PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan firman Allah tersebut di atas dapat dipahami bahwa pada saat melakukan hutang dan debitur harus dilakukan dengan jujur dan harus dibuktikan dengan bukti tertulis yang dilakukan oleh pemberi pinjaman atau oleh pihak ketiga. Transaksi hutang dan kredit di Desa Wadukopa sangat umum dilakukan oleh masyarakat. PEMBAYARAN UTANG SETELAH MASA DEPAN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima)”.
Rumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Telaah Pustaka
Sedangkan kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah baik penyelidikan hutang dan piutang pada nelayan maupun metode penelitiannya yaitu penelitian kualitatif yang lebih pada keadaan yang sebenarnya. Sementara itu, kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah meneliti baik hutang piutang maupun metode penelitiannya yaitu penelitian kualitatif yang lebih pada keadaan faktual. Sementara itu, kesamaan penelitian ini dengan yang peneliti lakukan adalah sama-sama menyelidiki.
KerangkaTeori
- Akad
- Qardl (UtangPiutang)
- Etika DalamTransaksi Utang Piutang
- Konsep Riba dalam Islam
Daripada pemaparan di atas, dapat difahami bahawa al-qardl ialah pinjaman atau hutang yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain untuk dikembalikan kepada orang yang meminjam harta, kerana pinjaman itu adalah potongan daripada harta yang memberi pinjaman atau hutang. . Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beroleh kebahagiaan." 19. Keuntungan ini hanya diperolehi daripada jumlah harta yang diambil daripada harta peminjam, yang sebenarnya tidak menyumbang kepada harta pemakan riba.
Itulah sebabnya pinjam meminjam sudah menjadi bagian dari kehidupan di dunia ini.Tujuan dan hikmah dari membiarkan hutang adalah untuk memberikan kenyamanan kepada orang yang sedang dalam kesulitan. Berdasarkan Hadits di atas, penulis dapat memahami bahwa memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan merupakan bentuk muamalah yang tidak dilarang dalam Syariah Islam. direkomendasikan dan akan mendapat respon baik yang dilipatgandakan oleh Tuhan. Dalam fikih, subjek hukumnya adalah aqaid atau aqidayn. Mengenai syarat aqid (tunduk pada hukum), menurut Ahmad Azhar Basyir orang yang berutang dan orang yang memberi hutang, syarat aqid dalam perjanjian pinjam meminjam adalah persetujuan untuk memberikan harta kepada orang lain debitur pemilik.
Menurut Sayyid Sabiq, orang yang melakukan akad (hutang dan kredit) memenuhi syarat-syarat orang yang dikawinkan dalam jual beli, orang yang berakal, dan orang yang dapat membedakan (memilih). Debitur wajib mengembalikan atau membayar debitur pada waktu yang telah ditentukan dengan barang sejenis atau dengan harga tertentu. Debitur wajib memberi waktu jika debitur belum mampu dan disunat untuk membatalkan seluruh atau sebagian piutangnya, jika orang yang tidak mampu membayar utangnya tidak mampu.
Larangan tersebut berlaku untuk semua jenis bunga atau manfaat yang diberikan sebagai syarat oleh debitur kepada debitur.
Metode Penelitian
Sehubungan dengan penelitian ini, dalam memperoleh data yang dibutuhkan peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan pemilik dan debitur terkait pembayaran debitur setelah berakhirnya studi kasus di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi , Kabupaten Bima Selanjutnya peneliti akan memaparkan hasil wawancara terkait dengan pembayaran piutang setelah jatuh tempo. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian yaitu pemilik dan debitur. Sebagai gambaran data dikumpulkan dari berbagai sumber sebagai cara untuk membandingkan data yang diperoleh dari observasi dan wawancara.
Tringulasi didefinisikan sebagai teknik pengumpulan data yang menggabungkan teknik pengumpulan data yang berbeda dan sumber data yang ada. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan referensi buku yang berkaitan dengan penelitian, dokumentasi, data tersimpan, dan sebagainya. Analisis kasus negatif berarti penelitian mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan.
Jika tidak ada lagi data yang berbeda dengan hasil, berarti data yang ditemukan dapat dipercaya. Memperluas pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan dan wawancara dengan sumber data yang baru. Jika tidak benar, maka peneliti akan melakukan observasi yang lebih luas dan mendalam untuk mendapatkan data yang pasti benar.
