FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA TAHUN 2011
SKRIPSI
Disusun Oleh :
SYIFA PUJI SUCI
NIM: 106101003359
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Maret 2011
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, 23 Maret 2011
Syifa Puji Suci, NIM : 106101003359
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pola Makan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
xv + 88 halaman, 14 tabel, 2 bagan, 3 lampiran
ABSTRAK
Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor utama pelaksanaan pembangunan nasional dapat terlaksana apabila tubuh terpenuhi oleh zat gizi yang dapat dipenuhi oleh pola makan yang baik. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 mahasiswa Kesehatan Masyarakat didapatkan bahwa 40% mahasiswa makan dua kali dalam sehari, dilihat dari jenis makanan dalam satu minggu seluruh mahasiswa mengkonsumsi fast food.
Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Oktober 2010 - Maret 2011 di PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan pola makan pada mahasiswa. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi Cross Sectional. Sampel penelitian adalah mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan jumlah 125 orang yang diambil dengan metode
simple random sampling. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik chi square.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 57.6% mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki pola makan yang tidak sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Berdasarkan hasil uji statistik analisis chi-square sikap gizi berhubungan dengan pola makan (Pvalue < 0,05). Sedangkan pola makan tidak terdapat hubungan secara statistik dengan jenis kelamin, pengetahuan gizi, uang saku, aktivitas dan tempat tinggal.
pengetahuan yang baik tetapi juga dalam membentuk suatu sikap atau keinginan yang kuat untuk melaksanakan perbaikan pola makan mahasiswa. Sosialisasi juga diharapkan dapat memperbaiki sikap gizi yang lebih positif sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan pola makan yang tepat. Hal ini sekaligus diharapkan agar mahasiswa mampu menyiasati pemenuhan gizi bagi responden dalam penelitian ini yang uang sakunya termasuk kategori cukup. Untuk mahasiswa dengan kategori uang saku baik diharapkan dengan pengetahuan dan sikap positif dapat membelanjakan uangnya untuk kualitas jenis makanan yang lebih baik.
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH PROGRAM
Thesis, 23 March 2011
Syifa Puji Suci, NIM : 106101003359
Factors Associated to Diet of Student in Public Health Faculty of Medicine and Health Sciences State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta in 2011
xv + 88 pages, 14 table, 2 picture, 3 appendices
ABSTRACT
The quality of human resources is a major factor implementation of national development can be facilitated if the body is fulfilled by the nutrients can be met by a good diet. Based on preliminary studies conducted on 10 students of Public Health found that 40% of students eat twice a day, judging from the types of food in one week all the students eat fast food.
Research conducted by the student PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in Oktober 2010 - March 2011 in PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta aims to determine the factors related to diet in college students. The Type of research is quantitative with cross sectional study design. The samples were student PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta with a total 125 students who were taken by simple random sampling method. The data obtained was then performed chi square test.
The results of this study show that 57.6% of students PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta have a diet that does not comply with the food guidelines (PUGS). Based on a statistical test of chi-square analysis of nutritional attitudes associated with diet (p value <0.05). While diet there was no statistically significant relationship with gender, nutritional knowledge, pocket money, activities and lodging.
knowledge and positive attitude to spend their money for buy better quality foods.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA MAKAN MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2011
Telah diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 23 Maret 2011
Mengetahui
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA
Jakarta, 23 Maret 2011
Penguji I
Catur Rosidati , SKM, MKM
Penguji II
Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM
Penguji III
RIWAYAT HIDUP
Nama : Syifa Puji Suci
Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang, 02 Februari 1987
Alamat : Kd. Kombong No. 8 RT/RW 02/03
Menes Pandeglang
Banten 42262
Jenis Kelamin : Perempuan
Telepon : 0253 – 501391
Handphone : 085217757224
Golongan Darah : B
E-mail : faa_here@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
1. SDN Purwaraja 3 (1993-1999)
2. MTs MA Pusat Menes (1999-2002)
3. SMA 1 Pandeglang (2002-2005)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor -Faktor yang Berhubungan dengan Pola Makan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011”. Salawat dan salam selalu kita persembahkan bagi junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ayahku tersayang Bpk Muhidin, Ama mamahku tercinta Ibu Iyar Sutiarsih, Spd yang selalu mengiringi dengan doa di setiap langkahku.
