MOTIVASI BELAJAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA LEARNING MOTIVATION AND ITS INFLUENCE ON STUDENT ACHIEVEMENT
Oleh:
Alias1), Sumarlin2)
1)SMAN 8 Kendari, 2)Universitas Halu Oleo Email1)*: [email protected] Kata Kunci:
Motivasi Belajar;
Prestasi Belajar Siswa
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif regresional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 396 orang dengan jumlah sampel sebanyak 55 orang yang diambil menggunakan teknik proportional random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan studi dokumen pada buku rapor siswa dan angket motivasi belajar. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial menggunakan uji analisis regresi sederhana. Hasil analisis data secara deskriptif dan analisis inferensial menunjukkan motivasi belajar berada pada kategori tinggi dengan rata-rata skor 116,75 dan prestasi belajar siswa berada pada kategori tinggi dengan rata-rata skor 87,49. Berdasarkan hasil analisis inferensial pada taraf signifikasi α = 0,05, diperoleh Pvalue = 0,000. Karena Pvalue < α (0,000 < 0,05) maka hipotesis penelitian diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa.
Keywords:
Learning Motivation;
Student Achievement
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of learning motivation on student achievement. It is a regression-quantitative research. The population in this study amounted to 396 people, with a total sample of 55 people using a proportional random sampling technique. The data collection method uses document studies on student report cards and learning motivation questionnaires. The data analysis technique used is a descriptive and inferential analysis using a simple regression analysis test. The results of the descriptive and inferential analysis showed that learning motivation was in the high category with an average score of 116.75, and student achievement was in the high level with an average score of 87.49. Based on the results of inferential analysis at a significance level of α = 0.05, a P-value = 0.000 is obtained. Because P-value < α (0.000 < 0.05), the research hypothesis is accepted. Thus it can be concluded that there is an influence of learning motivation on student achievement.
Pendahuluan
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang terdiri dari beberapa tahap mulai dari taman kanak- kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA), yang bertujuan sebagai tempat berkembangnya seorang siswa melalui proses belajar untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi lebih baik dari segi kecerdasan, pengetahuan, dan kepribadian. Tujuan diselenggarakannya pendidikan sendiri adalah untuk mempersiapkan siswa-siswa menjadi seseorang yang memiliki kemampuan dalam berbagai bidang ilmu sehingga para lulusan sekolah dapat menjadi sumber daya insani pembangunan yang berkualitas. Hal ini sangat penting mengingat siswa merupakan bagian dari generasi muda yang kelak menjadi tumpuan masyarakat, bangsa dan pembangunan masa yang akan datang.
Sistem pendidikan di Indonesia yang diatur oleh Undang-undang nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam proses pembelajaran di sekolah, agar siswa mendapatkan prestasi belajar yang tinggi, seorang siswa dituntut untuk belajar, karena dengan adanya proses belajar di sekolah dapat menambah pengetahuan atau wawasan siswa, mengasah kemampuan otak siswa, membiasakan diri dengan kompetensi. Crow & Alice (dalam Khodijah, 2014:48) menyatakan belajar merupakan perolehan kebiasaan pengetahuan dan sikap, termaksud cara baru untuk melakukan sesuatu dalam upaya seseorang dalam mengatasi kendala atau penyesuaian situasi yang baru. Kegiatan proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah diharapkan siswa belajar secara aktif dan bersungguh-sungguh agar mudah mendapatkan prestasi belajar yang tinggi.
Prestasi belajar merupakan tolak ukur keberhasilan atau proses pembelajaran dengan kata lain prestasi yang diperoleh peserta didik mencerminkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Marsun dan Martaniah (Thalib, 2013: 387) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik.
Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran berbagai upaya dilakukan yaitu dengan peningkatan motivasi belajar. Dalam hal belajar siswa akan berhasil apabila dalam dirinya sendiri ada kemauan untuk belajar dan keinginan atau dorongan untuk belajar, karena dengan peningkatan motivasi belajar maka siswa akan tergerak, terarahkan sikap dan perilaku dalam belajar. Dalam motivasi belajar terkandung adanya cita-cita atau aspirasi siswa, ini diharapkan siswa memunyai motivasi belajar sehingga mengerti dengan apa yang menjadi tujuan dalam belajar. Di samping itu, keadaan siswa yang baik dalam belajar akan menyebabkan siswa tersebut bersemangat dalam belajar dan mampu menyelesaikan tugas dengan baik, kebalikan dengan siswa yang sedang sakit, ia tidak memunyai gairah dalam belajar (Mudjiono, 2002).
