• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF revisi setelah sidang EDIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PDF revisi setelah sidang EDIT"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

i HALAMAN JUDUL

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PESERTA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN AKTIVITAS KLUB PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS DI PUSKESMAS II DENPASAR

BARAT

NYOMAN TRI PRASTINAWATI NIM. 1320025066

PEMBIMBING:

Ni Made Dian Kurniasari, S.KM, MPH Ketut Hari Mulyawan, S.Kom, MPH

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2017

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Peserta dalam Mengikuti Kegiatan Aktivitas Klub Program Pengelolaan Penyakit Kronis di Puskesmas II Denpasar Barat”dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, petunjuk, saran serta masukan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Ketut Hari Mulyawan, S.Kom, MPH selaku Kepala Bagian Biostatistik dak KIA-Kespro serta Pembimbing II yang telah memberikan nasihat dan meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan arahan bagi penulis.

2. Ibu Ni Made Dian Kurniasari, S.KM, MPH selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan izin dalam penulisan skripsi ini, bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan arahan, saran serta masukan yang berguna bagi penulis.

3. Pihak Puskesmas II Denpasar Barat selaku tempat peneliti mengambil data yang telah memberikan banyak arahan dan kemudahan dalam pengambilan data.

4. Para peserta kegiatan Prolanis selaku responden yang telah mau meluangkan waktunya untuk proses wawancara.

5. Bapak dr. I Ketut Subrata, M.Kes dan Ibu Cokorde Istri Sri Dharma Astiti selaku pembimbing selama penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di

(3)

iii

sehingga membuat skripsi ini menjadi skripsi yang lebih baik.

6. Seluruh staf pengajar, Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

7. Seluruh staf dan karyawan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu persiapan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kedua orang tua penulis Ir. I Gede Eka Suarjana dan Ni Ketut Sumartini serta seluruh keluarga tercinta atas dukungan dan doanya selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

9. I Putu Marta Adi Putra selaku teman dekat yang selalu memberi motivasi, semangat, doa serta dukungan yang tiada henti selama pembuatan skripsi ini.

10. Sahabat penulis selama menempuh pendidikan Nicky Dio, Rosita Pratiwi, Agus Purnama Wirawan, Dian Titra, Suarmini dan Seni Antari yang senantiasa saling mendukung dan memberi masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat penulis Prisma Adi Prawangsa dan Prihandoni Widodo yang telah memberikan motivasi serta dukungan dari awal hingga skripsi ini selesai.

12. Teman-teman penulis di lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 atas kebersamaannya dalam menempuh pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

(4)

iv

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut memberikan dukungan, masukan, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Namun demikian, penulis tetap bertanggungjawab terhadap skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 20 Juni 2017

Penulis

(5)

v

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.4.1 Tujuan Umum ... 6

1.4.2 Tujuan Khusus ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1 Manfaat Praktis ... 7

1.5.2 Manfaat Teoritis ... 7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) ... 8

2.2 Aktivitas Fisik (Senam) ... 11

2.3 Kegiatan Prolanis di Puskesmas II Denpasar Barat ... 12

2.4 Hipertensi ... 13

(6)

vi

2.5 Diabetes Melitus ... 15

2.6 Perilaku Kesehatan ... 18

2.7 Metode Regresi Logistik ... 21

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 26

3.1 Kerangka Konsep ... 26

3.2 Hipotesis Penelitian ... 27

3.3 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ... 27

3.3.1 Variabel Penelitian ... 27

3.3.2 Definisi Operasional ... 28

BAB IV METODELOGI PENELITIAN ... 32

4.1 Desain Penelitian ... 32

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 32

4.4 Pengumpulan Data ... 34

4.5 Teknik Analisis Data ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) atau yang biasa disebut penyakit degeneratif merupakan penyakit yang penularannya tidak dapat terjadi dari orang ke orang.

Penyakit ini biasa terjadi secara perlahaan, semakin lama semakin serius dan terjadi dalam periode waktu yang lama atau sering disebut dengan penyakit kronis (WHO, 2015). Menurut WHO (2015) PTM merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian 38 juta orang setiap tahunnya, yang diantaranya termasuk hipertensi dan diabetes mellitus. Dalam penyakit kardiovaskular menyebabkan kematian sebesar 17 juta orang dan diabetes mellitus menyebabkan kematian sebesar 1.5 juta orang setiap tahunnya.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 di Indonesia terjadi peningkatan proporsi PTM yaitu dari 41.7% menjadi 59.5%. Di Indonesia prevalensi hipertensi pada tahun 2007 yaitu sebesar 31.7% angka tersebut mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu sebesar 25,8% % asumsi penurunan bisa berbeda-beda dari perbedaan alat ukur dan kemungkinan lainnya, namun terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil wawancara dari 7,6% pada tahun 2007 menjadi 9.5%

pada tahun 2013 (Rikesdas, 2013). Sedangkan untuk prevalensi DM meningkat sebesar 2.1% ditahun 2013 dibandingkan 1.1% pada tahun 2007. Berdasarkan riset tersebut diperkirakan di Indonesia terdapat 3,7 juta penderita DM, dimana 69,6%

diantaranya belum terdiagnosis (Riset Kesehatan Dasar, 2013).

(8)

2

Berdasarkan laporan surveilan terpadu (STP) rumah sakit, rumah sakit sentinel rawat jalan dan rawat inap di Provinsi Bali tahun 2014 kasus hipertensi dan DM masuk ke dalam 10 besar penyakit tidak menular. Hipertensi berada pada peringkat pertama sebanyak 8.886 kasus dan pada posisi ketiga adalah DM dengan jumlah kasus sebanyak 5.271 kasus (Dinkes Provinsi Bali, 2014). Dan pada tahun 2016 Provinsi Bali terjadi kasus baru Hipertensi sebesar 31.166 kasus dan DM sebesar 12.553 kasus (Dinkes Provinsi Bali, 2016). Hal tersebut menunjukan bahwa hipertensi dan DM masih berada pada tingkatan teratas kejadian PTM dari kasus lain yang ditemukan. Di Kota Denpasar jumlah kasus hipertensi menunjukan angka kejadian sebesar 13.551 kasus, atau sekitar 10% dari jumlah penduduk (Dinkes Provinsi Bali, 2015), sedangkan menurut sistem surveilan terpadu Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2016 jumlah kasus DM di Kota Denpasar menunjukan angka kunjungan kasus baru sebesar 3.400 kasus dan terbanyak pada rentang umur 45-69 tahun.