2. Prof. DR (hc). dr. Tadjudin, Sp.And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Yuli Prapanca Safar, MARS, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Iting selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Ahmad Gozali atas semua bantuan dan kebaikannya.
8. SuamiQ tercinta Ikmal Mazaji, Spd yang selalu setia mendoakan, memberikan semangat dan dorongan untuk semua masalah yang ada.
9. KakakQ yang tertampan Fani Jamal Gafa, S.Si, Apt dan adikQ tercantik Falah Safira yang sudah terdaftar di ITB semoga berhasil.
10.Keluarga Besar suamiQ Bpk, Ibu, T’ilfa dan keluarga, nurul n adia. 11.Teman-Teman angkatan 2006 yang selalu memberi dukungan.
12.Adik-adik angkatan 2008, 2009 dan 2010 yang telah bersedia menjadi responden.
13.Teman-teman TOAER’S (Duma=Kuping, Keke=Gingsul, Alin=Idung, Yoc=Uni, Yuni=Nenek nnnnn bibir) atas kebersamaan selama ini, bisa nerima kekurangan dan nano-nano persahabatan. Semoga tali persaudaraan ini dapat terjalin selamanya.
14.Ibu, Bpk, anak-anak kosan serta tak lupa tetangga-tetangga mas Yono, mas No, anang, dan ari yang menjadi keluarga kedua di ciputat.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu diharapkan kritik dan saran agar dapat memperbaiki skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Amien.
هت اك رب و ه ا ةمحرو كي ع اسل ا و
Jakarta, 23 Maret 2011
COVER
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v
LEMBAR PENGUJI ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Pertanyaan Penelitian ... 8
1.4 Tujuan Penelitian ... 9
1.2.1 Tujuan Umum ... 9
1.2.2 Tujuan Khusus ... 9
1.5 Manfaat Penelitian ... 11
1.5.1 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 11
1.5.2 Bagi Peneliti Lain ... 11
2.1 Pola Makan ... 13
2.1.1 Jumlah Bahan Makanan... 15
2.1.2 Jenis Bahan Makanan ... 16
2.2 Food Frekuensi Questionnaire (FFQ) ... 20
2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pola Makan ... 22
2.3.1 Uang Saku... 22
4.4 Instrumen Penelitian... 43
5.2.3 Gambaran Pengetahuan gizi ... 51
5.2.4 Gambaran Jenis Kelamin ... 52
5.2.5 Gambaran Sikap Gizi ... 53
5.2.6 Gambaran Aktivitas ... 54
5.2.7 Gambaran Tempat Tinggal ... 55
5.3 Analisis Bivariat ... 56
5.3.1 Hubungan Uang Saku Dengan Pola Makan ... 56
5.3.2 Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan ... 57
5.3.3 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Pola Makan ... 58
5.3.4 Hubungan Sikap Gizi Dengan Pola Makan ... 59
5.3.5 Hubungan Aktivitas Dengan Pola Makan ... 60
6.1 Keterbatasan Penelitian ... 62
6.2 Kelebihan Penelitian ... 63
6.3 Gambaran Pola Makan ... 63
6.4 Uang Saku dan Hubungannya dengan Pola Makan ... 67
6.5 Pengetahuan dan Hubungannya dengan Pola Makan ... 70
6.6 Jenis Kelamin Hubungannya dengan Pola Makan ... 72
6.7 Sikap Gizi Hubungannya dengan Pola Makan ... 73
6.8 Aktivitas Hubungannya dengan Pola Makan ... 75
6.9 Tempat Tinggal Hubungannya dengan Pola Makan ... 77
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan ... 79
7.2 Saran ... 81
7.2.1 Bagi Peneliti lainnya ... 81
7.2.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 81
Nomor Tabel Halaman
2.1 Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan 16
5.1 Distribusi Frekuensi Pola Makan pada Mahasiswa PSKM FKIK UINSyarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
50
5.2 Distribusi Frekuensi Uang Saku Pada Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
51
5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
51
5.4 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pada Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
52
5.5 Distribusi Frekuensi Sikap Gizi Pada Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
53
5.6 Distribusi Frekuensi Aktivitas Pada Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
54
5.7
5.8
Distribusi Frekuensi Tempat Tinggal Pada Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
Hubungan Uang Saku dengan Pola Makan Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
55
56
Nomor Tabel Halaman
5.9 Hubungan Pengetahuan dengan Pola Makan Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
57
5.10 Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Makan Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
58
5.11 Hubungan Sikap Gizi dengan Pola Makan Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
59
5.12 Hubungan Aktivitas dengan Pola Makan Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
60
5.13 Hubungan Tempat Tinggal dengan Pola Makan Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
Nomor Bagan Halaman
2.1 Kerangka Teori 34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor utama yang
diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional (Azwar, 2004). Kualitas hidup
dan produktivitas kerja akan tercapai dengan baik/optimal bilamana tubuh dalam kondisi
sehat. Sementara itu kondisi tubuh sehat sangat erat kaitannya dengan kecukupan gizi.
