• Tidak ada hasil yang ditemukan

P R O S I D I N G - Repositori | UNUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2025

Membagikan "P R O S I D I N G - Repositori | UNUD"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 2338 – 414X

Nomor 1/Volume 3/Juli 2015

P R O S I D I N G

KONFERENSI NASIONAL

ENGINEERING PERHOTELAN

“INOVASI TEKNOLOGI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS INDUSTRI PARIWISATA”

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Udayana ISSN 2338 - 414X

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali 80362 Telp./Fax.: +62 361 703321

http://www.mesin.unud.ac.id

(2)

i

ISSN: 2338-414X

Prosiding Konferensi Nasional Engineering Perhotelan VI – 2015 11 – 12 Juni, 2015

Ketua Editor : Dr. I Made Parwata, ST.,MT Editor Pelaksana : Ainul Ghurri, S.T., M.T., Ph.D.

Dr. Wayan Nata septiadi, ST, MT

I Ketut Adi Atmika, S.T., M.T.

IG Teddy Prananda Surya, S.T., M.T.

I.D.G Ary Subagia, S.T,M.T, Ph.D

Penyunting Ahli : Prof.Ir.Ngakan Putu Gede Suardana,MT.,Ph.D (UNUD) Prof.I Nyoman Suprapta Winaya, ST., MASc, PhD (UNUD) Prof.Dr. ING Antara M.Eng. (UNUD)

Prof.Dr. Tjok Gd. Tirta Nindhia (UNUD)

Dr. Ir. I Wayan Surata, MErg (UNUD) Prof.Dr.Ing. Mulyadi Bur (Sekjen BKSTM)

Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, ST,MT. (UNS) Prof Johny Wahyuadi M, DEA (UI)

Prof. Dr-Ing. Nandy Putra, (UI)

Prof. Dr. Ir. Satryo Soemantri Brodjonegoro (ITB) Dr Caturwati (UNTIRTA)

Fauzun, ST.,MT. PhD.(UGM)

Hak Cipta @ 2014 oleh KNEP VI – 2015

Jurusan Teknik Mesin – Universitas Udayana.

Dilarang mereproduksi dan mendistribusi bagian dari publikasi ini dalam bentuk maupun media apapun tanpa seijin Jurusan Teknik Mesin – Universitas Udayana.

Dipublikasikan dan didistribusikan oleh Jurusan Teknik Mesin – Universitas

Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali 80362, Indonesia.

(3)

vii

DM 09

Crack Opening Evaluation due to One Single Overload on CCS- Nafisah Arina Hidayati 18

DM 10

Analisa Perhitungan Gaya pada Implant Broad Plate Narrow LC-DCP 10 Holes yang Tertanam di Tulang Kering Kaki Manusia - Budi Luwar S, Nur Husodo, Sri Bangun Setyawati, Rizki Krisnando Rachmad Hidayat

19

DM 11

Pengembangan Model Total Biaya Sistem Produksi Pembuatan Kapal Layar Phinisi dengan Critical Path Metdhot (Cpm) - Dirgahayu Lantara

20

DM 12

Perancangan Rasio Sistem Transmisi dengan Progresi Geometri Bebas untuk Kendaraan Penggerak Roda Belakang- I Gusti Agung Kade Suriadi, AAIA. Sri Komaladewi, I Ketut Adi Atmika

25

DM 13

Karakteristik Traksi dengan Kontrol Rasio CVT Pada Kendaraan Mikro Hibrida - I Ketut Adi Atmika, I.D.G. Ary Subagia

26

DM 14

Simulation of Integrated Double Pendulum with MATLAB/Simulink and Solidworks Softwares - I Wayan Widhiada

31

DM 15

Analisa Cost Down Time Komponen Kritis Mesin Pembersih Gallon Pt. X Menggunakan Metide Rcm - Ida Bagus Gde Ardhikayana

34

DM 16

Kekasaran permukaan baja karbon sedang akibat proses sand-blasting dengan variasi jarak nosel - I Made Widiyarta, I Made Parwata dan I Putu Lokantara

3

Grup Industri Pariwisata Kreatif IPK 01

Analisis dan Pemetaan Tingkat Kebisingan Berbagai Kawasan di Kota Denpasar- Aris Budi Sulistyo, I Ketut Gede Sugita, dan Cok Istri P. Kusuma K.

