• Tidak ada hasil yang ditemukan

PART 1 PGJ

N/A
N/A
I2I2IOO26@Fadhilah Ramadhan

Academic year: 2024

Membagikan "PART 1 PGJ"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

SI-3141

Perancangan Geometrik Jalan

1. Lingkup perkuliahan 2. Pendahuluan

Program Studi Teknik Sipil

Jurusan Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan Institut Teknologi Sumatera

Jln. Terusan Ryacudu, Desa Way Hui, Lampung Selatan, Lampung

(2)

1. Lingkup Kuliah

2

• Perancangan geometric jalan mencakupi : 1. Pendahuluan

2. Pemilihan rute,

3. Tahapan Desain Jalan 4. Desain geometrik jalan,

5. Perancangan drainase jalan dan 6. Perancangan perlengkapan jalan.

• Pustaka

• Pedoman Desain Geometrik Jalan, PUPR, 2020

• Perundang-undangan dan peraturan tentang jalan yang berlaku di Indonesia.

• “Route Location and Design”, McGraw-Hill Book Company, Thomas, F.Hickerson, 1953

• AASHTO, ”American Association Of State Highway And Transportation Officials, 2018 dan 2011, A Policy On Geometric Design Of Highways And Streets”, AASHTO

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159

(3)

1.

Pendahuluan:

3

• Pemahaman Tentang Perancangan Geometrik Jalan.

• Elemen Dan Aspek-aspek Desain Geometrik Jalan.

• Proses Dan Konsep Perencanaan Jalan.

• Data Yang Diperlukan Dalam Perancangan Geometrik Jalan.

• Peta topografi dan kegunaannya.

• Memilih dan Menentukan lokasi rute jalan

• Perundangan tentang jalan.

• Standar dan pedoman

(4)

Desain

Geometrik Jalan

4

• Desain geometrik jalan adalah

• Desain dimensi dan tata letak fitur jalan yang disesuaikan dengan tuntutan kondisi lingkungan serta sifat-sifat lalu lintas.

• Dimensi jalan diwujudkan dalam:

• fitur alinyemen horisontal,

• Fitur alinyemen vertikal,

• Fitur penampang melintang jalan,

• Jarak pandang,

• Fasilitas untuk pesepeda dan pejalan kaki serta

• Perlengkapan jalan lainnya.

• Kondisi lingkungan meliputi:

• kondisi topografi,

• kondisi geologi dan tataguna lahan yang akan dilaluinya,

• Lalu lintas adalah

• karakteristik lalu lintas yang direncanakan akan ditampung atau diakomodasi oleh jalan tersebut.

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159

(5)

Desain

Geometrik Jalan

5

Tujuan perancangan Geometrik Jalan

“Menciptakan hubungan yang baik antara waktu, ruang dan kendaraan yang beroperasi di jalan,

sehingga akan menghasilkan pergerakan lalu lintas yang efisiens dengan keamanan, kenyaman, dan keselamatan yang optimal, dalam batas-batas

pertimbangan biaya yang wajar, ekonomis, dengan

tetap menjaga kondisi sosial, kualitas estetika dan

lingkungan jalan yang masih layak. ”

(6)

Elemen dan Aspek-

aspek Desain

Geometrik Jalan Secara Umum

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 6

berhubungan dengan ELEMEN GEOMETRIK JALAN:

• penampang melintang,

• alinyemen horizontal,

• detail alinyemen vertikal

dengan

mempertimbangkan

• jarak pandang.

Kontrol dan kriteria desain mencakup:

• kecepatan desain, kondisi topografi,

• faktor lalu lintas,

• volume jam perancangan dan kapasitas, dan

• faktor lingkungan dan

• pelaksanaan konstruksinya.

(7)

Pengertian Desain

Geometrik

Jalan Sebagai Desain 3

Dimensi.

