MAKALAH PANCASILA
MACAM-MACAM IDEOLOGI DUNIA SEBAGAI
SISTEM ETIKA
Disusun Oleh : Fitri Comariah Adiani
TLM-01A
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN
KESEHATAN BANTEN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat tuhan yang maha esa karena berkat limpahan Rahmat Dan karunia-nya sehingga tim penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang ”Macam-macam ideology dunia sebagai system etika”
Dalam penyusunan makalah ini, Saya banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Karena itu, penulis mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga bantuanya mendapat balasan yang setimpal dari tuhan Yang Maha Esa
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...ii
BAB I 1.1 Latar belakang...1
1.2 Rumusan masalah...1
1.3 Tujuan ...1
BAB II 2.1 Pengertian ideology...2
2.2 Fungsi ideology...3
2.3 Unsur ideology...4
2.4 Makna ideology bagi suatu bangsa dan Negara...4
2.5 Macam-macam ideology di dunia...5
2.6 Pengertia Etika...14
2.7 Pancasila Sebagai Sistem Etika...16
2.8 Pengertian Nilai, Norma, dan Moral...16
BAB III 3.1 Kesimpulan...18
3.2 Saran...18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Ideologi negara adalah cara pandang suatu bangsa dalam menyelenggarakan negaranya. Ideologi adalah suatu sistem nilai yang terdiri atas nilai dasar yang menjadi cita-cita dan nilai instrumental yang berfungsi sebagai metode atau cara mewujudkan cita-cita tersebut. Ideologi di negara-negara yang baru merdeka dan sedang berkembang, menurut Prof. W. Howard Wriggins, berfungsi sebagai sesuatu yang “confirm and deepen the identity of their people” (sesuatu yang memperkuat dan memperdalam identitas rakyatnya). Ideologi dapat digunakan sebagai alat untuk menjalankan aktivitas politik yang berkuasa (Abdulgani, 1979: 20). Oleh sebab itu, Ideologi rentan disalahgunakan oleh elit penguasa untuk melanggengkan kekuasaan. Meski demikian, ideologi memiliki fungsi penting untuk penegas identitas bangsa atau untuk menciptakan rasa kebersamaan sebagai satu bangsa. Menurut Oesman dan Alfian (1990: 6), Ideologi itu berintikan serangkaian nilai (norma) atau sistem nilai dasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau pandangan hidup mereka. Ideologi merupakan kerangka penyelenggaraan negara untuk mewujudkan cita-cita bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ideology? 2. Apa fungsi ideology?
3. Sebutkan macam-macam ideology sebagai system etika? 1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian ideology 2. Untuk mengertahui fungsi ideology
BAB II ISI 2.1 Pengertian ideologi
Menurut beberapa pakar, pengertian ideologi adalah sebagai berikut :
Dalam bahasa Yunani, Istilah ideologi disebut idein, artinya melihat (idea) yang berarti juga raut muka, gagasan, buah pikiran, dan logika. Disebut ideologi apabila ide atau gagasan itu dijadikan sebagai suatu sistem nilai yang dapat dijadikan tolok ukur dalam bersikap dan bertindak.
Pengertian lain, secara harafiah, Ideologi berarti “a system of Idea” suatu rangkaian
Ide yang terangkum menjadi satu. Dalam penggunaannya istilah ini dipakai secara khas dalam bidang politik untuk menunjukkan “seperangkat nilai yang terpadu, berkenaan dengan hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara. ( Moerdiono, 1991 : 373 – 374).
Ideologi adalah sejumlah doktrin kepercayaan pada simbol-simbol masyarakat
suatu bangsa yang menjadi pegangan dan pedoman bekerja untuk mencapai tujuan masyarakat bangsa itu ( Mudyarto, 1991 : 239 ).
Ideologi dipahami sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai dan keyakinan yang ingin diwujudkan secara konkrit dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ( Poespowardojo, 1991: 22).
