• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Karya Ilmiah Gigi Dan Jaringan Penyangga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PDF Karya Ilmiah Gigi Dan Jaringan Penyangga"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA ILMIAH

GIGI DAN JARINGAN PENYANGGA

drg. Ni Kadek Fiora Rena P, M. Biomed

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI DAN PROFESI DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2019

(2)

i

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “Gigi dan Jaringan Penyangga”.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna terutama dari segi penulisan dan kurangnya sumber bacaan yang dijadikan acuan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan karya ilmiah berikutnya akan menjadi semakin baik.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om.

Denpasar, 16 Februari 2019

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR GAMBAR... iii

BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penulisan... 2

1.4 Manfaat Penulisan... 2

BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian... 3

2.1.1 Pengertian Gigi... 3

2.1.2 Pengertian Periodontium... 3

2.2 Struktur Gigi... 4

2.2.1 Struktur Anatomi Gigi... 4

2.2.2 Struktur Histologi dan Perkembangan Gigi... 7

2.3 Periodontium... 11

2.3.1 Gingiva... 11

2.3.2 Ligamen Periodontal... 12

2.3.3 Sementum... 15

2.3.4 Tulang Alveolar... 16

BAB 3: KESIMPULAN DAN SARAN

(4)

iii

3.1 Kesimpulan... 19 3.2 Saran... 19 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Anatomi

Gigi... 1

Gambar 2 Anatomi Jaringan Penyangga

Gigi... 2

Gambar 3 Struktur Anatomi

Gigi... 2

Gambar 4 Struktur Histologis

Enamel... 7

Gambar 5 Struktur Histologis

Dentin... 8 Gambar 6 Odontogenesis... 9 Gambar 7 Gingiva... 11

Gambar 8 Ligamen

Periodontal... 12

Gambar 9

Sementum... 15

Gambar 10 Tulang

Alveolar... 16

Gambar 11 Fenestrasi dan

Dehiscence... 18

(5)

iv

(6)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi merupakan bagian terpenting dalam tubuh manusia dan juga dalam proses pengolahan makanan. Gigi merupakan satu-satunya organ yang tidak dapat menyembuhkan diri sendiri. Jadi, manusia seharusnya dapat menjaga gigi dengan baik. jika mengalami kerusakan maka harus mendapat penanganan yang cepat karena jika penanganannya lambat akan emngganggu kesehatan organ lainnya. Penanganan dan menjaga kesehatan gigi dan mulut dapat melalui pendidikan maupun tindakan terhadap bagian yang rusak (Pangestu, 2017).

Gigi adalah suatu organ yang berfungsi untuk memotong dan mengunyah makanan besar yang masuk agar kemudian dapat diolah kembali di oleh organ pencernaan lain. Memotong dan mengunyah merupakan fungsi dari gigi anterior yaitu incisivus dan caninus. Sedangkan untuk gigi posterior memiliki fungsi untuk menggiling makanan yang telah berukuran kecil sampai benar-benar halus. Gigi galam membentuk lobus dibantu oleh saliva dan lidah agar makanan yang masuk bisa hancur dan berbentuk lebih kecil agar dapat masuk ke esofagus, lambung, usus, dan anus (Kurniastuti, 2015).

Selain tampak luar, gigi juga memiliki jaringan penyangga gigi yang berfungsi seperti namanya yaitu menyangga gigi agar tidak cepat lepas dari soketnya. Jaringan penyangga seperti gingiva berfungsi utuk melindungi tulang alveolar agar tidak ada benda asing yang masuk sehingga dapat menyerang jaringan di dalamnya. Kemudian, ada sementum yang berfungsi sebagai perekat antara gigi dengan tulang alveolar. Lalu ada ligamen periodontal berfungsi sebagai penutrisi jaringan lain yang ada pada gigi, sebagai sensor penghubung gigi dengan sumsum tulang belakang dan otak, dan sebagai penghantar rasa nyeri pada gigi (Kurniastuti, 2015)

Seperti yang telah diketahui bahwa gigi memiliki struktur anatomi dan juga histologi. Hal ini berkembang sejak munculnya berbagai pemikiran para ilmuan Yunani dan Arab dimualai pada masa peradaban awal. Pemikiran tersebut muncul sejak banyak terdapat kasus penyakit mulut khususnya penyakit periodontal sehingga Al-Bucasis menciptakan berbagai instrumen gigi untuk melakukan perawatan-perawatan pada penyakit tersebut.

