• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

N/A
N/A
chici nimra

Academic year: 2023

Membagikan "PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

i

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

DOSEN PENGAMPUH : Dr. Bakhtiar, S.Pd., M.Pd

OLEH:

KELOMPOK 3

ANNISA DWI MAULIDIAH 210701502126 ANDI SALWA SALSABILA IRWAN 210701502038

AQILAH ZHAFIRAH 210701501052 HANA SALIMAH RUSLAN 210701502094

ATHA RAHADI LATIEF 210701502182 FITRIANA PRATIWI NURAZIZAH 210701502072

ABDI RAHMAT HUDZAIFAH 210701502181

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021/2022

(2)

i

KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi kita semua. Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karna telah melindungi dan menyertai kami kelompok 4 sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini, dengan judul “Pembentukan konsep Diri Pada Remaja” tepat pada waktunya. Pada makalah ini, kami selaku penulis akan membahas apa saja pengaruh pembentukan konsep diri pada remaja. Oleh karna itu, kami akan meninjau dengan didasari teori psikologi perkembangan dan kajian ilmiah melalui jurnal.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan tidak sempurna. Oleh sebab itu kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif demi kepentingan ilmu pengetahuan. Kami selakau penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang sudah meluangkan waktu untuk menjadikan makalah ini sebagai pilihan ringkasan materi terkait materi yang saya angkat, semoga bermanfaat. Akhir kata, semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa memberikan kita kesehatan dan kelancaran didalam segala tantangan dan aktivitas yang kita hadapi dan laksanakan ditengah situasi pandemi ini.

Makassar, 25 Juli 2022

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...i

DAFTAR ISI………...ii

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1 Latar Belakang……….1

1.2 Rumusan Masalah………2

1.3 Tujuan………..2

BAB II PEMBAHASAN………..3

2.1 Konsep Pancasila Sebagai Sistem Etika………3

2.2 Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika………...6

2.3 Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Sistem Etika………7

BAB III PENUTUP………...11

3.1 Kesimpulan………..11

3.2 Saran………...…11

DAFTAR PUSTAKA……….13

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pancasila adalah ideologi dasar negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata Sansekerta, pañca, yang berarti lima, dan la, yang berarti prinsip atau prinsip.

Pancasila merupakan rumusan dan pedoman hidup berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara, Pancasila tentu saja mengandung aturan dan larangan. Pancasila sarat dengan nilai-nilai seperti ketuhanan, kemanusiaan, peradaban, demokrasi dan keadilan. Oleh karena itu, pancasila dapat digunakan secara normatif sebagai acuan perbuatan baik, dan secara filosofis dapat digunakan sebagai perspektif kajian tentang nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Nilai dan norma tersebut bersifat universal, dapat ditemukan di mana saja dan kapan saja sehingga memberikan ciri khas Indonesia karena merupakan bagian dari Pancasila.

Nilai, norma, dan moral adalah konsep yang saling terkait. Ketiganya akan memberikan pemahaman yang saling melengkapi sebagai sistem etika yang berkaitan dengan pancasila. Pancasila merupakan sumber penjabaran dari semua norma, baik norma hukum, moral maupun norma pemerintahan lainnya.

Nilai-nilai Pancasila kemudian dikembangkan dalam masyarakat praktis atau nyata menjadi norma yang pada akhirnya menjadi pedoman dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, nilai, standar hidup, norma, dan sistem etika Pancasila semakin dilupakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga identitas atau ciri khas Indonesia yang telah disebutkan tadi semakin terkikis atau bahkan hilang. Namun demikian, upaya sedang dilakukan untuk menyelaraskan kembali sistem etika. Perkembangan zaman yang semakin maju dan terbukanya akses

(5)

2

dunia luar menuntut Pancasila sebagai sistem etika agar kita bangsa Indonesia tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa yang bermoral, beretika dan bermartabat.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam jurnal ini adalah :

