Penegasan alinea kedua Pasal 1 UUD 1945 bahwa “kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”, dan diperkuat dengan alinea ketiga Pasal 1 UUD 1945, merupakan paradigma sebuah negara demokratis yang diperintah berdasarkan supremasi hukum. Artinya paradigma demokrasi berbanding lurus dengan paradigma hukum, yaitu paradigma negara demokrasi berdasarkan asas hukum, atau negara hukum demokratis.
PENDAHULUAN
Artinya paradigma demokrasi yang dibangun berbanding lurus dengan paradigma hukum dan merupakan paradigma negara demokrasi berdasarkan hukum atau negara hukum yang demokratis. Kondisi hukum dan penegakan hukum di atas telah memunculkan cara-cara penegakan hukum yang kehilangan semangat moral dan keadilan.
LANDASAN DAN PRINSIP BERNEGARA
Dukungan para intelektual, akademisi, dan politisi terhadap upaya penataan perekonomian sesuai syariah perlahan membuahkan hasil bahkan perubahan pada Undang-Undang Peradilan Agama yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang. Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan UU Perbankan yaitu sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan selanjutnya Lahirlah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
Bagian Kesatu
MEMAHAMI MAKNA NEGARA HUKUM YANG DEMOKRATIS MENURUT UUD 1945
Perkembangan Pemikian Negara Hukum
- Bentuk Perubahan UUD Indonesia
- Empat Perubahan UUD 1945
- Makna UUD 1945
Perubahan UUD 1950 ke UUD 1945 tidak ada bedanya dengan undang-undang yang juga menggantikan UUD. Sedangkan Amandemen UUD 1945 dengan naskah Amandemen Pertama, Kedua, Ketiga, dan Keempat merupakan contoh perubahan UUD melalui naskah amandemen tersendiri.
Konstitusi Dan Sistem Hukum Nasional
Segala unsur, komponen, hirarki dan aspek yang sistematis dan saling berhubungan, termasuk dalam pengertian sistem hukum yang harus dikembangkan dalam kerangka negara hukum Indonesia berdasarkan UUD 1945. Aturan pengaturan tersebut berupa peraturan perundang-undangan. yang dapat dikatakan suatu sistem hukum dalam sistem hukum nasional hanya apabila keabsahannya dapat ditelusuri langsung atau tidak langsung pada konstitusi.42.
Implikasi Perubahan Uud 1945 Terhadap Pembangunan Sistem Hukum Nasional
Sebagai suatu kesatuan sistem hukum, upaya perubahan peraturan perundang-undangan untuk mengakomodasi perubahan UUD 1945 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan hukum nasional secara keseluruhan. 04/PUU-I/2003 Pasal 50 UU Tahun 2003 dibatalkan Mahkamah Konstitusi karena mengurangi kewenangan Mahkamah Konstitusi berdasarkan UUD 1945.
Budaya Sadar Berkonstitusi
Akibatnya, UUD 1945 banyak dilanggar ketentuan hukumnya, sehingga UUD pada akhirnya hanya tinggal dokumen kertas tanpa diimplementasikan dalam praktik. Untuk itu diperlukan upaya domestikasi UUD 1945, yaitu dengan menjalankan UUD 1945 dan pengkajiannya dengan mengacu pada pengalaman bangsa Indonesia dan permasalahan nyata yang dihadapi masyarakat.
Bagian Kedua PANCASILA SEBAGAI PEREKAT
KEMAJEMUKAN BANGSA
Perdebatan mengenai pluralisme hukum di Indonesia sudah berlangsung lama, yakni sejak masa pemerintahan kolonial Belanda. Bandingkan Daniel S Lev, Hukum dan Politik di Indonesia - Kontinuitas dan Perubahan (Jakarta: LP3ES, 1990), hal. Di Indonesia, yang penduduknya mayoritas beragama Islam, harus ada keterwakilan politik nasional yang mendukung penerapan hukum Islam dalam sistem hukum nasional.
Bagian Ketiga Pembentukan Hukum
Idealisasi Norma Peraturan Perundang-Undangan
Dalam arti khusus, pengertian peraturan hukum mencakup keseluruhan struktur peraturan hukum yang berupa undang-undang ke bawah, yaitu semua produk hukum yang melibatkan peran lembaga perwakilan bersama-sama dengan pemerintah atau yang melibatkan peran pemerintah karena fungsinya. posisi politik untuk mengimplementasikan produk tersebut. Kekuasaan legislatif ditentukan oleh lembaga perwakilan bersama-sama pemerintah berdasarkan tingkatannya masing-masing. Oleh karena itu, materi konten yang diubah tersebut tidak berlaku dan yang berlaku adalah materi konten yang dimodifikasi atau tambahan tersebut, namun materi konten dari undang-undang yang bersangkutan akan tetap mempunyai kekuatan dan pengaruh penuh selama tidak diubah atau ditambahkan. Pembuatan undang-undang baru sesuai dengan kebutuhan, serta proses dan tata cara pembuatan undang-undang yang lazim, baik lembaga pembuatnya maupun tata cara pembuatannya.