Hipertensi dan DM merupakan penyakit yang memerlukan pembiayaan yang relatif mahal apabila tidak dikelola dengan baik, penyakit tersebut merupakan penyakit kronis yang akan diperberat apabila terjadi komplikasi seperti stroke, gagal jantung penyakit hipertensi sedangkan pada penyakit DM dapat terjadi komplikasi seperti luka yang tidak kunjung sembuh, kesemutan permanen dan kerusakan pada saraf mata. Sehingga peningkatan prevalensi hipertensi dan DM tentunya akan berdampak terhadap peningkatan beban pembiayaan kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat dan negara apabila penderita merupakan pengguna Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dalam era JKN ini Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menekan peningkatan kejadian penyakit degeneratif yang

(9)

mengalami komplikasi atau penyakit lain yang bisa terjadi, salah satunya pada masyarakat yang menyandang penyakit hipertensi dan DM sehingga dapat menurunkan beban pembiayaan yang ditanggung. Salah satunya bagi pasien JKN Pemerintah bersama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) bekerjasama dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama menyusun program dengan pendekatan proaktif yang dilakukan secara terintregasi yaitu Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Prolanis merupakan program pengelolaan penyakit kronis yang menyasar pada peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis seperti hipertensi dan DM tipe 2 untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS Kesehatan, 2014).

Bentuk kegiatan Prolanis yang dilaksanakan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama meliputi: edukasi, home visit, reminder, pemantauan status kesehatan dan aktivitas klub seperti aktivitas fisik (senam). Aktivitas fisik (senam) merupakan salah satu cara pengelolaan penyakit yang diharapkan dapat mengendalikan penyakit tidak menular sehingga menghindari terjadinya komplikasi, menurut WHO (2015) setiap tahu 3.2 juta orang dengan PTM meninggal dikarenakan masih kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan. Aktivitas fisik atau olah raga pada pasien hipertensi sangat memiliki pengaruh, karena pada orang yang memiliki aktivitas fisik kurang mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga membuat otot jantung bekerja lebih keras (Andria K, 2013) dan aktivitas fisik pada pasien DM memiliki peranan yang sangat penting dalam mengendalikan kadar gula dalam darah.

Sedangkan untuk pasien hipertensi aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah dengan intensitas kegiatan minimal 2-3 kali/minggu (Lumempouw dkk, 2016).

(10)

4

BPJS Kesehatan di Kota Denpasar bersama dengan Faskes Tingkat Pertama dalam hal ini puskesmas telah melaksanakan kegiatan Prolanis. Berdasarkan data yang dimiliki oleh seluruh puskesmas yang ada di Kota Denpasar peserta Prolanis yang paling besar terdapat pada puskesmas di kecamatan Denpasar Barat. Puskesmas II Denpasar Barat merupakan salah satu puskesmas yang memiliki peserta Prolanis dengan cukup besar dan memiliki pecatatan yang baik untuk kehadiran dalam kegiatan aktivitas klub. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Puskesmas II Denpasar Barat diketahui bahwa dalam satu tahun kegiatan rata-rata jumlah kehadiran peserta tidak mencapai 50%, rata-rata kehadiran hanya berkisar antara 29-44% setiap bulannya. Berdasarkan peraturan BPJS Kesehatan no 2 tahun 2015 diketahui bahwa target pemenuhan rasio perserta Prolanis rutin datang ke FKTP yang termasuk ke dalam zona aman paling sedikit yaitu sebesar 50% dan zona prestasi paling sedikit sebesar 90% setiap bulannya.

Menurut Lawrence Green (1980) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi yaitu, faktor predisposisi berupa pengetahuan, pendidikan, kepercayaan, sikap, nilai dan keyakinan; faktor pendukung berupa ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan dan lingkungan; dan faktor yang terakhir yaitu faktor pendorong berupa sikap dan prilaku orang sekitar serta petugas kesehatan. Faktor di atas juga didukung oleh beberapa penelitian mengenai partisipasi dimana menurut Dita Angraini (2015) dimana umur yang semakin bertambah tidak dapat aktif dalam posyandu lansia, tingkat pengetahuan dan motivasi untuk sehat merupakan faktor yang mendorong partisipasi lansia (Dian Mahara, 2012) dan menurut Alif Zaenal (2010) dukungan keluarga juga merupakan faktor pendorong partisipasi lansia.

Berdasarkan latar belakang di atas hal tersebut membuat peneliti ingin melihat faktor

(11)

apa saja yang mempengaruhi partisipasi mengikuti aktivitas klub peserta Prolanis pada kegiatan Prolanis

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah rendahnya partisipasi peserta Prolanis dalam mengikuti aktivitas klub di Puskesmas II Denpasar Barat diketahui bahwa dalam satu tahun kegiatan rata-rata jumlah kehadiran peserta tidak mencapai 50%, rata-rata kehadiran hanya berkisar antara 29-44% setiap bulannya. Kejadian ini mungkin dapat diasumsikan bahwa program kurang diminati oleh peserta ataupun kurangnya informasi terkait program, atau dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang belum diketahui sehingga terkait dengan hal tersebut peneliti ingin meneliti faktor apa yang berpengaruh terhadap partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub pada kegiatan Prolanis

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Apakah karakteristik umur merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis ?

2. Apakah kesesuaian waktu kegiatan merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis ?

3. Apakah lama menderita penyakit merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis ?

4. Apakah tingkat pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis ?

5. Apakah motivasi untuk sehat merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis ?

(12)

6

6. Apakah dukungan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis ?

7. Apakah jarak tempat kegiatan merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis ?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor apa yang berpengaruh terhadap partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub pada kegiatan Prolanis

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengaruh karakteristik umur terhadap partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

2. Mengetahui pengaruh kesesuaian waktu kegiatan terhadap partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

3. Mengetahui pengaruh lama menderita penyakit terhadap partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

4. Mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan terhadap partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

5. Mengetahui pengaruh motivasi untuk sehat terhadap partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

6. Mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

7. Mengetahui pengaruh jarak tempat kegiatan terhadap partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

(13)

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat dijadikan refrensi dalam meningkatkan pelaksanaan kegiatan Prolanis bagi BPJS Kesehatan dan Puskesmas sebagai pemberi layanan

1.5.2 Manfaat Teoritis 1. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan bacaan untuk menambah wawasan mahasiswa terkait kegiatan Prolanis yang dilaksanakan di Puskesmas

2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan oleh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat untuk melakukan penelitian lanjutan tentang kegiatan Prolanis

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah penerapan metode statistik dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta Prolanis dalam mengikuti aktivitas klub pada kegiatan Prolanis pada Puskesmas II Denpasar Barat.

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) 2.1.1 Pengelolaan Prolanis

Prolanis merupakan salah satu program yang dibuat oleh BPJS Kesehatan bekerja sama dengan Pemerintah melalui puskesmas sebagai FKTP dalam upaya promotif dan preventif bagi penderita penyakit kronis. Berdasarkan buku panduan praktis yang diterbitkan oleh BPJS dijelaskan secara detail bagaimana konsep dari Prolanis. Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Selain itu kegiatan Prolanis dapat membantu BPJS kesehatan dalam meminimalisir kejadian PTM, dimana pembiayaan untuk pasien dengan penyakit kronis sangat tinggi, maka perlu dilakukan upaya pencegahan terkait penyakit kronis.