7

• Ketiga dimensi tersebut adalah:

• Dimensi horizontal yaitu alinyemen horizontal jalan,

• Dimensi vertikal yaitu alinyemen vertikal jalan dan

• Dimensi tegak lurus kedua alinyemen tersebut sebagai penampang melintang jalan.

• Desain alinyemen horizontal jalan adalah desain jalan yang melukiskan proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal (sumbu X). Alinyemen horizontal ini terdiri atas bagian yang lurus dan bagian lengkung atau tikungan.

• Desain alinyemen vertikal jalan adalah desain jalan yang melukiskan proyeksi sumbu jalan pada bidang vertikal yang melalui dan tegak lurus terhadap sumbu jalan (sumbu Y).

• Desain penampang melintang jalan adalah desain jalan

yang melukiskan proyeksi penampang jalan pada bidang

vertikal yang memotong sumbu horizontal jalan secara

(8)

Perancangan Geometrik Jalan (3 bidang)

Dimensi jalan berhubungan dengan

Bidang horisontal

Bidang vertikal (melalui sumbu jalan dan tegak lurus bidang horisontal)

Penampang melintang

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 8

Bidang Vertikal

Bidang

Horisontal

(9)

Perancangan Geometrik Jalan (3 sumbu)

• Alinemen horizontal (Horizontal alignment) - sumbu X

• Alinemen vertical

(Longitudinal section) - sumbu Y

• Penampang Melintang (Cross Section) - sumbu Z

Bidang Vertikal

Bidang Horisontal

Gambar 2.1 Bidang tiga dimensi

(10)

Perancangan Geometrik Jalan (3 sumbu)

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 10

a) Alinemen horizontal (Horizontal

alignment) pada bidang horisontal (1) b) Alinemen vertical (Longitudinal

section) pada bidang vertikal (2)

c) Penampang Melintang (Cross Section) pada bidang melintang (3)

3

2

1

Proyeksi Sumbu Jalan di bidang horisontal

Proyeksi Sumbu Jalan di bidang vertikal melalui sumbu jalan

Proyeksi penampang melintang jalan pada bidang melintangsumbu jalan

(a) Jalan lurus

(11)

Perancangan Geometrik Jalan (3 sumbu)

a) Alinemen horizontal (Horizontal alignment) pada bidang horisontal (1) b) Alinemen vertical

(Longitudinal section) pada bidang vertikal (2) c) Penampang Melintang

(Cross Section) pada bidang melintang (3)

Proyeksi Sumbu Jalan di bidang horisontal ALINYEMEN HORISONTAL

Proyeksi Sumbu Jalan di bidang vertikal

melalui sumbu jalan ALINYEMEN VERTIKAL

Proyeksi penampang Jalan di bidang melintang ꓕ sumbu jalan ➔PENAMPANG MELINTANG

3

2

1

(12)

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 12

Proyeksi Sumbu Jalan di bidang horisontal ALINYEMEN HORISONTAL

Proyeksi Sumbu Jalan di bidang melintang sumbu jalan PENAMPANG MELINTANG

(13)

Alinemen horisontal

(14)

Alinemen vertikal

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 14

Alinemen vertikal pada jalan lurus

Alinemen vertikal pada jalan yang ada belokan

(15)

Penampang melintang

(16)

Konsep

Desain Jalan

16

• Desain jalan merupakan suatu proses yang berulang untuk mendesain jalan dengan mempertimbangkan berbagai aspek, keselamatan,

ekonomi dan teknis jalan.

• Proses desain jalan ini meliputi:

• proses menentukan lokasi rencana jalan,

• proses merancang geometrik jalan dan

• proses pembangunannya.

• Tahapan desain jalan :

• Menentukan titik awal dan titik akhir jalan,

• Pemilihan rencana rute atau rencana lokasi.

• Prinsip dasar desain jalan adalah menempatkan elemen-elemen jalan yang dikombinasikan satu dengan lainnya agar jalan dapat

mengakomodasi lalu lintas dan memenuhi kriteria standar desain dan keselamatan.