Kecukupan gizi telah terbukti berpengaruh pada pertumbuhan fisik perkembangan mental
dan intelektual, meningkatkan produktivitas, mencegah resiko terjadinya penyakit, yang
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian (Depkes, 2002).
Kekurangan dan kelebihan zat yang diterima tubuh seseorang akan sama mempunyai
dampak yang negatif. Perbaikan pola makan dan peningkatan status gizi yang seimbang
dengan yang diperlukan tubuh jelas merupakan unsur penting yang berdampak positif
bagi peningkatan kualitas hidup manusia, sehat, kreatif dan produktif (Baliwati, 2004).
Pola makan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya
bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki
jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan (Harper et al.2006). Pola makan adalah jenis dan
jumlah makanan yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu
tertentu. Konsumsi yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara
biologis, psikologis, maupun sosial (PERSAGI, 2009).
Mahasiswa merupakan usia dewasa dimana faktor gizi berperan dalam
kualitas sumber daya manusia yang pokok, gizi tidak hanya sekedar mempengaruhi
derajat kesehatan dan ketahanan fisik, tetapi juga menentukan kualitas kecerdasan
intelektual bagi manusia menurut Hidayat (1997) dalam Indrawagita (2009).
Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan para mahasiswa akan
mempengaruhi pola makan mereka. Pola makanan sering tidak teratur, sering jajan,
sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang (Sayogo, 2006). Menurut
Putra (2008) banyak faktor pertumbuhan mahasiswa diiringi dengan meningkatnya
aktifitas mahasiswa yang pada akhirnya dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang
di makan mahasiswa tersebut. Orang-orang yang aktif memang membutuhkan lebih
banyak makanan untuk energi. Maka untuk meningkatkan energi orang yang aktif tidak
hanya dapat mengandalkan makanan tinggi kalori, tetapi seharusnya juga memiliki
makanan kaya zat gizi seperti sereal, roti, buah sayur dan susu (Sizer, 1988).
Untuk memenuhi makanan kaya dengan zat gizi masyarakat hampir di setiap negara
menyusun pedoman makanan yang di Amerika dikenal dengan Food Guide Pyramida. Di
Indonesia pedoman umum gizi seimbang yang harus di artikan sampai kepada jenis zat
gizi yang seimbang (Silalahi, 2006). Namun, seiring dengan kemajuan zaman dan
perbaikan sosial ekonomi masyarakat maka terjadi pula perubahan kebiasaan makan yang
cenderung relatif praktis. Makanan jadi (processed food) dan makanan siap saji menjadi
kegemaran dan tren dimasyarakat (Sumartono, 2002).