2.1.2 Manfaat dan Tujuan Prolanis

Manfaat dari program ini yaitu diharapkannya peserta Prolanis dapat mengelola kesehatan melalui edukasi, aktivitas klub dan pemantauan yang rutin setiap bulannya sehingga dapat meminimalisir pembiayaan yang tinggi pada penyakit kronis dan meminimalkan komplikasi pada penyakit lain.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Prolanis ini adalah mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan

(15)

indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke FKTP memiliki hasil “baik”

pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM tipe 2 dan hipertensi sesuai panduan klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit (BPJS Kesehatan, 2014).

2.1.3 Peserta Prolanis

Sasaran dari kegiatan Prolanis adalah seluruh peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis khususnya Diabetes Melitus (DM) Tipe II dan hipertensi yang telah di diagnosis baik di FKTP ataupun Rumah sakit. Kegiatan Prolanis lebih menyasar penyandang penyakit DM tipe II dan hipertensi dikarenakan penyakit tersebut dapat ditangani ditingkat primer dan dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.

2.1.4 Bentuk Kegiatan Prolanis

Terdapat enam kegiatan pokok yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan dari FKTP yang melaksanakan Prolanis, adapun bentuk kegiatan adalah (BPJS Kesehatan, 2014) :

1. Konsultasi Medis

Konsultasi medis yang dapat dilakukan oleh peserta dari Prolanis yang ingin melakukan konsultasi mengenai keluhan dengan dokter. Jadwal dari konsultasi medis dibuat berdasarkan kesepakatan pihak dokter, peserta dan fasilitas kesehatan.

2. Edukasi Kelompok

Edukasi kelompok peserta (klub) Prolanis adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi

(16)

10

peserta Prolanis. Sasaran dari kegiatan edukasi klub Prolanis ini adalah terbentuknya Klub Prolanis minimal 1 fasilitas kesehatan pengelola 1 klub.

Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan peserta dan kebutuhan edukasi.

3. Reminder Melalui SMS Gateway

Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan kunjungan rutin kepada Faskes Pengelola melalui pengingatan jadwal konsultasi ke fasilitas kesehatan pengelola tersebut. Adapun sasaran dari kegiatan reminder SMS gateway adalah tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta ke masing-masing fasilitas kesehatan pengelola

4. Home Visit

Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah Peserta Prolanis untuk pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta Prolanis dan keluarga. Adapun sasaran dari kegiatan Home Visit adalah peserta Prolanis dengan kriteria peserta baru terdaftar, peserta tidak hadir terapi di Dokter Praktek

5. Aktivitas Klub

Aktivitas klub di masing-masing FKTP memiliki aktivitas yang berbeda namun tetap mengacu pada tujuan program. Aktivitas klub dilakukan sesuai dengan inovasi dari masing-masing FKTP. Salah satu aktivitas klub yang dilaksanakan adalah senam. Senam pada setiap FKTP dilaksanakan rutin setiap bulannya ada yang dilaksanakan dalam waktu seminggu sekali atau terdapat juga FKTP yang mengadakan senam rutin 2 minggu sekali tergantung kepada kesepakatan FKTP dengan peserta yang mendaftar.

(17)

6. Pemantauan Status Kesehatan

Pemantaun status kesehatan dilakukan oleh FKTP kepada peserta terdaftar yang meliputi pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan kadar gula darah oleh tenaga kesehatan. Jadwal pemeriksaan disesuaikan dengan masing-masing FKTP.

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan Prolanis dilakukan pencatatan dan pelaporan terkait hasil dari pelaksanan Prolanis tersebut untuk dijadikan dokumentasi dan pertanggungjawaban kepada pihak penyelenggara yaitu BPJS Kesehatan Pencatatan dan pelaporan Prolanis menggunakan aplikasi pelayanan primer (P- Care).

2.2 Aktivitas Fisik (Senam)

Bagi para usia lanjut aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk olahraga yang banyak menguntungkan jika dilakukan secara teratur. Keuntungan tersebut antara lain berkurangnya berat badan, tekanan darah, kadar kolesterol serta penyakit jantung. Olahraga secara teratur juga dapat menunda efek-efek penuaan dan mengurangi kemungkinan depresi. Penelitian Dr. Ralph Paffenbarger pada 15.000 alumni Harvard yang dipantaunya selama 15 tahun menunjukkan bahwa pria yang berolahraga secara teratur memiliki peluang lebih kecil untuk terkena hipertensi (Pickering, 1996). Aktivitas fisik yang akan dilakukan secara teratur diketahui dapat mengurangi kekakuan pembuluh darah dan meningkatkan daya tahan jantung serta paru-paru sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Kingwell dan Jennings, 1993).

Keuntungan tambahan aktivitas fisik adalah terjadi pengurangan risiko kardiovaskuler dan diabetes lebih banyak dibandingkan dengan pengurangan berat badan tanpa aktivitas fisik saja (Soegondo, 2005). Salah satu aktivitas fisik yang dapat dilakukan adalah senam, senam merupakan aktivitas fisik yang penting karena

(18)

12

dengan senam seluruh anggota tubuh akan terolah dari bagian otak hingga ujung kaki (Brian J.Sharkey. 2003).

Menurut penelitian Nurlaila dkk (2013) terdapat hubungan yang bermakna antara penerapan olahraga dengan rata-rata penurunan gula darah pada penderita diabetes dengan nilai p = 0.017 (p < α). Olahraga senam rutin pada orang yang berusia 40-65 tahun sangatlah memberikan pengaruh terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi sebesar 2.9 ± 5.9 pada mmHg pada tekanan diastolik dan 0.7 ± 3.3 mmHg pada tekanan sistolik (Abdul L, 2010). Peningkatan kualitas hidup rata-rata sebesar 9.27, dan nilai p value < 0.05 yang menunjukan adanya pengaruh yang signifikan senam terhadap kualitas hidup penderita hipertensi (Setiawan, 2013).

Penurunan rata-rata kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes yang melakukan senam 2.3 kali lebih besar dibandingkan dengan penderita yang tidak melakukan senam (Ocbrivianita M Utomo, 2012). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lumempouw (2016) terjadi penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi yang melakukan senam Prolanis 2-3kali/minggunya.

2.3 Kegiatan Prolanis di Puskesmas II Denpasar Barat

Puskesmas II Denpasar Barat merupakan salah satu puskesmas di Kota Denpasar yang melaksanakan program Prolanis, pihak puskesmas mengadakan pemeriksaan, edukasi dan senam dalam satu hari yang sama bagi peserta Prolanis disetiap 2 minggu sekali setiap bulannya yaitu pada minggu ke dua dan minggu keempat.

Durasi untuk kegiatan senam yaitu satu jam setiap kali pertemuan, dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan dan edukasi. Program ini diikuti oleh peserta JKN yang berada di Puskesmas II Denpasar Barat dengan diagnosa DM type 2, Hipertensi, dan DM-Hipertensi dan bersedia mendaftar sebagai peserta Prolanis.

(19)

Peserta yang mengikuti kegiatan ini memiliki rentangan numur 40 hingga 70 tahun atau dapat dikategorikan lansia.