Kedua hal ini penting (pembentukan lembaga dan prosedur) karena jika kedua hal tersebut cacat, maka suatu undang-undang bisa saja diminta masyarakat untuk diuji lalu diminta dibatalkan.
Fungsi Penciptaan Hukum
Penggunaan peraturan hukum sebagai pilar utama sistem hukum nasional disebabkan karena sistem hukum Indonesia – sebagai akibat dari sistem hukum Belanda-Indonesia – lebih terlihat dari sistem hukum kontinental yang mengutamakan bentuk hukum tertulis. sistem (hukum tertulis, tertulis lurus). Kebijakan pembangunan hukum nasional lebih mengutamakan penggunaan peraturan hukum sebagai instrumen utama dibandingkan dengan hukum kasus dan hukum adat. Hal ini antara lain disebabkan karena pembangunan hukum nasional yang menggunakan peraturan hukum sebagai instrumennya dapat disusun secara sistematis (dapat direncanakan).
Fungsi Pembaharuan Hukum
Pluralisme sistem hukum yang berlaku saat ini merupakan salah satu warisan kolonial yang perlu ditata kembali. Penataan kembali berbagai sistem hukum tidak dimaksudkan untuk menghilangkan berbagai sistem hukum – terutama sistem hukum yang ada sebagai sebuah realitas yang dianut dan dipelihara dalam masyarakat. Pembangunan sistem hukum Nasional bertujuan untuk mengintegrasikan sistem-sistem hukum yang berbeda-beda agar tersusun secara serasi satu sama lain.
Fungsi Kepastian Hukum
Dalam bidang hukum adat atau hukum adat, peraturan perundang-undangan berfungsi menggantikan hukum adat atau hukum adat yang tidak sesuai dengan kenyataan baru. Sudah menjadi rahasia umum bahwa peraturan perundang-undangan dapat memberikan kepastian hukum yang lebih tinggi dibandingkan hukum adat, hukum adat, atau hukum yurisprudensi. Dengan melupakan kondisi di atas, maka peraturan perundang-undangan bisa menjadi lebih tidak pasti dibandingkan dengan hukum adat, hukum adat, atau hukum yurisprudensi.
Fungsi Perubahan
Dengan demikian, fungsi ini juga dapat diterapkan pada hukum adat, hukum adat, atau yurisprudensi. Bagi Indonesia, fungsi sosial ini akan lebih banyak diperankan oleh peraturan perundang-undangan karena berbagai pertimbangan yang disebutkan di atas.
Fungsi Stabilisasi
Fungsi Kemudahan
Perubahan paradigma hukum dan cara pelaksanaannya sebagaimana diuraikan di atas dimaksudkan untuk menjadikan hukum dan lembaga-lembaganya bermakna. Keadaan hukum dan penegakannya saat ini merupakan produk konfigurasi politik otoriter yang belum berubah total. Perubahan paradigma hukum dan cara pelaksanaan hukum diharapkan dapat menjadi lokomotif perubahan sosial apabila didukung oleh lembaga hukum yang kuat dan kuat.
Norma Hukum dalam tataran Teologis
Dalam pengembangan pemikiran tersebut, Immanual Kant merumuskan hukum kodrat sebagai hukum yang berasal dari kategori imperatif. Bandingkan dengan Sayuti Thalib yang berpendapat bahwa keberagaman undang-undang dan lembaga hukum yang dipilih pemerintah kolonial Belanda bukanlah pluralisme dalam arti bidang hukum, melainkan dalam arti kebijakan hukum, yaitu dari segi substansi hukum yang membedakan suatu gelar hukum. dari yang lain. Teori ini menyatakan bahwa hukum yang berlaku bagi masyarakat Bumiputera adalah hukum adat, bukan hukum agama.
Norma Hukum dalam tataran Positivisme
Ungkapan ini mengacu pada kelemahan dan juga keberhasilan supremasi hukum. Keterbatasan hukum otonom muncul karena terlalu banyak energi yang dihabiskan untuk menjaga integritas kelembagaan sementara tujuan hukum lainnya diabaikan. sumber rujukan, pedoman dan sekaligus sebagai instrumen penatalaksanaan kehidupan individu dan kolektif. Pada tataran inilah tujuan hukum ditransformasikan menjadi budaya hukum masyarakat, yang tercermin pada aspek keadilan, aspek keamanan karena mampu menciptakan tatanan sosial yang dinamis, dan aspek kemanfaatan karena berfungsi. sebagai pedoman langkah masyarakat.