Motivasi belajar syarat mutlak untuk belajar, memegang peranan penting dalam memberikan gairah untuk semangat dalam belajar. Motivasi belajar tidak hanya menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar, di mana terdapat pemahaman dan pengembangan dari belajar. Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar (Ani, 2006: 157). Secara historik, guru selalu mengetahui kapan siswa perlu diberi motivasi selama proses belajar, sehingga aktivitas belajar berlangsung lebih menyenangkan, arus komunikasi lebih lancar, menurunkan kecemasan siswa, meningkatkan kreativitas dan aktivitas belajar. Pembelajaran yang diikuti oleh siswa yang termotivasi akan benar-benar menyenangkan, terutama bagi guru. Siswa yang menyelesaikan tugas belajar dengan perasaan termotivasi dengan materi yang telah dipelajari, mereka akan lebih mungkin menggunakan materi yang telah dipelajari.
Menurut Biggs & Tefler (Dimyati dan Mudjiono, 1994) motivasi belajar pada siswa dapat menjadi lemah, lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan,
perlu diperkuat terus menerus. Dengan tujuan agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, sehingga prestasi belajar yang diraihnyapun dapat optimal.
Berdasarkan hasil wawancara pra penelitian dengan guru BK di SMAN 2 Kendari yang menyebutkan beberapa laporan dari guru mata pelajaran dan wali kelas XI yang menyatakan bahwa terdapat siswa yang memiliki prestasi belajar rendah seperti nilai di bawah KKM yaitu 75 yang diakibatkan karena kurangnya motivasi siswa dalam belajar seperti tidak mengerjakan tugas yang diberikan sehingga nilai tugasnya tidak masuk, terdapat siswa yang tidak belajar pada saat ulangan baik ujian tengah semester atau ujian harian sehingga nilainya jelek. siswa tidak memiliki tujuan dalam belajar seperti siswa hanya datang ke sekolah tanpa memiliki tujuan dan target yang ia capai dalam belajar, siswa tidak mampu mengevaluasi dirinya dalam belajar seperti pada saat ulangan masih banyak siswa menyontek melihat buku dan browsing di internet, siswa tidak fokus dalam proses pembelajaran terlihat pada saat guru menanyakan materi yang ia jelaskan siswa tersebut tidak menjawab, dan siswa tidak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa.
Motivasi belajar
Motivasi belajar menurut Uno (2018: 23) adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator dan unsur yang mendukung. Koeswara (dalam Dimyanti dan Mudjiono, 2010: 80) mengartikan motivasi belajar sebagai kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar. Kekuatan mental tersebut berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita cita. Adanya keinginan dan cita cita, maka siswa akan bersungguh sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Sadirman (2010: 86) mengatakan motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak dari dalam diri siswa yang timbul dari dalam diri siswa yang menimbulkan keinginan belajar, yang menajamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa itu dapat tercapai.
Menurut Mc. Donald (Kompri, 2016: 229) yang mengatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu dapat berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Oleh karena seseorang memunyai tujuan dalam aktivitasnya, maka seseorang memunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam diri peserta didik untuk belajar guna untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Ciri-ciri motivasi belajar
Menurut Sardiman (2014) setiap tindakan manusia terjadi karena adanya unsur pribadi manusia.
Sehingga terdapat ciri-ciri tersendiri dalam motivasi yaitu:
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet dalam menghadapi kesulitan. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai).
3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, korupsi, dan sebagainya).
4. Lebih senang bekerja sendiri.
5. Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin (hal-hal yang berulang begitu saja sehingga kurang kreatif).
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu) 7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.
Indikator motivasi belajar
Menurut Handoko (Elmirawati, 2013: 108) indikator motivasi belajar yaitu (1) kuatnya kemauan belajar, (2) jumlah waktu yang disediakan untuk belajar, (3) kerelaan meninggalkan kewajiban untuk belajar, (4) ketekunan dalam mengerjakan tugas. Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator motivasi belajar adalah aspirasi atau cita cita, ulet menghadapi tugas, ketekunan, kuatnya kemauan belajar. Secara rinci dapat penulis uraikan sebagai berikut.