2.4 Hipertensi 2.2.1 Definisi

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization) Memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg.

Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi

1) Tekanan darah normal yaitu, Tekanan sistolik < 120 mmHg dan tekanan diastolik < 80 mmHg.

2) Prehipertensi yaitu, Tekanan sistolik 120-139 mmHg dan atau tekanan diastolik 80-90 mmHg.

3) Hipertensi yaitu, stadium 1 : Tekanan sistolik 140-159 mmHg dan atau tekanan diastolik 90-99 mmHg. Stadium 2 : Tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 100 mmHg.

2.2.3 Faktor Risiko

Sampai saat ini penyebab hipertensi belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor yang diprediksi berpengaruh terhadap hipertensi,

(20)

14

Faktor-faktor yang tidak dapat diubah, antara lain :

1. Usia yaitu Insiden hipertensi makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia seseorang. Jika hipertensi diderita oleh individu yang berusia kurang dari 35 tahun, maka ia berisiko menderita penyakit arteri koroner dan kematian premature (Tambayong, 2000). Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Hipertensi primer biasanya terjadi pada rentang usia 30-50 tahun (waluyo, 2004). Semakin bertambah usia, kemungkinan terjadinya hipertens semakin besar. Penelitian yang dilakukan di 6 kota besar yaitu Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar dan Makassar pada kelompok umur lanjut (55 − 85 tahun) didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 52,5% (Tambayong, 2000).

2. Jenis kelamin yaitu dimana pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada usia pertengahan dan usia selanjutnya, insiden pada 10 wanita mulai meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi (Tambayong, 2000). Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah diastolik. Namun, Setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita tinggi. Bahkan setelah umur 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal (Kodim, 2004).

(21)

Adapun faktor-faktor risiko yang dapat diubah, antara lain : 1. Gaya hidup

a. Merokok, yaitu perokok berat dan peminum alkohol juga memiliki risiko tekanan darah tinggi. Walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti, namun pengamatan epidemiologi menunjukkan bahwa kebiasaan ini banyak terdapat pada penderita tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.

b. Latihan fisik atau Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 5- 10 mmHg. Olahraga juga dapat meningkatkan cardiac output.

c. Obat-obatan yaitu dimana beberapa obat dapat menyebabkan hipertensi, seperti golongan Mineralokortikoid, NSAIDs, Amfetamin, Antidepresan trisiklik, dan lain lain. Gunakan obat-obat alternatif lain yang tidak menyebabkan atau menyulitkan hipertensi

2.5 Diabetes Melitus 2.3.1 Definisi

Menurut American Diabetes Association (ADA), Diabetes Mellitus atau yang sering disebut dengan kencing manis adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik kadar glukosa darah di atas normal yang terjadi karena defisiensi insulin oleh pankreas, penurunan efektivitas insulin atau kedua-duanya (Perkeni, 2011). Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia menahun yang akan mengenai seluruh sistem tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh karena adanya faktor yang menghambat kerja insulin atau jumlah menurun. Hiperglikemia di defenisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dL. Kadar

(22)

16

glukosa serum normal adalah 110 mg/dL. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus dan hampir semuanya di filtrasi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180 mg/dL (Price dan Wilson, 2006). Diabetes Mellitus ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal yaitu kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL dan kadar gula darah puasa ≥ 126mg/dL(Misnadiarly, 2006).

2.3.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

Ada beberapa klasifikasi DM yang dibedakan berdasarkan penyebab, perjalana klinik dan terapinya. Menurut ADA tahun 2012 dilihat dari etiologisnya DM dibagi menjadi empat jenis. Klasifikasi ini telah disahkan oleh WHO, yaitu:

DM tipe 1 : yaitu merupakan tipe diabetes yang dikarenakan kerusakan oleh sel-sel beta dalam pankreas sejak anak-anak atau remaja. Pada tipe ini penderita membutuhkan suntikan insulin setiap harinya untuk mengontrol gula darah (Martha, 2012).

DM tipe 2 : pada tipe ini tubuh mampu memproduksi insulin namun antara jumlah yang tidak mencukupi bagi tubuh atau tubuh tidak merespon dengan baik kebutuhan insulin sehingga menyebabkan peningkatan gula darah (Martha, 2012).

DM gestasional (diabetes kehamilan) : tipe diabetes yang terjadi pada masa kehamilan dimana awal mula tidak pernah didiagnosis dengan diabetes mellitus, dan biasanya akan hilang setelah enam minggu pasca melahirkan (Martha, 2012).

DM tipe lainnya : terjadi hiperglikemia pada individu akibat kelainan spesifik seperti gen, penggunaan obat, infeksi ataupun sinfrom genetic.

(23)

2.3.3 Faktor Risiko

Pada umumnya faktor risiko DM dibagi menjadi 2 golongan yaitu : 1.Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

a.Umur yaitu dimana DM sering terjadi saat manusia mengalami penurunan fisiologis pada saat memasuki usia yang rawan yaitu sekitar usia 40 tahunt.

Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan bertambahnya usia(PERKENI, 2011).

b. Jenis kelamin yaitu jenis kelamin pria dan wanita memiliki perbedaan prevalensi kejadian diabetes Mellitus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi pria yang menderita diabetes Mellitus lebih tinggi dibandingkan wanita,sementara terdapat perbedaan hasil penelitian di Indonesia menunjukkan prevalensi wanita yang menderita diabetes Mellitus lebih tinggi dibandingkan pria (Chukwu, et al, 2013).

c.Riwayat keluarga

d.Riwayat kelahiran bayi yaitu riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi

>4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG). Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding dengan bayi lahir dengan BB normal (PERKENI, 2011).

2.Faktor yang dapat dimodifikasi

a.Obesitas merupakan faktor predisposisi terjadinya resistensi insulin b.Aktivitas fisik yang kurang

c.Stres atau depresi

(24)

18

d.Gaya hidup yang tidak sehat

Gaya hidup sekarang yang lebih cenderung menyukai makanan siap saji atau makanan yang tinggi kalori, karbohidrat, dan lemak serta gaya hidup dengan kegiatan yang sifatnya praktis, cepat, dan menyenangkan untuk diperoleh mengakibatkan terjadinya penimbunan lemak karena tidak adanya aktivas yang mengurai lemak.

2.6 Perilaku Kesehatan

Green dalam buku Notoatmodjo (2003) menganalisis perilaku manusia dari tingkatan kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku (behavior causer) dan faktor dari luar perilaku (non behavior causer). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :

1. Faktor – faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam umur, pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai dan sebagainya.

2. Faktor – faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas – fasilitas atau sarana – sarana kesehatan.

3. Faktor – faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Partisipasi merupakan perilaku manusia dimana Partisipasi secara umum dapat diartikan sebagai bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat dalam bermacam-macam bidang di kehidupan. Pada konteks pembangunan kesehatan

(25)

partisipasi adalah keterlibatan atau keikutsertaan masyarakat dalam bentuk kerjasama dengan pemerintah dalam perencanaan, implementasi dan berbagai aktivitas dari program kesehatan, biasanya pada tahaap awal yaitu dengan pendidikan kesesehatan, pengembangan program kemandirian keehatan hingga mengontrol perilaku kesehatan (Notoadmojo, 2010).