5

IPK 02

Aplikasi Search Engine Perpustakaan Petra Berbasis Android Dengan Apache SOLR-

Andreas Handojo, Adi Wibowo, Monika Irfanny, Agnes Yustivani, Fenny Valentine

8

IPK 03

Transkripsi Musik Gong Timor Menggunakan Continous Wavellet Transform - Yovinia C

H Siki, Yoyon K Suprapto

9

IPK 04

Usulan Perbaikan Kualitas Penggulungan Benang Nilon dengan Menggunakan Metode Six Sigma di PT. XYZ- I Wayan Sukania, Iphov Kumala Sriwana, dan Edwin Suryajaya

11

IPK 05

Peningkatkan Pendapatan Kelompok Linggasana dan Denbantas dengan Mesin Pencacah Sampah Organik untuk Kompos- I Gede Putu Agus Suryawan, I Gst. A. K.

Diafari D. Hartawan, Cok. Istri P. Kusuma Kencanawati

20

IPK 06

(4)

Konferensi Nasional Engineering Perhotelan VI, Universitas Udayana, 2015

457

Analisis dan Pemetaan Tingkat Kebisingan Berbagai Kawasan di Kota Denpasar

Aris Budi Sulistyo1)*, I Ketut Gede Sugita1), dan Cok Istri P. Kusuma K. 2)

1)Jurusan Teknik Mesin, Pascasarjana Universitas Udayana Kampus Sudirman, Bali 80362

Email: 1)*[email protected], 1)[email protected], 2)[email protected]

1)Balai Diklat Transportasi Darat Bali, Kementerian Perhubungan Jl. Batuyang 109x Batubulan, Sukawati - Gianyar

Email: [email protected]

Abstrak

Pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Denpasar setiap tahunnya memicu terjadinya pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang berdampak pada peningkatan kebisingan..

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebisingan tiap-tiap kawasan di Kota Denpasar, mengetahui kondisi fisik wilayah Kota Denpasar dengan tingkat kebisingannya dan membuat pemetaan lokasi rawan kebisingan. Pengukuran kebisingan dilakukan dengan mengambil sembilan kawasan sampling. Analisis hasil pengukuran kebisingan dilakukan berdasarkan data hasil pengukuran tingkat bising dengan menggunakan alat Sound Level meter (SLM). Berdasarkan hasil penelitian diketahui interval tingkat kebisingan di Kota Denpasar terendah terletak pada kawasan ruang terbuka hijau, yakni dengan interval 50-66 dB. Sedangkan interval tertinggi terletak pada kawasan industri dengan interval 65-72 dB. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa intensitas bising (Leq) untuk beberapa kawasan di Kota Denpasar telah melebihi baku mutu kebisingan sesuai Kep-48/MenLH/11/1996.

Kata Kunci : Kebisingan, Pemetaan, Transportasi

Abstract

Annual Growth of population in Denpasar City making number of motor vehicles increase, which have an impact on increasing of noise polution. The main focus of this research is to find the noise level, measure physical condition with various noise level and to develoep noise mapping-prone locations of each district in Denpasar City. Noise measurement was taken at nine sampling areas. Noise level value analysis are based on the result of noise measurement by using Sound Level Meter (SLM). Based on analysis result which are provided by using measurement tools and empirical equivalent. The lowest interval noise level in Denpasar City is located in the open space area, which is 50-66 dB. While the highest interval located in the industrial area which is 65-72 dB. Regarding the act of Kep- 48/MenLH/11/1996, noise intensity in Denpasar city are generally higher than the tolerable noise criteria.

