan nadi.

V. TEMPAT-TEMPAT UNTUK MERASAKAN DENYUT NADI

Denyut nadi dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat- tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Pada umumnya ada 9 tempat untuk merasakan denyut nadi yaitu :

(22)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 22 1. Pada aspek ventral dari pergelangan tangan pada sisi ibu (radial arteri), dan kurang umum ulnar arteri kemerah-merahan pada sisi yang lebih mendalam dan sulit untuk meraba.

2. Leher (pembuluh nadi kepala),

3. Bagian dalam siku, atau di bawah otot bisep (arteri brachial) 4. Kunci paha,

5. Dibalik malleolus di tengah-tengah kaki (belakang tibial arteri) 6. Tengah dorsum dari kaki (dorsalis pedis).

7. Di belakang lutut (popliteal arteri) 8. Diatas Perut (Abdominal aorta)

9. Dada (aorta). Hal ini dapat dirasakan dengan satu tangan atau jari tetapi mungkin untuk auscultate jantung dengan menggunakan stetoskop.

Namun yang palingsering dilakukan yaitu pada : 1. Arteri radialis

2. Arteri Brankialis 3. Arteri Karotid

VI. ALAT, PERSIAPAN, DAN CARA PEMERIKSAAN A. Arteri radialis

Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin.

PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI RADIALIS 1. Persiapan alat

a. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)

(23)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 23 b. Buku catatan nadi ( kartu status )

c. Alat tulis 2. Persiapan pasien

a. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan b. Buatlah pasien rilek dan nyaman .

3. Cara pemeriksaan

a. Cuci tangan pemeriksa

b. Minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan bawah

c. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.

d. Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah ,lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada pergelangan tangan

e. Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur f. Hitung denyut tersebut selama satu menit ,

g. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.

B. ARTERI BRAKIALIS

Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku (fossa antekubital).

Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac arrest pada infant.

PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI BRAKIALIS 1. Persiapan alat

a. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch) b. Buku catatan nadi ( kartu status )

(24)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 24 c. Alat tulis

2. Persiapan pasien

a. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan b. Buatlah pasien rilek dan nyaman

3. Cara pemeriksaan

a. Cuci tangan pemeriksa

b. Menyingsingkan lengan baju pasien yang menutupi lengan atas

c. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.

d. Lakukan palpasi ringan arteri dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah pada f ossa kubiti (lekuk antara otot bisep dan trisep diatas siku).

e. Rasakan denyut arteri brankialis dan irama yang teratur.

f. Hitung jumlah denyut selama satu menit.

g. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.

C. ARTERI CAROTIS

Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi, kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak.

PEMERIKSAAN FREKWENSI DENYUT ARTERI KAROTIS 1. Persiapan alat

a. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch) b. Buku catatan nadi ( kartu status )

(25)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 25 c. Alat tulis

2. Persiapan pasien

a. Jelaskan pada pasien tentang perlunya pemeriksaan ini.

b. Buatlah pasien serilek dan senyaman mungkin 3. Cara pemeriksaan

a. Cuci tangan pemeriksa dengan air bersih

b. minta pasien melepaskan baju sehingga bagian leher terlihat jelas c. pasien duduk dengan posisi tangan diistirahatkan diatas paha d. Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut arteri karotis

e. Mintalah pasien untuk memalingkan kepala pada sisi arah yang berlawanan dengan yang akan diperiksa.

f. Kemudian lakukan palpasi dengan lembut, jangan terlalu keras untuk menghindari rangsangan sinus carotid.

g. Dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk palpasi sekitar otot sternokleidomastoideus bagian medial.

h. Perhatikan perubahan denyut pada saat menarik atau menghembuskan napas

i. Hitung frekuensi nadi dengan alat pengukur waktu untuk 30 detik, kemudian hasilnya dikalikan 2. Bila irama tidak teratur hitung selama 1 menit.

VII. CARA MENGUKUR DENYUT NADI

Dengan menggunakan 2 jari yaitu telunjuk dan jari tengah, atau 3 jari, telunjuk, jari tengah dan jari manis jika kita kesulitan menggunakan 2 jari. Temukan titik nadi ( daerah yang denyutannya paling keras ), yaitu nadi karotis di cekungan bagian pinggir leher kira-kira 2 cm di kiri/kanan garis tengah leher ( kira-kira 2 cm disamping jakun pada laki-laki ), nadi radialis di

(26)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 26 pergelangan tangan di sisi ibu jari. Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglah jumlah denyutannya selama 15 detik, setelah itu kalikan 4, ini merupakan denyut nadi dalam 1 menit.