Oesman dan Alfian (1991: 6) memaknai bahwa ideologi berintikan serangkaian
rohaniah sebuah gerakan, individu atau kelompok sosial. Ideologi dapat dimengerti sebagai suatu sistem penjelasan tentang eksistensi suatu kelompok sosial, sejarah dan proyeksinya ke masa depan, serta merasionalisasikan suatu bentuk hubungan kekuasaan. Dengan demikian, ideologi yang menunjukkan tatanan kehidupan sangat diperlukan, karena merupakan sebuah lukisan “keutuhan” keseluruhan masyarakat, termasuk kaitannya dengan political will masyarakat. Antara ideologi dan keyakinan politik memiliki kaitan signifikan, ideologi sebagai ekspresi keyakinan politik sekaligus sebagai tolok ukurnya yang dijadikan sandaran fondasi berpolitik. Ideologi memiliki beberapa sifat, yaitu, pertama dia harus merupakan pemikiran mendasar dan rasional. kedua, dari pemikiran mendasar ini dia harus bias memancarkan sistem untuk mengatur kehidupan. ketiga, Ideologi juga harus memiliki metode praktis bagaimana bisa diterapkan, dijaga eksistesinya dan disebarkan.
2016
Kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang terkandung di dalam dirinya, yaitu :
Pertama, adalah dimensi realita, bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi itu secara ril berakar dan hidup dalam masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman sejarah bangsanya.
Kedua, dimensi idealisme, bahwa nilai-nilai mendasari ideologi tersebut mengandung idealism yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik
Ketiga, dimensi fleksibilitas atau dimensi pengembangan, bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat atau jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya (Oesman dan Alfian, 1990: 7-8).
2.2 Fungsi Ideologi
fungsi, yaitu:
1. Memberikan orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia. Memberikan norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan bertindak.
2. Menjadikan bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya. 3. Memberikan kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong
seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuannya. Memberikan pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung di dalamnya.
2.3 Unsur Ideologi
Menurut , Wibisono (dalam Pasha, 2003: 138) bahwa unsur ideologi ada tiga, yaitu :
Keyakinan, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menunjuk adanya
gagasan-gagasan vital yang sudah diyakini kebenarannya untuk dijadikan dasar dan arah strategi bagi tercapainyatujuan yang telah ditentukan;
Mitos, dalam arti bahwa setiap konsep ideologi selalu memitoskan suatu ajaran yang secara optimik dan determistik pasti akan menjamin tercapainya tujuan melalui cara-cara yang telah ditentukan pula.
Loyalitas, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menuntut keterlibatan optimal atas dasar loyalitas dari para subjek pendukungnya.
2.4 Makna Ideologi Bagi Suatu Bangsa Dan Negara.
dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan demikian ideologi sangat menentukan eksestensi suatu bangsa dan
Negara untuk mencapai tujuannya melalui berbagai realisasi pembangunan 2.5 Macam-Macam ideologi dunia
1. Ideologi Liberalisme.
Inti pemikiran kebebasan individu.
Negara liberalisme adalah sebagai respons terhadap pola kekuasaan negara yang absolut dan otoriter yang disertai dengan pembatasan.
Landasan pemikirannya adalah bahwa manusia pada hakikatnya adalah baik dan berbudipekerti, tanpa harus diadakannya pola-pola pengaturan yang ketat dan bersifat memaksa terhadapnya.
Sistem pemerintahan demokrasi. Sekarang ini, kurang lebih
liberalisme juga dianut oleh negara Aruba, Bahamas, Republik Dominika, Greenland, Grenada, Kosta Rika, Puerto Rico dan Suriname.
