Klasifikasi Maloklusi Klasifikasi Maloklusi
Klasifikasi maloklusi didasarkan pada relasi oklusi molar pertama.
Klasifikasi maloklusi didasarkan pada relasi oklusi molar pertama.
Klasifikasi Angle berdasarkan hubungan rahang pada bidang sagital Angle Klasifikasi Angle berdasarkan hubungan rahang pada bidang sagital Angle menganggap bahwa klasifikasinya juga menghasilkan indeks hubungan menganggap bahwa klasifikasinya juga menghasilkan indeks hubungan rahang, tetapi dewasa ini ditemukan bahwa hal ini tidak benar dan pola rahang, tetapi dewasa ini ditemukan bahwa hal ini tidak benar dan pola skeletal harus diperiksa secara terpisah.
skeletal harus diperiksa secara terpisah.1313
2.2.1 Klasifikasi Skeletal 2.2.1 Klasifikasi Skeletal
Pada klasifikasi skeletal menghubungkan antara hubungan rahang atas Pada klasifikasi skeletal menghubungkan antara hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap dasar kranial.
dan rahang bawah terhadap dasar kranial.
1.
1. Klas I skeletal : rahang atas dan rahang bawah pada relasi normalKlas I skeletal : rahang atas dan rahang bawah pada relasi normal ((orthognatiorthognati))
2.
2. Klas II skeletal : rahang bawah terlihat lebih kecil dibanding rahangKlas II skeletal : rahang bawah terlihat lebih kecil dibanding rahang atas (
atas (retrognatiretrognati ). Hal ini berkaitan dengan rahang bawah yang). Hal ini berkaitan dengan rahang bawah yang kecil, rahang atas besar,
kecil, rahang atas besar, dan kombinasi keduanyadan kombinasi keduanya
3.
3. Klas III skeletal : rahang bawah terlihat lebih besar dibandingKlas III skeletal : rahang bawah terlihat lebih besar dibanding rahang atas (
rahang atas ( prognati prognati). Hal ini dapat berkaitan dengan rahang). Hal ini dapat berkaitan dengan rahang bawah
bawah yang yang besar, besar, rahang rahang atas atas yang yang kecil, kecil, dan dan kombinasi kombinasi daridari keduanya.
keduanya.1313 2.2.2 Klasifikasi dental angle 2.2.2 Klasifikasi dental angle
Kunci klasifikasi Angle adalah hubungan antara molar pertama. Pada Kunci klasifikasi Angle adalah hubungan antara molar pertama. Pada oklusi normal,
oklusi normal, cuspcusp mesiobukal molar pertama permanen rahang atas mesiobukal molar pertama permanen rahang atas beroklusi
beroklusi dengandengan groove groove bukal bukal depan depan molar molar pertama pertama permanen permanen rahangrahang bawah.
bawah.
1.
1. Angle klas IAngle klas I
Maloklusi dimana terdapat hubungan antero-posterior dari rahang Maloklusi dimana terdapat hubungan antero-posterior dari rahang yang normal dilihat dari molar pertama permanen atau jika gigi yang normal dilihat dari molar pertama permanen atau jika gigi geligi molar posisinya baik dan jika kedua lengkung dari gigi geligi molar posisinya baik dan jika kedua lengkung dari gigi rahang bawah menutup dengan posisi oklusi yang baik, rahang bawah menutup dengan posisi oklusi yang baik, cupscups mesiobukal gigi molar pertama atas mempunyai relasi mesiodistal mesiobukal gigi molar pertama atas mempunyai relasi mesiodistal yang normal terhadap
yang normal terhadap groov groove mesiobukal gigi molar rahang bawah,e mesiobukal gigi molar rahang bawah,
gigi disebelah anterior gigi molar, posisinya bervariasi berkisar dari gigi disebelah anterior gigi molar, posisinya bervariasi berkisar dari berjejal
berjejal atau atau diastema diastema seperti seperti yang diperlyang diperl ihatkan ihatkan pada gambar pada gambar 2.1.2.1.
Menurut Angle, maloklusi klas I terbagi menjadi;
Menurut Angle, maloklusi klas I terbagi menjadi;
a.
a. Tipe 1 : adanya gigi anterior yang berjejalTipe 1 : adanya gigi anterior yang berjejal b.
b. Tipe 2 : disertai lengkung yang sempit, labioversi gigi anteriorTipe 2 : disertai lengkung yang sempit, labioversi gigi anterior maksila dan linguoversi dari gigi anterior
maksila dan linguoversi dari gigi anterior mandibularmandibular c.
c. Tipe 3 : disertai linguoversi dari gigi anterior maksila, gigiTipe 3 : disertai linguoversi dari gigi anterior maksila, gigi berjejal
berjejal , kurangnya perkembangan di regio proksimal., kurangnya perkembangan di regio proksimal.77 Dr. Martin Dewey kemudian merincikan klasifikasi klas I ini menjadi : Dr. Martin Dewey kemudian merincikan klasifikasi klas I ini menjadi :
a.
a. Tipe 1 : Gigi geligi anterior berjejal, gigi molar normalTipe 1 : Gigi geligi anterior berjejal, gigi molar normal b.
b. Tipe 2 : HubungTipe 2 : Hubungan gigi molar an gigi molar normal, gigi anterior normal, gigi anterior terutamaterutama gigi atas terlihat labioversi.
gigi atas terlihat labioversi.
c.
c. Tipe 3 : Terdapat gigitan bersilang anterior karena inklinasi gigiTipe 3 : Terdapat gigitan bersilang anterior karena inklinasi gigi atas ke palatinal.
atas ke palatinal.
d.
d. Tipe 4 : Hubungan molar normal dalam arah Tipe 4 : Hubungan molar normal dalam arah mesio-distal,mesio-distal, tetapitetapi hubungan dalam arah buko-lingual
hubungan dalam arah buko-lingual ada pada posisi gigitanada pada posisi gigitan bersilang
bersilang e.
e. Tipe 5 : Hubungan molar pertama permanen normal, tetTipe 5 : Hubungan molar pertama permanen normal, tet api padaapi pada gigi posterior terjadi migrasi k earah mesial.
gigi posterior terjadi migrasi k earah mesial.1313
2.