Secara umum denyut nadi maksimum orang sehat saat berolah raga adalah 80% x (220-usia) untuk kebutuhan fitness. Lebih akurat, Sally Edward memberikan rumusan perhitungan denyut nadi maksimum 210-(0,5xumur)-(0,05xberat badan(dalam pound))+4 untuk pria, sedangkan untuk wanita adalah 210-(0,5xumur)-(0,05xberat badan(dalam pound)). Catatan: 1 kg = 2,2 pound.

Dalam olahraga, diberikan 3 (tiga) tingkatan kebutuhan:

1. Untuk sehat: 50-70% denyut nadi maksimum

2. Untuk kebugaran (fitness): 70-80% denyut nadi maksimum 3. Untuk atlit (performance): 80-100% denyut nadi maksimum.

Bila Anda semakin bugar, denyut nadi Anda sewaktu istirahat akan makin menurun, kuat dan lebih teratur. Namun denyut nadi bisa lebih cepat jika seseorang dalam keadaan ketakutan, habis berolah raga, atau demam. Umumnya denyut nadi akan meningkat sekitar 20 kali permenit untuk setiap satu derajat celcius penderita demam.

VIII. PENENTUAN PENYAKIT BERDASARKAN DENYUT NADI

Denyut nadi bisa memberikan gambaran tentang penyakit atau gangguan yang terjadi pada organ tubuh seseorang. Penentuan penyakit melalui denyut nadi ini didasarkan pada tingkat kelajuan (kecepatan), kedalaman dan kekuatan denyutan. Pembagian penentuan penyakit berdasarkan denyut nadi :

A. Kecepatan / Kelajuan Nadi

Ukuran denyut nadi normal adalah 60 - 90 denyut/menit atau 4 – 5 pukulan / siklus atau daur nafas. Berdasarkan kecepatan / kelajuannya denyut nadi dibagi menjadi dua yaitu:

1. Denyut Nadi Perlahan / lambat

Denyut nadi per lahan atau lambat adalah denyut nadi di bawah 60 denyut/menit atau 4 pukulan / daur pernafasan. Nadi yang berdenyut perlahan menunjukan unsur air (sejuk) yang

(27)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 27 terdapat dalam tubuh. Dalam kondisi seperti ini nadi berdenyut lebih pelan dibandingkan dengan denyut nadi normal. Semakin pelan denyutannya berarti semakin tinggi unsur air (sejuk) yang terdapat dalam tubuh.

2. Denyut Nadi laju / cepat

Denyut nadi laju atau cepat adalah denyut nadi di atas 90 denyut/menit atau 5 pukulan / daur pernafasan. Nadi yang bedenyut cepat menunjukan unsur api (panas) yang terdapat dalam tubuh. Semakin laju /cepat denyutan berarti semakin banyak

B. Kekuatan denyut nadi 1. Nadi Kuat / Penuh

Nadi seperti ini bisa dikenali dengan merasakan adanya denyutan pada ketiga jari yang kita tempelkan pada bagian atas pergelangan tangan. Nadi kuat menunjukan adanya kualitas gelombang yang agresif serta kandungan unsur yang berlebihan.

2. Nadi Lemah / Kosong

Nadi yang lemah (kosong) menunjukan tubuh kekurangan unsur.

C.Kedalaman Nadi 1. Nadi Atas

Denyut nadi atas mengindikasikan komplikasi gejala luar atau tahap awal penyakit.

Denyutan Nadi atas bisa diketahui dengan merasakan denyutan hanya dengan melalui tekanan yang ringan. Danyutan akan hilang jika kita menekan (pergelangan) terlalu kuat (dalam).

Nadi atas menunjukan gejala kekurangan tenaga pada buah pinggang. Kesan (tanda-tanda) yang biasa muncul antara lain; sakit kepala, bunyi berdengung dan berdesing dalam telinga, hotfluses (muka dan leher menjadi merah)

Nadi atas juga menunjukan tenaga yang tinggi dalam paru-paru. Keadaan seperti ini biasanya ditandai (dikesan) dengan adanya batuk-batuk yang merupakan simpton (gejala) penyakit astma.

(28)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 28 2. Nadi dalam

Denyut nadi dalam mengindikasikan komplikasi gejala dalam (penyakit dalam). Denyut nadi tidak wujud (nampak) dengan sentuhan ringan. Denyutan Nadi baru terasa setelah mendapatkan tekanan (tangan) yang keras. Nadi dalam menunjukan tanda-tanda seperti keletihan, prolap, cirit-birit atau diare (mencret),dan keputihan.

D. PEMERIKSAAN PERNAPASAN

Saluran pernafasan (conducting airway) :

Berfungsi sebagai saluran udara ke daerah pertukaran gas

Terdiri dari hidung, pharynx, larynx, brokhus, bronkhiolus terminalis.