Kemudian selanjutnya ilmu tersebut berkembang di berbagai negara seperti Persia dan Italia lalu pada zaman modern berkembang di universitas- universitas di negara maju seperti Eropa, Perancis, dan Inggris (Carranza et al., 2019)

Jadi, pentingnya mempelajari ilmu histologi dan anatomi gigi terutama bagi dokter gigi adalah agar di kemudian hari dapat menjaga kebersihan mulut dengan baik serta dapat merawat gigi pasien yang mengalami kerusakan dengan baik dan benar tanpa menimbulkan risiko lain.

(7)

2

(8)

2

1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana pengetian gigi dan jaringan periodontal?

2. Bagaimana struktur anatomi dan histologi gigi dan jaringan periodontal?

3.Apa saja macam-macam jaringan periodontal?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi gigi dan jaringan periodontal

2. Mengetahui struktur anantomi dan histologi gigi dan jaringan periodontal 3. Mengetahui macam-macam jaringan periodontal

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

Memberikan pengetahuan mengenai gigi dan jaringan periodontal bagi masyarakat khususnya bagi mahasiswa kedokteran.

(9)

3

(10)

3 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

2.1.1 Pengertian Gigi

Gigi merupakan jaringan dalam tubuh manusia yang paling keras jika dibandingkan dengan jaringan tubuh yang lain. Gigi merupakan salah satu jaringan dalam tubuh manusia yang turut berperan dalam proses pencernaan, pengunyahan, dan terutama sebagai fungsi estetis dalam bentuk wajah. Gigi merupakan alat pencernaan yang sangat penting untuk membantu makanan agar mudah dicerna. Gigi terdiri dari empat jaringan utama, yaitu enamel, dentin, pulpa, dan sementum atau tulang penyangga (Scheid and Weiss, 2012)

Gambar 1. Anatomi Gigi (Scheid and Weiss, 2012)

2.1.2 Pengertian Periodontium

Periodontium atau jaringan periodontal merupakan jaringan pendukung gigi di daam mulut supaya gigi tetap berada pada tempatnya. Periodontium merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi dan melekat pada tulang rahang sehingga dapat mendukung gigi untuk tidak terlepas dari soketnya. Jaringan periodontal terdiri atas gingiva, sementum, ligament periodontal, dan tulang alveolar (Scheid and Weiss, 2012).

Jaringan periodontal memiliki kemampuan untuk beregenerasi karena mempunyai sistem pendarahan yang adekuat. Regenerasi merupakan pertumbuhan serta pembelahan sel-sel baru dan substansi interseluler yang bertujuan untuk membentuk jaringan baru. Regenerasi jaringan periodontal terdiri atas fibroplastis, proliferasi endotel, deposisi dan substansi dasar intersisial dan kolagen, epitelisasi dan pematangan jaringan ikat (Fitri, 2014)

(11)

4

Gambar 2. Anatomi Jaringan Penyangga Gigi (Scheid and Weiss, 2012)

2.2 Struktur Gigi

2.2.1 Struktur Anatomi Gigi

Gambar 3. Struktur Anatomi Gigi (Tarigan, 2013)

Struktur gigi pada manusia terbagi menjadi 3 bagian yaitu mahkota gigi, leher gigi, dan akar gigi. Mahkota gigi merupakan bagian yang terluar dan menonjol dari rahang, leher gigi merupakan bagian yang terletak diantara mahkota dengan akar gigi. Sedangkan akar gigi adalah bagian yang tertanam di dalam rahang manusia (Tarigan, 2013).

Gigi meruakan alat pencernaan yang amat penting untuk membantu makanan agar mudah dicerna. Umumnya, gigi terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu enamel, dentin, pulpa dan cementum/tulang penyangga. Enamel merupakan substansi pelapis bagian gigi yang terlihat, dan merupakan jaringan gigi yang terkeras dan berwarna putih

(12)

5

kekuningan. Dentin merupakan bagian gigi yang paling tebal dari jaringan gigi, dan mempunyai sifat yang menyerupai tulang. Pulpa gigi merupakan suatu jaringan lunak, berisi saraf dan pembuluh darah. Pulpa sangat peka terhadap stimulasi zat kimia dan termis. Sedangkan akar gigi merupakan jaringan ikat yang menyerupai tulang yang dilapisi sementum.