2. Angle klas IIAngle klas II
Maloklusi angle klas II yaitu jika gigi geligi molar terletak Maloklusi angle klas II yaitu jika gigi geligi molar terletak dalam posisi yang baik pada rahang bawah dan dalam oklusi sentrik dalam posisi yang baik pada rahang bawah dan dalam oklusi sentrik lengkung gigi
lengkung gigi rahang bawah rahang bawah beroklusi di sebelah beroklusi di sebelah distal terhadapdistal terhadap lengkung gigi rahang atas. Hal ini, ditunjukkan degan relasi lengkung gigi rahang atas. Hal ini, ditunjukkan degan relasi cupscups mesiobukal gigi molar pertama rahang atas beroklusi paling sedikit mesiobukal gigi molar pertama rahang atas beroklusi paling sedikit pada
pada satu satu setengah setengah lebarlebar cupscups terhadap embrasure antara gigiterhadap embrasure antara gigi premolar kedua dan gigi molar p
premolar kedua dan gigi molar pertama.ertama.1515
Angle membagi klas II menjadi : Angle membagi klas II menjadi : a.
a. Divisi I : disertai labioversi dari gigi maksilaDivisi I : disertai labioversi dari gigi maksila Subdivisi : kondisi unilateral
Subdivisi : kondisi unilateral b.
b. Divisi 2 : disertai linguoversi dari gigi insisivus sentral maksilaDivisi 2 : disertai linguoversi dari gigi insisivus sentral maksila c.
c. Subdivisi: posisi klas I pada satu sisi lengkung rahang dan sisiSubdivisi: posisi klas I pada satu sisi lengkung rahang dan sisi lain klas II
lain klas II
Dr Martin Dewey merincikan maloklusi Angle klas II menjadi : Dr Martin Dewey merincikan maloklusi Angle klas II menjadi : a.
a. Divisi 1 : Hubungan molar pertama bawah dan atas distoklusiDivisi 1 : Hubungan molar pertama bawah dan atas distoklusi dan gigi anterior adalah protrusif sehingga, profil pasien akan dan gigi anterior adalah protrusif sehingga, profil pasien akan terlihat
terlihat konvex konvex seperti seperti yang yang nampak nampak pada pada gambar gambar 2.22.2 b.
b. Divisi 2 : Hubungan molar pertama permanen atas dan bawahDivisi 2 : Hubungan molar pertama permanen atas dan bawah distoklusi dan gigi anterior seolah normal, tetapi gigi insisivus distoklusi dan gigi anterior seolah normal, tetapi gigi insisivus lateral permanen menutupi sebagian insisivus sentral permanen lateral permanen menutupi sebagian insisivus sentral permanen yaitu overlap di atas gigi insisivus sentral permanen. Profil yaitu overlap di atas gigi insisivus sentral permanen. Profil pasien normal seperti yang diperlihatkan
pasien normal seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.3pada gambar 2.3
3.
3. Angle klas IIIAngle klas III
Maloklusi Angle klas III yaitu bila posisi gigi geligi molar Maloklusi Angle klas III yaitu bila posisi gigi geligi molar terhadap rahang masing masing adalah normal, kemudian dalam terhadap rahang masing masing adalah normal, kemudian dalam oklusi sentrik lengkung gigi rahang bawah beroklusi ke arah mesial oklusi sentrik lengkung gigi rahang bawah beroklusi ke arah mesial terhadap lengkung gigi rahang atas. Selanjutnya
terhadap lengkung gigi rahang atas. Selanjutnya cupscups mesiobukalmesiobukal gigi molar pertama rahang atas beroklusi paling sedikit setengah gigi molar pertama rahang atas beroklusi paling sedikit setengah
cups
cups terhadap groove distobukal gigi molar pertama rahang bawahterhadap groove distobukal gigi molar pertama rahang bawah atau gigi geligi
atau gigi geligi rahang bawah sekurahang bawah sekurang kurangnrang kurangnya setengahya setengahcupscups lebih
lebih ke mesial dari gigi rahang ke mesial dari gigi rahang atas dilihat dari hubungan atas dilihat dari hubungan molarmolar pertama
pertama (gambar 2.5). Angle membagi (gambar 2.5). Angle membagi klas III klas III menjadi tigamenjadi tiga tipe sebagai berikut :
tipe sebagai berikut : a.
a. Tipe 1 : adanya lengkung gigi yang baik tetapi relasiTipe 1 : adanya lengkung gigi yang baik tetapi relasi lengkungnya tidak normal.
lengkungnya tidak normal.
b.
b. Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anteriorTipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila tetapi ada linguoversi dari gigi anterior mandibular.
maksila tetapi ada linguoversi dari gigi anterior mandibular.
c.
c. Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang, linguoversi dariTipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang, linguoversi dari gigi anterior maksila sedangkan lengkung mandibular baik.
gigi anterior maksila sedangkan lengkung mandibular baik.