Saluran pernafasan ini dilapisi oleh membran mukosa bersilia yang berfungsi sebagai filter (penyaring), menghangatkan dan melembabkan (humidifikasi)

Saluran Pernafasan Bagian Atas Hidung :

Terdiri atas nares anterior yang memuat kelenjar sebaseus dgn ditutupi bulu kasar.

Fungsi dari hidung: pengatur kondisi udara (air conditioning): Fungsi ini perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk kedalam alveolus paru.

Fungsi ini dilakukan dengan cara: mengatur kelembapan, mengatur suhu, penyaring dan pelindung

Faring :

Merupakan jalan persimpangan antara saluran pencernaan dan saluran pernafasan, dan

merupakan sebuah pipa yang memiliki otot, terletak di belakang nasofaring (dibelakang hidung), orofaring (dibelakang mulut) dan laringofaring

(29)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 29 Larynx :

Merupakan bagian yang terbawah dari saluran nafas bagian atas.

Terdapat pita suara dan epiglotis yang merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring pada saat menelan.

Fungsi dari larynx adalah untuk fonasi dan pelindung saluran pernafasan (mencegah aspirasi) Trakhe :

Trakhea mempunyai tulang rawan

Tempat percabangan trakhea menjadi cabang utama bronkhus kiri dan cabang utama bronkhus kanan disebut karina

Bronkus :

Bronkhus mempunyai tulang rawan datar irreguler otot polos dibronkhus tersusun secara spiral.

Bronkhus utama kanan lebih pendek, lebih besar dan hampir vertikal. Bronkhus utama kiri lebih panjang, sempit dan sudut antara trekhea dan bronkhus lebih lebar.

Bronkhiolus :

Merupakan cabang terkecil dari bronkhus, tidak mempunyai tulang rawan pada dindingnya tetapi dikelilingi oleh otot polos.

Alveoli :

Fungsi alveoli sebagai saluran akhir dan untuk melakukan pertukaran gas (O2 dan CO2 ).

Paru-paru :

Paru terletak disebelah dalam dan dilindungi oleh rongga thoraks. Kerangka tulang ini terdiri dari sternum dan kosta dianterior serta skapula, kolumna vertebralis dan kosta diposterior

PERNAFASAN Pengertian

Proses menghirup oksigen dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida,uap air dan sisa oksidasi dari paru - paru

Pernafasan Menurut Tempat Terjadinya Pertukaran Gas

Pernapasan internal adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara darah dalam kapiler dengan sel-sel jaringan tubuh.

Pernapasan eksternal adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi antara udara dalam gelembung paru-paru dengan darah dalam kapiler

Proses yang terjadi selama pernafasan Ventilasi

Pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Udara masuk/keluar dari paru karena selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus oleh kerja mekanik otot pernafasan. Saat inspirasi tekanan udara di atmosfer lebih besar dari tekanan udara di alveolus sehingga udara bias masuk ke alveolus. Saat ekspirasi tekanan udara di alveolus melebihi tekanan atmosfer sehingga

(30)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 30 udara bergerak keluar dari paru – paru.

Difusi

Pergerakan gas (O2 dan CO2) melintasi membrane alveolar dan kapiler yang disebabkan karena perbedaan konsentrasi. Faktor lain yang mempengaruhi proses ini adalah luas permukaan paru.

Transportasi gas

Proses distribusi O2 kapiler ke jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses tranportasi O2 akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin.

Mekanisme Respirasi Inspirasi (menarik nafas)

Proses masuk udara luar ke dalam paru-paru melalui saluran nafas selanjutnya terjadi proses difusi dari membran alveolus ke kapiler sehingga 02 bersenyawa dengan hemoglobin dan disalurkan ke seluruh tubuh

Ekspirasi

Merupakan proses pasif.

Udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru kempis.

“Satu kali respirasi = satu kali inspirasi + satu kali ekspirasi”

Tipe Respirasi Pernafasan Dada

Pada waktu seseorang bernafas rangka dada terbesar bergerak. Rongga torak mengembang dan mengempis sesuai dengan irama inspirasi dan ekspirasi.

Pernafasan Perut /Diafragma / abdominal

Jika waktu bernafas diafragma turun naik. Inspirasi seirama dengan pengembangan perut dan ekspirasi dengan pengempisan perut.

Faktor yang Mempengaruhi Pernafasan

*Olahraga

Olahraga meningkatkan frekuensi dan kedalaman untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan menambah oksigen

*Nyeri Akut

Sebagai akibat stimulasi simpatik sehingga meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan.

Klien dapat menghambat pergerakkan dada bila ada nyeri pada area dada.

*Usia (secara normal kecepatan berbeda)

*Ansietas

*Anemia

*Posisi tubuh

*Medikasi

*Cedera batang otak

Yang Perlu di Perhatikan Dalam Pernafasan Frekuensi Pernafasan.

(31)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 31 Irama nernafasan.