Menurut Depkes RI (2009) dalam sistem kesehatan nasional bentuk partisipasi masyarakat terdiri dari partisipasi perseorangan, partisipasi keluarga, masyarakat umum, penyelenggara, serta tenaga kesehatan. Sehingga masyarakat mempunyai kewajiban dalam melakukan upaya pemeliharaan kesehatan masing-masing, keluarga maupun lingkungan sehingga dapat meningkatkan pembangunan kesehatan. Pada umumnya partisipasi masyarakat dianggap senagai bentuk perilaku. Salah satu bentuk dan perilaku kesehatan yaitu partisipasi peserta Prolanis dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan partisipasi peserta Prolanis yaitu peserta Prolanis yang terlibat secara aktif dalam kegiatan aktivitas klub (senam) Prolanis yang diselenggarakan oleh pihak Puskesmas.

Berdasarkan hal tersebut, adapun faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta Prolanis dalam mengikuti aktivitas Prolanis adalah sebagai berikut :

2.6.1 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) 1. Umur

Menurut Dita Angraini (2015) pada penelitiannya menunjukkan bahwa usia yang semakin bertambah membuat lansia tidak bisa aktif dalam kegiatan posyandu lansia. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur dan fisiologis sehingga menimbulkan kemunduran pada fisik

(26)

20

dan psikis lansia. Usia yang semakin bertambah membuat lansia tidak bisa aktif dalam kegiatan posyandu lansia.

2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Bedasarkan penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan lansia terhadap partisipasi lansia dalam kegiatan posyandu lansia dimana memiliki nilai p value < 0.05, dimana semakin tinggi 1 point pengetahuan maka diikuti dengan partisipasi yang semakin baik (Dian Mahara, 2012)

3. Motivasi Untuk Sehat

Motivasi merupakan dorongan yang timbul baik dalam diri sendiri atau melalui dorongan orang lain. Menurut Dian Mahara (2012) diketahui bahwa terdapat pengaruh antara motivasi dengan tingkat partisipasi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia, dimana partisipasi yang kurang memiliki motivasi yang kurang juga.

2.6.2 Faktor Pendukung (Enabling Factor) 1. Jarak Tempuh

Jarak tempuh merupakan jarak yang harus dilalui oleh seseorang untuk mencapai suatu tempat tujuan. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Dita Angraini (2015) diketahui bahwa tidak adanya hubungan antara jarak dan akses terhadap partisipasi lansia dalam mengikuti posyandu lansia dengan nilai p value > 0.05. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lulik Agus (2013) diketahui bahwa jarak memiliki hubungan yang signifikan terhadap partisipasi melakukan senam diabetes.

(27)

2. Kesesuaian Waktu

Kesesuaian waktu berkaitan dengan pekerjaan seseorang dikarenakan berhubungan dengan waktu luang yang dimiliki. Berdasarkan penelitian Dita Angraini (2015) tidak didapatinya hubungan antara pekerjaan dengan partisipasi lansia dalam mengikuti posyandu lansia. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurlaili,dkk (2013) bahwa penerapan olahraga pada pasien DM dikarenakan adanya kesibukan oleh individu terkait sehingga belum dapat meluangkan waktunya untuk melakukan aktivitas olahraga.

2.6.3 Faktor Pendorong (Reinforcing Factor) 1. Dukungan Keluarga

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Alif Zaenal (2010) diketahui bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan dengan kepatuhan/ partisipasi lansia dalam mengikuti senam dengan nilai p value <

0.05, namun berbeda hasilnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Handayani (2012) bahwa tidak adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan/partisipasi lansia dalam mengikuti posyandu lansia

2.7 Metode Regresi Logistik

2.7.1 Pengertian Regresi Logistik

Regresi logistik merupakan salah satu bagian dari analisis regresi untuk menganalisis hubungan satu variabel tergantung yang bersifat kategori terhadap beberapa variabel bebas yang dapat bersifat kategori atau numeric (Haloho dkk, 2013). Analisis regresi logistik digunakan untuk memperoleh model yang paling baik dan sederhana yang mampu mnggambarkan variabel bebas dan tergantung.

(28)

22

Regresi logistik dibagi menjadi dua bagian berdasarkan jenis variabel tergantung yang akan dianalisis yaitu, binary logistic regression dan multinomial logistik regression. Apabila ingin mengetahui hubungan variabel tergantung yang bersifat nominal dengan dua kategori misalkan outcome sakit dengan kategori “ya”

dan tidak terhadap variabel bebas maka dipergunakan binary logistic regression.

Sedangkan apabila ingin mengetahui hubung variabel bebas terhadap variabel tergantung yang bersifat kategorikal lebih dari 2 multinomial logistic regression.

2.7.1 Model Regresi Logistik

Model dari regresi logistik menggunakan logaritma dari odds atau logit dari resiko terjadi dengan variabel tergantung merupakan persamaan model regresi lositik. Adapun model regresi logistik dengan variabel X sebagai variabel bebas yaitu sebagai berikut.

Log Odds = a + b1X1 + e (untuk regresi logistik sederhana)

Log Odds = a +b1X1 + b2X2+… + e (untuk regresi logistik ganda) Keterangan :

a = Intercept/konstan

bi = koefisien regresi untuk variabel bebas i Xi = variabel bebas ke i

e = eror

2.7.2 Asumsi Regresi Logistik

Pada regresi logistik tidak diperlukan asumsi-asumsi seperti linieritas, homoskedastisitas, tidak terdapat autokorelasi, aatu tidak terdapat multikolineritas.

(29)

Namun asumsi yang harus dipenuhi pada regresi logistik adalah data fit dengan analisis regresi logistik dengan menggunakan metode Goodness of Fit. Dalam metode ini, akan dibandingkan antara hasil observasi dengan prediksi hipotetik secara sempurna. Perbedaan ini nantinya akan memiliki nilai Chi Square. Bila nilai p-value > 0.05 maka dapat dikatakan bahwa data fit dengan model regresi logistik.

2.7.3 Penentuan Faktor Risiko dan Koefisien Determinasi (R2)

Ada tidaknya faktor risiko dari variabel bebas terhadap variabel tergantung dapat dilihat dari odds ratio (OR). Odds merupakan perbandingan antara probabilitas A terjadi (peluang sakit) dibagi dengan peluang A untuk tidak terjadi (peluang tidak sakit).

𝑂𝑑𝑑𝑠 𝐴 = !"#$%&' (! !"#$%)

!"#$%&' (! !"#$% !"#$%) = !!!!