• Jalan itu sendiri tidak menyebabkan gangguan pada bangunan bersejarah, tataguna lahan dan lingkungannya

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159

(17)

Tahapan persiapan proyek

jalan

Urutan Kegiatan Dalam Perencanaan Jalan

Analisis Jaringan Jalan (Studi Perencanaan

Transportasi) ➔ menetapkan diperlukannya jalan Pra studi kelayakan jalan (menilai dan memilih salah satu dari beberapa alternatif usulan rute jalan)

Studi kelayakan jalan (mengevaluasi rute terpilih, merencanakan dan merancang awal rute jalan, basic design)

Rencana detail jalan (detail Engineering Design)

(18)

Analisis

Jaringan Jalan (Studi

Perencanaan Transportasi) menetapkan diperlukannya jalan

• Menentukan titik awal dan akhir jalan

• Memodelkan jaringan jalan yang sudah ada dan jaringan jalan baru yang akan dibangun

• Memperkirakan besar volume lalu lintas yang akan lewat di rencana jalan

• Memperkirakan biaya yang diperlukan untuk membangun jalan

• Memperkirakan kendala lalu lintas yang akan dihadapi dan memperkirakan alternative

solusinya.

(19)

Pra Studi Kelayakan Jalan

19

• Prastudi kelayakan jalan dilakukan agar diperoleh gambaran menyeluruh dan fitur-fitur penting dari proyek, kebutuhan dana dan manfaat proyek.

• Untuk geometrik jalan diusulkan beberapa koridor jalan dengan diberikan satu usulan rute atau rencana jalan, untuk memperoleh satu koridor yang dianggap paling bagus dan memenuhi persyaratan atau kriteria yang diminta.

• Memperkirakan dampak lingkungan yang mungkin akan timbul dan perlu untuk investigasi lebih

mendalam

• Memberikan gambaran tipikal elemen-elemen jalan

dan perkiraan biayanya.

(20)

Kedudukan pra studi kelayakan pada proyek

jalan dan jembatan

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 20

(21)

Studi

Kelayakan Jalan

21

• Studi Kelayakan dimaksudkan untuk

menetapkan apakah usulan rencana jalan

dapat diterima secara teknis, desain rekayasa dan manfaat yang diharapkan dari proyek.

• Berkaitan dengan geometrik jalan sebagai kelanjutan prastudi kelayakan, biasanya hanya ada satu koridor jalan dengan lebar yang cukup, yang pada koridor terpilih

tersebut akan diusulkan beberapa alternatif rencana trase jalannya.

• Lebih dari satu alternatif trase jalan yang

diusulkan untuk ditinjau ke lapangan agar

mendapatkan data rinci.

(22)

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 22

(23)
(24)

Desain Detail Jalan

24

• Desain detail jalan mencakup survei alinyemen detail, survei tanah dan material, studi desain perkerasan, studi drainase, rencana pengelolaan lingkungan

berdasarkan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), gambar rinci, perkiraan dan jadwal.

• Persetujuan teknis dan sangsi dana keuangan diberikan kepada proyek.

• Rute dan trase yang paling optimal ditentukan akan dilanjutkan dengan tahap perancangan detail.

• Tujuannya adalah untuk memperoleh trase yang paling baik yang mempertimbangkan aspek-aspek biaya dan pelaksanaan pembangunan nantinya.

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159

(25)

Contoh isi laporan pra studi kelayakan / studi kelayakan

(26)

Ringkasan Awal Perancangan Geometrik Jalan

1. Memahami desain geometric merupakan desain 3 D, bidang horizontal, bidang vertical dan bidang penampang. ➔ alinyemen Horizontal, alinyemen Vertikal dan penampang melintang jalan.