Perbandingan frekuensi nafas dan nadi Kedalaman.

Karakter atau sifatnya.

Frekuensi Pernafasan

Frekuensi Pernafasan Normal

•Bayi baru lahir 40 - 60 x/menit.

•1 - 11 bulan 30x/menit

•2 tahun 25x/menit

•4 - 12 tahun 19 – 23x/menit

•14 - 18 tahun 16 - 18x/menit

•Dewasa 12 - 20x/menit

•Lansia ( >65 tahun ) Jumlah respirasi meningkat bertahap

Irama Pernafasan

Keteraturan inspirasi dan ekspirasi pernafasan yang normal. Irama pernafasan menggambarkan teratur atau tidaknya pernafasan.

Perbandingan antara frekuensi nafas dengan nadi. 1 : 4 Kedalaman

Dikaji dengan mengobservasi derajat penyimpangan atau gerakan dinding dada.

Karakter dan Sifat

Pada orang yang normal saat inspirasi dan ekspirasi tidak bersuara, pada orang yang abnormal dalam bernafas bersuara.

Whezzing (mengi) : secara relative nadanya tinggi, dengan kualitas merintih.

Bila terjadi penyempitan saluran pernafasan.

Ronkhi : Nada rendah, dengan kualitas mendengkur. Dapat disebabkan karena penumpukan sekret

Gangguan Pernafasan

Takhipnoe : frekuensi pernafasan teratur namun cepat secara tidak normal

Keadaan ini fisiologis terjadi peningkatan pengeluaran tenaga, ketegangan / emosi.

Patologis : Gejala yang menyertai demam penyakit paru dan jantung (>24x/mnt ) Bradipnoe :Frekuensi Pernafasan teratur namun lambat secara tidak normal ( <>Tujuan menghitung pernafasan:

Mengetahui jumlah pernafasan/mnt

Membantu menentukan diagnosa dan prognosa.

Mengetahui keadaan perkembangan pasien.

(32)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 32 Jenis Pernafasan

1. Chyne Stokes: pernafasan yang sangat dalam yang berangsur-angsur menjadi dangkal dan berhenti sama sekali (apnoe) selama beberapa detik untuk kemudian menjadi dalam lagi. (keracunan obat bius, penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal kronis, dan perdarahan pada susunan saraf pusat)

2. Biot : pernapasan dalam dan dangkal yang disertai masa apnoe yang tidak teratur.

(meningitis)

3. Kusmaul : pernapasan yang inspirasi dan ekspirasi sama panjangnya dan sama dalamnya, sehingga keseluruhan pernafasan menjadi lambat dan dalam. (keracunan alkohol dan obat bius, koma, diabetes, uremia

Batasan Normal

Batasan normal beraneka ragam tergantung usia. Pada bayi: 30 – 60 kali/menit, anak-anak: 20 – 30 kali/menit, remaja: 15 – 24 kali/menit, dan dewasa: 16 – 20 kali/menit.

Jenis Ketidaknormalan Bunyi Pernafasan

1. Crackel (bunyi nafas seperti retakan/pecahan)

2. Friction (bunyi nafas seperti ada tarikan dinding dada ke dalam) 3. Grunting (bunyi nafas seperti rintihan)

4. Ronchi (bunyi nafas seperti terengah-engah) 5. Stridor (bunyi nafas kasar)

6. Wheezing (bunyi nafas seperti siulan).

Pelaksanaan Perhitungan Pernafasan

Secara rutin bersamaan setelah menghitung nadi, terutama pada pasien yang mengalami gangguan sistem pernafasan ataupun gangguan hematologi.

Sewaktu bila diperlukan.

Atas instruksi dokter.

Pada waktu pasien akan, sedang, sesudah dibedah.

Cara Kerja Menghitung Pernafasan Persiapan alat:

Jam tangan dengan jarum penunjuk detik.

Pena dan buku catatan.

Jangan memberitahu klien bahwa perawat akan menghitung frekuensi pernafasan Pastikan Klien dalam posisi nyaman duduk lebih baik.

Rasional : Ketidaknyamanan dapat menyebabkan klien bernafas cepat.

Menghitung pernafasan dengan menghitung turun naiknya dada sambil memegang pergelangan tangan.

Rasional : Memegang tangan pasien bisa mencegah perubahan kecepatan pernafasan, karena merasa diamati

(33)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 33 Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi)

Rasional : Menjamin hitungan mulai dengan siklus pernafasan normal.

Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit penuh Rasional : Menjamin hasil perhitungan lebih akurat

Sambil menghitung, perhatikan apakah kedalaman pernafasan: dangkal, dalam atau normal, apakah irama normal

Rasional : Karakter gerakan ventilasi dapat menunjukkan perubahan khusus / status penyakit.

