• Tidak ada hasil yang ditemukan

PABRIK GLISEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES CONTINUOUS FAT SPLITTING

N/A
N/A
19-124 Sherina Violetta Br Sinulingga

Academic year: 2024

Membagikan "PABRIK GLISEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES CONTINUOUS FAT SPLITTING "

Copied!
266
0
0

Teks penuh

Hanya atas rahmat dan bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan tugas terakhir kami yang bertajuk Pabrik Gliserol dari Kelapa Sawit dengan menggunakan proses pemisahan lemak secara terus menerus. Proses pembuatan gliserol dari minyak sawit terbagi menjadi tahap produksi bahan baku, tahap pemisahan lemak, dan tahap pemurnian gliserol. Bahan baku terpenting untuk produksi gliserol adalah minyak sawit, air proses, NaOH dan karbon aktif.

Tahap kedua adalah tahap pemisahan lemak pada suhu 250 oC dan tekanan 50 atm dengan injeksi uap pada suhu 270 oC (55 atm) yang merupakan reaksi hidrolisis trigliserida pada minyak sawit dengan air. Proses pembuatan gliserol dari minyak sawit terbagi menjadi tahap penyiapan bahan baku, tahap pemisahan lemak, dan tahap pemurnian gliserol. Fase kedua adalah fase pemisahan lemak pada suhu 250 oC dan tekanan 50 atm dengan injeksi steam 270 oC dan 55 atm yang merupakan reaksi hidrolisis trigliserida minyak sawit dengan air.

From the fat splitting process obtained by the form of fatty acids. From the description of making glycerol from crude palm oil with the continuous fat splitting process it can be concluded that the raw materials used are palm oil of 13950 kg/hour; process water of 6975.2 kg/hour;.

Gambar I.1    Lokasi Pendirian Pabrik .................................. I-10  Gambar I.2    Kelapa Sawit ..................................................
Gambar I.1 Lokasi Pendirian Pabrik .................................. I-10 Gambar I.2 Kelapa Sawit ..................................................

1 BAB I

Sejarah

Pabrik pemisahan lemak modern saat ini menggunakan kolom baja tahan karat dengan aliran asam lemak dan air tawar yang berlawanan arah, yang merupakan perkembangan terkini dalam proses pemisahan.

Alasan Pendirian Pabrik

3 BAB I Pendahuluan

  • Ketersediaan Bahan Baku
  • Kebutuhan
  • Aspek Pasar
  • Penentuan Kapasitas Produksi

Dari Tabel 1.1 diatas terlihat bahwa kebutuhan gliserol di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Tabel 1.1 Data Kebutuhan Gliserol di Indonesia  Tahun Kebutuhan (ton)
Tabel 1.1 Data Kebutuhan Gliserol di Indonesia Tahun Kebutuhan (ton)

5 BAB I Pendahuluan

7 BAB I Pendahuluan

Penentuan Lokasi Pabrik

Dalam atlas Indonesia terlihat letak Provinsi Riau sangat strategis yaitu di dekat Selat Malaka yang khususnya menjadi pintu gerbang perdagangan Asia Tenggara, dekat Pulau Batam yang terkenal sebagai kawasan industri. pusatnya, dekat Malaysia dan Singapura, yang merupakan negara tetangga terdekat, memiliki banyak industri.

Gambar I.1 Lokasi Pendirian Pabrik
Gambar I.1 Lokasi Pendirian Pabrik

9 BAB I Pendahuluan

Dasar Teori .1 Gliserol

Gliserol terdapat di alam sebagai kombinasi gliserida di semua lemak hewani dan minyak nabati, dan diperoleh sebagai produk sampingan dalam saponifikasi minyak di pabrik sabun atau dipisahkan langsung dari minyak dalam produksi asam minyak bumi. Gliserol jarang ditemukan dalam bentuk bebas dalam lemak di alam, tetapi biasanya dalam bentuk trigliserida yang dikombinasikan dengan asam oleat seperti stearat, oleat, palmitat, dan laurat, serta merupakan campuran atau kombinasi gliserida dari berbagai asam oleat. Minyak nabati tertentu, seperti minyak kelapa, minyak inti sawit, minyak biji kapas, minyak kedelai, dan minyak zaitun, dapat menghasilkan gliserol dalam jumlah lebih tinggi dibandingkan lemak hewani seperti lemak babi.

Gliserol terjadi secara alami sebagai trigliserida pada sel tumbuhan dan hewan dalam bentuk lipid seperti lesitin dan sefalin. Kompleks lemak ini berbeda dengan lemak biasa yang kandungannya cukup bervariasi, seperti asam fosfat pada residu asam lemak (Othmer, 1983). Pemisahan lemak adalah hidrolisis trigliserida dari lemak dan minyak dengan suhu dan tekanan tinggi untuk menghasilkan asam lemak dan gliserol.