2. Menetapkan titik awal dan titik akhir jalan. ➔ sudah ditetapkan koordinat titik awal dan titik akhir. Membaca peta topografi untuk menentukan koridor

alternatif jalan

3. Desain jalan mempertimbangkan keselamatan dan keamanan pengguna jalan, pertimbangan ekonomi dan lingkungan. Pengguna jalan meliputi kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor, pesepeda, pejalan kaki.

4. Pertimbangan lingkungan seperti kebisingan, polusi, keselamatan dan keamanan. Ekonomi meliputi manfaat dan dampak serta konsekuensinya

5. Desain jalan terdiri atas Pra studi kelayakan, Studi kelayakan dan desain detail jalan, dengan memperhatikan persyaratan teknis, kemudahan dalam

pembangunannya

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 26

(27)

Peta topografi dan

kegunaannya.

1. Peta topografi

2. Menetapkan titik awal dan titik akhir jalan

3. Evaluasi kondisi topografi untuk memilih dan menentukan rute jalan

4. Mengetahui gembaran awal penampang melintang permukaan tanah asli jalan,

sehingga akan diperoleh klasifikasi medan;

5. Klasifikasi medan (kondisi / bentuk permukaan tanah pada penamapang melintang jalan) terdiri atas :

• Datar

• Bukit

(28)

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 28

Peta topografi kontur untuk perancangan geometrik jalan.

tinggi rendah

A

B A

B

rendah

tinggi

rendah

tinggi

(29)

Peta topografi kontur untuk perancangan geometrik jalan.

A

B

rendah

tinggi

(30)

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 30

Peta topografi kontur untuk perancangan geometrik jalan.

rendah

A

tinggi

B

rendah

(31)

rendah

B

tinggi

Peta topografi kontur untuk perancangan geometrik jalan.

(32)

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 32

A

B

rendah

tinggi

Peta topografi kontur untuk perancangan geometrik jalan.

(33)

Topografi

• Alinemen horisontal:

• Segmen jalan lurus dan tikungan

• Saluran tepi jalan

• Alinemen vertikal:

• Kelandaian jalan: ada datar, tanjakan dan tururnan

• Pertimbangan kemampuan kendaraan untuk menanjak

• Penampang melintang:

• Ruang yang cukup bagi manuver kendaraan,

• Kebebasan samping jalan

• Jarak pandang

• Jarak pandang di bagian lurus jalan atau di tikungan

• Jarak pandang di simpang

• Kombinasi alinemen vertikal dan horisontal

• Persimpangan jalan, Persilangan dengan Jalan rel.

• keselamatan, keamanan dan pertimbangan ekonomi

Aspek-aspek Perancangan Bagian-bagian Jalan Seperti

(34)

Garis Kontur (Counterline) merupakan :(lihat gambar)

• Garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama.

• Garis tertutup (didalam/diluar gambar) dan berupa garis menerus.

• Mempunyai angka ketinggian yang bulat dan tiap garis tinggi kelima dipertebal.

• Garis yang agak rapat berarti puncak (A) atau lembah kecil (depression) (B).

• Garis kontur tidak bisa berpotongan satu sama lain, kecuali kalau ada dataran yang menonjol (over hang) seperti di C, bila ada perpotongan harus pada 2 tempat.

• Garis-garis berjarak sama berarti kelandaian merata.

• Garis-garis makin renggang berarti medan makin datar.

• Garis-garis kontur makin rapat berarti medan makin curam. (di D).

• Garis berputar seperti naik dan turun lagi dibagian sungai (titik E)➔ jurang,

• Perpotongan dengan sungai garis kontur akan tegak lurus.

• Lengkungan garis cembung adalah apabila dilihat kearah mengalirnya sungai.