Catat hasil pada bagan. Laporkan adanya tanda perubahan pernafasan

Rasional : Memberikan data untuk pengamatan perubahan pada kondisi pasien.

Pertimbangan Pediatrik.

Mengejutkan / membangunkan bayi untuk mengukur RR dapat meningkatkan frekuensi pernafasan tidak benar.

Bisa dilihat/ di observasi RR pada saat berbaring tenang dengan dada / abdomen tidak ditutup selimuti.

Pertimbangan Geriatri

Orang dewasa normalnya bernafas 12 sampai dengan 20x / mnt.

Peningkatan usia dapat diikuti dengan peningkatan frekuensi pernafasan karena peningkatan kekakuan dinding dada.

E. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

Pemeriksaan tekanan darah merupakan suatu tindakan melakukan pengukuran tekanan darah, yaitu hasil dari curah jantung dan tahanan perifer, menggunakan Sphygmomanometer. Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju serta kekentalan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi yang disebut tekanan sistolik. Sedangkan tekanan terendah terjadi saat jantung beristirahat yang disebut tekanan diastolik. Tekanan darah digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80.

Pemeriksn tekanan darah bertujuan untuk menilai system kardiovaskular/keadaan hemodinamik klien (curah jantung, tahanan vaskuler perifer, volume darah dan viskositas, dan elastisitas arteri). Pemeriksaan dilakukan pada setiap pasien yang masuk ke ruang pemeriksaan atau ruang perawatan, secara rutin pada pasien yang dirawat, dan sewktu-waktu sesuai kebutuhan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah, hindari pemeriksaan pada ekstrimitas yang terpasang infus, trauma ataupun gips; apabila akan mengulang prosedur pemeriksaan, tunggu sekitar 30 detik sampai satu menit setelah skala nol; serta periksa terlebih dahulu arteri brachialis dengan tepat.

Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan langsung ke dalam arteri. Pengukuran tidak langsung dilakukan dengan sfigmomanometer dan stetoskop.

Sfigmomanometer atau tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai Korotkov, seorang ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Tensimeter atau sphygmomanometer pada

(34)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 34 awalnya menggunakan raksa sebagai pengisi alat ukur ini. Sekarang, kesadaran akan masalah konservasi lingkungan meningkat dan penggunaan dari air raksa telah menjadi perhatian seluruh dunia. Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa masih digunakan sehari-hari bahkan di banyak negara modern. Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang terbungkus kain, dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip jarum stopwatch atau air raksa. Sfigmomanometer tersusun atas manset yang dapat

dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam millimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis. Agar

sphygmomanometer masih dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah dengan baik, perlu dilakukan kalibrasi.

Cara melakukan kalibrasi yang sederhana adalah sebagi berikut:

1. Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angka nol (0 mmHg).

2. Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapat-rapat.

Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2mmHg (ke 198mmHg). Disini kita melihat apakah ada bagian yang bocor.

3. Laju Penurunan kecepatan dari 200mmHg ke 0 mmHg harus 1 detik, dengan cara melepas selang dari tabung kontainer air raksa.

4. Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1 detik, berarti harus diperhatikan keandalan dari sphygmomanometer tersebut. Karena jika kecepatan

penurunan terlalu lambat, akan mudah untuk terjadi kesalahan dalam menilai. Biasanya tekanan darah sistolic pasien akan terlalu tinggi (tampilan) bukan hasil sebenarnya.

Begitu juga dengan diastolik.

Ukuran Manset

Pengukuran tekanan darah yang akurat tergantung pemakaian manset yang sesuai bagi pasien.

Bila manset terlalu besar untuk lengan pasien, seperti pada anak-anak, maka pembacaannya akan lebih rendah dari tekanan sebenarnya. Bila manset terlalu kecil, misalnya pada penggunaan manset ukuran standar pada pasien obesitas, maka pembacaan tekanan akan lebih tinggi

dibanding tekanan sebenarnya. Maka diproduksi berbagai ukuran manset untuk berbagai ukuran lingkar lengan.

Jenis Manset Lebar Kantong Karet (cm)

Panjang Kantong Karet (cm)

Neonatus 2.5 – 4.0 5.0 – 9.0

Bayi 4.0 – 6.0 11.5 -18.0

Anak 7.5 – 9.0 17.0 – 19.0

Dewasa 11.5 -13.0 22.0 – 26.0

Lengan besar 14.0 -150 30.5 – 33.0

Paha 18.0 -19.0 36.0 – 38.0

Tabel 1: Ukuran Manset

(35)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 35 Rentang Nilai Tekanan Darah

a. Neonatus dan Anak

Umur (Tahun) Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)