Enamel merupakan bagian gigi yang paling keras yang melapisi anatomi gigi, mempunyai ketebalan yang bervariasi, serta mengandung bahan anorganik (hidroksi apatit) dalam jumlah 95% - 98% dan bahan organik 1% - 2% serta 4% air.

Hidroksiapatit yang terdapat pada enamel berbentuk unit menyerupai batang, disebut prisma enamel. Diameternya sekitar 4-5 mikrometer, berjalan dari perbatasan dengan dentin hingga ke permukaan enamel.

Pada bagian dalam enamel jalannya prisma mengikuti bentuk gelombang. Pada enamel bagian luar bentuk prisma lebih beraturan dan mencapai permukaan enamel dengan sudut siku (Harshanur, 2012)

Fungsi dari enamel adalah untuk melindungi gigi dari kerusakan yang diakibatkan oleh suasana mulut yang bersifat asam yang dapat menyebabkan gigi mengalami pengeroposan atau aus atau karies.

Enamel memiliki struktur yang padat dan keras tetapi masih permeabel (dapat ditembus) oleh ion dan molekul melalui struktur hipomineralisasi.

Dentin adalah zat antara email (zat mahkota) atau semen dari gigi dan ruang pulpa. Dentin merupakan bagian terluas dari struktur gigi yang meliputi seluruh panjang gigi dan sangat peka terhadap sentuhan dan stimulan. Dentin lebih lembut daripada enamel, dan membusuk lebih cepat serta lebih mudah untuk mengalami kerusakan jika tidak dirawat sebagaimana mestinya. Namun tetap berfungsi sebagai lapisan protektif/pelindung dan menyokong mahkota gigi

Ruang pulpa merupakan suatu jaringan lunak yang berisi saraf dan pembuluh darah pada gigi bagian dalam. Pulpa sangat peka terhadap stimulasi/pengaruh rangsangan zat kimia atau termis. Pulpa dilapisi atau

(13)

6

dibungkus oleh dinding yang keras sehingga tidak memiliki ruang yang cukup untuk membengkak jika terjadi peradangan (inflamasi) atau luka.

Bagian gigi berikutnya adalah Sementum gigi yang strukturnya menyerupai tulang dan melapisi permukaan akar. Fungsi utamanya sebagai perekat serabut ligament periodontal yang menahan gigi untuk tetap berhubungan dengan jaringan sekitarnya. Kandungan zat organik dalam sementum sekitar 45-50%.

Tulang alveolar merupakan bagian dari tulang rahang atas dan bawah yang mempunyai fungsi sebagai penyangga dan tempat melekatnya soket gigi/alveoli. Tulang alveolar terbentuk pada saat gigi erupsi untuk menyediakan perekatan pada akar gigi (Manson and Eley, 2013)

Terdapat beberapa macam dan fungsi gigi. Menurut Tarigan (2013), gigi manusia sesuai dengan fungsinya dikenal empat bentuk yaitu:

1. Gigi Insisivus, gigi ini ada empat buah di atas dan empat buah di bawah. Seluruhnya berjumlah delapan, terletak di depan, berfungsi untuk memotong dan menggiling makanan. Gigi insisivus susu mulai tumbuh pada bayi berkisar antara usia 4 hingga 6 bulan, kemudian diganti dengan gigi insisivus permanen pada usia 5 hingga usia 6 tahun pada mandibula dan pada usia 7 hingga 8 tahun pada maksila.

2. Gigi Caninus, gigi ini ada empat buah, di atas dua buah dan dibawah dua buah, terletak di sudut mulut. Bentuk mahkotanya meruncing, berfungsi untuk mencabik makanan. Gigi ini diganti dengan gigi caninus permanen pada usia 11 hingga 13 tahun.

3. Gigi Premolar, gigi ini merupakan pengganti gigi molar sulung.

Letak gigi ini di belakang gigi caninus, berjumlah delapan, empat di atas dan empat di bawah yaitu dua berada di kanan dan dua berada di kiri. Berfungsi membantu atau bersama dengan premolar menghaluskan makanan. Umumnya tumbuh pada usia 10 hingga usia 11 tahun.

(14)

7

4. Gigi Molar, gigi ini terletak di belakang gigi premolar, jumlahnya 12, di atas enam dan dibawah enam. Masing-masing tiga buah, permukaannya lebar dan bertonjol-tonjol. Fungsinya untuk menggiling makanan.