(35)

U

(36)

PETA

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 36

INPUT PROSES HASIL KEGUNAAN

1. PETA

Menentukan rute terbaik untuk menghubungkan titik awal dan titik akhir

Koridor rencana jalan yang menghubungkan titik awal dan titik akhir

Perancangan alinemen horisontal jalan

Membaca kontur pada peta arah memanjang sumbu jalan

Perkiraan rencana koridor jalan memanjang & adanya daerah yang naik dan turun

Perencanaan alinemen vertikal dan mengetahui aliran air

Membaca kontur pada peta arah melintang sumbu jalan

Gambaran penampang beberapa titik sepanjang rencana sumbu jalan

Penentuan tipe terrain dan untuk perancangan penampang

melintang jalan Membaca tali air pada peta Perkiraan aliran air hujan pada

daerah sekitar sumbu jalan

Untuk menentukan pemasangan gorong-gorong, jembatan atau fasilitas drainase lainnya

Membaca peta untuk menentukan daerah

tangkapan air /daerah aliran sungai

Daerah tangkapan air di sekitar lokasi jalan dan daerah aliran sungi

Penentuan daerah tangkapa air hujan untuk perancangan

drainase jalan dan perancangan jembatan

(37)

A

B

(38)

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 38

A

B

tinggi rendah

(39)

Perhitungan sudut azimuth dan

jarak titik

(40)

Perhitungan sudut tikungan 1/2

A-1

B-2

2-B

1-2

1

2

Perhitungan Jarak

Perhitungan jarak dilakukan dengan menggunakan persamaan :

di-j = Jarak antara titik i dan titik j, (m) xi = Koordinat x titik i, (m) xj = Koordinat x titik j, (m) yi = Koordinat Y titik i, (m) yj = Koordinat x titik j, (m)

(

j i

) (

2 j i

)

2

j

i x x y y

d = − + −

X : Arah Timur Peta Y : Arah Utara Peta

40 210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159

(41)

Perhitungan sudut tikungan 2/2

Perhitungan Azimuth

Azimuth adalah suatu sudut yang dibentuk oleh suatu garis di sebuah titik dengan garis yang menuju arah utara.

Besarnya azimuth ini ditentukan dengan besar tangen sudut yang dibentuk oleh kedua garis tersebut.

Perhitungan azimuth dengan :

dimana : = Azimuth dari titik A ke arah titik B xA= koordinat x titik A

yA= koordinat y titik A xB= koordinat x titik B yB= koordinat x titik B

Perhitungan Sudut Tikungan

Berdasarkan sketsa gambar, maka perhitungan sudut tikungan adalah sebagai berikut :





=

A B

A B

B

A y y

x arctan x

( )

( tikungan ke kanan )

o o

o A

C

C

= − = − = + → +

   165

(Sudut Tikungan 1)

57 ' 36 " 107 27 ' 36 " 58 30 ' 0 "

(42)

Hasil Perhitungan

Hasil Akhir Perhitungan Awal :

Koordinat titik – titik acuan (X,Y)

Jarak antar titik (di-j)

Sudut tikungan ( Δ )

A(X,Y)

C(X,Y)

1

3

2

PI-1

PI-2

PI-3

A

B

42 210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159

(43)

KLASIFIKASI

MEDAN

(44)

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 44

Kemiringan Medan

• Kemiringan medan ditentukan oleh kemiringan melintang tanah.

• Kemiringan melintang tanah adalah

kemiringan melintang tanah asli yang diukur tegak lurus terhadap sumbu jalan (dengan garis sepanjang ROW jalan rencana).

• Kemiringan melintang tanah umumnya diukur tiap jarak 50 m.

• Kemiringan medan merupakan sebagian

besar kemiringan melintang garis-garis

tersebut.

(45)

Penentuan klasifikasi medan jalan:

• Buat segmen–segmen pada garis sumbu jalan rencana tiap 50 meter pada peta,

• Tiap segmen tarik garis tegak lurus (ke kiri dan kanan) garis rencana sumbu jalan, minimal selebar ROW jalan (L)

• Tentukan ketinggian tanah asli di kedua ujung garis tersebut sehingga didapat z

1

dan z

2

.