1. Aspirasi siswa atau cita cita
Aspirasi adalah cita cita atau tuntutan kearah perbaikan. Untuk mencapai aspirasi atau cita cita harus diperjuangkan meskipun rintangan sangat banyak ditemui dalam mengejar aspirasi atau cita cita tersebut, namun seseorang akan tetap berusaha semaksimal mungkin karena hal tersebut berkaitan dengan aspirasi atau cita-citanya. Oleh karena itu aspirasi atau cita-cita sangat memengaruhi motivasi belajar.
2. Ulet menghadapi kesulitan
Ulet berarti tidak mudah putus asa yang disertai dengan kemauan keras dan usaha dalam mencapai tujuan. Siswa yang memunyai tingkat motivasi belajar yang tinggi tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai kesulitan dalam belajar.
3. Ketekunan
Ketekunan dalam belajar sangat dibutuhkan, siswa yang tekun dalam belajar akan mendapatkan prestasi yang baik karena siswa yang tekun dalam belajar akan berusaha untuk hadir di kelas dan mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, optimis dalam belajar dan tidak mudah putus asa dalam belajar sehingga dia akan terus menerus belajar dalam situasi yang sulit sekalipun.
4. Kuatnya kemauan belajar
Kemauan memegang peranan penting dalam belajar. Adanya kemauan belajar dapat mendorong, Sebaliknya tidak ada kemauan dapat memperlemah belajar. Kemauan belajar dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh kadar berfikir, berkata, bertindak dan bersikap.
Faktor-faktor motivasi belajar
Menurut Rifa’I & Anni (2012: 137) faktor-faktor yang memengaruhi motivasi belajar peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Sikap
Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi dan emosi yang dihasilkan di dalam posisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan.
2. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai kekuatan internal yang memandu siswa untuk mencapai tujuan.
3. Rangsangan
Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan kondisi yang membuat seseorang bersifat aktif.
4. Afeksi
Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional kecemasan, kepedulian dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar.
5. Kompetensi
Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari kondisinya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alami berusaha keras untuk berinteraksi dengan
kondisinya secara aktif. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk menguasai kondisi dan mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas.
6. Penguatan
Salah satu hukum psikologis paling fundamental adalah prinsip penguatan (reinorcement).Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon.
Prestasi belajar
Fathurrahman (Rosyid, 2020: 3) mengemukakan prestasi dalam konteks belajar adalah sebagai hasil yang diperoleh karena adanya aktifitas belajar yang telah dilakukan. keterampilan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Purwanto (Syafi’i et al., 2018) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan maksimal dan tertinggi pada saat tertentu oleh seorang anak dalam rangka mengadakan hubungan rangsang dan reaksi yang akhirnya terjadi suatu proses perubahan untuk memperoleh kecakapan dan ketrampilan. Winkel (Susanti, 2019: 33) memaknai prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar siswa setelah mengikuti proses kegiatan belajar dimana prestasi belajar merupakan tolak ukur berberhasilan dalam kegiatan belajar dengan kata lain siswa tersebut telah menguasai materi yang telah diberikan atau diajarkan oleh guru.
Aspek-aspek prestasi belajar siswa
Aspek-aspek tersebut setidaknya ada tiga aspek prestasi belajar yang ketiganya dapat dikaji dalam berbagai literasi.
1. Aspek kognitif sebagai indikator dalam pencapaian sebuah prestasi hal ini seperti yang disampaikan oleh Syah (Syafi’i, et al., 2018: 119) bahwa untuk mengukur prestasi siswa bidang kognitif ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tulis maupun tes lisan.
Syaodih (Syafi’i, et al., 2018: 119) mengemukakan hasil belajar dalam tingkatan ini merupakan hasil belajar yang tertinggi dalam ranah (domain) kognitif, sehingga memerlukan tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari tingkatan sebelumnya (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sentesis).
2. Aspek afektif. Aspek afektif ialah ranah berfikir yang meliputi watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Rasyid dan Mansur (Syafi’i, et al., 2018: 119) mengemukakan ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi secara optimal. Syah mengemukakan
“Prestasi yang bersifat afektif yaitu meliputi penerimaan sambutan, apresiasi (sikap menghargai), internalisasi (pendalaman), karakterisasi (penghayatan).