11 BAB I Pendahuluan

Minyak Kelapa Sawit

  • 13 BAB I Pendahuluan
    • Sifat Fisika dan Kimia .1 Bahan Baku Utama
  • 15 BAB I Pendahuluan
    • Bahan Baku Pendukung .1 Air
  • 17 BAB I Pendahuluan
    • Karbon Aktif Sifat fisik karbon aktif
    • Produk
  • 19 BAB I Pendahuluan
    • Produk Samping Asam lemak
  • 1 BAB II
  • 3 BAB II Macam dan Uraian Proses

Komposisi minyak sawit mengandung sekitar 80 persen bagian kulit buah dan 20 persen buah bercangkang tipis, kandungan minyak pada bagian kulit buah sekitar 34-40 persen. Pabrik Gliserol Kelapa Sawit dengan Proses Pemisahan Lemak Berkelanjutan Jurusan Teknik Kimia Industri. Proses pembuatan gliserol pada hakekatnya merupakan hasil samping pengolahan lemak dan minyak, baik nabati maupun hewani.

Proses saponifikasi merupakan proses pembuatan gliserol dari lemak dan minyak yang direaksikan dengan soda api (NaOH) sehingga menghasilkan sabun dan alkali yang mengandung 8-12% gliserin. Campuran lemak dan minyak dimasukkan ke dalam boiler dengan soda kaustik dengan konsentrasi tertentu, dan dengan penambahan garam. Sementara itu, sabun mengalami perebusan lebih lanjut dan pencucian berulang kali untuk menyelesaikan proses saponifikasi dan disertai dengan proses ekstraksi gliserin.

Proses transesterifikasi dapat dilakukan secara batch pada tekanan atmosfer dan suhu 60-70°C dengan kelebihan metanol dan katalis basa. Namun, kondisi reaksi ringan memerlukan penghilangan asam lemak bebas dari minyak melalui distilasi atau pra-esterifikasi sebelum transesterifikasi.

Gambar I.2 Kelapa Sawit
Gambar I.2 Kelapa Sawit

Fat Splitting

5 BAB II Macam dan Uraian Proses

Pada langkah kedua, reaksi berlangsung lebih cepat karena kelarutan asam lemak dalam air lebih besar. Langkah terakhir ditandai dengan berkurangnya laju reaksi ketika asam lemak bebas dan gliserin mencapai keadaan setimbang. Proses ini masih digunakan dalam skala kecil karena biaya pemasangan dan pengoperasiannya mudah dan murah.

Namun karena konsumsi energinya tinggi dan kualitas produknya buruk, proses ini tidak lagi digunakan secara komersial. Waktu reaksi yang lama, konsumsi uap yang besar dan memudarnya warna asam lemak menjadi kelemahan proses ini. Metode ini merupakan metode komersial tertua untuk memisahkan minyak berkualitas tinggi untuk menghasilkan asam lemak ringan.

Seperti proses Twitchell, proses ini juga menggunakan katalis, biasanya ZnO (yang paling aktif), MgO atau CaO, dengan konsentrasi 2-4%, dan sedikit debu seng untuk mengubah warna asam lemak. memperbaiki. Selama pengoperasian, autoklaf diisi dengan minyak, air (sekitar setengah jumlah minyak) dan katalis, setelah itu autoklaf ditutup.

7 BAB II Macam dan Uraian Proses

  • Seleksi Proses

9 BAB II Macam dan Uraian Proses

  • Uraian Proses Terpilih

Berdasarkan perbandingan pada Tabel 2.1, proses Pemisahan Lemak dipilih karena proses hidrolisisnya menggunakan air yang merupakan bahan yang melimpah dan murah, serta kemurnian produk akhir mencapai ±99%. Tahap penyiapan bahan baku bertujuan untuk menyesuaikan kondisi bahan baku dengan kondisi di menara pembelah lemak, disinilah berlangsungnya reaksi hidrolisis.

11 BAB II Macam dan Uraian Proses

  • Tahap Fat Splitting
  • Tahap Pemurnian Gliserol

Cara menghitung pemisahan produk atas dan bawah didasarkan pada perbedaan nilai densitas dan kelarutan masing-masing komponen. Produk yang berasal dari menara fisi harus terlebih dahulu menurunkan tekanan operasinya dari 55 atm menjadi 1 atm, tergantung kondisi pengoperasian unit yang bersangkutan. Penurunan tekanan ini terjadi pada dua flash tank yang berbeda, yaitu flash tank I (D-220) untuk produk atas fase minyak dan flash tank II (D-230) untuk produk bawah fase air.

Hasil flashing dari produk unggulan cracking tower yaitu asam lemak ditampung di tangki penyimpanan produk asam lemak untuk kemudian dijual sebagai bahan baku ke industri lain (seperti: pabrik sabun). Produk bagian bawah dari flash tank II berupa gliserol dipompa ke dalam decanter (H-310) yang berfungsi memisahkan komponen asam lemak dari gliserol, sehingga diperoleh gliserol dengan kemurnian yang lebih tinggi lagi. Mekanisme yang terjadi adalah dengan memisahkan komponen asam lemak yang mempunyai massa jenis lebih rendah dari komponen air dan gliserol, dimana asam lemak akan berada pada lapisan atas dan gliserol yang mempunyai massa jenis lebih tinggi akan berada pada lapisan bawah. lapisan.