Kehidupan mahasiswa menyebabkan terjadi perubahan pola makanan (Guthrie &
Picciano, 1995). Pola makan pada orang dewasa merupakan permulaan seseorang dalam
mengadopsi perilaku makan yang cenderung akan menetap (Brown, 2005). Mahasiswa
makanan yang mengandung serat. Ada beberapa dampak yang akan timbul apabila
kekurangan atau kelebihan dalam konsumsi makanan. Dampak kekurangan konsumsi
makanan berdasarkan penelitian Bahria (2009), ditemukan bahwa sebanyak 92,1%
dewasa kurang mengonsumsi buah dan 77,1% kurang mengonsumsi sayur. Hal ini selaras
dengan pendapat Arisman (2007) yang mengatakan bahwa pola makan orang dewasa saat
ini cenderung kurang mengonsumsi buah dan sayur. Selain itu berdasarkan hasil survei di
Universitas Sumatera Utara pada mahasiswa teknik yang dilakukan oleh Darlina (2004),
mahasiswa sekarang sering mengkonsumsi jenis makanan instan. Pada penelitiannya juga
didapat 89% mahasiswa putri dan 92% mahasiswa putra suka mengkonsumsi makanan
instant sebagai makanan pengganti pada saat-saat tertentu seperti waktu pagi dan malam
hari.
Kehidupan sosial dan kesibukan para mahasiswa akan mempengaruhi pola makan
mereka lebih suka makanan yang serba instant yang berasal dari luar rumah seperti fast
food. Fast food biasanya mengandung zat gizi yang terbatas atau rendah (kalsium,
riboflavin, vitamin A, magnesium, vitamin C, folat dan serat), selain itu kandungan
lemak dan natrium cukup tinggi pada berbagai fast food. Dari 471 orang dewasa di
Jakarta 15-20% mengkonsumsi fast food sebagai makan siang (Mudjianto dkk, 2006).
Pola makan fast food juga cenderung tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat, dan
rendah zat gizi mikro. Tentu saja perubahan selera akan jauh dari konsep seimbang yang
berdampak terhadap kesehatan dan status gizi (Baliwati, 2004). Dampak dari kelebihan
konsumsi makanan yang mengandung kadar lemak maupun kalori tinggi, apabila
dikonsumsi setiap hari dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan obesitas, gizi lebih,
Tingginya prevalensi obesitas, gizi lebih, hipertensi, dislipidemi dan beberapa
penyakit degeneratif lainnya, menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di
Indonesia (Hamam, 2005). Menurut statistik WHO dalam Erlinda.dkk (2009), 70%
kematian dini disebabkan oleh penyakit diabetes, kanker, serangan jantung, dan stroke.
Kematian dini tersebut, 50% diantaranya berhubungan dengan pola makan yang tidak
baik. Diperkirakan bahwa 7 dari 10 cek kesehatan yang dilakukan terdapat gangguan atau
penyakit kronis, berhubungan dengan pola makan yang tidak baik (Aritonang, 2003).
Faktanya sudah ditemukannya penyakit stroke sebesar 1,1% pada usia 18-24 tahun
(Depkes RI, 2008). Salah satu faktor yang menyebabkan ditemukaannya penyakit
degeneratif pada usia muda adalah faktor pola makan yang mengandung tinggi lemak,
gula, dan garam tetapi kurang mengonsumsi serat khususnya yang berasal dari buah dan
sayur (Arisman, 2007).
Hasil penelitian Karjadi (1974) dalam Purboyo (2001) terungkap bahwa pada orang
dewasa, anemia zat gizi besi akan menurunkan tingkat produktivitas kerja antara 10-15 %.
Sehingga jika permasalahan dan kondisi tersebut terjadi pada mahasiswa dibiarkan akan
berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia. Sebagai ilustrasi kekurangan
energi protein yang diakibatkan kekurangan makanan bergizi dan infeksi berdampak pada
kehilangan 5-10 IQ poin menurut UNICEFF (1997) dalam (Depkes, 2002). Diperkirakan
Indonesia kehilangan 330 juta IQ point akibat kekurangan gizi. Dampak lain dari gizi
kurang adalah menurunkan produktivitas, yang diperkirakan antara 20-30% (Depkes,
2002). Kondisi di atas juga berdampak pada Indeks pembangunan manusia (IPM)
peringkat 107 dari 177 negara, pada tahun 2009 menurun menjadi peringkat ke 111
Angka ini jauh di bawah negara-negara ASEAN (KOMINFO, 2010).