2.2.2 Struktur Histologi dan Perkembangan Gigi

Manusia memiliki 20 gigi gugur yang diganti dan digantikan oleh gigi permanen. Setiap gigi berongga dan mempunyai mahkota tertutup enamel dan akar tertutup sementum, yang bertemu di servikal. Rongga pulpa terbagi menjadi saluran akar dan pulp chamber, yang dikelilingi oleh dentin. Akar ini ditangguhkan di tulang alveolar oleh collagenous periodontal ligament (PDL).

Gambar 4. Struktur Histologis Enamel (Mescher, 2016) E (Enamel), D (Dentin), A (Ameloblast), CT (Connective Tissue)

Enamel adalah material kristalin yang paling keras yang merupakan jaringan terkalsifikasi dalam tubuh manusia. Di dalam enamel tidak terdapat pembuluh darah dan juga tidak memiliki persarafan.Walaupun enamel merupakan jaringan yang paling keras, namun enamel dapat hilang selamanya karena enamel tidak dapat digantikan. Enamel yang telah matang memiliki berat 96% material anorganik, 1% material organik, dan 3% air. Komponen utama dari enamel adalah calcium hydroxyapatite.

(15)

8

Gambar 5. Struktur Histologis Dentin (Mescher, 2016)

D (Dentin), P (Predentin), OP (Odontoblast Process), O (Odontoblast), Pc (Pulp Cavity)

Dentin merupakan material kristalin yang kurang keras apabila dibandingkan dengan enamel. Dentin yang telah matang memiliki berat 70% material anorganik, 20% material organik, dan 10% air.

Kristalin dentin ini utamanya terdiri dari calcium hydroxyapatite.

Dentin diselubungi oleh enamel pada crown dan sementum pada akar dan paling terdekat dengan pulpa. Dentin berfungsi untuk melindungi pulpa. Dentin ini diproduksi oleh sel yang disebut odontoblasts.

Pulpa memiliki inti neurovaskuler, dilihat secara mikroskopisnya pulpa terbagi menjadi empat zona yaitu odontoblastic layer, cell-free zone, cell-rich zone, dan pulpa core. Pada zona odontoblastic layer, lapisan atau dinding terluar dari pulpa terdiri darisel odontoblast. Pada zona cell-free terdiri dari beberapa sel saja dibandingkan dengan lapisan odontoblast, selanjutnya pada zona cell-rich memiliki lebih banyak sistem pembuluh darah, dan pada pulpa core memiliki banyak sel dan suplai pembuluh darah.

(16)

9

Gambar 6. Odontogenesis (Ridhayani, 2011)

Perkembangan gigi merupakan proses kompleks yang disebut juga odontogenesis atau morfogenesis gigi yang dimulai selama minggu ke- 6 perkembangan embrio. Perkembangan gigi terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu :

a) Inisiasi (bud stage)

Ialah permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel- sel tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat daripada sel disekitarnya. Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di regio bukal lengkung gigi dan meluas hingga seluruh bagian maksila dan mandibula.

b) Proliferasi (cap stage)

Lapisan sel-sel mesenkim yag berada pada lapisan dalam mengalami proliferasi, memadat, bervaskularisasi membentuk papila gigi yang nantinya akan membentuk dentin dan pulpa pada tahapan ini. Sel-sel mesenkim yang berada disekeliling organ gigi dan papila gigi memadat dan fibrous, disebut kantong gigi yang akan menjadi sementum, membran periodontal, dan tulang alveolar.

(17)

10

c) Histodiferensiasi (bell stage)

Pada tahap ini terjadi diferensiasi seluler. Sel-sel epitel pada email dalam (inner email epithelium) akan berbentuk silindris dan menjadi semkain panjang, disebut sebagai ameloblas dan akan berdiferensiasi menjadi email dan sel-sel bagian tepi dari papilla gigi menjadi odontoblas yang akan berdiferensiasi menjadi dentin.

d) Morfodiferensiasi

Sel penyusun gigi terbentuk sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi sebelum deposisi matriks dimulai. Morfolgi gigi dapat ditentukan bila email bagian dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel email dan odontoblas adalah gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk.