Dr. Martin Dewey merincikan maloklusi Angel klas III sebagai Dr. Martin Dewey merincikan maloklusi Angel klas III sebagai berikut;
berikut;
a.
a. TIpe 1 : hubungan molar pertama permanen atas dan bawahTIpe 1 : hubungan molar pertama permanen atas dan bawah mesioklusi, sedangkan hubungan gigi anterior adalah insisal mesioklusi, sedangkan hubungan gigi anterior adalah insisal dengan insisal.
dengan insisal.
b.
b. Tipe 2 : Hubungan molar pertama permanen atas dan bawahTipe 2 : Hubungan molar pertama permanen atas dan bawah mesioklusi, sedangkan gigi anteri
mesioklusi, sedangkan gigi anteri or hubungannya normalor hubungannya normal c.
c. Tipe 3 : hubungan gigi anterior seluruhnya adalah gigitanTipe 3 : hubungan gigi anterior seluruhnya adalah gigitan bersilang sehingga dagu p
bersilang sehingga dagu pendertia menonjol kedepan.endertia menonjol kedepan.1616
2
2.3 Etiologi Maloklusi.3 Etiologi Maloklusi
Costanty menjelaskan penyebab kelainan bentuk gigi pada anak Costanty menjelaskan penyebab kelainan bentuk gigi pada anak adalah sebagai berikut
adalah sebagai berikut
1.
1. Kebiasaan burukKebiasaan buruk
Kebiasaan adalah suatu perbuatan tertentu yang dilakukan secara Kebiasaan adalah suatu perbuatan tertentu yang dilakukan secara berulang
berulang ulang, ulang, sedangkan sedangkan kebiasaan kebiasaan oraloral merupakan kebiasaanmerupakan kebiasaan yang dapat menimbulkan perubahan pada hubungan oklusal seperti yang dapat menimbulkan perubahan pada hubungan oklusal seperti mengisap jari, bernapas melalui mulut, mengisap dan menggigit mengisap jari, bernapas melalui mulut, mengisap dan menggigit
bibir,
bibir, memajukan memajukan rahang rahang ke ke depan, depan, mendorong mendorong lidah, lidah, atauatau menggigit kuku.
menggigit kuku.
2.
2. Gigi berjejalGigi berjejal
Gigi yang tumbuh dengan kondisi berjejal
Gigi yang tumbuh dengan kondisi berjejal dan tidak teraturdan tidak teratur susunannya. Hal ini disebabkan bila gigi seorang anak dicabut susunannya. Hal ini disebabkan bila gigi seorang anak dicabut sebelum waktunya dan menyebabkan keompongan dan akhirnya sebelum waktunya dan menyebabkan keompongan dan akhirnya rahang tidak berkembang. Kondisi ini menyebabkan tempat rahang tidak berkembang. Kondisi ini menyebabkan tempat tumbuhnya gigi permanen menjadi berkurang untuk mendapatkan tumbuhnya gigi permanen menjadi berkurang untuk mendapatkan posisi yang cukup
posisi yang cukup 3.
3. GenetikaGenetika
Faktor genetik misalnya seorang ibu memiliki gigi yang kecil dan Faktor genetik misalnya seorang ibu memiliki gigi yang kecil dan bapak yang
bapak yang memiliki memiliki rahang yang rahang yang besar, cbesar, c enderung akan enderung akan memilikimemiliki anak dengan rahang kecil dan giginya besar, otomatis menyebabkan anak dengan rahang kecil dan giginya besar, otomatis menyebabkan gigi berjejal.
gigi berjejal.1717
4.
4. TraumaTrauma
Benturan keras pada mulut dan mencederai rahang serta gigi, Benturan keras pada mulut dan mencederai rahang serta gigi, juga merupakan penyebab terjadiny
juga merupakan penyebab terjadinya maloklusi.a maloklusi.
Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan maloklusi Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan maloklusi mencakup penyakit, status nutrisi, dan kebiasaan oral. Salah satu mencakup penyakit, status nutrisi, dan kebiasaan oral. Salah satu contoh penyakit yang dapat menyebabkan maloklusi adalah contoh penyakit yang dapat menyebabkan maloklusi adalah talasemia. Talasemia adalah penyakit kelainan darah yang talasemia. Talasemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan. Tubuh penderita tidak dapat membentuk hemoglobin diturunkan. Tubuh penderita tidak dapat membentuk hemoglobin dalam jumlah yang cukup. Selain itu, sel darah merah pecah dalam jumlah yang cukup. Selain itu, sel darah merah pecah sebelum waktunya sehingga penderita menderita anemia
sebelum waktunya sehingga penderita menderita anemia berat.berat.77 Akibat anemia hemolitik, anak talasemia mengalami hambatan Akibat anemia hemolitik, anak talasemia mengalami hambatan tumbuh kembang fisik berat dan tinggi badan berkurang serta tumbuh kembang fisik berat dan tinggi badan berkurang serta hambatan pertumbuhan tulang penyangga gigi. Rahang bawah hambatan pertumbuhan tulang penyangga gigi. Rahang bawah pendek
pendek sehingga sehingga muka muka bagian bagian atas atas tampak tampak maju. maju. PertumbuhanPertumbuhan vertikal juga terganggu sehingga tampak divergen, muka lebih vertikal juga terganggu sehingga tampak divergen, muka lebih cembung. Wajah tidak proporsional, pipi lebih tinggi, jarak kedua cembung. Wajah tidak proporsional, pipi lebih tinggi, jarak kedua
mata lebih lebar. Dalam kaitan itu, untuk mencegah gangguan mata lebih lebar. Dalam kaitan itu, untuk mencegah gangguan pertumbuhan tulang dan
pertumbuhan tulang dan gigi, gigi, anak perlu anak perlu mendapat transfusi mendapat transfusi darahdarah terus menerus agar tidak anemia.