2. Ideologi Komunisme.
Ideologi Komunis menurut Darmodharjo (1984: 65-67) memiliki beberapa ciri khusus, seperti:
a) Ateisme, artinya penganut ini tidak percaya adanya Tuhan dalam arti bahwa kehidupan manusia berdasarkan atas suatu evolusi. Kehidupan ini ditentukan oleh hukum-hukum kehidupan tertentu. Para pengikutnya diperkenankan atau dianjurkan untuk bersikap anti agama.
b) . Dogmatisme, tidak mempercayai pikiran orang lain. c) Otoritas, pelaksanaan politik berdasarkan kekerasan.
d) Pengkhianatan terhadap HAM, tidak mengakui adanya hak-hak asasi manusia, hanya partai yang mempunyai hak.
e) Diktator, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh partai komunis, golongan lain dilenyapkan.
0Gerakan-gerakan komunisme internasional yang tumbuh sampai sekarang boleh dikatakan merupakan perkembangan dari Partai Bolshevik yang didirikan oleh Lenin. Beberapa hal yang terkait dengan komunisme seperti :
Inti pemikiran: perjuangan kelas dan penghapusan kelas-kelas di masyarakat.
Landasan pemikiran komunis meliputi :
Penolakan situasi dan kondisi masa lampau, baik secara tegas maupun tidak;
Analisa yang cenderung negatif terhadap situasi dan kondisi yang ada;
Berisi konsep perbaikkan untuk masa depan;
Rencana-rencana tindakan jangka pendek yang
memungkinkan terwujudnya tujuan-tujuanyang berbeda-beda;
Sistem pemerintahan (hanya) otoriter/
totaliter/ diktator. 3. Ideologi Fasisme.
Fasisme merupakan sebuah ideologi yang berusaha menghidupkan kembali kehidupan sosial, ekonomi dan budaya dari negara dengan berlandaskan pada asas nasionalisme yang tinggi, dengan ciri-ciri :
(1) Tidak setuju dengan kemapanan yang anti perubahan (konservatisme); (2) Selalu mengangkat kembali kenangan kejayaan masa lalu;
(3) Selalu muncul ketika negara mengalami krisis.
Berdasarkan pendapat Darmodiharjo (1984: 75) Fasisme yang berkembang di Jerman menjadi Nazisme, memiliki beberapa ciri khas, antara lain:
ideologi, baik di Jerman maupun di Italia, harus diikuti dengan patuh tanpa kritik dari mana pun datangnya.
b) Diktator, ajaran ini dogmatis, kritik dianggap suatu kejahatan. Perlawanan terhadap ajaran ajaran dan kekuasaan pemerintah dimusnahkan dengan cara kekerasan. Cara-cara demokratis tidak dikenal. Pemerintahan dikuasai oleh pertai penguasa dengan kekuasaan yang besar sekali.
c) Imperialisme, atas dasar ideologi mereka melakukan penguasaan atas bangsa lain. Akibatnya imperialisme adalah suatu akibat logis dari paham yang realistis itu. Semboyan fasisme, adalah “Crediere, Obediere, Combattere” (yakinlah, tunduklah, berjuanglah). Berkembang di Italia, antara tahun 1992-1943. Setelah Benito Musolini terbunuh tahun 1943, fasisme di Italia berakhir. Demikian pula Nazisme di Jerman.
Fasisme yang berkembang di Jerman menjadi Nazisme
Namun, sebagai suatu bentuk ideologi, fasisme tetap ada. Fasisme banyak
kemiripannya dengan teori pemikiran Machiavelistis dari Niccolo Machiavelli, yang menegaskan
bahwa negara dan pemerintah perlu bertindak keras agar “ditakuti” oleh rakyat. Fasisme di Italia, Naziisme di Jerman, sebagai sistem pemerintahan otoriter diktator memang berhaasil menyelamatkan Italia pada masa itu (1922-1943) dari anarkisme dan dari komunisme. Walaupun begitu, kenyataanya adalah, bahwa fasisme telah menginjak-injak demokrasi dan hak asasi.