Neonatal 75-105 45-75

2 – 6 80-110 50-80

7 85-120 50-80

8 90-120 55-85

9 90-120 55-85

10 95-130 60-85

11 95-135 60-85

12 95-135 60-85

13 100-140 60-90

14 105-140 65-90

Tabel 2: Rentang Nilai (Batasan Normal) Tekanan Darah pada Bayi dan Anak

b. Remaja dan Dewasa (> 15 tahun)

Kategori Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)

Hipotensi < 90 < 60

Normal 90 – 119 60 – 79

Prehipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi derajat 2 160 – 179 100 – 109 Krisis Hipertensi 180 atau lebih 110 atau lebih

Tabel 3: Rentang Nilai Tekanan Darah pada Dewasa

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah (Perry dan Potter, 1993) a. Umur

Tekanan darah akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dikaitkan dengan berkurangnya elastisitas pembuluh darah arteri, dinsing arteri semakin kaku sehingga tahanan pada arteri semakin basar dan meningkatkan tekanan darah.

(36)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 36 b. Waktu Pengukuran

Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah biasanya rendah pada pagi- pagi sekali, secara berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari atau malam. Tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama.

c. Latihan dan Aktivitas Fisik

Latihan dan aktivitas fisik dapat meningkatkan cardiac output dan tekanan darah. Hal ini berkaitan dengan peningkatan metabolism tubuh. Aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga membutuhkan aliran yang lebih cepat untuk mensuplai oksigen dan nutrisi (tekanan darah naik).

d. Stress (kecemasan, takut, emosi dan nyeri)

Stress ini akan merangsang syaraf simpatik, mengakibatkan peningkatan denyut jantung serta peningkatan resistensi atau tahanan arteri. Selain itu juga mengakibatkan vasokonstriksi arteri.

e. Miscellaneus Faktor/Posisi Tubuh

Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap tekanan darah. Hal ini berkaitan dengan efek gravitasi bumi. Pada saat berbaring, gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah

peredaran tersebut horizontal, sehingga jantung tidak terlalu memompa dan tidak terlalu

melawan gaya gravitasi. Pada saat duduk maupun berdiri, kerja jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi bumi, sehingga kecepatan denyut jantung meningkat. Posisi berbaring tekanan darah lebih rendah daripada duduk atau berdiri.

Baroresepsor akan merespon saat tekanan darah turun dan berusaha menstabilankan tekanan darah.

f. Obat-obatan

Terdapat beberapa obat yang dapat menyebabkan peningkatan ataupun penurunan tekanan darah, seperti analgetik yang dapat menurunkan tekanan arah.

Meskipun tidak ada kontraindikasi mutlak untuk mendapatkan tekanan darah, berbagai kontraindikasi relatif ada. Hindari pengukuran tekanan darah di lengan yang sama di mana terdapat fistula arteriovenosa (seperti yang digunakan dalam hemodialisis), atau di lengan dengan lymphadema. Pengukuran harus dilakukan dengan hati-hati jika pasien berisiko tinggi untuk terjadinya lymphedema (setelah diseksi kelenjar getah bening dalam penanganan kanker payudara). Dalam hal ini, penggunaan lengan lainnya dianjurkan, jika fistula arteriovenosa bilateral atau ada lymphedema, maka pengukuran tekanan darah dianjurkan dilakukan di ekstremitas bawah.

Penundaan pengukuran tekanan darah dilakukan jika pasien telah merokok, berolahraga, atau makan/minum produk berkafein atau stimulan lainnya sebelum pengukuran.

(37)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 37 Merokok, 30 menit sebelum prosedur dapat meningkatkan tekanan darah; Berolahraga sebelum mengukur tekanan darah dapat menurunkan pembacaan; Kafein atau stimulan adrenergik eksogen lainnya diambil sebelum pengukuran dapat meningkatkan tekanan darah

Stetoskop standar dapat digunakan untuk auskultasi untuk mendengar suara Korotkoff saat mengukur tekanan darah. Meskipun bel stetoskop memungkinkan untuk auskultasi yang lebih akurat, diafragma lebih rutin digunakan karena kemudahan penggunaan. Sedang, pada penggunaan manset oscillometric otomatis, stetoskop tidak diperlukan.

Pengukuran tekanan darah manual terbagi 2 yaitu sphygmomanometer merkuri dan aneroid.

Meskipun sphygmomanometer merkuri yang lebih akurat, tetapi ada faktor yang kurang baik yaitu efek racun dari tumpahan merkuri. Oleh karena itu, sebagian besar perangkat tekanan darah sekarang adalah sphygmomanometer aneroid. Untuk keduanya penting untuk kalibrasi tiap 6 bulan.

Manset tersedia dalam berbagai ukuran, dan penggunaan manset yang proporsional sangat penting. Pengukuran dengan manset yang tidak tepat, misalnya terlalu kecil dapat

mengakibatkan tekanan sistolik yang didapat akan terlalu tinggi dari yang sebenar.