Dengan meningkatkan ketekunan tersebut maka peneliti dapat mengecek kembali apakah data yang ditemukan salah atau tidak dengan cara mewawancarai kembali masyarakat di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima.
PRAKTIK PEMBAYARAN UTANG PIUTANG SETELAH
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
- Letak Geografi
- Visi dan Misi
- Keadaan Desadan Jumlah Penduduk
- Penduduk Menurut Agama
- Tingkat Pendidikan
- Pendapatan/Penghasilan masyarakat Desa dari Berbagai
- Ketenagakerjaan
Proses/Praktik Pembayaran Utang Piutang Setelah Jatuh
- Pelaksanaan Praktik Pembayaran Utang Piutang
- Faktor Terjadi Pembayaran Utang Piutang
- Tenggang Waktu Pengebalian
- Dampak Adanya Praktik pembayaran UtangPiutang
- Pandangan Tokoh Agama tentang Pembayaran Utang Piutang51
Setelah melakukan survey lapangan, peneliti akan mempresentasikan temuan terkait praktik pembayaran utang setelah jatuh tempo di Desa Reservopa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima. Dalam keterangan yang disampaikan oleh Ibu Fatimah, sebelum praktek hutang piutang dibuat suatu perjanjian atau kesepakatan bersama antara orang yang memberi hutang (pemilik uang) dan orang yang berutang (Ibu Fatimah). Selain itu, terdapat tata cara pelaksanaan utang piutang yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Wadukopa dan tersedia setelah jatuh tempo.
Demikian hasil pengamatan peneliti selama melakukan penelitian di desa Wadukopa tentang pengamatan peneliti mengenai praktek piutang dan piutang yang dilakukan oleh masyarakat. Dalam pengamatan peneliti dapat dijelaskan bahwa penyebab hutang jangka panjang adalah pembayaran hutang. Pada dasarnya, praktik pelunasan utang dengan menetapkan nilai tambah utang seiring bertambahnya waktu pelunasan utang telah dilakukan masyarakat sejak lama.
Maka salah satu alternatif yang dapat memudahkan mereka dalam melakukan kontrak hutang di masyarakat. Di mana diungkapkannya bahwa masyarakat Desa Wadukopa merespon baik praktik penagihan hutang karena prosesnya yang mudah dan pembayarannya dapat dilakukan dengan produk syarah. Dari sistem kewajiban pembayaran hingga kenaikan nilai utang akibat perpanjangan waktu pelunasan juga membawa dampak negatif, seperti yang ditunjukkan dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti di Desa Wadukopa.
Prosedur/Praktik Pembayaran Piutang Setelah Jatuh Tempo di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima.
Proses/Praktik Pembayaran Utang Piutang Setelah Jatuh
Hal ini semakin banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat di sekitar kita termasuk desa-desa lain selain Desa Wadukopa, bahkan masih banyak umat Islam yang melakukan praktik jual beli batil tersebut. Entah karena alasan pemenuhan kebutuhan yang saling melengkapi, seperti yang dilakukan sebagian besar masyarakat Wadukopa saat melakukan transaksi utang dan kredit. Yakni transaksi utang yang mendatangkan keuntungan karena ada tambahan petunjuk di awal akad yang kemudian disepakati kedua belah pihak.
Dengan cara ini Bu Fatimah akan menerima keuntungan dari Pak. Syamsudin berupa pinjaman tambahan. Jika dikaitkan dengan konsep hukum Islam, transaksi tersebut merupakan transaksi yang dilarang karena utang yang memberikan manfaat merupakan bentuk transaksi yang mengandung unsur riba, yaitu riba al qard. Pinjaman berbunga atau biasa disebut riba nasiah, yaitu riba tambahan yang timbul karena keterlambatan pembayaran akad.