Norma Hukum dalam Tataran Prinsip Supremasi Konstitusi
Peraturan perundang-undangan tersebut berupa peraturan perundang-undangan yang hanya dapat dikatakan sebagai sistem hukum dalam sistem hukum nasional apabila keabsahannya dapat ditelusuri baik langsung maupun tidak langsung pada konstitusi. Sistem hukum sebagai personifikasi negara merupakan suatu hirarki peraturan hukum yang mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. Ketentuan perundang-undangan yang ada yang timbul dari ketentuan tertentu dalam UUD 1945 sebelum dilakukan amandemen harus ditinjau kembali kesesuaiannya dengan ketentuan yang timbul akibat amandemen UUD 1945.
Bagian Keempat
PENGUJIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PERSPEKTIF DEMOKRASI KONSTITUSIONAL
Pengertian Toetsingsrecht dan Judicial Review dalam perspektif subyek dan obyek
Kewenangan peninjauan kembali secara 'a posteriori', apabila obyeknya berupa undang-undang atau setelah terjadi suatu perbuatan atau tindakan pemerintah, maka perbuatan itu disebut 'peninjauan kembali'. Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa pengertian toetsingsrecht dalam perspektif 'peninjauan kembali' dapat diartikan sebagai 'toetsingsrecht' dalam arti sempit atau peninjauan kembali yang pokok bahasannya tertentu, yaitu lembaga kekuasaan kehakiman dan obyeknya juga tertentu. masing-masing. peraturan perundang-undangan (regels). Demikian pula dari segi objeknya, toestingsrecht dalam perspektif peninjauan kembali adalah objek yang diuji.
Obyek Pengujian Peraturan Perundang-undangan
XX/MPRS/1966 dan menurut UUD 1945 (sebelum diubah), UUD dan keputusan MPR tidak termasuk dalam kelompok peraturan perundang-undangan. Mahkamah Agung berwenang menguji peraturan perundang-undangan berdasarkan UU terhadap UU. Oleh karena itu, peninjauan kembali peraturan perundang-undangan terhadap undang-undang yang terdapat dalam Pasal 31 dan 31A Undang-Undang Nomor.
Bagian Kelima
Sebagai rumah produksi ilmu pengetahuan, perguruan tinggi harus mampu menciptakan ilmu pengetahuan baru (To generate new knowledge), menyebarkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat secara keseluruhan (To disseminate ilmu pengetahuan) dan menggunakan ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan masyarakat (To apply and eksploitasi ilmu pengetahuan). . Oleh karena itu, terbukanya kerjasama dengan perguruan tinggi lain merupakan suatu keniscayaan untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi. Tantangan pendidikan tinggi di era global ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang penuh dengan persaingan.
PENGUATAN PERAN NEGARA
DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, Mubyarto menggunakan istilah sistem ekonomi Pancasila sebagai penjabaran dari demokrasi ekonomi dan ekonomi kerakyatan yang terdapat dalam Pasal 33 UUD 1945. Ciri-ciri sistem ekonomi kerakyatan di atas hendaknya menjiwai segala macam peraturan perundang-undangan yang dibuat dalam rangka melaksanakan amanah. Pasal 33. Berdasarkan uraian di atas, sebenarnya peran negara sangat besar dalam penyelenggaraan sistem ekonomi kerakyatan sebagaimana dikehendaki Pasal 33 UUD 1945.
Bagian Kedua
KONSESI DALAM PENGELOLAAN KEKAYAAN ALAM YANG DIKUASASI NEGARA DALAM KETATANEGARAAN
INDOINESIA
Perizinan dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara 1. Dalam perspektif hukum administrasi negara izin atau vergunning
30 Tahun 2014 tentang Tata Usaha Negara, yang menjelaskan bahwa “izin adalah suatu keputusan yang diambil oleh pejabat yang berwenang sebagai bentuk persetujuan atas permohonan anggota masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Dalam pelaksanaannya, tidak ada kelonggaran yang dapat diberikan tanpa berpedoman pada prinsip-prinsip umum tata kelola yang baik dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengaturan mengenai kelonggaran selain yang diatur dalam angka 1, angka 20, undang-undang angka 1) Pejabat yang berwenang dapat menerbitkan izin, dispensasi, dan/atau kelonggaran dengan berpedoman pada AUPB dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Perizinan Usaha Pertambanagan
Izin Pertambangan Khusus yang selanjutnya disebut IUPK adalah izin untuk melakukan kegiatan pertambangan pada wilayah izin pertambangan khusus. Usaha pertambangan merupakan suatu usaha yang dapat dikategorikan sebagai salah satu cabang manufaktur penting bagi negara yang menguasai kebutuhan orang banyak. Perizinan kegiatan pertambangan secara normatif diatur dalam VII. Bab 36 s/d 63 UU No.
Bagian Ketiga
PENGUATAN PEMERINTAHAN DESA
DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAN MASYARAKAT MELALUI LEMBAGA KEUANGAN DESA
Pemerintahan Desa dan Strategi Pembangunan Partsispatif