Dentinoenamel junction memiliki sifat khusus yaitu bertindak sebagai polapembentuk setiap macam gigi. Terdapat deposit email dan matriks dentin pada daerah tempat sel-sel ameloblas dan odontoblas yang akan menyempurnakan gigi sesuai dengan bentuk dan ukurannya.

e) Aposisi

Pada tahapan ini terjadi pembentukan matriks keras gigi baik pada email, dentin, dan sementum. Matriks email yang terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak ke arah tepi dan telah mengalami proses kalsifikasi sekitar 25%-30%. (Ridhayani, 2011)

(18)

11

2.3 Periodontium 2.3.1 Gingiva

Gambar 7. Gingiva (Carranza et al., 2019)

Gingiva merupakan salah satu bagian dari mukosa mastikatori rongga mulut yang merupakan komponen terluar dari jaringan periodontal. Gingiva berfungsi sebagai penyangga gigi serta melindungi tulang alveolar dan mengelilingi servikal gigi. Gingiva merupakan jaringan yang mudah mengalami kerusakan. Kerusakan jaringan gingiva yang sering terjadi adalah resesi gingiva. Resesi gingiva adalah keadaan atau kondisi dimana marginal gingiva yang lebih ke apikal dari CEJ (cementoenamel junction) dan biasanya disertai dengan terbukanya permukaan akar gigi (Asmara, 2014)

Gingiva dibagi menjadi gingiva tepi (marginal gingiva), gingiva cekat (attached gingiva), sulcus gingiva dan gingiva interdental (interdental gingiva). Marginal gingiva atau biasa disebut unattached gingiva adalah tepi gingiva yang mengelilingi gigi dan berbentuk seperti kerah baju. Marginal gingiva umumnya memiliki lebar 1 mm dan membentuk jaringan lunak dari sulcus gingiva. Sulcus gingiva adalah celah dangkal atau ruang di sekeliling gigi yang membatasi permukaan suatu gigi dan lapisan epitel dari free gingival. Attached gingiva adalah gingiva yang kuat, kenyal, dan berikatan kuat dengan periosteum tulang alveolar. Attached gingiva merupakan lanjutan dari marginal gingiva. Interdental gingiva berada di ruang interproksimal

(19)

12

tempat gigi berkontak. Interdental gingiva dapat berbentuk piramida atau col (Asmara, 2014)

Pada umumnya gingiva yang normal dan sehat berwarna merah muda (coral pink) dimana warna tersebut ditentukan oleh warna mukosa oral yang kemerahan dengan permukaan epitelium yang tipis dan berkeratinisasi, selain itu dapat dipengaruhi oleh adanya pigmentasi dan aliran darah pada jaringan. Tekstur dari gingiva permukaan halus seperti kulit jeruk (strippling), dan tidak mudah berdarah (Asmara, 2014).

2.3.2 Ligamen Periodontal

Gambar 8. Ligamen Periodontal (Carranza, 2019)

Ligamen periodontal atau ligament periodontium merupakan suatu jaringan ikat kolagen yang memiliki tebal sekitar 0,2 mm dan menjadi penghubung antara sementum dan tulang alveolar. Terdapat pembuluh limfa, saraf, dan pembuluh darah sebagai vaskularisasi pada Ligamen periodontal (Ireland, 2012). Ligamen periodontal memiliki beberapa bagian, diantaranya:

a. Serat Periodontal

Serat periodontal merupakan bagian terpenting pada ligamen periodontal karena mengandung serat kolagen tipe 1 yang membentuk jaringan ikat sebagai penyusun utamanya. Serat

(20)

13

kolagen merupakan sebuah protein yang mengandung berbagai asam amino yang berbeda-beda. Asam amino yang terpenting diantaranya glycine, proline, hydroxylysine, dan hydroxyproline (Carranza et al., 2019).

b. Elemen Seluler

Terdapat empat jenis sel yang telah teridentifikasi pada ligamen periodontal, diantaranya sel-sel jaringan ikat, sel-sel epitel, sel-sel imun, dan sel-sel yang berhubungan dengan neurovaskular. Sel-sel jaringan ikat pada ligamen periodontal memiliki peranan yang sangat penting karena memiliki fibroblast (fibrin), cementoblast (sementum) , dan osteoblast (tulang) yang akam mendegradasi sel-sel yang sudah tua (Dean, 2017; Carranza et al., 2019)

c. Substansi Dasar

Ligamen Periodontal memiliki proporsi substansi dasar yang cukup besar diantara serat-srat jaringan ikat dan sel. Substansi ini mengandung glycosaminoglycans (seperti hyaluronic dan proteoglycans) dan glycoproteins (seperti fibronectin dan laminin). Selain itu, substansi dasar ligamen periodontal juga mengandung sekitar 70% air yang berfungsi sebagai penahan gigi jika terjadi tekanan. Jika terjadi peradangan, maka volume cairan pada substansi dasar ini akan meningkat (Dean, 2017)