terus menerus agar tidak anemia.1717
2.3.1 Etiologi maloklusi klas I tipe I 2.3.1 Etiologi maloklusi klas I tipe I
Maloklusi klas 1 tipe
Maloklusi klas 1 tipe 1 merupakan maloklusi dengan kontak1 merupakan maloklusi dengan kontak molar dan kaninus
molar dan kaninus yang normal, tetapi terdapat gigi anterior yyang normal, tetapi terdapat gigi anterior yangang berjejal. Maloklusi ini dapat disebabkan oleh seb
berjejal. Maloklusi ini dapat disebabkan oleh sebagai berikut;agai berikut;
1.
1. Pencabutan dini gigi sulungPencabutan dini gigi sulung
Pencabutan gigi sulung yang terlalu dini, jauh sebelum gigi Pencabutan gigi sulung yang terlalu dini, jauh sebelum gigi permanen
permanen pengganti pengganti dibawahnya dibawahnya muncul muncul dapat dapat menyebabkan menyebabkan giggig berjejal.
berjejal. Gigi Gigi sulung sulung merupakan merupakan penunjuk penunjuk jalan jalan gigi gigi permanen,permanen, sehingga gigi sulung yang dicabut terlalu dini membuat gigi sehingga gigi sulung yang dicabut terlalu dini membuat gigi permanen
permanen dibawahnya dibawahnya kehilangan kehilangan arah arah dan dan tumbuh tumbuh bukan bukan padapada tempat semestinya. Dalam keaadaan normal, secara berurutan gigi tempat semestinya. Dalam keaadaan normal, secara berurutan gigi insisivus desidui akan diganti dengan gigi insisivus permanen, gigi insisivus desidui akan diganti dengan gigi insisivus permanen, gigi
molar desidui akan diganti oleh gigi premolar permanen, dan gig molar desidui akan diganti oleh gigi premolar permanen, dan gig kaninus desidui akan diganti oleh gigi
kaninus desidui akan diganti oleh gigi kaninus permanen.kaninus permanen.77 2.
2. Gigi yang berlubangGigi yang berlubang
Gigi yang berlubang pada bagian yang berkontak dengan gigi Gigi yang berlubang pada bagian yang berkontak dengan gigi tetangganya, akan menyebabkan titik kontak gigi hilang dan dapat tetangganya, akan menyebabkan titik kontak gigi hilang dan dapat menyebabkan pergeseran gigi. Pergeseran gigi permanen menyebabkan pergeseran gigi. Pergeseran gigi permanen kecendrungannya adalah ke arah mesial. Pergeseran ini kecendrungannya adalah ke arah mesial. Pergeseran ini menyebabkan panjang lengkung rahang menjadi berkurang, menyebabkan panjang lengkung rahang menjadi berkurang, sehingga gigi yang nantinya akan tumbuh kekurangan tempat.
sehingga gigi yang nantinya akan tumbuh kekurangan tempat.1313 3.
3. GenetikGenetik
Misalnya ibu memiliki gigi kecil dan bapak yang memiliki Misalnya ibu memiliki gigi kecil dan bapak yang memiliki rahang yang besar, cenderung akan memiliki anak dengan rahang rahang yang besar, cenderung akan memiliki anak dengan rahang yang kecil dan giginya besar, otomatis giginya akan berjejal.
yang kecil dan giginya besar, otomatis giginya akan berjejal.1515
2.3.2 Etiologi maloklusi klas I tipe II 2.3.2 Etiologi maloklusi klas I tipe II
Maloklusi klas I divisi II merupakan maloklusi yang memiliki Maloklusi klas I divisi II merupakan maloklusi yang memiliki hubungan gigi molar normal, akan tetapi gigi anterior terutama gigi hubungan gigi molar normal, akan tetapi gigi anterior terutama gigi
rahang atas labioversi. Etiologi maloklusi klas I tipe II biasanya rahang atas labioversi. Etiologi maloklusi klas I tipe II biasanya disebabkan oleh karena faktor kebiasaan buruk yang berlansung lama disebabkan oleh karena faktor kebiasaan buruk yang berlansung lama seperti mengisap jari, jika berlansung selama beberapa tahun hal seperti mengisap jari, jika berlansung selama beberapa tahun hal tersebut dapat mengakibatkan rahang atas dan rahang bawah berubah tersebut dapat mengakibatkan rahang atas dan rahang bawah berubah sehingga terjadi gigitan terbuka dan terjadi pergeseran posisi pada sehingga terjadi gigitan terbuka dan terjadi pergeseran posisi pada gigi rahang bawah sehingga terjadi protrusi. Selain itu, kebiasaan gigi rahang bawah sehingga terjadi protrusi. Selain itu, kebiasaan bernapas melalui mulut.
bernapas melalui mulut.1515
Moyers mengatakan bahwa kebiasaan bernapas melalui mulut Moyers mengatakan bahwa kebiasaan bernapas melalui mulut dapat menyebabkan penyimpangan oklusi, yaitu gigi anterior atas dapat menyebabkan penyimpangan oklusi, yaitu gigi anterior atas protrusi.
protrusi. Kebiasaan Kebiasaan bernapas bernapas melalui melalui mulut mulut juga juga mempunyaimempunyai pengaruh
pengaruh yang yang besar besar pada pada daerah daerah dentofasial dentofasial estetik. estetik. BernapasBernapas melalui mulut dapat disebabkan oleh alergi, tonsil, dan adenoid.
melalui mulut dapat disebabkan oleh alergi, tonsil, dan adenoid.