• Kemiringan tiap segmen (ei) adalah

perbandingan antara selisih ketinggian (z

1

– z

2

) dengan panjang segmen (L),

• Kemiringan medan adalah nilai rata – rata

(46)

Ilustrasi Penentuan Kemiringan Medan

Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)

Datar

Perbukitan Pegunungan

D B G

< 10 % 10 % - 25 %

> 25 %

Titik Ketinggian titik (m)

Kemiringan (%)

Kiri Kanan

1 21,00 20,50 0,83

2 24,00 23,00 1,67

3 25,00 24,00 1,67

4 26,00 25,50 0,83

5 28,00 27,50 0,83

6 32,50 28,50 0,67

7 31,50 28,50 5,00

8 27,50 26,50 1,67

(47)

Ilustrasi Penentuan Kemiringan Medan

• Rata-rata = 2,40 %

• Maksimum = 6,67 %

• Minimum = 0,83 %

Titik Ketinggian titik (m)

Kemiringan (%) Kiri Kanan

1 21,00 20,50 0,83

2 24,00 23,00 1,67

3 25,00 24,00 1,67

4 26,00 25,50 0,83

5 28,00 27,50 0,83

6 32,50 28,50 0,67

7 31,50 28,50 5,00

8 27,50 26,50 1,67

(48)

Memilih &

Menentukan Lokasi Rute Jalan

48

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159

Kegiatan pemilihan rute jalan:

• Persiapan:

• Peta

• Penentuan rencana rute di peta

• Survey:

• Identifikasi kondisi rute di peta dengan kondisi rute lapangan

• Catat kondisi lapangan

• Kompilasi dan analisis

• Perbaikan rute dan gambarkan di peta

• Persiapan untuk survey detail

• Koridor rencana adalah bidang memanjang untuk menggambarkan trase jalan yang menghubungkan dua titik awal dan titik akhir jalan.

• Trase Jalan adalah garis-garis yang merupakan

rencana sumbu jalan.

(49)

Memilih &

Menentukan Lokasi Rute Jalan

49

1 PGJ-PENDAHULUAN-0159

• Pilih koridor rencana jalan terbaik dengan memperhitungkan faktor:

• Medan / Topografi

• Data Geologi

• Perpotongan dengan sungai

• Daerah Lahan Kritis

• Daerah Aliran Sungai

• Material Konstruksi Jalan

• Galian dan Timbunan

• Pembebasan Tanah

• Lingkungan

• Sosial

(50)

Jarak terpendek belum tentu merupakan jalan yang optimum

Pada daerah berbukit, jarak terpendek mungkin memiliki kelandaian besar sehingga perlu diteliti panjang kritisnya.

Pada jalan yang landai, perlu perhatian akan drainase jalan

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159

50

Gambar 2.3 Pengaruh medan pada jalan

1 2

1 3 2

3

4

4

(51)

Rute 1

• Rute 1 ini merupakan jalan yang lurus dan sumbu jalan memotong kontur gambar 2.3 dan gambar 2.4, artinya akan mengalami pergerakan naik atau turun. Seperti ditunjukkan oleh gambar 2.5

• Dimulai dari titik A jalan akan naik sampai di titik C kemudian akan menurun sampai di titik D,

kemudian naik lagi sampai titik E dan turun sampai ke titik B. Seperti ditunjukkan oleh gamabr 2.5

• Apabila dibuat potongan melintang yang tegak lurus sumbu jalan, potongan (1-1) dan (2-2), maka hampir di setiap titik di sumbu jalan, elevasi sisi kiri dan kanannya mempunyai elevasi yang sama atau salah satu sisi yang relatif lebih rendah, sehingga seolah-olah berada dipuncak suatu punggung medan. Seperti ditunjukkan gambar 2.6

A B

Gambar 2.4 Rute A-B sebagai jalan lurus

A

C

D

E

B

Gambar 2.5 Ilustrasi rute 1 dari titik A ke titik B

Potongan 1 - 1 Potongan 2 - 2

Gambar 2.6 Ilustrasi potongan melintang jalan rute 1.