Adanya ligamen periodontal pada gigi juga memiliki beberapa fungsi, diantaranya:

a. Fungsi Suportif

Ligamen periodontal berfungsi sebagai suatu bantalan agar tulang alveolar dapat terlindungi dari tekanan pada saat mastikasi atau mengunyah (Dean, 2017). Selain itu, sebagai fungsi suportif juga ligamen periodontal menghubungkan antara sementum pada

(21)

14

gigi dan tulang alveolar sehingga gigi dapat berdiri dengan tegak pada soketnya dan tidak mudah goyang (Carranza et al., 2019)

b. Fungsi Formatif dan Remodeling

Fungsi remodeling pada ligamen periodontal biasa terjadi pada saat seseorang melakukan perawatan ortodontik seperti memasang braches. Saat terjadi tekanan pada gigi, maka ligamen periodontal tersebut akan tertekan pula sehingga menyebabkan gigi pun akan bergeser dan tulang alveolar harus menyesuaikan bentuk gigi. Hal ini dapat terjadi karena terdapat osteoblast akan selalu membuat sel-sel tulang baru dan osteoclast yang akan mengabsorpsi sel-sel tulang yang sudah tua. Maka dari itu ligamen periodontal memiliki fungsi remodeling dan formatif (Dean, 2017)

c. Fungsi Nutrisional dan Sensori

Ligamen periodontal memiliki fungsi nutrisional karena terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfa yang akan memberi nutrisi pada sementum, tulang alveolar, dan gingiva sehingga dapat berfungsi secara normal (Carranza et al., 2019). Ligamen periodontal juga di suplai saraf sensori sehinga manusia dapat merasakan rasa sakit, dingin, panas, dan tekanan pada rongga mulutnya. Maka dari itu, ligamen periodontal juga memiliki fungsi sensori (Carranza et al., 2019)

(22)

15

2.3.3 Sementum

Gambar 9. Semetum (Carranza et al., 2019)

Sementum adalah lapisan dentin yang melapisi gigi pada bagian terluar dari akar yang berwarna kuning suram. Struktur sementum sangat tipis pada bagian garis servikal. Sementum hanya setebal 50-100 µm. Kekerasan sementum kira-kira sama dengan tulang, tetapi struktur email lebih keras daripada sementum. Sementum dihasilkan oleh sementoblast. Sementum berfungsi untuk memberikan perlekatan dengan fibrin kolagen dari ligament periodontal untuk menopang gigi, memelihara integritas akar, dan terlibat dalam remodeling gigi dan tulang alveolar. Secara klinis, sementum tudak terlihat, akan tetapi jika terjadi resesi pada gingiva, akar gigi akan terekspos dan sementum akan terlihat (Scheid and Weiss, 2012).

Sementum terditi dari zat organik dan anorganik. Zat anorganik terdiri atas 65% kalsium hidroksiapatit (termineralisasi atau terkalsifikasi), 35 % bahan organik berupa serat kolagen dan 12% air.

Sumber serat kolagen dalam sementum berasal dari serat ekstrinsik

(23)

16

yang disebut sharpey fibers yang tertanam dalam serat ligamen periodontal dan dibentuk oleh fibroblast dan termasuk serat intrinsic berupa matriks yang dipoduksi oleh cementoblast. Sedangkan komponen organik sementum terdiri dari kolagen tipe 1 sebesar 95 %, kolagen tipe 2 sebesar 5%, protein, dan polosakarida (Carranza et al., 2019)

Sementum di klasifikasikan menjadi aseluler dan seluler sementum.

Aseluler sementum adalah semnetum yang pertama terbentuk, mencakup sepertiga hingga setengah dari radixis dentis. Sementum aseluler tidak mengandung sel, terbentuk sebelum gigi mencaai bidang oklusal dengan ketebalan 30-230 µm. Sedangkan sementum seluler terbentuk setelah mencapai bidang oklusal, tidak teratur dan mengandung sel sementosit. Sementum seluler kurang terklasifikasi dibandingka sementum aseluler. Sementum aseluler dan seluler tersusun dalam lamela yang dipisahkan oleh garis incremental yang sejajar dengan sumbu panjang akar (Carranza et al., 2019)

2.3.4 Tulang Alveolar

Gambar 10. Tulang Alveolar (Carranza et al., 2019)

Tulang alveolar merupakan bagian rahang atas dan rahang bawah yang membentuk dan menopang soket gigi. Tulang alveolar terbentuk ketika erupsi gigi dengan tujuan menyediakan perlekatan sementum pada periodonta ligament. Tulang alveolar menghilang secara bertahap setelah ekstraksi gigi. Tulang alveolar merupakan struktur tulang yang bergantung ada gigi, hal ini disebabkan karena tulang alveolar berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan pembentukan dan

(24)

17

erupsi gigi. Oleh karena itu, ukuran, bentuk, lokasi, dan fungsi gigi menentukan morfologi tulang alveolar.