Sehingga, anak cenderung menempatkan posisi lidah dibawah dasar Sehingga, anak cenderung menempatkan posisi lidah dibawah dasar mulut untuk memudahkan aliran udara. Penempatan posisi lidah mulut untuk memudahkan aliran udara. Penempatan posisi lidah dibawah dasar mulut menyebabkan palatum menjadi sempit,
dibawah dasar mulut menyebabkan palatum menjadi sempit, sehinggasehingga lidah cenderung untuk ke depan atau ke samping diantara gigi atas lidah cenderung untuk ke depan atau ke samping diantara gigi atas
dan bawah dan akan mengganggu erupsi gigi geligi serta perubahan dan bawah dan akan mengganggu erupsi gigi geligi serta perubahan pola fungsi otot sehingg
pola fungsi otot sehingga terjadi maloklusi.a terjadi maloklusi.1313
Kebiasaan bernapas melalui mulut juga menyebabkan gangguan Kebiasaan bernapas melalui mulut juga menyebabkan gangguan orofasial yaitu fungsi abnormal dari otot wajah dan rongga mulut.
orofasial yaitu fungsi abnormal dari otot wajah dan rongga mulut.
Gangguan tersebut melibatkan kombinasi antara bibir yang abnormal, Gangguan tersebut melibatkan kombinasi antara bibir yang abnormal, rahang, posisi lidah selama istirahat, menelan, atau berbicara. Pada rahang, posisi lidah selama istirahat, menelan, atau berbicara. Pada
gangguan tersebut, lidah bergerak ke depan berada diantara gigi gangguan tersebut, lidah bergerak ke depan berada diantara gigi insisivus
insisivus atas dan bawah atas dan bawah pada saat berbicara, menelan pada saat berbicara, menelan dan istirahat.dan istirahat.
Komponen paling utama pada gangguan otot orofasial adalah lidah Komponen paling utama pada gangguan otot orofasial adalah lidah bagian
bagian depan depan dan dan posisi posisi mulut mulut yang yang terbuka terbuka pada pada saat saat istirahat.istirahat.
Penempatan posisi lidah yang salah jika dibiarkan akan menyebabkan Penempatan posisi lidah yang salah jika dibiarkan akan menyebabkan pola
pola penelanan penelanan menjadi menjadi abnormal. abnormal. Penempatan Penempatan ujung ujung lidah lidah diantaradiantara gigi insisivus atas dan bawah saat penelanan disebut
gigi insisivus atas dan bawah saat penelanan disebut tongue thrust tongue thrust ..
Penempatan posisi lidah yang salah akan menahan bibir bawah Penempatan posisi lidah yang salah akan menahan bibir bawah berkontak
berkontak dengan dengan gigi gigi atas atas sehingga sehingga menghalangi menghalangi fungsi fungsi otototot
orbicularis oris
orbicularis oris sebagai penahan stabilisasi, sehingga otot tersebutsebagai penahan stabilisasi, sehingga otot tersebut menjadi lemah.
menjadi lemah.1515
2.3.3 Etiologi maloklusi klas I tipe III 2.3.3 Etiologi maloklusi klas I tipe III
Maloklusi klas I tipe III merupakan maloklusi dengan hubungan Maloklusi klas I tipe III merupakan maloklusi dengan hubungan molar dan kaninus normal, tetapi terdapat gigitan silang anterior.
molar dan kaninus normal, tetapi terdapat gigitan silang anterior.
Maloklusi ini dapat disebabkan oleh faktor sebagai berikut:
Maloklusi ini dapat disebabkan oleh faktor sebagai berikut:
1.
1. SkeletalSkeletal Faktor
Faktor skeletal merupakan gigitan silangskeletal merupakan gigitan silang dengan basis skeletaldengan basis skeletal dengan
dengan maksila yang mmaksila yang mengalami konstriksi dengalami konstriksi dan mandibula yan mandibula yangang lebar. Gigitan silang skeletal d
lebar. Gigitan silang skeletal dapat disebabkan apat disebabkan oleh kebiasaan danoleh kebiasaan dan faktor kerusakan lokal yang lain seperti;
faktor kerusakan lokal yang lain seperti;
1)
1) Bersifat herediterBersifat herediter 2)
2) Disebabkan defisiensi pertumbuhan anterior maksilaDisebabkan defisiensi pertumbuhan anterior maksila
3)
3) Melampaui batas abnormal pertumbuhan mandibula ke anteriorMelampaui batas abnormal pertumbuhan mandibula ke anterior 4)
4) Bernapas melalui mulutBernapas melalui mulut 5)
5) Posisi lidah yang rendahPosisi lidah yang rendah 6)
6) Tongue thrustTongue thrust 7)
7) Kebiasaan menggigit jari.Kebiasaan menggigit jari.77 2.