Sedangkan odds ratio (OR) merupakan rasio antara kelompok terpapar dengan odds pada kelompok yang tidak terpapar. OR yang diperoleh dari analisis regresi logistik disebut adjusted OR karena asumsinya bahwa tidak ada pengaruh variabel bebas yang lain. Adapun persamaan nilai OR yang diturunkan dari model regresi logistik yaitu sebagi berikut :

1. Odd kelompok terpapar (X=1) yaitu Odd = Exp (a+b1) = Exp (a+b) 2. Odd kelompok tidak terpapar (X=0) yaitu Odd = Exp (a+b0) =Exp (a)

Odds Ratio = !""# !"#$%$%#

!""# !"#$% !"#$%$%#= !"# (!!!)

!"# (!) = 𝐸𝑥𝑝 (𝑏)

Metode regresi logistik juga menganalisis besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap veriabel tergantung (Y) seperti pada model regresi linier. Nilai R2 dapat dilihat dalam nilai Nagelkerke R2. Berikut ini merupakan persamaan R2.

(30)

24

R2 = ! (ý!!! (!!ӯ!!))!! =!!"!""

Keterangan :

R2 = koefisien determinasi ý = Nilai Y tergantung ӯ = rata - rata nilai variabel Y

y = nilai variabel Y observed SSR = sum square residual TSS = total sum of square

(31)

25

(32)

26

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka dapat disusun kerangka konsep sebagai pedoman dalam mempermudah melakukan penelitian, adapun kerangka konsep dibuat sebagai berikut

Keterangan : : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Sumber : diadaptasi berdasarkan Teori Lawrence Green

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Faktor Predisposisi - Umur

- Tingkat Pengetahuan - Lama Sakit

Faktor Pendukung - Jarak Tempat Kegiatan - Kesesuaian Waktu

Faktor Pendorong - Dukungan Keluarga

Partisipasi Peserta Prolanis

- Sikap - Pekerjaan

- Sarana Transportasi - Sarana dan Prasarana

- Dukungan petugas

kesehatan

(33)

3.2 Hipotesis Penelitian

3.2.1 Umur mempengaruhi tingkat partisipasi peserta Prolanis dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

3.2.2 Kesesuaian waktu kegiatan mempengaruhi tingkat partisipasi peserta Prolanis dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

3.2.3 Lama menderita penyakit mempengaruhi tingkat partisipasi peserta Prolanis dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

3.2.4 Tingkat pengetahuan mempengaruhi tingkat partisipasi peserta Prolanis dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

3.2.5 Motivasi untuk sehat mempengaruhi tingkat partisipasi peserta Prolanis dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

3.2.6 Jarak tempuh ke tempat kegiatan mempengaruhi tingkat partisipasi peserta Prolanis dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis 3.2.7 Dukungan keluarga mempengaruhi tingkat partisipasi peserta Prolanis

dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis 3.3 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel dari penelitian ini terdiri dari :

d. Variabel tergantung yaitu tingkat partisipasi

e. Variabel bebas yang terdiri dari karakteristik umur, kesesuaian waktu kegiatan, lama menderita penyakit, tingkat pengetahuan, motivasi untuk sehat, dukungan keluarga, dan jarak

(34)

28

3.3.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Jenis Data Skala Data

Hasil Ukur

Variabel Tergantung

1. Partisipasi Partisipasi responden dalam mengikuti aktivitas klub Prolanis yang dihitung dari awal tahun 2016 sampai dengan desember 2016 atau sampai aktivitas terakhir dalam tahun 2016

Kategorikal Nominal 0 = Partisipasi Baik (partisipasi ≥50%) 1 = Partisipasi Kurang (partisipasi

< 50%)

Variabel Bebas

1. Umur Lama hidup pasien yang dihitung sejak lahir

hingga dilakukan wawancara

Kontinyu Rasio 0 = ≥ 60 tahun (cut of point mean) 1 = < 60 tahun (cut of point mean) 2. Jenis Kelamin Pembagian jenis seksual

yang ditentukan secara biologi dan anatomi

Kategorikal Nominal 0 = Laki-laki 1 = Perempuan

3. Pekerjaan Suatu kegiatan yang

dilakukan oleh

responden untuk mendapatkan

penghasilan

Kategorikal Nominal 0 = Tidak Bekerja.

1 = Bekerja

4 Penyakit Adalah penyakit yang Kategorikal Nominal 2 = HT

(35)

diderita pasien berdasarkan hasil diagnosa

1 = DM

0 = Komplikasi DM + HT

5. Tingkat Pendidikan Tingkatan pendidikan terakhir responden

Kategorikal Nominal 0 = Tinggi

(SLTP/Sederajat, No Variabel Definisi Operasional Jenis Data Skala

Data

Hasil Ukur

SLTA/Sederajat, Perguruan Tinggi)

1 = Rendah (Tidak bersekolah, Tidak

Tamat SD, SD/Sederajat) 6. Kesesuain Waktu Kesesuaian jadwal

waktu dilaksanakananya kegiatan

Diukur dengan

menggunakan tiga buah pertanyaan

Kategorikal Nominal 0 = sesuai (Skor 0) 1 = tidak sesuai (Skor >0)

7. Tingkat Pengetahuan

Pemahaman responden terhadap Pengelolaan penyakit kronis

Kategorikal Nominal 0 = baik (jawaban benar ≥75%)

1 = kurang (jawaban benar < 75%)

8. Lama Menderita Sakit

Periode waktu

responden menderita sakit dihitung dari awal di diagnosa hingga dilakukan wawancara

Kontinyu Rasio 0 = ≥ 8.5 tahun (cut of point median) 1 = < 8.5 tahun (cut of point median)

(36)

30

9. Jarak Tempuh Jarak tempuh responden ke tempat dilakukannya kegiatan

Kategorikal Rasio 0 = < 3 km 1 = ≥ 3 km (Riskesdas, 2010) 10. Motivasi Untuk

Sehat

Dorongan baik dari dalam atau luar diri responden untuk melakukan kegiatan

yang dapat

meningkatkan kesehatan.

Kategorikal Nominal 1 = motivasi kurang (skor berada pada rentangan 6-14) 0 = motivasi baik (skor berada pada rentangan 15-24)

No Variabel Definisi Operasional Jenis Data Skala Data

Hasil Ukur

Ket. Skor dengan skala likert:

Sangat Setuju = 4 Setuju = 3 Ragu-ragu = 2 Tidak Setuju = 1

11.

Dukungan Keluarga Dukungan yang diberikan anggota keluarga kepada responden meliputi dukungan

informasional,

penilaian, sarana, dan emosional

Ket. Skor dengan skala

Kategorikal Nominal 1 = Dukungan kurang (jika total skor pada rentang 8- 19)

0 = Dukungan baik (jika masing-masing total skor pada rentang 20-32)

(37)

likert:

Sangat Setuju = 4 Setuju = 3 Ragu-ragu = 2 Tidak Setuju = 1

(38)

32

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik di bidang biostatistika. Dengan rancangan case control untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub pada kegiatan Program pengelolaan penyakit kronis di Puskesmas II Denpasar Barat.