Perkerasan jalan Perkerasan jalan

(52)

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 52

Rute 2

• Rute 2 ini merupakan jalan yang mengikuti kontur, artinya bisa dikatakan tidak atau relatif tidak mengalami tanjakan.

Hal ini karena jalan mengambil rute mengelilingi puncak pegunungan. Rute 2 ini akan mempunyai belokan yang mungkin akan berdekatan. Seperti ditunjukkan oleh gambar 2.7

• Dimulai dari titik A menuju ke titik D berada pada medan yang berada pada kontur yang relatif mempunyai elevasi yang sama. Demikian juga dari titik D ke titik B. Walaupun demikian jalan ini mempunyai dua tikungan karena

mengelilingi puncak C dan E. Seperti ditunjukkan oleh gambar 2.8

• Apabila dibuat potongan melintang yang tegak lurus

sumbu jalan, potongan (3-3) dan (4-4),dan berjalan dari A ke B, maka dari titik A sampai ke titik D, di kiri kendaraan merupakan lereng ke atas dan di sebelah kanannya bisa berupa lereng ke bawah. Sebaliknya dari titik D ke titik B, di sebelah kiri berupa lereng ke bawah dan di sebelah kanannya adalah lereng ke atas. Seperti ditunjukkan oleh gambar 2.9

A

B Gambar 2.7 Rute 2, rute A-B sebagai jalan yang berbelok

A B

Gambar 2.8 Rute 2, rute A-B sebagai jalan relatif datar

Potongan 3 - 3 Potongan 4 - 4

Perkerasan jalan

Perkerasan jalan

Gambar 2.9 Ilustrasi potongan melintang jalan rute 2

(53)

Pertemuan Jalan

Dengan Sungai

 Usahakan perpotongan pada badan sungai yang lurus.

 Perpotongan rencana jalan dengan sungai tidak selalu harus tegak lurus.

 Lokasi perpotongan tidak harus pada badan sungai yang paling sempit karena belum tentu optimal, dan bisa membutuhkan jalan yang lebih panjang.

 Hindari meander sungai

(54)

Pertemuan Jalan dengan Sungai

Pertemuan Jalan tegak lurus sungai

Pertemuan Jalan tidak tegak lurus sungai

c. Pertemuan Jalan berbelok dengan sungai

Gambar Pertemuan Jalan dengan Sungai

(55)

Walaupun dapat diatasi dengan penanganan tertentu, namun berimplikasi terhadap

tingginya biaya konstruksi maupun biaya pemeliharaan jalan.

Daerah

Lahan Kritis

Rencana jalan diusahakan tidak melewati:

• daerah lahan kritis,

• daerah rawan longsor,

• daerah patahan,

• daerah genangan atau rawa-rawa,

(56)

Daerah Aliran Sungai (DAS)

• DAS adalah daerah yang air hujannya mengalir ke sungai tersebut.

• Jalan diatas punggung, biasanya tidak berpotongan dengan aliran air.

• Perpotongan dengan aliran air perlu jembatan, gorong-gorong atau lainnya .

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 56

A

Rute B Rute A

Sungai/anak sungai Punggungan

B

DAS A DAS B

Gambar: Rute Jalan, DAS dan Sungai

(57)

Pembebasan Tanah

• Tidak semua tanah dikuasai oleh negara.

• Tanah milik masyarakat perlu dibebaskan dengan memberikan ganti kepada pemilik.

• Di daerah perkotaan, harga tanah bisa sangat tinggi dan proses pembebasan perlu waktu cukup lama.