2016
Fasisme yang berkembang di Italia ( Benito Musolini ) Beberapa ciri fasisme adalah :
Inti pemikirannya adalah negara diperlukan untuk mengatur masyarakat;
Filsafat: rakyat diperintah dengan cara-cara yang membuat mereka takut dengan
Landasan pemikiran: suatu bangsa perlu mempunyai pemerintahan yang kuat dan berwibawa sepenuhnya atas berbagai kepentingan rakyat dan dalam hubungannya dengan bangsabangsa lain. Oleh karena itu, kekuasaan negara perlu dipegang koalisi sipil dengan militer yaitu partai yang berkuasa (Fasis di Italia, Nazi di Jerman) bersama-sama pihak angkatan bersenjat
Sistem pemerintahanya otoriter.
4. Ideologi Marxisme
Marxisme, dalam batas-batas tertentu bisa dipandang sebagai jembatan antara revolusi Perancis dan revolusi Ploretar Rusia tahun 1917. Untuk memahami Marxisme sebagai satu ajaran filsafat dan doktrin revolusioner, serta kaitannya dengan gerakan komunisme di Uni Soviet maupun di bagian dunia lainnya, barangkali perlu mengetahui terlabih dahulu kerangka histories Marxisme itu sendiri. Marxisme tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh seperti Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engles (1820-1895). Kedua tokoh inilah yang mulai mengembangkan akar-akar komunisme dalam pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari kondisi masyarakat agraris ke arah industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh di atas dalam mengembangka pemikirannya. Dimana Eropa barat telah menjadi pusat ekonomi dunia, dan adanya kenyataan dimana Inggris Raya berhasil menciptakan model perkembangan ekonomi dan demokrasi politik. Tiga hal yang merupakan komponen dasar dari Marxisme adalah :
a) Sikap terhadap masyarakat kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenaga kerja dari David Ricardo (1972) dan Adam Smith (1723-1790)
berlangsung melalui tiga tahap, yaitu tesis (affirmation), antithesis (negation), dan sintesis (unification). Dalam hubungan ini, Marx cenderung mendasarkan pemikiran kepada argumentasi Hegel yang menandaskan bahwa kontradiksi dan konflik dari berbagai hal yang saling berlawanan satu sama lain sebenarnya bisa membawa pergeseran kehidupan sosial-politik dari tingkat yang sebelumnya ke tingkat yang lebih tinggi. Selain dari itu, suatu tingkat kemajuan akan bisa dicapai dengan cara menghancurkan hal-hal yang lama dan sekaligus memunculkan hal-hal yang baru.
5. Paham Sosialisme.
Sosialisme adalah paham yang bertujuan membentuk negara kemakmuran dengan usaha kolektif yang produktif dan membatasi milik perseorangan.Titik berat paham ini pada masyarakat bukan pada individu sebagai suatu aliran pemikiran/ paham, tidak dapat dilepaskan dari pengaruh “liberalisme”.
6. Kapitalisme.
Inti dari paham sosialisme adalah :
kesempatan untuk mencari keuntungan dari sistem-sistem ekonomi sebelumnya. Karena ada jaminan tiga macam kebebasan yang biasanya tidak terdapat dalam sistem-sistem pra kapitalis: kebebasan untuk berdagang dan mempunyai pekerjaan, kebebasan hak milik, dan kebebasan mengadakan kontrak. Negara yang menganut paham kapitalisme Amerika serikat, Jepang, Italia, Inggris, Jerman, Prancis, Norwegia, Swedia, Swiss, Jepang, Korea Selatan.
7. Anarkisme
Anarkisme yaitu suatu paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuhsuburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan. Secara spesifik pada sektor ekonomi, politik, dan administratif, Anarki berarti koordinasi dan pengelolaan, tanpa aturan birokrasi yang didefinisikan secara luas sebagai pihak yang superior dalam wilayah ekonomi, politik dan administratif (baik pada ranah publik maupun privat).