3. Aspek psikomotorik. Psikomotorik merupakan aspek yang berhubungan dengan olah gerak seperti yang berhubungan dengan otot-otot syaraf misalnya lari, melangkah, menggambar, berbicara, membongkar peralatan atau memasang peralatan dan lain sebagainya.
Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar
Susanti (2019: 43) mengemukakan faktor faktor yang memengarui prestasi belajar sebagai berikut:
1. Faktor hereditas (kecerdasan)
Sifat turunan dari kedua orangtua secara kognitif telah dibawa sejak anak kandungan. Hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan karakteristik biologis dari kedua orangtuanya, dapat juga diartikan pembawaan.
2. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu unsur penting dalam pembelajaran. Secara sederhana motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang berjalan dan memembuat seseorang berusaha berjakan. Berkaitan dengan prestasi akademik Yosefi (Susanti, 2019: 44) mengemukakan motivasi
berprestasi adalah kecenderungan siswa dalam bertindak dengan cara tertentu dan mengevaluasi kegiatannya sendiri yang berguna dalam meningkatkan prestasi mereka.
3. Gaya belajar (learning style)
Gaya adalah preferensi yang berbeda yang ada pada tiap individu dalam proses belajar. Misalnya ada yang lebih menyukai informasi dalam bentuk gambar, ada yang suka belajar pada pagi hari, ada yang lebih suka belajar berkelompok, ada yang belajar sambil mendengarkan musik, dan masi banyak lainnya Slavia, et al., (Susanti, 2019: 46).
4. Lingkungan belajar
Lingkungan belajar adalah tempat yang menyatakan kondisi saat terjadi proses belajar atau pembelajaran. Lingkungan belajar pada prinsipnya digunakan untuk menciptakan pengalamannya yang tidak terbatas di ruang kelas saja, tetapi luar ruang kelas. Lingkungan belajar dapat pula terjadi dan dalam dunia teknologi atau dunia virtual. Jika pembelajaran terjadi di dalam kelas maka perlu diciptakan iklim belajar yang positif.
5. Bakat dan minat
Muhammad (Susanti, 2019: 49) mengemukakan bakat merupakan potensi bawaan yang dengan sengaja diberikan oleh tuhan kepada seseorang untuk dikembangkan agar bakat tersebut agat lebih bermanfaat bagi kehidupannya. Sedangkan Munandar (Susanti, 2019: 49) mengemukakan bakat sebagai kegiatan yang disenangi oleh anak secara terus menerus disertai minat yang kuat dalam hal-hal positif dan berguna.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan April sampai dengan bulan Mei tahun 2022. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 396 orang siswa dan jumlah sampel sebanyak 55 orang siswa. Sampel diambil menggunakan teknik proportional random sampling. Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan pendekatan analisis. Pendekatan analisis menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika (Sugiyono,2018: 218).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1) wawancara, dilakukan pada pra- penelitian untuk mengetahui dan mengindentifikasi masalah yang akan diteliti dengan melakukan wawancara bebas yang dilakukan kepada guru BK, 2) studi dokumen pada buku rapor siswa, dan 3) angket motivasi belajar yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel X dan variabel Y.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian
Gambaran umum motivasi belajar
Bagian ini menyajikan deskripsi atau gambaran motivasi belajar siswa.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Data Motivasi Belajar
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa data frekuensi motivasi belajar siswa terdapat pada interval 38-66 sebanyak 0 (0%) berkategori sangat rendah, interval 67-95 sebanyak 6 (11%) berkategori rendah , interval 96-124 sebanyak 39 (71%) berkategori tinggi, sedangkan interval 125- 154 sebanyak 10 (18%) berkategori sangat tinggi. Tolak ukur yang digunakan untuk memberikan
Interval Kategori Frekuensi %
125-154 Sangat tinggi 10 18%
96-124 Tinggi 39 71%
67-95 Rendah 6 11%
38 – 66 Sangat rendah - -
Jumlah 55 100%
norma kategori motivasi belajar merupakan nilai rata-rata tingkat motivasi belajar siswa. Berikut merupakan output SPSS untuk tingkat motivasi belajar siswa.