Pemenuhan gizi seimbang bukanlah hal yang mudah bagi mahasiswa, karena
kesibukan dengan berbagai tugas dan kegiatan. Padahal kebutuhan gizi yang terpenuhi
dengan baik akan membuat orang lebih memiliki perhatian dan kemampuan untuk belajar
lebih mudah (Gillepsie, 1996). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa harus
memperhatika pola makan dari aspek jenis makanan yang dikonsumsi (Hardinsyah &
D.Briawan. 2005). Secara umum faktor yang mempengaruhi pola makan seseorang status
dikaitkan dengan gaya hidup diantaranya adalah pendapatan, pekerjaan, pendidikan,
tempat tinggal (kota/desa), agama/kepercayaan, karakteristik individu, pengetahuan gizi
(Pelto, 1981) dalam (Suhardjo, 2003).
Selanjutnya Suharjo (1989) menyebutkan salah satu penyebab terjadi kekurangan
gizi pada seseorang adalah pola makan yang dipengaruhi oleh sosial ekonomi (tingkat
pendapatan) serta faktor pribadi (pengetahuan, jenis kelamin, sikap dan perilaku). Pada
penelitian Aritonang (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan
dengan status gizi. Pada penelitian Panjaitan (2008) terdapat hubungan antara pola makan
dengan pendidikan, pengetahuan, pendapatan keluarga, dan jumlah anggota keluarga.
Pada penelitan Nasution (2001) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara status sosial ekonomi dan sikap pemenuhan gizi dengan pola makan mahasiswa.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang mahasiswa
didapatkan bahwa 20% mahasiswa memiliki pola makan yang salah yaitu jumlah
dalam sehari, dilihat dari jenis makanan dalam satu minggu 100 % mahasiswa pernah
mengkonsumsi fast food.
Penelitian yang akan dilakukan mengambil subjek mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan tahun 2008-2010. Sering para mahasiswa
kurang mementingkan pola makan yang baik dari segi kualitasnya, sedangkan aktivitas
yang berat para mahaiswa membutuhkan energi yang cukup. Program studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan belum pernah dijadikan lokasi
penelitian mengenai pola makan. Selain itu, mahasiswa kesehatan masyarakat sebagai
calon tenaga kesehatan merupakan faktor penguat dalam promosi kesehatan, tetapi masih
ada mahasiswa yang belum memiliki motivasi dan kesadaran untuk menerapkan pola
makan seimbang sesuai pengetahuan yang mereka miliki. Penelitian ini pun bermanfaat
pada mahasiswa untuk menjalankan pola makan yang baik agar terhindar dari penyakit
dan tetap beraktifitas dengan baik. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pola
makan pada mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
1.2 Rumusan Masalah
Mahasiswa merupakan kalangan muda yang berumur 19-24 tahun. Guna
menjalankan kegiatan yang akan dilakukan mahasiswa harus dipemenuhi dengan gizi
seimbang makanan pokok (3-8 porsi/hari), sayuran (2-3 porsi/hari) dan buah-buahan (3-5
porsi/hari), lauk pauk (2-3 porsi/hari). Tetapi Kehidupan sosial dan kesibukan para
mahasiswa menyebabkan pola makan yang salah seperti kurang konsumsi buah (3-5
porsi/hari), dan sayur (2-3 porsi/hari). Pola makan salah mempengaruhi status gizi yang
berdampak pada penurunan produktifitas. Secara umum faktor yang mempengaruhi pola
makan diantaranya pendapatan, pengetahuan gizi, jenis kelamin, sikap gizi, tempat
tinggal dan aktivitas.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 mahasiswa Kesehatan
Masyarakat didapatkan bahwa 40% mahasiswa makan dua kali dalam sehari, dilihat dari
jenis makanan dalam satu minggu 100 % mahasiswa mengkonsumsi fast food. Penelitian
dilakukan di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta karena belum pernah
dijadikan lokasi penelitian mengenai pola makan. Selain itu, mahasiswa Kesehatan
Masyarakat sebagai calon tenaga kesehatan masyarakat merupakan faktor penguat dalam
promosi kesehatan. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan pola makan pada mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1.3Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran pola makan mahasiswa PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011?
2. Bagaimana gambaran uang saku, pengetahuan gizi, jenis kelamin, sikap gizi, aktivitas
dan tempat tinggal mahasiswa PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011?
3. Apakah ada hubungan antara uang saku dengan pola makan mahasiswa PSKM
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2011?
4. Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola makan mahasiswa PSKM
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2011?
5. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola makan mahasiswa PSKM
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2011?
6. Apakah ada hubungan antara sikap gizi dengan pola makan mahasiswa PSKM
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
7. Apakah ada hubungan antara aktivitas dengan pola makan mahasiswa PSKM
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2011?
8. Apakah ada hubungan antara tempat tinggal dengan pola makan mahasiswa
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011?
1.4 Tujuan Penelitian 1. 4. 1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makan
mahasiswa PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.
1. 4. 2 Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pola makan mahasiswa PSKM Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2011.
b. Diketahuinya gambaran uang saku, pengetahuan gizi, jenis kelamin, sikap
gizi, aktivitas dan tempat tinggal mahasiswa PSKM Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Diketahuinya hubungan antara uang saku dengan pola makan mahasiswa
PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.
d. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola makan
mahasiswa PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.
e. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan pola makan mahasiswa
PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.
f. Diketahuinya hubungan sikap gizi dengan pola makan mahasiswa PSKM
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.
g. Diketahuinya hubungan antara aktivitas dengan pola makan mahasiswa
PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.
h. Diketahuinya hubungan antara tempat tinggal dengan pola makan mahasiswa
PSKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
1.5Manfaat Penelitian
1. 5. 1 Bagi Mahasiswa KESMAS FKIK UIN SYAHID Jakarta
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang faktor -faktor
yang berhubungan dengan pola makan pada mahasiswa KESMAS FKIK. Agar dapat
mempengaruhi para mahasiswa memiliki tingkat kesehatan yang baik sehingga
memberikan pengaruh terhadap prestasi kuliah dan peningkatan produktivitas.
1. 5. 2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian dapat menjadi tambahan kepustakaan di bidang gizi mengenai pola makan.
1.5. 3 Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain untuk melakukan
penelitian yang berhubungan dengan pola makan.
1.6Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan gizi program studi kesehatan
masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pola makan mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penelitian ini dilakukan karena masih ada mahasiswa pola makan yang salah
seperti kurang konsumsi buah (3-5 porsi/hari), dan sayur (2-3 porsi/hari) dan berdasarkan
studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 mahasiswa Kesehatan Masyarakat didapatkan
bahwa 40% mahasiswa makan dua kali dalam sehari, dilihat dari jenis makanan dalam
mahasiswa, yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 - Maret tahun 2011. Variabel
yang diteliti diantaranya variabel pola makan, pengetahuan gizi, uang saku, sikap gizi,
jenis kelamin, tempat tinggal dan aktivitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Data Penelitian meliputi data
primer dan data sekunder, data primer yang diambil pada mahasiswa Kesehatan
Masyarakat dengan cara menyebarkan kuesioner. Untuk data sekunder berupa daftar
mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan tahun 2008-2010 yang diambil dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pola Makan
Pola makan menurut Sedioetama (2004) merupakan banyak atau jumlah pangan,
secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi, psikologis dan sosiologis.
Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau
untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah
untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis
adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyaraka.
Pola makan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang.
Dengan demikian diharapkan pola makan yang beraneka ragam dapat memperbaiki
mutu gizi makanan seseorang. Pola makan adalah cara seseorang atau kelompok
orang memilih dan memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi,
psikologi, budaya dan sosial (Harper et al., 2006), sedangkan Guthe dan Mead,
(1945) dalam Sayuti.dkk (2004) mendefinisikan pola makan sebagai cara-cara
individu dan kelompok individu memilih, mengkonsumsi dan menggunakan
makanan yang tersedia yang didasarkan kepada faktor-faktor sosial dan budaya
dimana mereka hidup.
Menurut Pelto (1981) dalam Suhardjo (1989), pola makan merupakan sebagai
cara individu memilih pangan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap
pengaruh fisiologis, psikologis, sosial dan budaya. Pola makan seseorang dapat
tinggal (kota/desa), agama/kepercayaan, pengetahuan gizi dan karakteristik fisiologis
yang selanjutnya akan mempengaruhi gaya hidup dan perilaku makannya.
Perilaku terbentuk karena adanya sikap dalam diri seseorang terhadap suatu objek.