Sphygmomanometer air raksa

(38)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 38 Sphygmomanometer aneroid

Memposisikan pasien adalah faktor penting untuk memperoleh tekanan darah yang akurat.

Sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah, pasien harus tetap dalam posisi duduk selama setidaknya 5 menit. Selama ini mereka harus nyaman dan santai di kursi dengan punggung bersandar, kaki harus nyaman dan menapak ke lantai.

Setelah pemeriksa siap untuk mengukur tekanan darah, lengan pasien harus didukung (dapat menggunakan meja) dengan nyaman pada setentang jantung. Tekanan darah dapat turun ataupun naik jika lengan berada di atas atau dibawah jantung. Pemeriksa juga harus memastikan bahwa angka sphygmomanometer dapat terlihat, dan posisi pemeriksa juga harus nyaman.

Manset kemudian dipasang dengan pipa sejajar dengan arteri brakialis. Sebaiknya, pasien tidak menggunakan pakaian dengan lengan yang ketat. Menggulung lengan pakaian akan

menghasilkan efek tourniquet yang menghambat aliran darah, sehingga memalsukan hasil pengukuran. Jika memungkinkan, ujung bawah manset harus 2-3 cm di atas fossa antecubital untuk meminimalkan kebisingan buatan oleh stetoskop yang bergesekan dengan manset.

(39)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 39 Posisi yang baik dalam prosedur pengukuran tekanan darah

tekanan darah arteri panduan mengikuti rekomendasi dari American Heart Association:

Awalnya, sebelum mengambil tekanan darah, pasien harus tetap duduk dan beristirahat selama 5 menit

Konsumsi produk berkafein seperti kopi, cola, atau teh harus dihindari selama minimal 30 menit sebelum mengukur tekanan darah. Selain itu, kegiatan seperti merokok dan berolahraga 30 menit sebelum mengukur tekanan darah juga harus dihindari.

(40)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 40

Pilih sphygmomanometer merkuri standar atau aneroid (pegas dengan jarum penunjuk) dengan ukuran manset yang memadai berdasarkan ukuran lengan pasien.

Pasangkan manset pada kanan atau lengan kiri dari pasien.

Saat pengukuran tekanan darah, baik pasien maupun pemeriksa dilarang berbicara berbicara.

Dapatkan denyut nadi pada arteri radialis, dan memulai memompa sampai tidak terabanya denyut itu dan tandai tekanan yang didapat.

Selanjutnya, stetoskop ditempatkan ringan di atas arteri brakialis. Jika stetoskop ditekan terlalu tegas, dapat menyebabkan turbulensi dan hilangnya suara, sehingga mengurangi tekanan diastolik.

Relasi : Pemeriksaan Denyut Nadi

Pompa manset sampai tekanan 30 mmHg di atas di mana denyut arteri radialis tidak lagi teraba.

Selanjutnya perlahan kempiskan manset (sekitar 23 mmHg per detak jantung), dengarkan Korotkoff fase I sambil melihat ukuran tekanan darah. Catat pengukuran dari

sphygmomanometer di mana suara pertama muncul, ini merupakan tekanan darah sistolik pasien.

Relasi : Suara Korotkoff

Sambil melihat ke ukuran sphygmomanometer, terus perlahan-lahan kempiskan manset.

Catat pengukuran dari sphygmomanometer ketika Korotkoff fase V dimulai, ini merupakan tekanan darah diastolik pasien. Jika ada 10 mmHg atau lebih perbedaan antara Korotkoff fase IV dan V maka tekanan di fase IV harus dicatat sebagai tekanan darah diastolik. Hal ini dapat terjadi dalam kasus-kasus output jantung tinggi atau vasodilatasi perifer, anak di bawah 13 tahun, atau wanita hamil. Setelah suara Korotkoff terakhir yang didengar, terus kempiskan manset selama 10 mmHg untuk memastikan bahwa tidak ada lagi suara terdengar. Kemudian kempiskan manset secara total dan berikan pasien waktu untuk beristirahat.

Tunggu minimal 30 detik dan ulangi 3 langkah sebelumnya untuk mendapatkan pengukuran tekanan darah kedua. Jika pengukuran memiliki perbedaan lebih dari 5 mmHg, maka pengukuran harus terus dilakukan sampai didapat 2 kali berturut-turut pengukuran yang stabil. Rata-rata dari 2 pengukuran stabil harus dicatat sebagai tekanan darah pasien.

Kemudian tunggu 1-2 menit lagi dan ulangi langkah 4 sampai 10 untuk mengukur tekanan darah pada lengan yang berlawanan. Jika terdapat perbedaan pengukuran antara 2 lengan, maka lengan dengan pengukuran tertinggi yang dipakai.

Dalam pencatatan hasil, pencatatan tidak hanya pada tekanan yang didapat saja, tetapi juga yang lengan yang digunakan, posisi lengan, dan ukuran manset.