Tabel 2
Distribusi Statistik Motivasi Belajar
N Range Min. Max. Mean Std. Deviation Variance
Motivasi 55 61 86 147 116.75 12.036 144.860
Valid N
(listwise) 55
Berdasarkan tabel 4.2 nilai minimum sebesar 86, nilai maximum 147, mean (rata-rata) 116,75, dan standar devisi sebesar 12,036. Berdasarkan nilai mean (rata-rata) sebesar 116,75 hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar pada kategori tinggi.
Gambaran umum prestasi belajar
Bagian ini menyajikan deskripsi atau gambaran prestasi belajar siswa.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Interval Kategori Frek. % 93 – 100 A (Sangat Tinggi) 10 18%
84 – 92 B (Tinggi) 36 65%
75 – 83 C (Rendah) 9 16%
<75 D (Sangat Rendah) - -
Jumlah 55 100%
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa terdapat 10 (18%) siswa yang memperoleh rata-rata nilai rapor dalam kategori sangat tinggi, 36 (65%) siswa yang memperoleh rata-rata nilai rapor dalam kategori tinggi, 9 (16%) siswa yang memperoleh rata-rata nilai rapor dalam kategori rendah, dan 0 (0%) siswa yang memperoleh rata-rata nilai rapor dalam kategori sangat rendah. Untuk mengetahui gambaran umum tingkat prestasi belajar siswa digunakan bantuan program SPSS. Tolak ukur yang digunakan untuk memberikan norma kategorisasi prestasi belajar siswa merupakan nilai rata-rata prestasi belajar. Berikut merupakan output SPSS untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa.
Tabel 4
Distribusi Statistik Prestasi Belajar
N Range Min Max Mean Std. Dev Variance
Prestasi 55 20 75 95 87.49 4.324 18.699
Valid N (listwise) 55
Berdasarkan tabel 4 nilai minimum sebesar 75, nilai maximum 95, mean (rata-rata) 87,49, dan standar deviasi sebesar 4,324. Berdasarkan nilai mean (rata-rata) sebesar 87,49 hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa berada pada kategori tinggi.
Analisis statistik inferensial
Analisis inferensial digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Analisis prasyarat yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis adalah uji normalitas data.
Uji normalitas Untuk menguji apakah dsitrubusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dengan nilai 0,05 adapun hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5
Hasil Uji Normalitas Data
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200 lebih besar 0,05 sehingga hasil ini dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam model penelitian sudah memenuhi asumsi normalitas.
Uji linearitas
Adapun hasil uji linearitas data dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6 Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Prestasi Belajar * Motivasi Belajar
Between Groups
(Combined) 869.079 28 31.039 5.737 .000
Linearity 687.404 1 687.404 127.056 .000
Deviation from Linearity 181.675 27 6.729 1.244 .290
Within Groups 140.667 26 5.410
Total 1009.745 54
Tabel 6 menunjukan bahwa pada baris deviation from linearity dan kolom signifikansinya menunjukkan nilainya sebesar 0,290 lebih besar dari 0,05 sehingga memenuhi syarat linear.
Uji hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian yang dilakukan dengan bantuan SPSS 21 for windows dengan kriteria sebagai berikut. Pengambilan keputusan dengan taraf signifikasi 5% sebagai berikut:
1. Sig < 0,05 →H0 ditolak maka Ha diterima, yang berarti ada pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized
Residual
N 55
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 2.44321388 Most Extreme
Differences
Absolute .100
Positive .100
Negative -.084
Test Statistic .100
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
2. Sig > 0,05 →H0 diterima maka Ha ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan prestasi belajar siswa.
Untuk membantu proses pengolahan data secara cepat dan tepat, maka pengolahan datanya dilakukan melalui SPSS 21.0 for windows. Berikut merupakan output SPSS dalam pengujian hipotesis penelitian.
Tabel 7
Output SPSS Pengujian Hipotesis ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 687.404 1 687.404 113.024 .000b
Residual 322.342 53 6.082
Total 1009.745 54
a. Dependent Variable: Prestasi Belajar b. Predictors: (Constant), Motivasi Belajar
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat taraf signifikansi atau linieritas dari regresi. Kriterianya dapat ditentukan berdasarkan uji F atau uji nilai signifikansi (Sig.) dengan ketentuan jika nilai sig < 0,05.
Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai sig. sebesar 0,000. Nilai ini jika dibandingkan dengan nilai probabilitas sebesar 0,05, maka 0,000 < 0,05 sehingga Ha diterima dan H0 ditolak. Kemudian hasil uji signifikansi antara variabel motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa diperoleh nilai Fhitung
sebesar 113,024 jika dibandingkan dengan Ftabel pada α = 0,05 dan db = n-2 = 55-2 = 53 sehingga diperoleh Ftabel = 4,02. Oleh karena nilai Fhitung = 113,024> Ftabel = 4,01. Hal ini berarti bahwa motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian maka hipotesis penelitian yang berbunyi “ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa” dinyatakan diterima.
Pembahasan
Berdasarkan analisis statistik menggunakan program SPSS versi 21 dengan melihat nilai mean (rata- rata) secara umum motivasi belajar masuk dalam kategori tinggi. Hasil analisis statistik menggunakan program SPSS versi 21 dengan melihat nilai mean (rata-rata) secara umum umum prestasi belajar siswa masuk dalam kategori tinggi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan Hasil analisis uji F variabel motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa diperoleh besarnya F hitung sebesar 113,024 > F tabel yaitu 4,02 dengan taraf signifikasi sebesar 0,000 yang berarti p value < 0,05 menunjukkan bahwa motivasi belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Selanjutnya untuk melihat besarnya pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa dapat dilihat dari nilai r square sebesar 0,681 yang artinya motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dengan kontribusi sebesar 68,1%.
Berdasarkan hasil wawancara pra penelitian di SMAN 2 Kendari yang menyebutkan beberapa laporan dari guru mata pelajaran dan wali kelas XI yang menyatakan bahwa terdapat siswa yang memiliki prestasi belajar rendah seperti nilai dibawah KKM yaitu 75 yang diakibatkan karena kurangnya motivasi siswa dalam belajar seperti tidak mengerjakan tugas yang diberikan sehingga nilai tugasnya tidak masuk, terdapat siswa yang tidak belajar pada saat ujian baik Ujian Tengah Semester (UTS) atau Ujian Harian sehingga nilainya jelek, lebih mementingkan bermain HP dan bermain game, siswa tidak memiliki tujuan dalam belajar seperti siswa hanya datang ke sekolah tanpa memiliki tujuan dan target yang ia capai dalam belajar, siswa tidak mampu mengevaluasi dirinya dalam belajar seperti pada saat ulangan masih banyak siswa menyontek melihat buku dan browsing di internet, siswa tidak fokus dalam proses pembelajaran terlihat pada saat guru menanyakan materi
yang ia jelaskan siswa tersebut tidak menjawab, dan siswa tidak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa secara umum berada pada kategori tinggi. Meskipun secara umum prestasi belajar siswa berada pada kategori tinggi, akan tetapi terdapat 9 siswa yang memiliki prestasi belajarnya berada pada tingkat kategori rendah.
Motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangkat berperan untuk mendapatkan prestasi belajar (Nashar, 2004: 11) . siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar meningkatkan prestasi belajar dan hasil belajar yang tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasi siswa dalam belajar maka semakin tinggi pula prestasi belajar yang didapatkan siswa tersebut. Siswa melakukan berbagai upaya atau usaha untuk meningkatkan keberhasilan sehingga mencapai keberhasilan yang cukup memuaskan sebagaimana yang diharapkan. Di samping itu motivasi juga menopang upaya-upaya dan menjaga proses belajar siswa tetap jalan. Hal ini menjadikan siswa gigih dalam belajar.
Hasil tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Hakim (2008: 14) yang mengemukakan bahwa kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika memunyai motivasi belajar untuk belajar. Keadaan peserta didik yang bersemangat, fokus dan rajin akan meningkatkan prestasi belajarnya. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahita (2009) tentang pengaruh perhatian orangtua dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi kelas XI ilmu sosial SMA Negeri Tegal. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa ada pengaruh positif dan signfikan terhadap prestasi belajar. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dapat disimpulkan 1) secara umum, motivasi belajar siswa masuk kategori tinggi dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 116,75, 2) secara umum, prestasi belajar siswa masuk kategori tinggi dengan nilai rata- rata rapor sebesar 87,49, dan 3) ada pengaruh antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa.