1. Apakah pengertian Pancasila itu?

2. Apakah pengertian sistem itu?

3. Bagaimaknakah peran Pancasila sebagai sistem etika?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Pancasila.

2. Untuk mengetahui pengertian dari sistem

3. Untuk mengetahui peran Pancasila sebagai sistem etika.

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika

2.1.1 Pengertian Etika

Istilah "etika" berasal dari bahasa Yunani "ethos" dan berarti tempat tinggal kebiasaan, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat istiadat, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang apa saja yang biasa dilakukan, atau ilmu adat. Dalam pengertian ini, etika mengacu pada kebiasaan hidup yang baik, cara hidup yang baik, baik dalam diri seseorang maupun dalam masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini diwariskan dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam pengertian ini, etika memiliki arti yang sama dengan moral.

Etika secara umum dipahami sebagai pemikiran filosofis tentang segala sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia. Semua perilaku manusia, dengan norma dan prinsip yang mengaturnya, sering disebut sebagai moralitas atau etika (Sastrapradja, 2002: 81). Etika dalam arti yang lebih luas adalah ilmu yang membahas tentang kriteria baik dan buruk (Bertens, 1997: 4-6).

Etika selalu berkaitan dengan masalah nilai, sehingga pembicaraan tentang etika umumnya berbicara tentang masalah nilai (baik atau buruk). Frondizi menjelaskan bahwa nilai merupakan kualitas yang tidak nyata karena tidak ada dengan sendirinya, nilai membutuhkan dukungan untuk ada (2001:7). Misalnya, nilai kejujuran tergantung pada sikap dan kepribadian seseorang.

(7)

4 2.1.2 Aliran-aliran Etika

Ada beberapa aliran etika, diantaranya adalah : 1. Etika Keutamaan

Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori yang mempelajari keutamaan (virtue), artinya mempelajari tentang perbuatan manusia itu baik atau buruk. Etika kebajikan ini mengarahkan perhatiannya kepada keberadaan manusia, lebih menekankan pada What should I be?, atau “saya harus menjadi orang yang bagaimana?”. Beberapa watak yang terkandung dalam nilai keutamaan adalah baik hati, ksatriya, belas kasih, terus terang, bersahabat, murah hati, bernalar, percaya diri, penguasaan diri, sadar, suka bekerja bersama, berani, santun, jujur, terampil, adil, setia, ugahari (bersahaja), disiplin, mandiri, bijaksana, peduli, dan toleran (Mudhofir, 2009: 216—219)

2. Etika Teleologis

Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan dilawankan dengan kewajiban. Seseorang yang mungkin berniat sangat baik atau mengikuti asasasas moral yang tertinggi, akan tetapi hasil tindakan moral itu berbahaya atau jelek, maka tindakan tersebut dinilai secara moral sebagai tindakan yang tidak etis. Etika teleologis ini menganggap nilai moral dari suatu tindakan dinilai berdasarkan pada efektivitas tindakan tersebut dalam mencapai tujuannya. Etika teleologis ini juga menganggap bahwa di dalamnya kebenaran dan kesalahan suatu tindakan dinilai berdasarkan tujuan akhir yang diinginkan (Mudhofir, 2009: 214). Aliran-aliran etika teleologis, meliputi eudaemonisme, hedonisme, utilitarianisme.

(8)

5

3. Etika Deontologis

Etika deontologis adalah teori etis yang bersangkutan dengan kewajiban moral sebagai hal yang benar dan bukannya membicarakan tujuan atau akibat. Kewajiban moral bertalian dengan kewajiban yang seharusnya, kebenaran moral atau kelayakan, kepatutan. Kewajiban moral mengandung kemestian untuk melakukan tindakan.

Pertimbangan tentang kewajiban moral lebih diutamakan daripada pertimbangan tentang nilai moral. Konsep-konsep nilai moral (yang baik) dapat didefinisikan berdasarkan pada kewajiban moral atau kelayakan rasional yang tidak dapat diturunkan dalam arti tidak dapat dianalisis (Mudhofir, 2009: 141).