Keywords: Noise, Mapping, Transportation

1. PENDAHULUAN

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang Standar Baku Mutu Tingkat Kebisingan, menyaakan bahwa kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Selain mengakibatkan dampak lahiriah, kebisingan juga dapat memberikan dampak psikologis seperti gangguan emosional dan gangguan gaya hidup (Subagya & Yayan, 2009).

Sempitnya lahan di perkotaan sering memaksa orang untuk tinggal berdampingan dengan lokasi jalur transportasi dan industri.

Kota Denpasar sebagai ibu kota Provinsi Bali, saat ini telah menjadi salah satu kota besar di Indonesia. Pesatnya pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu alasan masyarakat untuk mencoba peruntungan di Kota Denpasar. Pertambahan kendaraan bermotor yang mencapai 14 % per tahun, tidak seimbang dengan pertambahan panjang jalan yang hanya 3,6 % per tahunnya. Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks tingkat kebisingan dikelompokkan sebagai sumber yang bergerak. Permasalahan tingkat kebisingan yang bersumber dari kendaraan bermotor

(5)

Prosiding KNEP VI 2015  ISSN 2338-414X

458

merupakan masalah pencemaran yang menjadi isu lingkungan hidup yang perlu mendapat perhatian.

Menurut data pengukuran yang telah dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dibeberapa lokasi di kota besar telah melampaui baku mutu tingkat kebisingan yang telah diperuntukan.

Pengendalian pencemaran tingkat kebisingan di wilayah perkotaan telah menjadi suatu wacana penting dalam peningkatan kualitas hidup para kaum urbanis. Pencemaran tingkat kebisingan bila dilihat dari dari sumbernya ada tiga kategori yaitu sumber bergerak (misalnya akibat kegiatan transportasi), sumber tidak bergerak (misalnya akibat kegiatan industri dan kebakaran) dan sumber gangguan lainnya. Dari latar belakang di atas, selanjutnya dilakukan pengukuran, analisis dan pemetaan pencemaran tingkat kebisingan berbagai kawasan di Kota Denpasar.

Berdasarkan latar belakang di atas maka didapatkan rumusan masalah yang harus dijawab pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui berapa tingkat kebisingan tiap-tiap kawasan di Kota Denpasar dan memetakan tingkat kebisingan beberapa kawasan di Kota Denpasar.

Objek studi dalam tugas akhir ini, dilakukan di Kota Denpasar namun hanya dibatasi pada kawasan sesuai peruntukan lahan, diantaranya :

1. Kawasan Pemukiman.

2. Kawasan Perdagangan dan Jasa.

3. Kawasan Ruang Terbuka Hijau.

4. Kawasan Industri.

5. Kawasan Pemerintahan.

6. Kawasan Rekreasi 7. Kawasan Rumah Sakit 8. Kawasan Pendidikan 9. Kawasan Tempat Ibadah.

Manfaat penelitian ini adalah diperolehnya pemetaan di kawasan Kota Denpasar akibat kebisingan serta penyebab dari permasalahan tersebut. Diharapkan, dengan adanya penelitian ini, pemerintah Provinsi Bali pada umumnya dan Pemerintah Kota Denpasar khususnya dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap pembangunan tata ruang kota guna menghindari timbulnya permasalahan yang sama dan dapat membantu pemerintah mencari solusi guna mengendalikan tingkat kebisingan yang terjadi.

1.2. Dasar Teori

Bunyi merupakan gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium perambatan bunyi dapat melalui zat padat, cair dan gas. Bunyi berasal dari sumber bunyi yang digetarkan oleh tenaga atau energi yang kemudian dipancarkan keluar. Apabila getaran tersebut sampai ditelinga, maka bunyi akan dapat didengar. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan manusia dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat intensitas kebisingan diukur dan dinyatakan dalam satuan Desibel (dBA). Sedangkan yang dimaksud dengan baku mutu tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit lingkungan (Slamet, 2006). Sumber bising adalah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran, baik dari sumber bergerak maupun dari sumber tidak bergerak. Penetapan standar baku mutu tingkat kebisingan berkaitan dengan permasalahan peruntukan lahan yang terdapat pada tabel di bawah ini:

(6)

Konferensi Nasional Engineering Perhotelan VI, Universitas Udayana, 2015

459

Tabel 1. Standar Baku Mutu Tingkat Kebisingan Sesuai dengan Peruntukan Lahan Peruntukan Kawasan / Lingkungan Kesehatan Tingkat Kebisingan (dBA) a. Peruntukan kawasan

- Perumahan dan pemukiman - Perdagangan dan jasa

- Perkantoran dan perdagangan - Ruang terbuka hijau

- Industri

- Pemerintahan dan fasilitas umum - Rekreasi

- Khusus :

- Bandara udara - Stasiun kereta api - Pelabuhan laut - Cagar budaya b. Lingkungan kegiatan

- Rumah sakit atau sejenisnya - Sekolah atau sejenisnya - Tempat ibadah atau sejenisnya

55 70 65 50 70 60 70 70 70 55 55 55

Sumber : KepmenLH No. 48 Tahun 1996 Tentang Standar Baku Mutu Tingkat Kebisingan Pengukuran tingkat kebisingan menurut KepmenLH No. 48 Tahun 1996 Tentang Standar Baku Mutu Tingkat Kebisingan dilakukan dengan 2 cara sebagai berikut :

a. Cara sederhana

Alat yang digunakan adalah Sound level Meter biasa. Kebisingan diperiksa dengan pengukuran tingkat tekanan bunyi dB(A) selama 10 menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 detik.

b. Cara Langsung

Alat yang digunakan adalah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTMS, yaitu Leq dengan waktu ukur tiap 5 detik. Pemeriksaan dilakukan dengan pengukuran selama 10 menit. Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan pembagian sebagai berikut :

a. Tingkat kebisingan pada siang hari diukur paling tinggi selama 10 jam (LS) pada selang waktu 06.00 – 22.00.

b. Tingkat kebisingan pada malam hari diukur 8 jam (LM) pada selang 22.00-06.00. setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan paling sedikit 3 waktu pengukuran pada malam hari.

Contoh :

- L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 – 09.00 - L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 – 11.00 - L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 – 17.00 - L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 – 22.00 - L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 – 24.00 - L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 – 03.00 - L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 – 06.00 Dengan Keterangan :

- Leq : Equivalent Continuous Noise Level atau Tingkat Kebisingan Sinambung Setara ialah nilai tingkat kebisingan dari kebisingan yang berubah ubah (fluktuatif) selama waktu tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan dari kebisingan ajeg (steady) pada selang waktu yang sama.

Satuannya adalah dB (A).

- LTM5 = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik - LS = Leq selama siang hari

- LM = Leq selama malam hari

- LSM = Leq selama siang dan malam hari Berikut cara menghitung Leq :

LEQ = 10 Log [ ∑ ] .dB . . . (2.1)

Sedangkan untuk metode penelitian LS dihitung sebagai berikut : LS = 10 Log [ ] .dB .. . . (2.2)

(7)

Prosiding KNEP VI 2015  ISSN 2338-414X

460

dan LM dihitung sebagai berikut :

LM = 10 Log [ ] .dB . . . (2.3)

Tingkat Kebisingan yang sudah melampaui tingkat kebisingan maka perlu dicari nilai LSM dari pengukuran lapangan. LSM dihitung dengan rumus :

LSM = 10 Log

[ ] .dB . . . (2.4)

Metoda Evaluasi Nilai LSM yang dihitung dibandingkan dengan nilai baku tingkat kebisingan yang ditetapkan dengan toleransi + 3 dB (A)

2. METODE PENELITIAN 2.1 Alir Metode Penelitian

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian 2.2 Alat

Penelitian ini mempergunakan alat sebagai berikut:

1. Alat uji pengukur suara (sound level meter). sebanyak 2 buah.

2. Stopwatch.

3. GPS yang digunakan untuk mengetahui koordinat lokasi pengukuran.

4. Alat tulis dan kamera 5. Alat penunjuk arah angin.

6. Alat pengukur jarak/meteran sebanyak 1 buah 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Analisa dan Pembahasan

Dalam penelitian ini tidak dilakukan inventarisasi jenis dan jumlah kendaraan yang melintas pada ruas-ruas jalan tersebut, sehingga tidak tersedia data jumlah dan jenis kendaraan tersebut dan tidak dapat dikorelasikan dengan tingkat kebisingan yang terjadi. Setelah mencermati hasil pengukuran tingkat kebisingan yang dilakukan pada 27 titik sampling tersebut seperti disajikan pada tabel 2 berikut :

Tabel 2. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Kebisingan.

(8)

Konferensi Nasional Engineering Perhotelan VI, Universitas Udayana, 2015

461

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa tingkat intensitas kebisingan yang dihasilkan pada masing-masing lokasi pengukuran dengan jarak pengukuran yang sama memiliki tingkat intensitas kebisingan yang berbeda.

Gambar 2-9 menunjukkan hasil analisis kebisingan pada setiap lokasi penelitian. Berikut ini merupakan analisa pada setiap lokasi penelitian :

Gambar 2. Intensitas Kebisingan Total Kawasan Industri

Gambar 2 menunjukkan bahwa pada kawasan Indonesian Power, intensitas kebisingan total (Lsm) melebihi ambang batas baku mutu yakni sebesar 71,63 dB. Hal ini disebabkan tingginya aktifitas transportasi di siang hari dan kegiatan produksi kerja mesin di malam hari.

(9)

Prosiding KNEP VI 2015  ISSN 2338-414X

462

Gambar 3. Intensitas Kebisingan Total Kawasan Ruang Terbuka Hijau

Gambar 3 menunjukkan intensitas kebisingan total (Lsm) kawasan yang melebihi baku mutu yakni Puputan Renon dan Puputan Badung berturut-turut sebesar 66,02 dB dan 65,02 dB. Hal ini disebabkan lokasi Ruang Terbuka Hijau dua kawasan tersebut daerah padat transportasi karena dekat dengan pusat pemerintahan dan perdagangan jasa sehingga berdampak pada intensitas kebisingan yang ditimbulkan.

Gambar 4. Intensitas Kebisingan Total Kawasan Rekreasi

Gambar 4 menunjukkan intensitas kebisingan total (Lsm) pada kawasan Rekreasi tidak ada yang melebihi ambang batas baku mutu Intensitas Kebisingan. Adapun kawasan yang paling tinggi intensitas kebisingannya yakni Art Center. Hal ini disebabkan pada saat bersamaan sedang berlangsungnya Pentas Kesenian Bali (PKB).

Gambar 5. Intensitas Kebisingan Total Kawasan Pemerintahan

Gambar 5 menunjukkan intensitas kebisingan total (Lsm) untuk kawasan kantor walikota melebihi ambang batas yakni sebesar 61,27 dB. Hal ini disebabkan padatnya kawasan tersebut, serta kantor walikota terletak di perempatan protokol kota Denpasar sehingga berhentinya kendaraan saat di Traffic Light, kerap menimbulkan suara yang mempengaruhi tingginya intensitas kebisingan.

Sedangkan Gedung keuangan Negara yang terletak dengan kawasan hijau, dengan kondisi sekitar ditanami banyak pepohonan dan dinding tinggi mengakibatkan rendahnya intensitas kebisingan yang ditimbulkan.

(10)

Konferensi Nasional Engineering Perhotelan VI, Universitas Udayana, 2015

463

Gambar 6. Intensitas Kebisingan Total Kawasan Rumah Sakit

Hasil pengukuran pada gambar 6 menunjukkan tingkat intensitas kebisingan total (Lsm) kawasan yang tertinggi UGD sanglah. Sumber kebisingan kawasan ini disebabkan aktivitas jenguk para kerabat maupun keluarga pasien. Disamping itu selain intensitas lalu lalang mobil ambulance yang cukup tinggi, banyak pula ditemukan para pengunjung pasien yang menginap di luar halaman UGD RSUP Sanglah sehingga turut mempengaruhi intensitas kebisingan yang terjadi. Secara kumulatif untuk kawasan Rumah Sakit tidak melebihi intensitas kebisingan.