Sesungguhnya Allah tidak akan meninggalkan orang kaya sendirian dengan hartanya, tetapi memaksa mereka untuk memberi kepada orang miskin, karena keselamatan antara orang kaya dan orang miskin tidak lengkap tanpa sedekah, jika orang kaya bergabung dengannya, maka itu seperti memperlakukan seorang pria. dalam hutang, oleh karena itu dia menganiayanya dengan menolak meminjamkan kecuali dia mau jika ada tambahan. Namun bagi masyarakat Desa Wadukopa, praktik ini sudah menjadi kebiasaan, menurut masyarakat Desa Wadukopa, praktik ini telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi di masa yang akan datang hingga saat ini. Meskipun demikian, utang yang dilunasi dengan cara ini dilakukan dengan memenuhi rukun dan syarat utang dan kredit.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, mengenai review perundang-undangan syariah tentang utang jangka panjang di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, setelah dilakukan pengolahan data dengan menjadikan Desa Wadukopa sebagai lokasi penelitian, di bab ini penulis dapat menganalisis praktek.
Perspektif Hukum Islam Terhadap Pembayaran Utang
- Akad Utang Piutang
- Terpenuhinya Syarat Utang Piutang
Perspektif Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan (Akad) Perjanjian Utang oleh Masyarakat Desa Wadukopa. Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah peneliti uraikan sebelumnya, perjanjian utang piutang yang dilakukan oleh masyarakat Desa Wadukopa, bahwa menurut peneliti tidak adilnya transaksi tersebut adalah bunga yang dibebankan pada saat pelunasan utang sesuai dengan apa yang telah disepakati antara kedua belah pihak. Perjanjian dalam hutang dan kredit ada ketika seseorang yang datang untuk berhutang (debitur) datang kepada kreditur (pemilik uang) untuk melakukan penagihan hutang.
Sebagai bahan analisis peneliti terhadap praktik hutang piutang, perjanjian tersebut menurut peneliti bertentangan dengan ketentuan hukum Islam. Berdasarkan ketentuan bab fiqh, pendapat mayoritas ulama, dalam Hadits dan ketentuan Al-Qur'an di atas, kita dapat mengambil kesimpulan berdasarkan praktik hutang dan piutang yang dilakukan oleh masyarakat Desa Wadukopa. , bahwa dalam praktiknya sebagai titik tolak dalam akad pembayaran utang tidak disebutkan di awal akad perjanjian. Adapun kaitannya dengan kondisi masyarakat Desa Wadukopa sebagaimana telah diuraikan sebelumnya di atas bahwa perjanjian pelunasan utang yang dilakukan secara lisan dilakukan karena persepsi masyarakat yang lebih memudahkan.
Perspektif hukum Islam adalah untuk memenuhi syarat hutang dan kredit sebagaimana dimaksud dalam fiqh muamalah untuk praktek hutang dan kredit di desa Wadukopa. Adapun kejelasan sejauh mana praktik utang yang dilakukan warga Desa Wadukopa ini juga sudah terpenuhi dari segi jenis uang yang terhutang. Jadi, ini berarti bahwa dalam hal pemenuhan syarat-syarat di bidang utang piutang yang dilakukan oleh penduduk desa Wadukopa, maka unsur-unsur syarat pokok (perjanjian, pembicaraan kontraktual, kejelasan objek utang) telah sudah terpenuhi, dalam hal hutang dan kredit tidak baik jika dilakukan secara terus menerus.
Jadi, menurut pendapat peneliti, praktek hutang piutang yang dilakukan oleh masyarakat Desa Wadukopa bertentangan dengan beberapa teori yang telah disebutkan di atas, baik dari segi peraturan hutang piutang yang sesuai dengan peraturan fiqh muamalah maupun konsep hutang. dan kredit umumnya digunakan.
PENUTUP
Kesimpulan
Kerana tujuan mensyariatkan hutang dalam Islam adalah untuk menolong sesama dan meringankan beban orang lain. Apabila membayar balik penghutang selepas ia jatuh tempo, sebaiknya lakukan secara bertulis untuk mengelakkan salah faham dan ia dilakukan dengan cara berikut. Maksudnya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu tidak menunaikan solat secara tunai untuk waktu tertentu, hendaklah kamu menuliskannya.
Zuhri, Riba dalam al-Qur'an dan masalah perbankan: titik prediksi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996). Nurhasanah, Tinjauan Hukum Islam tentang Praktek Hutang pada Nelayan di Kecamatan Ampenan (Skripsi IAIN Mataram, 2001). Surianti Laili, Tinjauan Hukum Islam Pinjaman (Utang) Dengan Pengembalian Berdasarkan Patokan Harga Beras di Desa Pringgabaya Kecamatan Pringgabaya (Skripsi IAIN Mataram, 2006).
Saran