2.1.3 Etika Pancasila

Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang diterjemahkan dari prinsip-prinsip Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, etika Pancasila mengandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku masyarakat Indonesia dalam segala aspek kehidupannya. Perintah-perintah ilahi mengandung dimensi moral berupa nilai-nilai spiritual yang mendekatkan manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan terhadap nilai-nilai agama yang dianutnya. Imperatif kemanusiaan mengandung dimensi kemanusiaan, yaitu humanizing, yaitu upaya peningkatan kualitas kemanusiaan dalam hubungan antar manusia. Amanat persatuan mengandung dimensi nilai-nilai kebersamaan, kebersamaan, cinta tanah air. Imperatif kerakyatan mencakup dimensi nilai berupa penghargaan terhadap orang lain, kesediaan untuk mendengar pendapat orang lain, tidak

(9)

6

memaksakan kehendak kepada orang lain. Imperatif keadilan meliputi dimensi nilai kepedulian terhadap nasib orang lain, kesediaan membantu kesulitan orang lain.

Etika Pancasila lebih dekat dengan istilah etika keutamaan atau etika keutamaan, meskipun dua aliran utama lainnya, deontologis dan teleologis, juga termasuk. Akan tetapi, etika keutamaan lebih dominan, karena etika Pancasila tercermin dalam empat sifat kesalehan, yaitu kebijaksanaan, kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan. Kebijaksanaan berarti melakukan suatu tindakan yang dilakukan dengan kemauan yang diarahkan pada kebaikan dan berdasarkan kesatuan akal – rasa – kehendak berupa keyakinan yang diarahkan kepada realitas mutlak (Tuhan) dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan manusia dan nilai-nilainya. dari kehidupan beragama. Kesederhanaan berarti membatasi diri dalam arti tidak melebihi batas kenikmatan. Keteguhan berarti membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas untuk menghindari penderitaan. Keadilan berarti memberi sebagai kewajiban kepada diri sendiri dan orang lain dan kepada Tuhan dalam kaitannya dengan segala sesuatu yang menjadi hak mereka (Mudhofir, 2009: 386).

2.2 Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika

Seberapa penting Pancasila sebagai sistem etika dalam kaitannya dengan permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia, semua ini menunjukkan pentingnya dan urgensi peran dan posisi Pancasila sebagai sistem etika, karena dapat menjadi pedoman atau prinsip pedoman bagi warga negara untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

 Pertama, banyaknya kasus korupsi yang melanda Indonesia sehingga dapat melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

(10)

7

 Kedua, masih adanya aksi terorisme atas nama agama yang dapat merusak semangat toleransi dalam kehidupan antarumat beragama dan merusak semangat persatuan atau mengancam disintegrasi bangsa.

 Ketiga, masih ada pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara, seperti: kasus penyerangan penjara Cebongan di Yogyakarta tahun 2013.

 Keempat, kesenjangan antara masyarakat kaya dan masyarakat miskin masih mencolok dalam kehidupan masyarakat. orang Indonesia. Kelima, ketidakadilan hukum yang masih mewarnai peradilan di Indonesia, seperti hukuman percobaan bagi pengedar narkoba Australia Schapell Corby.

 Keenam, banyak orang kaya yang tidak mau membayar pajak yang layak, seperti kasus penghindaran pajak perusahaan, kasus Panama Papers, penghindaran atau pengurangan pembayaran pajak.

Etika Pancasila sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara karena di dalamnya terkandung tuntunan nilai-nilai moral yang hidup. Namun demikian, diperlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai-nilai moral yang hidup ini agar tidak terjebak dalam perspektif mitos.

Misalnya, korupsi terjadi karena seorang pejabat menerima hadiah dari seseorang yang membutuhkan bantuan atau jasa pejabat untuk menjalankan urusannya dengan lancar. Pejabat tersebut menerima hadiah tersebut tanpa memikirkan alasan orang yang memberikan hadiah tersebut. Begitu juga dengan orang yang menerima sesuatu dalam konteks politik, misalnya, dapat digolongkan sebagai bentuk suap. Salah satu etika demokrasi adalah menolak berbagai bentuk suap dalam pemilihan wakil rakyat.