Gambar 7. Intensitas Kebisingan Total Kawasan Ibadah

Gambar 7 menunjukkan intensitas kebisingan untuk kawasan Masjid Raya Denpasar intensitas kebisingan total (Lsm) tertinggi, Hal ini disebabkan lokasi tersebut berdekatan dengan pusat perbelanjaan dan perbankan (pasar dan toko emas). Begitupula dengan kawasan gereja katolik yang berdekatan dengan kawasan padat transportasi. Hal ini mengakibatkan intensitas kebisingan di dua kawasan tersebut melebihi ambang batas kebisingan berturut-turut sebesar 63,19 dB dan 65,02 dB, seperti tampak pada gambar 7.

Gambar 8. Intensitas Kebisingan Total Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kawasan perdagangan dan jasa intensitas kebisingan yang terjadi cenderung tinggi disaat siang hingga sore hari. Sedangkan untuk kawasan pasar Badung kebisingan di pagi hari cukup tinggi. Hal ini disebabkan banyaknya para pedagang melakukan aktivitas jual beli disaat tersebut. Untuk kawasan perdagangan dan jasa tidak melebihi ambang batas kebisingan (kisaran 63-65 dB) seperti tampak pada gambar 8.

(11)

Prosiding KNEP VI 2015  ISSN 2338-414X

464

Gambar 9. Intensitas Kebisingan Total Kawasan Pemukiman

Gambar 9 menunjukkan hasil pengukuran tingkat intensitas kebisingan pada perumahan Jalan Padang Kartika cukup kecil jika dibandingkan dengan areal lainnya, yaitu 52,58 dB. Hal ini disebabkan di sepanjang kiri jalan terdapat pepohonan besar dan rindang. Faktor penghalang dalam perambatan bunyi pada jalan areal tersebut berupa tanaman dan bangunan. Intensitas ini cukup rendah jika dibandingkan dengan daerah lain pada jarak yang sama dari sumber bunyi. Sedangkan untuk kawasan jalan merpati, lebar jalan yang sempit yaitu 5 m dan kedua sisi jalan yang ditutupi oleh tanaman dan rumah tingkat dan aktivtitas dagang, mengakibatkan celah dalam perambatan bunyi semakin kecil, volume kendaraan roda dua pun cukup banyak, sehingga tingkat intensitas kebisingan yang terukur menjadi lebih besar mencapai 64,93 dB.

Gambar 10. Intensitas Kebisingan Total Kawasan Pendidikan

Kawasan pendidikan, intensitas kebisingan cenderung tinggi saat rentang waktu siang hari (LS).

Hal ini disebabkan tingginya aktivitas yang terjadi pada saat jam tersebut dan dekatnya zona sekolah dengan kawasan padat aktivitas mempengaruhi pula terhadap kebisingan yang ditimbulkan. Tata Guna Lahan kawasan pendidikan tidak sesuai dengan AMDAL-nya. Kawasan SMAN 1 yang saling berdekatan dengan pusat perdagangan /jasa serta kawasan SMPN 1 yang berdekatan dengan kawasan pemerintahan sehingga aktivitas kerja yang terjadi semakin padat, mengakibatkan kemacetan transportasi sehingga menimbulkan kebisingan saat penelitian dilakukan. Kawasan pendidikan melebihi ambang batas kebisingan seperti tampak pada gambar 10.