8. Luxemburgisme
Luxemburgisme (juga ditulis Luxembourgisme) adalah paham teori Marxis dan komunisme secara spesifik revolusioner berdasarkan tulisan-tulisan dari Rosa Luxemburg, Menurut MK Dziewanowski terjadi penyimpangan dari tradisional Leninisme, keterpengaruhan dari Trotskyisme Bolshevik yang kemudian diadopsi oleh pengikutnya sendiri. Luxemburgisme merupakan upaya melakukan tafsir atas ajaran Marxisme yang berpengaruh terhadap revolusi Rusia, Rosa Luxemburg temasuk pihak yang mengkritik ajaran politik dari Lenin dan Trotsky, dengan konsep "sentralisme demokratis" sebagai demokrasi.
Nazisme, atau secara resmi Nasional Sosialisme (Jerman: Nationalsozialismus), merujuk pada sebuah ideologi totalitarian Partai Nazi (Partai Pekerja Nasional-Sosialis Jerman, Jerman: Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei atau NSDAP) di bawah kepemimpinan Adolf Hitler. Kata Nazi jadi merupakan singkatan Nasional Sosialisme atau Nationalsozialismus di bahasa Jerman. Sampai hari ini orang-orang yang berhaluan ekstrim kanan dan rasisme sering disebut sebagai Neonazi (neo = "baru" dalam bahasa Yunani).
10. Islamisme
Islamisme adalah sebuah paham yang pertama kali dicetuskan oleh Jamal-al-Din Afghani atau Sayyid Muhammad bin Safdar al-Husayn (1838 - 1897), umumnya dikenal sebagai Sayyid Jamal-Al-Din Al-Afghani, atau Al-Jamal Asadābādī-Din sebagai paham politik alternatif dalam menyatukan negara-negara termasuk di daerah Mandat Britania atas Palestina yang mempunyai akar budaya dan tradisi yang berbeda dengan budaya dan tradisi Arab dalam tulisan di majalah al-'Urwat al-Wuthqa, kemudian dikembangkan dan dikenal pula sebagai Pan Islamisme.
11. Komunitarianisme
Komunitarianisme sebagai sebuah kelompok yang terkait, namun berbeda filsafatnya, mulai muncul pada akhir abad ke-20, menentang aspek-aspek dari liberalisme, kapitalisme dan sosialisme sementara menganjurkan fenomena seperti masyarakat sipil. Paham ini mengalihkan pusat perhatian kepada komunitas dan masyarakat serta menjauhi individu. Masalah prioritas, entah pada individu atau komunitas seringkali dampaknya paling terasa dalam masalah-masalah etis yang paling mendesak, seperti misalnya pemeliharaan kesehatan, aborsi, multikulturalisme, dan hasutan.
12. Konservatisme
budaya memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di berbagai kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula. Sebagian pihak konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, the status quo ante.
13. Maoisme
Maoisme atau Pemikiran Mao Zedong adalah varian dari Marxisme-Leninisme berasal dari ajaran-ajaran pemimpin komunis Cina Mao Zedong (Wade-Giles Romanization: "Mao Tse-tung"). Pemikiran Mao Zedong lebih disukai oleh Partai Komunis Cina (PKT) dan istilah Maoisme tidak pernah dipergunakan dalam terbitan-terbitan bahasa Inggrisnya kecuali dalam penggunaan peyoratif. Demikian pula, kelompok-kelompok Maois di luar Cina biasanya menyebut diri mereka Marxis-Leninis dan bukan Maois. Ini mencerminkan pandangan Mao bahwa ia tidak mengubah, melainkan hanya mengembangkan Marxisme-Leninisme. Namun demikian, beberapa kelompok Maois, percaya bahwa teori-teori Mao telah memberikan tambahan berarti kepada dasar-dasar kanon Marxis, dan karena itu menyebut diri mereka "Marxis-Leninis-Maois" (MLM) atau "Maois" saja.
14. Nasionalisme
politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.
Macam-macam nasionalis:
1. Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau.
2. Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk "rakyat").
3. Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik secara semula jadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romantisme.
4. Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya.
5. Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis.
6. Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama.