Desain case control yaitu desain yang bertujuan membandingkan dua populasi yaitu populasi kasus dan populasi kontrol.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas II Denpasar Barat. Waktu penelitian dimulai dari tahap persiapan penyusunan proposal hingga pelaporan hasil akhir yaitu dimulai dari Bulan Januari 2017 - Juni 2017.

4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi target dalam penelitian ini yaitu perserta JKN yang mengikuti Prolanis, sedangkan populasi terjangkau ialah peserta JKN yang mendaftar kegiatan Prolanis di Puskesmas II Denpasar Barat periode Januari – Desember 2016.

(39)

4.3.2 Kasus

Kasus dalam penelitian ini adalah peserta prolanis yang memiliki partisipasi dibawah 50% didalam senam prolanis dan terdata pada register peserta senam prolanis pada tahun 2016.

4.3.3 Kontrol

Kontrol dalam penelitian ini adalah peserta prolanis yang memiliki partisipasi

≥50% didalam senam Prolanis dan terdata pada register peserta senam Prolanis

pada tahun 2016.

4.3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : Kriteria Inklusi :

Terdaftar dalam register kepesertaan Prolanis di Puskesmas II Denpasar Barat pada tahun 2016

Kriteria Ekslusi :

1. Tidak bersedia di wawancarai

2. Pindah dari alamat yang terdaftar dalam register 4.3.5 Besar Sampel

Estimati besar sampel penelitian dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow(1991) sebagai berikut :

n=(!!!! /! !" !!! !!(!"!!")!!! !"!!!!" ! !" !!!" )!

n = 21

Berdasarkan rumus tersebut diketahui bahwa jumlah besar sampel minimal yang di ambil adalah sebesar 21 orang setiap kelompoknya dengan perbandingan

(40)

34

kasus : kontrol = 1:1 maka total jumlah sampel sebesar 42 orang. Sampel diambil dengan teknik Simpel Random Sampling

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

Z!!! /! = distribusi Z-Score pada derajat kemaknaan 95% yang besarnya 1.96

Z!!! = distribusi Z-Score pada kekuatan penelitian 80% yang besarnya 0.842

OR = 5.35 peserta yang dukungan keluarga baik berpeluang berpartisipasi dalam senam DM

P1 = !" !"!!!(!!!!!! =0.81

P2 = Proporsi popolasi yang memiliki partisipasi pada aktivitas klub Prolanis 44% (0.44)

P = (P1+P2/2) 4.4 Pengumpulan Data

4.3.1. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data skunder.

Data primer diperoleh dengan metode wawancara menggunakan kuesioner terstruktur dimana pengumpulan dilaksanakan dengan cara mewawancarai peserta Prolanis yang datang pada saat aktivitas klub Prolanis dipuskesmas atau wawancara dilakukan dirumah peserta bagi yang tidak hadir dalam aktivitas klub yang masuk ke dalam kategori kasus dan kontrol. Sedangkan data skunder yaitu diperoleh melalui register daftar hadir kegiatan aktivitas klub Prolanis untuk

(41)

mengkroscek kehadiran para peserta Prolanis dam menentukan tingkat partisipasi peserta Prolanis. Proses dari pengambilan sampel yaitu dilakukan selama kurang lebih 1 bulan dengan telah memilih terlebih dahulu responden yang telah masuk ke dalam kategori kasus atau kategori kontrol. Proses wawancara tidak hanya dilakukan di Puskesmas pada saat kegiatan saja namun, proses wawancara responden juga dilakukan dengan cara mendatangi rumah masing-masing responden yang terdaftar dalam kategori kasus dan kontrol namun tidak datang pada saat kegiatan Aktivitas Fisik Prolanis di Puskesmas II Denpasar Barat. Saat proses mendatangi rumah masing-masing responden, terdapat beberapa responden yang masuk ke dalam kategori kasus tidak terdapat di rumah sesuai alamat yang tertera sehingga responden dianggap masuk ke kriteria eksklusi.

4.3.2. Alat Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa kuisioner terstruktur yang berisikan pertanyaan yang akan dijawab oleh responden.

4.5 Teknik Analisis Data

Analisis pada data akan dilakukan dengan menggunakan aplikasi pengolahan berbasis computer, sebelum dilakukan analisis maka data sebelumnya akan melalui proses editing, coding, dan entry data.

1. Editing data yaitu, proses dalam mengecek dan memeriksa kelengkapan data kuisioner yang telah diisi oleh responden.

(42)

36

2. Coding Data yaitu, proses mengubah data dengan cara pemberian kode dengan petunjuk koding, dimana data yang berupa huruf dapat dirubah menjadi angka agar lebih mudah dalam proses analisis dan entry data.

3. Entry Data yaitu, proses pemasukan data ke dalam program analisa data berbasis komputer setelah data diberi kode dan di editing.

4. Cleaning Data yaitu, proses pengecekkan kembali data yang telah dimasukan ke dalam program komputer untuk menghindari kesalahan dalam pemasukan data

5. Scoring Data yaitu proses pemberian nilai untuk setiap variabel. Data yang telah lengkap dan diberi kode, maka selanjutnya akan dilakukan penjumlahan dan dikategorikan berdasrkan ketentuan.

Setelah data yang akan dianalisis masuk ke dalam program pengolahan maka data akan siap dianalisis, diawali dengan analisis univariat, dilanjutkan dengan analisis bivariat dan akhir dengan analisis multivariabel.

1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui mengetahui berapa frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti sehingga mendapatkan gambaran dan persentase dari setiap variabel. Penyajian pada setiap variabel disajikan dalam satu tabel dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel tergantung. Hasil analisis bivariat disajikan dalam tabel silang dengan menyertakan nilai frekuensi (nilai absolute) dengan persentasi tiap variabel terhadap variabel tergantung. Penyajian

(43)

dilakukan dengan menggunakan row percentage dengan dengan meletakan variabel bebas pada baris dan variabel terrgantung pada kolom. Analisis dilakukan dengan uji regresi logistik sederhana (simple logistic regression).

Nilai dari hasil bivariat yang didapatkan menyertakan nilai asosiasi Crude Odds Ratio (OR), nilai 95% Convident Interval (CI) OR, dan nilai p value.

3. Analisis Multivariabel

Analisis multivariabel dilakukan menggunakan Regresi Logistik Ganda yang bertujuan untuk mengetahui besar hubungan dan keeratan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Dimana masing variabel independen dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen.

Pemodelan dilanjutkan dengan memasukan seluruh variabel yang bermakna berdasarkan hasil bivariat dan mengeluarkan satu-satu variabel dari variabel yang memiliki nilai p terbesar hingga mendapatkan model yang paling signifikan. Berdasarkan model akhir, nantinya didapatkan variabel yang akan berpengaruh dengan meli

(44)

38

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Dwi, Abdul Rival dan Nia Kuniawati. (2016). Lokasi Senam Lansia Berperan Penting Terhadap Partisipasi Lansia Dalam Mengikuti Kegiatan Senam. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol.3 No.2, Maret 2016 hal:

177-190

Alif Zaenal, M & Faizah, B.R. (2010). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan Lanjut Usia dalam Melaksanakan Senam Lansia di Posyandu Kondang Waras Desa Ngargorejo Boyolali. FIK UMS

Andria, K.M. (2013). Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stres dan Pola Makan dengan Tingkat Hipertensi pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukokilo Kota Surabaya, Jurnal Promkes, Vol.1 No.2

Annisa, Fitria Nur, Wahiduddin, dan Jumriani Ansar. (2013). Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Pattingalloang Kota Makasar. Skripsi. Universitas Hasanudin.