• Tanah negara dibawah pengawasan dan pengelolaan suatu instansi negara (tanah hutan, perkebunan dsb.) ➔ perlu koordinasi antar instansi agar tidak

menimbulkan permasalahan.

(58)

Galian dan Timbunan

• Jalan dirancang dibangun di permukaan tanah eksisting sehingga pekerjaan galian bisa diminimumkan.

• Galian / timbunan yang terlalu dalam/tinggi akan membutuhkan penanganan khusus terhadap dinding galian / timbunan untuk menghindari terjadinya longsor.

• Pekerjaan galian dan timbunan diusahakan seimbang.

• Tidak semua bahan galian dapat dimanfaatkan sebagai bahan timbunan;

tergantung dari karakteristik tanahnya serta persyaratan material untuk

timbunan.

(59)

Lingkungan dan Sosial

• Lalu lintas: polusi udara, suara, getaran ➔ berdampak buruk bagi lingkungan ➔ menurunkan kualitas lingkungan hidup masyarakat.

• Di daerah hutan lindung atau cagar alam tidak disarankan dibangun jalan untuk kendaraan bermotor.

• Kecenderungan tumbuh pemukiman/kegiatan lain di sisi jalan, dapat memultiplikasi dampak lingkungan.

• Adanya kerugian ekonomi masyarakat sekitar, perubahan kehidupan sosial akibat adanya jalan baru.

• Usahakan lokasi jalan tidak melewati daerah-daerah sensitif bagi kehidupan sosial masyarakat.

• Perhatikan dampak-dampak yang akan timbul dan identifikasi penanganan

(60)

Perundangan Tentang

Jalan, Standar Dan

Pedoman

210831-SI3141 PGJ-PENDAHULUAN-0159 60

Undang-undang Lalu lintas Dan Angkutan Jalan No. 22 tahun 2009

Undang-undang Jalan No. 4 tahun 2004 tentang Jalan

Peraturan Pemerintah nomor-34-tahun- 2006-tentang-jalan.

Dan lainnya

(61)

Gambar

Gambar 2.1  Bidang tiga dimensi
Ilustrasi Penentuan Kemiringan Medan
Ilustrasi Penentuan  Kemiringan Medan
Gambar 2.3  Pengaruh medan pada jalan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian berdasarkan skenario 1, rute terbaik yang dipilih untuk dioperasikan terlebih dahulu adalah rute Jalan Bekasi Raya.Walaupun biaya operasional harian koridor per

Untuk menentukan gradien suatu titik di jalan pada suatu peta, ukur jarak horisontal antara kontur-kontur yang berurutan pada peta dan nyatakan dalam unit yang sama seperti pada

Simpan Rute Tampilan Rute Lokasi Awal Lokasi Akhir Pencarian Perempatan Segmen Jalan Yang Terpilih Segmen dengan Bobot Terkecil Rute Jadi Rute Optimal Mencari Rute Optimal User

Setelah lokasi awal dan tujuan dipilih, pengguna dapat langsung mengklik Cari Rute pada peta yang ada yang kemudian akan muncul marker dari titik awal dan

Pada akhir bidikan akan didapatkan beda elevasi antara titik bawah dan titik letak Jalon dan didapatkan juga error bidikkan horisontal dari titik awal ke titik jalon, hasil

Untuk menentukan gradien suatu titik di jalan pada suatu peta, ukur jarak horisontal antara kontur-kontur yang berurutan pada peta dan nyatakan dalam unit yang sama seperti pada

Diketahui 2 buah titik A(2,1) dan titik B(8,5) bila titik A sebagai titik awal dan titik B sebagai titik akhir, maka buatlah garis yang menghubungkan titik tersebut dengan

di abad 17 akhir dengan menghubungkan kawasan-kawasan jalan lokal jalan Mataram dengan jalan baru jalan Bodjong hingga munculnya pasar baru pada dua simpul pertemuan koridor tersebut