(41)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 41 C. PEMERIKSAAN FISIK

PENGERTIAN PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). (Raylene M Rospond,2009; Terj D. Lyrawati,2009).

Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik dengan memakai indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa untuk mendeteksi masalah kesehatan klien.Untuk pemeriksaan fisik perawat menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi (Craven & Hirnle, 2000; Potter & Perry, 1997; Kozier et al., 1995).

Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien.Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara.Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien.Misalnya , klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.

Pemeriksaan fisik adalah komponen pengkajian kesehatan yang bersifat objektif yang dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan pada tubuh pasien dengan melihat keadaan pasien (inspeksi), meraba suatu sistem atau organ yang hendak diperiksa (perkusi), mengetuk suatu sistem atau organ yang hendak diperiksa (palpasi), dan mendegarkan menggunakan stetoskop (auskultasi).

Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan :

1. Untuk mengumpulkan dan memperoleh data dasar tentang kesehatan klien.

2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan.

3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.

4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan penatalaksanaan.

5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan keperawatan.

MANFAAT PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi profesi kesehatan lain, diantaranya:

1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.

2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.

3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat 4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan

(42)

AKPER GSH WONOGIRI/MODUL KEPERAWATAN DASAR III 42 HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMERIKSAAN FISIK : 1. Selalu meminta kesediaan/ ijin pada pasien untuk setiap pemeriksaan

2. Jagalah privasi pasien

3. Pemeriksaan harus seksama dan sistimatis

4. Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan, kegunaan, cara dan bagian yang akan diperiksa)

5. Beri instruksi spesifik yang jelas 6. Berbicaralah yang komunikatif

7. Ajaklah pasien untuk bekerja sama dalam pemeriksaan 8. Perhatikanlah ekpresi/bahasa non verbal dari pasien

URUTAN DIAGNOSIS Anamnesis

Anamnesis adalah pemeriksaan tahap awal yang dilakukan dengan wawancara dan dapat membantu menegakkan diagnosa hingga 80%, anamnesis ini bersifat subjektif.

Tujuannya untuk menegakkan gambaran kesehatan pasien secara umum, dan mengetahui riwayat penyakit pasien.

Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien (autoanamnesis) atau terhadap keluarga atau kerabat terdekat pasien (hetero/alloanamnesis)

Pada anamnesis yang perlu ditanyakan adalah:

1. Identitas Pasien : Terkait nama, umur, alamat, pekerjaan, dll

2. Anamnesis penyakit : Keluhan utama, riwayat penyakit sekarang (onset, frekuensi, sifat, waktu, durasi, lokasi), riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga (keturunan/penularan), keluhan tambahan, riwayat pekerjaan.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai keadaan umum, tanda vital, menilai status mental dan cara berfikir, juga menilai langsung sistem atau organ yang berkaitan dengan keluhan pasien dengan:

1. Inspeksi 2. Palpasi 3. Perkusi 4. Auskultasi

Gambar

Tabel 1: Ukuran Manset
Tabel 2: Rentang Nilai (Batasan Normal) Tekanan Darah  pada Bayi dan Anak
Tabel 3: Rentang Nilai Tekanan Darah pada Dewasa

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Melalui Media Pembelajaran Interaktif Sistem Skeletal Pada Mata Kuliah Dasar Keperawatan I ini, maka proses belajar mengajar

HASIL PENILAIAN SERTIFIKASI DOSEN TAHUN 2016 PT PENGUSUL: AKADEMI KEPERAWATAN RS HUSADA. NO NO PESERTA NAMA PT PENGUSUL/PTPS SESI STATUS

Keberlanjutan program IbK Akademi Kesehatan Karya Husada Yogyakarta wajib ditindak lanjuti Tim IbK dibawah koordinasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Sejalan dengan perkembangan pendidikan keperawatan maka SPK RS Husada kemudian dikonversi menjadi Akademi Keperawatan RS Husada pada tanggal 25 Mei 1989 dengan SK Menkes

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Melalui Media Pembelajaran Interaktif Sistem Skeletal Pada Mata Kuliah Dasar Keperawatan I ini, maka proses belajar mengajar

Tujuan umum modul ini disusun guna mendukung pelaksanaan diklat pengembangan keprofesian berkelanjutan melalui Peningkatan Kompetensi bagi guru Sekolah Dasar Kelas Awal

Modul ini akan membahas tentang bagaimana mempraktekkan tindakan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan pengendalian infeksi yaitu: cara mencuci tangan bersih dan steril, cara memakai

Modul praktikum sistem informasi kesehatan ini menjelaskan tentang proses pembelajaran dari praktikum sistem informasi kesehatan yang ada pada Kurikulum Pendidikan Keperawatan DIII,