2.3 Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Sistem Etika

Perlu kita ketahui bahwa pancasila sebagai sistem etika tidak muncul begitu saja. Pancasila sebagai sistem etika sangat dibutuhkan dalam kehidupan

(11)

8

politik untuk mengatur sistem ketatanegaraan. Bisa dibayangkan jika tidak ada sistem etika dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara yang menjadi pedoman penyelenggaraan negara, negara pasti akan hancur. Ada beberapa alasan mengapa pancasila diperlukan sebagai sistem etika dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, antara lain sebagai berikut:

Pertama, dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, khususnya generasi muda, telah mengancam kelangsungan hidup negara.

Generasi muda yang tidak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dihadapkan pada pluralitas nilai yang melanda Indonesia di tengah arus globalisasi sehingga hilang. Dekadensi moral terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, melainkan nilai-nilai eksternal yang mendominasi. Contoh dekadensi moral antara lain: penyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa hormat kepada orang tua, habisnya kejujuran, tawuran antar pelajar. Semua ini menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral dalam kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem etika, menuntut kehadirannya sejak dini, khususnya dalam bentuk pendidikan karakter di sekolah.

Kedua, korupsi akan merajalela karena penyelenggara negara tidak memiliki rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya. Penyelenggara negara tidak bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak, pantas dan tidak, baik dan buruk (baik dan buruk). Pancasila sebagai sistem etika mengacu pada pemahaman kriteria baik (baik) dan buruk (miskin). Archie Bahm dalam Axiology of Science menjelaskan bahwa baik dan buruk adalah dua hal yang berbeda. Namun, dalam kehidupan manusia ada kebaikan dan kejahatan, yang berarti selalu ada godaan untuk melakukan perbuatan buruk. Jika seseorang menjadi pejabat dan berpeluang melakukan perbuatan buruk (korupsi), maka hal itu bisa menimpa siapa saja. Karena itu Archie Bahm menyimpulkan:

“Maksimalkan yang baik, kurangi yang buruk” (Bahm, 1998: 58).

(12)

9

Ketiga, kurangnya kesadaran akan perlunya berkontribusi pada pembangunan melalui pembayaran pajak. Hal ini tercermin dari rendahnya tingkat kepatuhan pajak, meskipun peran pajak dalam mendanai APBN semakin meningkat setiap tahunnya. Pancasila sebagai sistem etika akan mampu membimbing wajib pajak untuk secara sadar dan benar memenuhi kewajiban perpajakannya. Dengan kesadaran perpajakan yang tinggi, program-program pembangunan yang tertuang dalam APBN dapat dilaksanakan dengan sumber penerimaan dari sektor pajak.

Keempat, pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara di Indonesia ditandai dengan melemahnya rasa hormat seseorang terhadap hak orang lain. Berbagai media memberitakan kasus-kasus pelanggaran HAM seperti penganiayaan pembantu rumah tangga (PRT), penelantaran anak yatim oleh pihak yang dirancang untuk melindungi mereka, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan lain-lain. Semua ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika belum optimal. Oleh karena itu, selain mensosialisasikan sistem etika Pancasila, perlu juga menerjemahkan sistem etika tersebut ke dalam peraturan perundang-undangan tentang hak asasi manusia (lihat Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia).

Kelima, kerusakan lingkungan yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, seperti kesehatan, kelancaran terbang, nasib generasi mendatang, pemanasan global, perubahan cuaca dan sebagainya. Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa kesadaran akan nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika belum menemukan tempat yang layak di hati masyarakat. Orang Indonesia saat ini cenderung mengambil keputusan berdasarkan sikap emosional, ingin memenangkan diri sendiri, keuntungan sementara tanpa memikirkan dampak dari tindakan mereka. Contoh paling nyata adalah pembakaran hutan di Riau yang menimbulkan kabut asap. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem etika harus

(13)

10

diterapkan pada peraturan perundang-undangan yang menindak tegas para pelaku kebakaran hutan, baik individu maupun perusahaan yang terlibat. Selain itu, para penggiat lingkungan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara juga harus mendapatkan penghargaan berupa penanaman pohon sebagai wujud kepedulian lingkungan hidup yang asri.