2. Faktor gigiFaktor gigi Gigitan silang
Gigitan silang yang disebabkan oleh distorsi lengkung rahangyang disebabkan oleh distorsi lengkung rahang dimana rahang normal. Faktor gigi ini
dimana rahang normal. Faktor gigi ini merupakan akibat dari;merupakan akibat dari;
1)
1) Luka traumatik Luka traumatik pada gigi sulung pada gigi sulung yang menyebabkyang menyebabkan kelainanan kelainan pertumbuhan lingual pada benih gigi
pertumbuhan lingual pada benih gigi permanen. Persistensi daripermanen. Persistensi dari gigi sulung menyebabkan penyimpangan keberhasilan erupsi gigi sulung menyebabkan penyimpangan keberhasilan erupsi gigi area palatal yang menyebabkan satu gigi anterior yang gigi area palatal yang menyebabkan satu gigi anterior yang bersilang.
bersilang.
2)
2) Gigi berlebihGigi berlebih 3)
3) Kebiasaab buruk menggigit bibir atasKebiasaab buruk menggigit bibir atas 4)
4) Kasus perbaikan celah bibirKasus perbaikan celah bibir
5)
5) Panjang lengkung rahang yang tidak adekuat yangPanjang lengkung rahang yang tidak adekuat yang menyebabkan penyimpangan pertumbuhan ke arah lingual menyebabkan penyimpangan pertumbuhan ke arah lingual selama erupsi gigi permanen.
selama erupsi gigi permanen.
6)
6) Tulang atau jaringan penyangga fibrosa yang disebabkan olehTulang atau jaringan penyangga fibrosa yang disebabkan oleh kehilangan dini gigi sulung
kehilangan dini gigi sulung 7)
7) Posisi dari benih gigi dan Posisi dari benih gigi dan perpanjangan retensi dari gigi susu.perpanjangan retensi dari gigi susu.1717 3.
3. Cross bite FungsionalCross bite Fungsional
Gigitan silang fungsional merupakan akibat dari fungsi Gigitan silang fungsional merupakan akibat dari fungsi mandibular, yaitu adanya gangguan oklusal yang memerlukan mandibular, yaitu adanya gangguan oklusal yang memerlukan mandibula bergerak ke anterior atau ke lateral untuk mendapatkan mandibula bergerak ke anterior atau ke lateral untuk mendapatkan oklusi maksimum. Hal ini harus ditangani secara dini jika diketahui, oklusi maksimum. Hal ini harus ditangani secara dini jika diketahui, karena gigitan silang sesungguhnya akan terjadi seiring dengan karena gigitan silang sesungguhnya akan terjadi seiring dengan modifikasi pertumbuhannya. Faktor fungsional ini merupakan modifikasi pertumbuhannya. Faktor fungsional ini merupakan akibat dari:
akibat dari:
1)
1) Pseudo klas IIIPseudo klas III
Ketika dua atau lebih gigi insisivus atas mengalami gigitan Ketika dua atau lebih gigi insisivus atas mengalami gigitan silang anterior prognosisnya sebaiknya baik sehingga gigitan silang anterior prognosisnya sebaiknya baik sehingga gigitan silang dapat dikurangi dengan baik. Hitchock mencatat bahwa silang dapat dikurangi dengan baik. Hitchock mencatat bahwa jika
jika lebih lebih dari dari tiga tiga minggu minggu terapi terapi alat alat tidak tidak berhasil berhasil dalamdalam mengurangi gigitan silang, hal itu mungkin merupakan kasus mengurangi gigitan silang, hal itu mungkin merupakan kasus klas III tersamar kasus klas I tipe III.
klas III tersamar kasus klas I tipe III.
2)
2) Kebiasaan memposisikan mandibula untuk memperoleh oklusiKebiasaan memposisikan mandibula untuk memperoleh oklusi sentris yang maksimum
sentris yang maksimum 3)
3) Postur abnormal mandibulaPostur abnormal mandibula 4)
4) Gangguan insisal.Gangguan insisal.1616
2.3.4 Etiologi maloklusi klas 1 tipe IV 2.3.4 Etiologi maloklusi klas 1 tipe IV
Berdasarkan posisi relasi bukolingual dari gigi posterior rahang atas Berdasarkan posisi relasi bukolingual dari gigi posterior rahang atas pada
pada oklusi oklusi fungsional fungsional dengan dengan gigi gigi rahang rahang bawah, bawah, ada ada tiga tiga jenis jenis gigitangigitan silang posterior
silang posterior yaitu :yaitu :
a.
a. Gigitan silang lingualGigitan silang lingual
b.
b. Gigitan silang lingual komplitGigitan silang lingual komplit c.
c. Gigitan silang bukkalGigitan silang bukkal
Setiap jenis gigitan silang posterior ini dapat secara fungsional Setiap jenis gigitan silang posterior ini dapat secara fungsional dinyatakan hanya satu sisi pada lengkung atau yang disebut dinyatakan hanya satu sisi pada lengkung atau yang disebut unilateral
unilateral , , atau kedua sisi dari lengkung, bilateral atau kedua sisi dari lengkung, bilateral..