Saran
Beberapa saran yang peneliti berikan adalah: 1) bagi kepala sekolah, diharapkan mampu menyusun program sekolah yang mampu meningkatkan motivasi belajar. Program ini pula diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, 2) Bagi guru BK, sebagai pelaksana unit bantuan dalam sekolah, guru BK diharapkan mampu menindaklanjuti hasil penelitian yang berkaitan dengan motivasi belajar dengan melakukan suatu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga motivasi belajar siswa berada pada kategori sangat tinggi. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya memberikan layanan informasi, dan 3) Bagi siswa, bagi siswa yang kurang motivasi belajarnya hendaknya mampu memotivasi dirinya dalam belajar seperti memiliki cita-cita atau harapan, ulet dalam mengahadapi kesulitan, memiliki ketekunan dalam belajar, kuatnya kemauan dalam belajar, dan 4) Bagi peneliti selanjutnya, bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangan faktor- faktor lain yang memengaruhi motivasi belajar seperti pola asuh orangtua, penggunaan media pembelajran dan lain-lain yang mungkin saja membuat kurangnya motivasi dalam belajar.
Daftar Pustaka
Ardodinata, Tommy. (2016). Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMAN 5 Solok Selatan. Skripsi. Padang. (STKIP) PGRI Sumbar
Arikunto, Suharsimi. ( 2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Ayuni. (2019). Hubungan Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Di SMAN 4 Padang.
Berlian, Ikbal. (2013). Manajemen Berbasis Sekolah Menuju Sekolah Berprestasi .Jakarta: Esensi Dimyanti dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: Rineka Cipta
Elmirawati, Daharnis, Syahniar. (2013). Hubungan Antara Aspirasi Siswa dan Dukungan Orangtua dengan Motivasi Belajar Serta Implikasinya Terhadap Bimbingan Konseling. Jurnal Ilmiah Konseling. Volume 2 No 1.
Imadah. (2011). Pengaruh Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Mata pelajaran Fiqih Kelas VIII MTS Negeri Kota Magelang. Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo.
Itto Nesyia Nassution, Auliya Syaf. (2018). Hubungan Iklim Kelas terhadap Motivasi Belajar Siswa SMK Abdurrab. Jurnal Psikologi. Volume 1 No 2.
Khodija, Nyayu. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Kompri. (2016). Meningkatkan Minat Belajar Siswa Melalui Penciptaan Iklim kelas yang Kondusif.
Jurnal Gur, Vol 1, Hal 25-28.
Muhammad, Maryam. (2016). Pengaruh Motivasi dalam Pembelajaran. Lantanida Journal. Vol. 4 No 2.
Mulyadi, dkk. (2016). Psikologi Pendidikan. Depok: PT Raja grafindo Persada.
Nashar, Drs. (2004). Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran.
Jakarta: Delia Press.
Nasution. (2013). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.
Rakhmawati, Dewi. (2018). Improve Motivation Of Studying Social Study Elemntary School Students. Jurnal Riset pedagodik.
Ratna, Sari, Juliyana. (2013). Pengaruh Iklim Kelas dan Lingkungan Keluarga terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran Pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Administrasi Perkantoran Di SMK 2 Salatiga. Skripsi. Semarang. UNNES.
Rosyid, M. Z. (2020). Prestasi Belajar Edisi ke 2. Malang: Literasi Nusantara.
Soemanto, Wasty. (2003). Psikologi Pendidikan. Malang:Rineka Cipta.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsaputra, Uhar. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama.
Susanti, Lidia. ( 2019). Prestasi Belajar Akademik Dan Non Akademik Teori Dan Implementasinya.
Malang : Literasi Nusantara.
Syafi’i , dkk. (2018). Studi Tentang Prestasi Belajar Siswa Dalam Berbagai Aspek Dan Faktor Yang Memengaruhi. Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol 2 No 2, 115-123.
Thalib, E. N. (2013). Hubungan Antara Prestasi belajar Dengan Kecerdasan Emosional. Jurnal Ilmiah Didaktika, Vol. 13 No.2 , 385-399.
Tu’u, Tulus. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. VI). Jakarta: Rineka Cipta.
Winandari, Windi. (2016). Hubungan Antara Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Skripsi. Semarang. UNNES.