Tulang alveolar terdiri dari 3 lapisan, yaitu tulang kortikal, dinding soket, dan tulang cancellous

a. Pelat eksternal tulang kortikal dibentuk oleh tulang Haversian dan lamela tulang kompak

b. Dinding soket terdiri dari tulang yang padat dan panjang.

Beberapa di antaranya tersusun dalam sistem haversian dan tulang bundle. Tulang bundle adalah istilah yang diberikan pada tulang yang berdekatan dengan periodontal ligament yang mengandung sejumlah besar serat sharpey yang sebagian di kalsifikasi secara sempurna dan beberapa hanya lapisan luarnya saja yang di kalsifikasi. Tulang bundle ini terletak dalam dinding soket. Dinding soket ditunjukkan dengan lamela tipis yang tersusun dalam lapisan yang sejajar dengan akar dan garis aposisional yang mengintervensi.

c. Tulang cancellous terltak di antara tulang kortikal dan dinding soket sebagai pendukung tulang alveolar. Matriks trabekula cancellous terdiri dari lamela yang tersusun tidak teratur dan dipisahkan oleh garis-garis inkremental dan resorpsi yang sangat menandakan aktivitas tulang sebelumnya dengan sedikit sistem haversian.

Tulang cancellous ditemukan terutama di ruang interradicular dan interdental sempit. Septum hanya terdiri dari pelat kortikal.

Kontur tulang biasanya sesuai dengan keunggulan akar yang mengintervensi tekanan vertikal yang meruncing ke arah tepi. Anatomi tulang alveolar bervariasi di antara pasien dan memiliki implikasi klinis yang penting. Ketinggian dan ketebalan lempeng tulang wajah dan lingual dipengaruhi oleh penyelarasan gigi, angulasi akar ke tulang, dan

(25)

18

tekanan oklusal. Contohnya jika akar yang berdekatan pada dua gigi akan menimbulkan celah pada septum interdental.

Terdapat 2 jenis kondisi cacat pada tulang alveolar. Daerah terisolasi di mana akar gundul, tulang dan akar hanya ditutupi pleh periosteum dan gingiva di atasnya disebut fenestrasi. Di area ini, tulang masrginal masih utuh. Sedangkan dehiscence terjadi jika area yang gundul tersebut sudah

meluas melalui tulang marginal (Carranza et al., 2019).

Gambar 11. Fenestrasi dan Dehiscence (Carranza et al., 2019)

(26)

19

(27)

20

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gigi dan jaringan penyangga memiliki struktur anatomis dan histologisnya tersendiri. Struktur gigi secara umum dibagi menjadi mahkota gigi, leher gigi, dan akar gigi.

Didalam gigi terdapat jaringan keras dan lunak seperti dentin, enamel, dan pulpa. Gigi merupakan bagian terpenting dan terkuat dalam tubuh manusia dan juga dalam proses pengolahan makanan. Gigi berfungsi untuk memotong dan mengunyah makanan besar yang masuk kedalam mulut agar kemudian dapat diolah dengan mudah oleh organ pencernaan lainnya. Dalam melakukan tugasnya sebagai organ pencernaan, tentu saja gigi membutuhkan bantuan dari jaringan penyangga gigi agar gigi dapat melakukan fungsinya dengan normal. Jaringan penyangga gigi diantaranya gingiva, ligament periodontal, tulang alveolar serta sementum. Gigi merupakan satu-satunya organ yang tidak dapat menyembuhkan diri sendiri. Jadi, seharusnya manusia dapat menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulutnya dengan baik .

3.2 Saran

3.2.1 Saran Kepada Mahasiswa

Sebagai mahasiswa kedokteran dan calon dokter gigi kita yang akan terlibat langsung dengan pasien sudah seharusnya mengetahui dan mempelajari mengenai anatomi serta histologi gigi sehingga dapat memudahkan pekerjaan dokter gigi serta dapat memberikan perawatan yang benar.