1)
1) Gigitan silang bilateralGigitan silang bilateral
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh l
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh l engkung basal dari rahangengkung basal dari rahang atas lebih sempit daripada rahang bawah. Juga disebabkan oleh atas lebih sempit daripada rahang bawah. Juga disebabkan oleh penyimpangan
penyimpangan posisional posisional antara antara kedua kedua rahang, rahang, dengan dengan rahangrahang bawah
bawah terlalu terlalu jauh jauh ke ke depan depan dalam dalam hubungan hubungan dengan dengan rahang rahang atasatas sehingga divergensi dari lengkung mandibular ke arah belakang sehingga divergensi dari lengkung mandibular ke arah belakang menimbulkan gigitan silang
menimbulkan gigitan silang 2)
2) Gigitan silang unilateralGigitan silang unilateral
Biasanya disebabkan oleh lengkung rahang atas yang sedikit Biasanya disebabkan oleh lengkung rahang atas yang sedikit lebih sempit daripada lengkung rahang bawah. Pada kondisi ini, lebih sempit daripada lengkung rahang bawah. Pada kondisi ini,
lintasan penutupan sentral dari mandibular akan membawa gigi lintasan penutupan sentral dari mandibular akan membawa gigi bukal ke kontak oklusal ton
bukal ke kontak oklusal tonjol ketemu tonjol (jol ketemu tonjol (cups to cupscups to cups).).1515 2.3.5 Etiologi maloklusi klas II divisi I
2.3.5 Etiologi maloklusi klas II divisi I
Menurut Moyers pada penderita maloklusi klas II divisi I Menurut Moyers pada penderita maloklusi klas II divisi I biasanya
biasanya ditandai ditandai dengan dengan profil profil wajah wajah yang konveks, yang konveks, overjet overjet yangyang besar,
besar, kadang kadang kadang kadang disertai disertai gigitan gigitan dalamdalam.. Adapun penyebabAdapun penyebab maloklusi klas II divisi I
maloklusi klas II divisi I a.
a. Hubungan skeletalHubungan skeletal
Hubungan posisional antero-posterior bagian basal rahang atas dan Hubungan posisional antero-posterior bagian basal rahang atas dan bawah,
bawah, satu satu sama sama lain, lain, dengan dengan gigi gigi geligi geligi berada berada dalam dalam keadaankeadaan oklusi, disebut sebagai hubungan skeletal
oklusi, disebut sebagai hubungan skeletal b.
b. Mengisap jari dan ibu jariMengisap jari dan ibu jari
Kebiasaan mengisap jari atau ibu jari hanya akan benar benar Kebiasaan mengisap jari atau ibu jari hanya akan benar benar merupakan masalah jika kebiasaaan ini berlanjut sampai periode merupakan masalah jika kebiasaaan ini berlanjut sampai periode gigi geligi permanen. Namun, yang paling sering terjadi adalah gigi geligi permanen. Namun, yang paling sering terjadi adalah
adanya ibu jari diantara gigi geligi yang sedang bererupsi akan adanya ibu jari diantara gigi geligi yang sedang bererupsi akan menimbulkan gigitan terbuka anterior yang biasanya asimetris.
menimbulkan gigitan terbuka anterior yang biasanya asimetris.
c.
c. Menjulurkan lidahMenjulurkan lidah
Pola penelanan yang abnormal biasanya disebabkan oleh hipertrofi Pola penelanan yang abnormal biasanya disebabkan oleh hipertrofi tonsil dan adenoid. Ketika lidah ditarik kemungkinan akan tonsil dan adenoid. Ketika lidah ditarik kemungkinan akan menyentuh tonsil yang bengkak dan mempersempit jalan napas, menyentuh tonsil yang bengkak dan mempersempit jalan napas, sehingga lidah akan dijulurkan ke depan untuk menjauh dari sehingga lidah akan dijulurkan ke depan untuk menjauh dari faring.faring.
d.
d. Mengisap dan menggigit bibirMengisap dan menggigit bibir
Pada sebagian besar kasus, kebanyakan bibir bawah yang terlibat.
Pada sebagian besar kasus, kebanyakan bibir bawah yang terlibat.
Ketika bibir bawah diletakkan berulang kali di bawah gigi anterior Ketika bibir bawah diletakkan berulang kali di bawah gigi anterior rahang atas, dapat terjadi labioversi, gigitan terbuka dan linguoversi rahang atas, dapat terjadi labioversi, gigitan terbuka dan linguoversi dari gigi insisivus mandibular.
dari gigi insisivus mandibular.
e.
e. Gigi berjejalGigi berjejal
Kesalahan letak didaerah labial gigi geligi insiisvus rahang atas dan Kesalahan letak didaerah labial gigi geligi insiisvus rahang atas dan bawah
bawah disebabkan disebabkan oleh oleh gigi gigi geligi geligi berjejal berjejal dan dan akhirnyaakhirnya menyebabkan overjet yang besar.
menyebabkan overjet yang besar.77
2.3.6 Etiologi maloklusi klas II divisi II 2.3.6 Etiologi maloklusi klas II divisi II
Etiologi secara umum maloklusi klas II divisi II Etiologi secara umum maloklusi klas II divisi II a.
a. Hubungan skeletalHubungan skeletal
Dewasa ini pada umumnya dikatakan bahwa bentuk dan hubungan Dewasa ini pada umumnya dikatakan bahwa bentuk dan hubungan skeletal adalah lebih tergantung pada faktor keturunan, dengan skeletal adalah lebih tergantung pada faktor keturunan, dengan aspek fungsional yang berperan pada pertumbuhan rahang normal, aspek fungsional yang berperan pada pertumbuhan rahang normal, juga terutama sangat dipengaruhi oleh fak
juga terutama sangat dipengaruhi oleh faktor genetik.tor genetik.