Menurut Blum dalam Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan hasil dari segala
macam pengalaman serta interaksi manusia dengan masalahnya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap, keinginan, kehendak, kepentingan, emosi,
motivasi, reaksi dan persepsi.
Pada penelitian Aritonang (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
pola makan dengan status gizi, penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola
makan dapat mempengaruhi status kesehatan masyarkat. Pola makan sangat erat
kaitannya dengan berbagai jenis penyakit. Tubuh sangat membutuhkan zat gizi
untuk melakukan aktivitas dan mencegah dari berbagai penyakit.
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal
akan meyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu tertentu berat badan akan
menurun yang disertai dengan menurunnya produktivitas kerja. Kekurangan zat gizi
yang berlanjut akan menyebabkan status gizi kurang dan gizi buruk. Apabila tidak
ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi, pada akhirnya tubuh
akan mudah terserang penyakit infeksi yang selanjutnya dapat menyebabkan
2.1.1 Jumlah Bahan Makanan
Pola makan orang dewasa akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang
diperoleh untuk pertumbuhan dan perkembanganya jumlah makanan yang cukup
sesuai dengan kebutuhan akan menyediakan zat-zat gizi yang cukup untuk dewasa,
guna menjalankan kegiatan fisik yang akan dilakukanya, apabila asupan tersebut
kurang maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembanganya serta
prestasinya (Baliwati, 2004).
Tiap-tiap jenis makanan mempunyai cita rasa, tekstur, bau, campuran zat gizi
dan daya cerna masing-masing. Oleh sebab itu tiap-tiap jenis makanan dapat
memberikan sumbangan zat gizi yang unik. Pola makan yang baik akan
mempengaruhi konsumsi makan seseorang dan zat-zat gizi dalam tubuh juga
terpenuhi dengan baik. Makanan lengkap harus dipenuhi karena akan
mempengaruhi kondisi kesehatan dan status gizi seseorang, pola makan yang baik
dicerminkan oleh konsumsi makanan yang mengandung zat gizi dengan jenis yang
beragam dan jumlah yang seimbang serta dapat memenuhi kebutuhan individu
(Suhardjo, 1989).
Angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan adalah banyaknya
masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua
orang sehat untuk mencegah defisiensi zat gizi. Zat gizi makro merupakan
komponen terbesar dari susunan diet serta berfungsi menyuplai energi dan zat-zat
gizi esensial yang berguna untuk keperluan pertumbuhan sel atau jaringan, fungsi
Angka kecukupan gizi (energi dan protein) rata-rata yang dianjurkan untuk dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan
Sumber : WNPG VIII ( 2004)
2.1.2Jenis Bahan Makanan
Apabila pola makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan
timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat dan produktif (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat FKMUI, 2007).
Bahan makanan pokok dianggap terpenting di dalam susunan hidangan
Indonesia. Dikatakan pokok karena merupakan jumlah terbesar yang
dikonsumsi di antara bahan makanan lain. Bila susunan hidangan tidak
mengandung makanan pokok sering dianggap tidak lengkap dan orang sering
mengatakan belum makan. Kelompok lakuk-pauk sering digunakan sebagai
sumber protein utama. Dikenal protein hewani dan protein nabati. Bahan
pangan hewani seperti daging, ikan, telur, hasil laut sebagai lauk-pauk,
sedangkan bahan nabati yang termasuk lauk-pauk adalah jenis kacang-kacangan,
kedelai, dan hasil olahan seperti tahu dan tempe. Bahan makanan sayur dan
buah termasuk nabati. Jenis sayuran ada bermacam-macam, seperti sayuran
daun, batang, umbi, bunga, juga buahnya yang masih muda. Buah-buahan
umumnya yang sudah masak atau tua dikenal sebagai pencuci mulut. Buah dan
sayur dimanfaatkan sebagai sumber vitamin dan mineral. Beberapa sayur dan
buah menghasilkan energi dalam jumlah cukup seperti pisang, sawo, alpukat,
dan durian (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKMUI, 2007).