Gliserin kemudian dipompa ke tangki netralisasi (M-320) untuk menetralkan kandungan asam lemak dan trigliserida yang tidak bereaksi di menara pemisahan lemak menggunakan NaOH 8% yang akan menghasilkan produk sabun.

13 BAB II Macam dan Uraian Proses

  • Blok Diagram Proses

1 BAB III

  • Menara Fat Splitting
  • Flash Tank II

3 BAB III Neraca Massa

  • Dekanter
  • Tangki Netralisasi

5 BAB III Neraca Massa

  • Centrifuges
  • Evaporator Pada effect 1

7 BAB III Neraca Massa

  • Flash Tank III
  • Tangki Bleaching
  • Filter Press

9 BAB III Neraca Massa

  • Deodorizer
  • Heater CPO
  • Flash Tank II
  • Heater Gliserol
  • Evaporator
  • Barometric Condensor H 3
  • Cooler Gliserol H 3
  • Barometric Condenser H 3
  • Cooler Gliserol H 3

1 BAB V

  • Pompa minyak
  • Heater Air Proses

3 BAB V Spesifikasi Alat

  • Evaporator
  • Centrifuges

5 BAB V Spesifikasi Alat

  • Dekanter

7 BAB V Spesifikasi Alat

  • MENARA FAT SPLITTING
  • FLASH TANK II
  • Centrifuge
  • Evaporator
  • Neraca massa asam lemak
  • FLASH TANK III
  • BLEACHING
  • Deodorizer Komposisi feed
  • Heater Air Proses H 3
  • Flash Tank I
  • Cooler Asam Lemak H 3
  • Cooler Gliserol
  • Tangki Netralisasi

Dari perhitungan neraca massa dan neraca panas yang dilakukan, dapat diketahui total kebutuhan air yang akan diolah pada unit pengolahan air. Cari BM campuran asam lemak (1 Kg asam lemak basa): Data % Berat masing-masing komponen asam lemak. Massa jenis trigliserida sama dengan massa jenis asam lemak sehingga perbandingan antara trigliserida yang dipisahkan pada P1 dan P2 dengan trigliserida awal = perbandingan antara total asam lemak yang dipisahkan pada P1 dan P2 dengan asam lemak awal.

YA1 = Fraksi massa gliserol pada produk utama YB1 = Fraksi massa asam lemak pada produk utama YC1 = Fraksi massa air pada produk utama. YD1 = Fraksi massa trigliserida pada produk atas XA2 = Fraksi massa gliserol pada produk bawah YB2 = Fraksi massa asam lemak pada produk bawah XC2 = Fraksi massa air pada produk bawah. XD2 = Fraksi massa trigliserida pada produk di bawah.

Myristik Palmitik Stearik Oleik Linoleik Jo glycerol NaOH Soap: Miristik Palmitik Stearik Oleik Linoleik Nëntotali TOTALI.

Tabel VIII.1 Kode Instrumentasi pada Alat Proses
Tabel VIII.1 Kode Instrumentasi pada Alat Proses

Reaksi trigliserida dan NaOH

Reaksi asam lemak dan NaOH

Heater Gliserol H 3

BAROMETRIC CONDENSER H 3

STEAM JET EJECTOR H 3

Flash Tank III

Cooler Gliserol

Cooler Gliserol

Tangki Deodorizer H 4

BAROMETRIC KONDENSOR H 3

STEAM JET EJECTOR

Gambar

Gambar I.1    Lokasi Pendirian Pabrik .................................. I-10  Gambar I.2    Kelapa Sawit ..................................................
Tabel IV.11  Neraca Energi Pada Evaporator ....................... IV-8  Tabel IV.12  Neraca Energi Pada Barometric Condensor ...
Tabel 1.1 Data Kebutuhan Gliserol di Indonesia  Tahun Kebutuhan (ton)
Grafik 1.1 Ekspor Gliserol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Konsumsi Energi Pada Proses Pengolahan Kelapa Sawit di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Ker- tajaya, PTP. XI, Banter) Selatan.. Dibawah

Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir proses6. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke

Telah dilakukan studi Analisis Kadar Minyak Kelapa Sawit pada Brondolan berdasarkan Lapisannya di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan.Kadar minyak

Telah dilakukan studi Analisis Kadar Minyak Kelapa Sawit pada Brondolan berdasarkan Lapisannya di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan.Kadar minyak

Telah dilakukan studi Analisis Kadar Minyak Kelapa Sawit pada Brondolan berdasarkan Lapisannya di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan.Kadar minyak

Proses Metanogenesis Berbahan Baku Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ”, berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik

TKKS yang digunakan merupakan TKKS yang baru keluar dari proses pengolahan sawit dari pabrik kelapa sawit Pinang Tinggi, Jambi. Pemilihan pengambilan TKKS di

IPM : Program Studi Teknik Kimia : Judul PRA-RANCANGAN PABRIK BIOGAS TERINTEGRASI KE : PABRIK KELAPA SAWIT HASIL PROSES TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT TKKS DENGAN KAPASITAS PRODUKSI