Aryantiningsih, Dwi Sapta. (2014). Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Kota Pekan Baru. An-Nadaa, Vol 1 No.2, Desember 2014, hal 42-47.

BPJS Kesehatan. (2014). Panduan Praktis Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis).http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/06-Prolanis.pdf

(Diakses 7 Januari 2017)

BPJS Kesehatan. (2015). Peraturn Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan No.2 Tahun 2015 tentang Norma Penetapan Besaran Kapitasi dan Pembayaraan Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2013).

Riset Kesehatan Dasar 2013.

(45)

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2013).

Riset Kesehatan Dasar Dalam Angka RISKESDAS 2013 Provinsi Bali.

Darmawan, A.A. Kompiang Ngurah. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kunjungan Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Posyandu di Desa Pemecutan Kelod Kecamatan Denpasar Barat. Skripsi. STIKES Binas Usada Bali.

Dian Mahara, S. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Lansia Dalam Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansi Di Desa Kauman Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Skripsi. UMS

Dita Angraini, Zulpahiyana, Mulyanti. (2015). Faktor Dominan Lansia Aktif Mengikuti Kegiatan Posyandu di Dusun Ngentak. JNKI, Vol.3, No.3, Tahun 2015, 150-155

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2014). Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Tahun 2014. Denpasar: PPPL

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015.

Fatchiyah, Siti. (2013). Hubungan Antara Pengetahuan Lansia dengan Kepatuhan Kunjungan Posyandu Lansia Pada Lansia Di Kelurahan Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Artikel Penelitian. AKBID Ngudi Waluyo Ungaran.

Handayani, Dwi & Wahyuni. (2012). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Di Posyandu Lansia Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Gaster, vol. 9, No. 1 Februari 2012. Surakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah

.

Hasbi, Muhamad. (2012). Analisis Faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Penderita Diabetes Melitus dalam Melakukan Olahraga di Wilayah Kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah. Tesis. Universitas Indonesia

(46)

40

Haida, Nurlaili.K.P & Atoillah, M.I (2013). Hubungan Empat Pilar Pengendalian DM Tipe 2 Dengan Rerata Kadar Gula Darah. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol 1, No.2 September 2013: 234-243

Hetik. (2017). Hubungan antara Pengetahuan, Dukungan Keluarga dan Sarana Terhadap Keaktifan Lanjut Usia Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia Bagas Waras di Desa Pabelan. Skripsi. Univeristas Muhammadiyah Surakarta.

Indah Dwi Wahyuni, Asmaripa Ainy dan Anita Rahmiwati. (2016) Analisis Partisipasi Lansia dalam Kegiatan Pembinaan Kesehatan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sekar Jaya Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol.7 No. 2 juli 2016

Kingwell, B & Jennings G. (1993). Efect of walking and other exercise programs upon blood pressure in normal subjects’ Med J Aust, vol.153, no.4, pp 234-238 Kodim, N. (2014). Analisis Konsektustual : Hubungan Lingkungan Sosiodemografi

dengan Hipertensi yang tidak terkendali pada calon jemaah haji Indonesia.

Disertasi. Depok: FKM UI.

Lumempouw,D.O, Wungouw, H.I.S. , Polii, H. (2016). Pengaruh Senam Prolanis Terhadap Penyandang Hipertensi. Jurnal e-Biomedik, Vol 4, No.1

Martha, Karnia. (2012). Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi. Hal 39.

Yogyakarta:Araska

Mengko, Viena V., Kandou dan Massie (2015). Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Teling Atas Kota Manado. JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015.

Mulyaningtyas,Obrivianita. U (2012). Pengaruh Senam Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes. Unnes Journal of Public Health 1(1) (2012)

Notoadmojo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta Notoadmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan dadn Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka

Cipta

Notoadmojo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta:Rineka Cipta

(47)

Perkeni. (2011). Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2011.

Semarang: PB PERKENI

Primahuda,Aditya & Sujianto, U. (2016). Hubungan Antara Kepatuhan Mengikuti Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) BPJS Dengan Stabilitas Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan. Jurnal Jurusan Keperaawatan, Vol.,No., tahun 2016 hal 1-8

Puskesmas II Denpasar Barat. (2016). Laporan Kehadiran Peserta Prolanis

Pickering, Thomas. (1996). Good News About High Blood Pressure: everything you need to know to take control of hypertensionand your life.

Price, S.A. dan Lorraine M.Wilson, (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Vo.2. Jakarta:EGC

Suhendro, Lulik.A. (2013). Determinan Keaktifan Melakukan Senam Diabetes Mellitus Pada Anggota Komunitas Diabetes Sehat Puskesmas Ngrambe Kabupaten Ngawi. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Soegondo, S. 2005. Perjalanan Obesitas Menuju Diabetes dan Penyakit Kardiovaskular. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Setiawan, Wungouw, Pengeman. (2013). Pengaruh Senam Bugar Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Kualitas Hidup Penderita Hipertensi. Jurnal e-Biomedik (eBM), Vol.1, No.2, Juli 2013, hal 760-764

Sulaiman. (2015). Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu.

Tambayong,J. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakrta:EGC

Umayana, Haniek T dan Widya Hary C. (2015). Dukungan Keluarga dan Tokoh Masyarakat Terhadap Keaktifan Penduduk ke Posbindu Penyakit Tidak Menular. Jurnal Kesmas 11 (1) (2015) 96-101.

Uswantu, Hasanah (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di RW VII Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Surabaya. Skripsi. Univeristas Muhammadyah Surabaya.

(48)

42

Waluyo, Lud. (2004). Mikrobiologi Umum. UMM PRESS, Malang

WHO. (Januari 2015-last update). “Noncomunicable Diseases”. Availabel at (Diakses 12 Januari 2017)

(49)

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

a. Bagi Mahasiswa Jurusan Akuntansi. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya atau bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian

Guna memenuhi tugas akhir saya melakukan penelitian tentang ” FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA MAKAN MAHASISWA DI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pendataan Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM).. Kebijakan Kebijakan

Dengan ini kami memohonkan ijin bagi mahasiswa Program Studi Magister Farmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan dan

Kami Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, yang sedang melakukan penelitian tentang “Hubungan Gaya Hidup dengan

Bagi Instansi Pendidikan dan Perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan acuan bagi perkembangan

Tahun 2011 penulis mengikuti pendidikan lanjutan pada program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan minat studi

Penelitian ini dapat menjadi salah satu informasi yang berguna bagi rekan mahasiswa program studi pendidikan jasmani dan kesehatan sebagai sumber referensi untuk melakukan penelitian