17 17
b.
b. Faktor jaringan lunakFaktor jaringan lunak
Pengaruh jaringan lunak pada klas II divisi II biasanya juga Pengaruh jaringan lunak pada klas II divisi II biasanya juga disebabkan oleh pola skeletal. Jika tinggi wajah bagian bawah disebabkan oleh pola skeletal. Jika tinggi wajah bagian bawah tereduksi, garis bibir bawah akan lebih tinggi terhadap mahkota gigi tereduksi, garis bibir bawah akan lebih tinggi terhadap mahkota gigi insisivus atas yaitu menutupi lebih dari 1/3 mahkota gigi insisivus insisivus atas yaitu menutupi lebih dari 1/3 mahkota gigi insisivus atas. Bibir bawah juga cenderung terletak jauh ke belakang dari atas. Bibir bawah juga cenderung terletak jauh ke belakang dari pada
pada bibir bibir atas atas pada pada hubungan hubungan skeletal skeletal klas klas II. II. Hal Hal ini ini bisabisa menyebabkan bibir bawah memodifikasi lintasan erupsi gigi geligi menyebabkan bibir bawah memodifikasi lintasan erupsi gigi geligi insisivus atas. Klas II divisi II hubungan insisivus mungkin juga insisivus atas. Klas II divisi II hubungan insisivus mungkin juga
merupakan hasil dari bimaksilari retroklinasi yang disebabkan oleh merupakan hasil dari bimaksilari retroklinasi yang disebabkan oleh otot aktif bibir ( bibir bawah hiperaktif), terlepas dari pola otot aktif bibir ( bibir bawah hiperaktif), terlepas dari pola skeletalnya.
skeletalnya.
c.
c. Faktor gigiFaktor gigi
Faktor gigi geligi yang menyebabkan maloklusi ini adalah posisi Faktor gigi geligi yang menyebabkan maloklusi ini adalah posisi gigi insisivus yang tegak lurus, ukuran gigi kecil, tipisya gigi gigi insisivus yang tegak lurus, ukuran gigi kecil, tipisya gigi insisivus dengan singulum yang kecil. singulum pada insisivus atas insisivus dengan singulum yang kecil. singulum pada insisivus atas tereduksi atau tidak ada, dapat memperburuk overbite. Retroklinasi tereduksi atau tidak ada, dapat memperburuk overbite. Retroklinasi dari gigi insisivus atas dan insisi
dari gigi insisivus atas dan insisi vus bawah juga dapat membuat gigivus bawah juga dapat membuat gigi berjejal
berjejal..1616
2.3.7 Etiologi maloklusi klas III 2.3.7 Etiologi maloklusi klas III
Klas III memiliki karakterisitik mandibula prognatik atau Klas III memiliki karakterisitik mandibula prognatik atau defesiensi maksila, hubungan klas III molar, dimana insisivus rahang defesiensi maksila, hubungan klas III molar, dimana insisivus rahang bawah
bawah lebih lebih ke ke labial labial dibanding insisivus dibanding insisivus rahang rahang atas. atas. SebagaimanaSebagaimana yang telah dikemukakan oleh Angle, maloklusi kals III menujukkan yang telah dikemukakan oleh Angle, maloklusi kals III menujukkan
proprosi yang paling kecil dari total
proprosi yang paling kecil dari total maloklusi yang ada. Etiologi darimaloklusi yang ada. Etiologi dari maloklusi ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua faktor, maloklusi ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor li
yaitu faktor genetik dan faktor li ngkungan.ngkungan.1313 a.
a. Faktor genetikFaktor genetik
Etiologi yang berupa faktor genetik, telah banyak ditemukan dalam Etiologi yang berupa faktor genetik, telah banyak ditemukan dalam beberapa
beberapa penelitian. penelitian. Aneuploidal Aneuploidal X- X- kromosom kromosom juga juga berperanberperan dalam pembentukan mandibula yang prognatik. Beberapa studi dalam pembentukan mandibula yang prognatik. Beberapa studi mengenai genetik dan perannya sebagai salah satu etiologi dari mengenai genetik dan perannya sebagai salah satu etiologi dari maloklusi klas III menunjukkan bahwa pertumbuhan dan ukuran maloklusi klas III menunjukkan bahwa pertumbuhan dan ukuran mandibula dipengaruhi oleh faktor keturunan.
mandibula dipengaruhi oleh faktor keturunan.77
b.
b. Faktor lingkunganFaktor lingkungan
Faktor lingkungan yang berperan pada maloklusi klas III Faktor lingkungan yang berperan pada maloklusi klas III diantaranya pembesaran tonsil, bernapas melalui mulut, defek diantaranya pembesaran tonsil, bernapas melalui mulut, defek anatomi kongenital, penyakit pada kelenjar pituitari, gangguan anatomi kongenital, penyakit pada kelenjar pituitari, gangguan hormonal, kebiasaan yang membuat mandibula menjadi protrusi, hormonal, kebiasaan yang membuat mandibula menjadi protrusi,
postur tubuh, trauma dan penyakit, kehilangan prematur pada postur tubuh, trauma dan penyakit, kehilangan prematur pada molarmolar pertama,
pertama, dan dan erupsi erupsi irregular irregular dari dari insisivus insisivus permanen permanen atauatau kehilangan insisivus desidui. Faktor lain yang juga berperan serta kehilangan insisivus desidui. Faktor lain yang juga berperan serta adalah ukuran dan posisi relatif dari basis kranial, maksila dan adalah ukuran dan posisi relatif dari basis kranial, maksila dan mandibular, dan posisi dari sendi temporomandibula dan beberapa mandibular, dan posisi dari sendi temporomandibula dan beberapa salah letak dari rahang bawah yang mempengaruhi baik hubungan salah letak dari rahang bawah yang mempengaruhi baik hubungan sagital dan vertikal dari rahang dan gigi. Posisi dari foramen sagital dan vertikal dari rahang dan gigi. Posisi dari foramen magnum dan batang spinal dan posisi kepala juga berpengaruh pada magnum dan batang spinal dan posisi kepala juga berpengaruh pada pola wajah.
pola wajah. 1414