3.2. Pemetaan Hasil Penelitian

Berikut Peta Pemetaan lokasi penelitian :

(12)

Konferensi Nasional Engineering Perhotelan VI, Universitas Udayana, 2015

465

Gambar 11. Pemetaan Intensitas Kebisingan Kawasan Kota Denpasar Dengan Keterangan :

: Industri (65-72 dB)

: Perdagangan dan Jasa (64-65 dB) : Pemerintahan (59-64 dB)

: Pendidikan (58-64 dB) : Tempat Ibadah (53-65 dB) : Ruang Terbuka Hijau (50-66 dB) : Rekreasi (54-67 dB)

: Pemukiman (53-65 dB) : Rumah Sakit (51-53 dB)

Mencermati hasil penelitian pada Tabel 2 dan gambar pemetaan pada gambar 11 , secara garis besar dapat dikemukakan bahwa:

1. Hasil pemetaan tingkat kebisingan di Kota Denpasar paling tinggi disebabkan karena aktivitas lalu lintas jalan raya. Volume kendaraan memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap tingkat intensitas kebisingan. Salah satu sumber bising lalu lintas jalan raya yaitu berasal dari kendaraan bermotor, baik roda dua, maupun roda empat, dengan sumber kebisingan antara lain dari bunyi klakson kendaraan, sirine, gesekan mekanis antara ban dengan badan jalan pada saat pengereman mendadak dan kecepatan tinggi, dan suara knalpot. Semakin banyak jumlah kendaraan yang melintas di jalan raya maka intensitas kebisingannya semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat dari gambar tersebut bahwa setiap jalan arteri maupun kolektor di Kota Denpasar intensitas kebisingan yang terjadi mencapai 64-65 dB.

2. Interval tingkat kebisingan di Kota Denpasar terendah terletak pada kawasan ruang terbuka hijau, yakni dengan interval 50-66 dB. Sedangkan interval tertinggi terletak pada kawasan industri dengan interval 65-72 dB. Tingginya kebisingan pada daerah industri disebabkan pola transportasi yang padat hal ini disebabkan padatnya aktivitas transportasi para pekerja. Jalan arteri pada kawasan ini menghubungkan kota Denpasar dengan Kabupaten Badung sebagai daerah pariwisata juga berperan besar dalam menimbulkan kemacetan yang pada akhirnya berdampak pada besarnya tingkat kebisingan yang ditimbulkan dari aktivitas transportasi.

3. Kawasan-kawasan yang melebihi baku mutu kebisingan diantaranya kawasan pemerintahan, tempat ibadah, industri, ruang terbuka hijau dan pendidikan. Tingginya kebisingan kawasan

(13)

Prosiding KNEP VI 2015  ISSN 2338-414X

466

tersebut disebabkan dekatnya zona tersebut dengan kawasan padat aktivitas mempengaruhi pula terhadap kebisingan yang ditimbulkan. Dapat dilihat bahwa setiap jalan kolektor pada kawasan ini dipadati oleh kegiatan perdagangan dan jasa. Pola peruntukan tata ruang untuk kawasan tersebut paling bervariasi. Hal ini mengakibatkan pada kawasan ini tingkat intensitas kebisingan yang ditimbulkan cenderung tinggi. Sebagai contoh kawasan SMAN 1 yang saling berdekatan dengan pusat perdagangan /jasa serta kawasan SMPN 1 yang berdekatan dengan kawasan pemerintahan sehingga aktivitas kerja yang terjadi semakin padat. Disamping itu, banyaknya para pelajar yang menggunakan kendaraan pribadi dan parkir di bahu jalan sering menimbulkan kemacetan sehingga mengakibatkan kebisingan yang terjadi.

3.3. Rekomendasi

Mengingat tingginya intensitas kebisingan di beberapa kawasan, maka diperlukan upaya penanganan masalah yang merupakan rekomendasi mengenai tindakan alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak masalah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pemetaan daerah rawan kebisingan di beberapa kawasan di kota Denpasar masih terdapat beberapa kawasan yang melebihi ambang batas tingkat kebisingan.

Program penanggulangan dampak yang dapat ditawarkan untuk mereduksi kebisingan yang terjadi dibedakan menjadi program jangka pendek, program jangka menengah dan program jangka panjang.