(14)

11 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu saja pancasila memuat aturan dan larangan. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila berisi tentang nilai-nilai seperti ketuhanan, kemanusiaan, pesatuan, kerakyatan, dan keadilan. Oleh karena itu, secara normatif, Pancasila dapat dijadikan acuan atas tindakan baik, dan secara filosofis dapat dijadikan sebagai persperktif kajian atas nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

Nilai, norma, dan moral adalah konsep yang saling berkaitan. Ketiganya akan memberikan pemahaman yang saling melengkapi sebagai sistem etika dalam kaitannya dengan Pancasila. Seperti yang telah dijelaskan terdapat beberapa jenis etika, di Indonesia terdapat etika yang dinamakan etika Pancasila, dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut diharapkan dapat membentuk perilaku masyarakat Indonesia dalam semua aspek kehidupannya. Peran dan kedudukan Pancasila sebagai sistem etika karena dapat menjadi tuntunan atau sebagai Leading Principle bagi warga negara untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pancasila sebagai sistem etika dapat menyaring pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga negara.

3.2 Saran

Baik bagi masyarakat Indonesia untuk memahami dan saling mengingatkan satu sama lain dalam penegakan etika. Termasuk etika Pancasila, sistem etika yang berlaku dan diterapkan di Indonesia. Utamanya untuk generasi

(15)

12

kita sebagai orang yang cukup berpendidikan dan calon penerus bangsa. Dengan harapan, dimasa depan etika Pancasila ini telah diterapkan dengan baik keseluruh pelosok bangsa, dan agar bisa memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

(16)

13

DAFTAR PUSTAKA

Budi. (2011). Pancasila Sebagai Sistem Etika. http://budisma1.blogspot.com/2 vvvvv011/07/pancasila-sebagai-sistem-etika.html?m=1. Diakses Pada 25 Jui 2022

Direktorat Jenderal Pembelajaran Dan kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi vvvvdan Pendidikan Tinggi, 2016, Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan vvvvPancasila, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran Dan Kemahasiswaan vvvvKementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Cet. Pertama

Fitrianingrum, I. (2017). “Bagaimana Pancasila Menjadi Sistem Etika”.

vvvvhttps://www.academia.edu/32889592/6._Bagaimana_Pancasila_Menjadi_Sistem vvvv_Etika. Diakses Pada 25 Juli 2022

Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Januari 2017

Mukholif, S. (2014). Pancasila Sebagai Sistem Etika. https://www.academia.Edu vvvvv/13000228 /Pancasila_Sebagai_Sistem_Etika. Diakses Pada 25 Juli 2022

Sulistiawati, S. (2021). Nilai Dasar, Nilai Instrumental, dan Nilai Praksis.

vvvvhttps://www.academia.edu/29707247/A._NILAI_DASAR_NILAI_INSTRUME vvvvNTAL_DAN_NILAI_PRAKSIS. Diakses Pada 25 Juli 2022

Referensi

Dokumen terkait

pemikiran, penilaian kritik serta hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia. 2) Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia sehingga merupakan

Sistem Ekonomi Pancasila sebagai “aturan main” kehidupan ekonomi atau hubungan-hubungan ekonomi antar pelaku-pelaku ekonomi yang didasarkan pada etika atau moral Pancasila

Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Hasil Survei yang dilakukan KOMPAS yang dirilis pada 1 Juni 2008 menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang Pancasila merosot

Pancasila sebagai sistem etika adalah poin – poin yang terkandung di da-lam Pancasila yang mencerminkan etika yang ada pada diri bangsa Indonesia.

Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait dengan masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan penyelenggaraan negara.. Hal tersebut

Penelusuran Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika.Menanya Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Sistem Etika, didasari Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang

Filsafat dan Kaitannya dengan Pancasila LANDASAN EPISTEMOLOGIS PANCASILA Nilai-nilai Pancasila digali dari pengalaman empiris bangsa Indonesia, kemudian disintesiskan menjadi sebuah

Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait dengan masalah NKK Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi yang merugikan penyelenggaraan negara.. Hal tersebut tidak