2.6 Pengertian Etika 1. Etika
kebiasaan adalah kegiatan yang selalu dilakukan berulang-ulang sehingga mudah untuk dilakukan seperti merokok yang menjadi kebiasaan bagi pecandu rokok. Sedangkan etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Etika membahas tentang tingkah laku manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
Pengertian Etika menurut para ahli diantaranya adalah: a) Drs. O.P. Simorangkir
Etika atau Etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik
b) Drs. H. Burhanuddin Salam
Etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya
Kesimpulan dari para ahli, Etika adalah perilaku baik atau buruk manusia yang dilakukan secara alami dan tanpa paksaan dari orang lain.
Etika terbagi menjadi dua kelompok yaitu:
Etika umum
Mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia.
Etika khusus
Membahas prinsip-prinsip tersebut diatas dalam hubungannya dalam berbagai aspek manusia baik sebagai individu maupun makhluk sosial
Etika individual
Membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan dengan kepercyaan agama yang di anutnya serta kewajiban dan tanggung jawab terhadap tuhannya.
Etika sosial
2.7 Pancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etika adalah poin – poin yang terkandung di da-lam Pancasila yang mencerminkan etika yang ada pada diri bangsa Indonesia. Pembentukan etika ini berdasarkan hati nurani dan tingkah laku, tidak ada pak-saan dalam hal ini. Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian yang adil dan beadab” tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran Pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil besar, setiap sila pada dasarnya merupakan azas dan fungsi sendiri-sendiri, namun se-cara keseluruhan merupakan suatu kesatuan. Pada hakikatnya, Pancasila bukan merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.Namun, pada kenyataannya sekarang sudah berubah. Tingkah laku masyarakat Indonesia dalam praktekn-ya sekarang tidak lagi mewujudkan bagaimana bentuk Pancasila dan tidak lagi memperlihatkan nilai etika yang baik itu sendiri. Hanya sebagian kecil yang masih menganggap Pancasila itu merupakan pedoman dan sesuatu yang sangat pent-ing bagi pribadi bangsa Indonesia itu sendiri.
2.8 Pengertian Nilai, Norma dan Moral 1. Nilai
Nilai adalah kemampuan yang di percayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia.berfungsi sebagai pendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai menurut penjabarannya terbagi menjadi beberapa kelompok antara lain:
a) Nilai dasar
b) Nilai instrumental
Nilai yang menjadi pedoman pelaksaan dari nilai dasar.Dalam kehidupan ketatanegaraan RI, nilai instrumental dapat di temukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar yang merupakan penjabaran pancasila.
c) Nilai praksis
Penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan yang lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan instrumental.
2. Norma
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai makhluk budaya, moral, realigi, dan sosial.norma-norma yang terdapat dalam masyarakat antara lain:
a) Norma agama adalah ketentuan hidup masyarakat yang bersumber pada agama.
b) Norma kesusilaan adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hati nurani, moral atau filsafat hidup.
c) Norna hukum adalah ketentuan tertulis yang berlaku dan bersumber pada UU suatu negara tertentu.
d) Norma sosial adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam hubungan antara manusia dalam masyarakat.
3. Moral
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Ideologi adalah suatu sistem nilai yang terdiri atas nilai dasar yang menjadi cita-cita dan nilai instrumental yang berfungsi sebagai metode atau cara mewujudkan cita-cita tersebut. Ideology juga berfungsi untuk Memberikan orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia. Memberikan norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan bertindak, Menjadikan bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya ,.,Memberikan pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung di dalamnya. Ada beberapa macam-macam ideology didunia yaitu, liberalism,kapitalisme, komunisme, marxisme,narzisme, anarkisme, dan lain sebagainya.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali As’ad Said, 2009, Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa, Pustaka LP3ES,Jakarta.
2. Darmodihardjo, D, 1978, Orientasi Singkat Pancasila, PT. Gita Karya, Jakarta. 3. Hartono, 1992, Pancasila Ditinjau dari Segi Historis, PT Rineka Cipta, Jakarta. 4. Kaelan, 2012, Problem Epistemologis Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara,
Paradigma,Yogyakarta.