1. Program jangka pendek

Program jangka pendek digunakan untuk upaya yang bersifat penanggulangan dampak kebisingan. Waktu pelaksanaan program dilakukan selama 1 tahun dan membutuhkan biaya yang murah (low cost) karena hanya memanfaatkan kondisi yang terjadi saat ini semaksimal mungkin.

2. Program jangka menengah

Program jangka menengah bertujuan untuk hal-hal yang bersifat penyembuhan (recovery).

Pelaksanaan program ini berkisar selama 3 hingga 5 tahun.

3. Program Jangka Panjang

Program jangka panjang berupa program pembangunan sarana dan prasarana dengan waktu penyelesaian 5 hingga 25 tahun. Untuk pembangunannya membutuhkan biaya yang tinggi (high cost).

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Analisis dan pemetaan daerah rawan

kebisingan di Kota Denpasar paling tinggi disebabkan karena aktivitas lalu lintas jalan raya.

2. Interval tingkat kebisingan di Kota Denpasar terendah terletak pada kawasan ruang terbuka hijau, yakni dengan interval 50-66 dB. Sedangkan interval tertinggi terletak pada kawasan industri dengan interval 65-72 dB.

3. Terdapat kawasan yang melebihi baku mutu kebisingan diantaranya kawasan pemerintahan, tempat ibadah, industri, ruang terbuka hijau dan pendidikan.

4. Saran untuk mengurangi kebisingan yang ditawarkan berupa solusi jangka pendek yaitu berkaitan dengan optimalisasi manajemen transportasi, solusi jangka menengah berupa pengurangan kebisingan dengan cara menanam pepohonan di sepanjang jalan dan rencana jangka panjang yaitu berupa penyediaan sarana dan prasarana transportasi umum guna mengurangi jumlah volume kendaraan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] AASHTO. (1993). Guide on Evaluation and Abatement of Traffic Noise. American Association of State Highway and Transportation Officials Highway Subcommitee, USA.

[2] Slamet. (2006). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7007/1/09E01730.pdf)

[3] Subagya & Yayan. (2009). Pengaruh Kebisingan Terhadap Tingkat Produktivitas. Institut Sains dan Teknologi “AKPRIND”.

[4] Situs resmi Kementrian Lingkungan Hidup, tersedia di www.menlh.go.id/ apec_vc/osaka /eastjava/noise_id/1/page1.html

[5] Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep 48/ MENLH/11/1996, tanggal 25 November 1996, tentang Baku Tingkat Kebisingan

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan total nilai tertimbang daya tarik dan kekuatan bisnis, dapat diketahui posisi Matrik GE usaha pertanian beras organic yaitu pada posisi daya tarik tinggi sedangkan

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran Kopi Amstirdam di Kabupaten Malang meliputi petani sebagai produsen, tengkulak/pengepul, pengolah, toko/pabrik dan

Informasi titik kritikal salinitas berdasarkan daya berkecambah kultivar Eiffel dan Tidore adalah NaCl 0,6 % dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan invigorasi benih dengan

Penyebaran informasi tersebut melalui pertemuan kelompok dan diteruskan melalui pengurus kelompok. Terdapat sanksi yang diberlalukan terhadap siapapun yang melanggar aturan

Menurut Ritonga (2015), daya saing dapat diukur menggunakan pendekatan keunggulan keunggulan komparatif. Kenyataannya, menuju komoditas yang berdaya saing masih

Pada tabel 1 menunjukkan analisis ragam pada perlakuan dosis pupuk organik cair dan kompos tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap luas daun tanaman kailan pada pengamatan

Perlu dilakukan antisipasi terhadap pemanasan global dengan menyiapkan bibit atau benih baru yang tahan kering sehingga mampu berproduksi ketika iklim di Pulau

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam kesimpulan, maka dapat disampaikan saran-saran perlu adanya pembinaan yang intensif agar pengembangan pengolahan kopi bisa