3.2.2 Saran Kepada Masyarakat

Masyarakat harus mengetahui struktur gigi agar jika terjadi permasalahan dirongga mulut atau gigi dapat segera ke dokter gigi serta menjelaskan dengan benar ke dokter gigi sehingga mempermudah dokter gigi untuk memberikan perawatan selanjutnya.

(28)

21

DAFTAR PUSTAKA

Asmara, A. (2014) ‘Perbedaan Tingkat Keparahan Resesi Gingiva Masyarakat Dataran Tinggi dan Masyarakat Pesisir Pantai (Studi Kasus Masyarakat Kecamatan Camba dan Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros Tahun 2014)’. Available at: https://core.ac.uk/download/pdf/25496500.pdf . Carranza, F. A. et al. (2019) ‘Clinical Periodontology’, in. Philadelphia: Elsevier.

Dean, R. (2017) ‘The Periodontal Ligament: Development, Anatomy, and Function’, 16(6). Available at: https://www.omicsonline.org/open-

access/the-periodontal-ligament-development-anatomy-and-function.pdf.

Fitri, A. (2014) ‘Persiapan Jaringan Periodontal untuk Perawatan Gigi Tiruan Sebagian dan Gigi Tiruan Penuh’.

Harshanur, I. W. (2012) Anatomi Gigi. Jakarta: EGC.

Ireland, R. (2012) ‘Kamus Kedokteran Gigi’, in Sudioni, J. and Rasyad, E. M.

(eds). Jakarta: EGC, pp. 420–421.

Kurniastuti, A. (2015) ‘Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Mulut dan Gigi Siswa Kelas IV dan V TA 2014-2015 SD Negeri Gerabag Kecamatan Gerabag Kabupaten Purworejo Jawa Tengah’.

Manson, J. D. and Eley, B. M. (2013) Buku Ajar Periodonti. 2nd edn. Jakarta:

Hipokrates.

Mescher, A. L. (2016) ‘Histologi Dasar Junqueira’, in. EGC, p. 348.

Pangestu, P. (2017) ‘Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Gigi dan Jaringan Penyangga Gigi Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Web’.

Ridhayani, H. (2011) ‘Embriologi Gigi’.

Scheid, R. C. and Weiss, G. (2012) ‘Woelfel’s Dental Anatomy’, in Sabatini, P.

(ed.). Philadelphia: Wolter Kluwer.

Tarigan, S. (2013) Karies Gigi. Jakarta: EGC.

Gambar

Gambar 4. Struktur Histologis Enamel (Mescher, 2016)  E (Enamel), D (Dentin), A (Ameloblast), CT (Connective Tissue)
Gambar 5. Struktur Histologis Dentin  (Mescher, 2016)
Gambar 6. Odontogenesis (Ridhayani, 2011)
Gambar 7. Gingiva (Carranza et al., 2019)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Email adalah jaringan yang berfungsi untuk melindungi tulang gigi dengan zat yang sangat keras yang berada di bagian paling luar gigi manusia. 

Sendi adalah tempat tulang berhubungan yaitu suatu struktur khusus seperti ruangan yang berfungsi sebagai penghubung antar tulang agar tulang dapat bergerak. Hubungan dua

Hal tersebut terjadi melalui proses aktivitas mitotik pada epitel gingiva dan jaringan ikat dari ligamen periodontal; pembentukan tulang baru; dan deposisi sementum yang

Mikrokontroler basic stamp 2P40 berfungsi sebagai otak dari robot yang mengendalikan semua komponen yang ada di dalam robot seperti sensor garis, sensor jarak, sensor warna

Penggunaan anestesi lokal pada kedokteran gigi anak ada beberapa hal yang memerlukan perhatian khusus yaitu variasi anatomi tulang yang jauh berbeda dengan orang dewasa, teknik,

Poket Periodontal yang tidak dirawat akan berlanjut pada kehilangan tulang alveolar yang dapat menyebabkan goyangnya gigi- geligi dan pada akhirnya mengakibatkan

Selain peranan dukungan gigi sebagai penyerap syok, ada empat hal lain yang menyebabkan dukungan dari gigi adalah lebih baik, yaitu cairan ekstrasel ligamen

Penelitian-penelitian pada mencit mengimplikasikan bahwa ma- krofag-makrofag yang menginfiltrasi jaring- an adiposa berasal dari sumsum tulang, dan mungkin didatangkan sebagai