Pada Pedoman Umum Gizi Seimbang (Depkes, 2008) pengelompokkan
makanan digambarkan dalam piramida menurut sumber zat gizi. Porsi
terbanyak (3-8 porsi/hari) yang digambarkan pada dasar piramida adalah
makanan pokok (nasi, roti, serealia lain dan umsi-umbian) sebagai sumber
karbohidrat dan serat. Pada lapisan kedua dari dasar dengan proporsi lebih
sedikit adalah sayuran (2-3 porsi/hari) dan buah-buahan (3-5 porsi/hari), sumber
zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral. Lapisan diatasnya adalah kelompok
lauk pauk (2-3 porsi/hari). Sedangkan dipuncak piramida adalah kelompok
makana yang secara proporsional hanya sedikit diperlukan yaitu lemak, gula,
garam, dan bumbu-bumbu. Kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu
akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga
diperoleh masukan zat gizi yang seimbang (Anonim, 2007). Semua makanan
mengandung zat gizi, tetapi pangan yang berbeda mengandung beragam zat gizi
dalam jumlah yang berbeda pula.
a Makanan yang kaya protein adalah semua jenis daging, daging unggas,
b Makanan yang kaya karbohidrat adalah nasi, jagung, gandum dan
jenis-jenis padi-padian lainnya, semua jenis kentang, ubi rambat dan
ketela dan gula.
c Makanan yang kaya lemak adalah minyak, beberapa jenis daging dan
hasil olahannya, mentega yang terbuat dari susu sapi, mentega yang
terbuat dari susu kerbau dan beberapa jenis hasil olahan susu,
margarine, berbagai jenis ikan, biji berminyak dan kacang kedelai.
d Makanan yang kaya vitamin A adalah sayur-sayuran yang berwarna
hijau tua, wortel, ubi, labu, mangga, pepaya, telur dan hati.
e Makanan yang kaya vitamin B adalah sayur-sayuran yang berwarna
hijau tua, kacang tanah, buncis, polong-polongan, gandum, daging,
ikan dan telur.
f Makanan yang kaya vitamin Cadalah buah-buahan dan sebagian besar
sayuran.
g Makanan yang kaya zat besiadalah daging, ikan, kacang tanah, buncis,
polong-polongan, sayuran berdaun hijau tua dan buah yang sudah
dikeringkan.
h Tubuh membutuhkan bermacam-macam zat gizi - protein, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral - dan semua ini berasal dari makanan yang
kita makan.
i Protein diperlukan untuk membentuk dan mempertahankan otot, darah,
j Karbohidrat dan lemak terutama sebagai penyedia energi, meskipun
beberapa jenis lemak juga dibutuhkan untuk pembentuk tubuh dan
juga membantu tubuh memanfaatkan vitamin tertentu (A,D,E,K).
k Vitamin dan mineraldibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit (dari
pada protein, lemak dan karbobidrat), tetapi sangat penting untuk
menjaga status gizi. Vitamin dan mineral membantu tubuh bekerja
dengan baik dan tetap sehat. Beberapa mineral juga memperbaiki
jaringan-jaringan tubuh, sebagai contoh Kalsium (Ca) dan Fluoride (F)
banyhak terdapat di dalam tulang dan gigi, serta zat besi (Fe) di dalam
darah.
l Serat makanan dan air bersih juga diperlukan untuk keseimbangan
pola makan yang baik.
2.2Food Frequency Questionnaire (FFQ)
Food Frequency Questionnaire adalah metode untuk memperoleh data tentang
frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode
tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Dengan food frequency dapat
diperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena
periode pengamatan lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan
rangking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam
penelitian epidemiologi gizi (Supariasa, 2002). Untuk memperoleh asupan gizi secara
relatif atau mutlak, kebanyakan FFQ sering dilengkapi dengan ukuran khas setiap
FFQ tidak jarang ditulis sebagai riwayat pangan semikuantitatif (semiquantitative
food history). Asupan zat gizi secara keseluruhan diperoleh dengan jalan
menjumlahkan kandungan zat gizi masing-masing pangan (Arisman, 2007).
Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau makanan
dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan
yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi
yang cukup sering oleh responden.
FFQ merupakan kuesioner yang menggambarkan frekuensi responden dalam
mengkonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman. Frekuensi konsumsi makanan
dilihat dalam satu hari, atau minggu, atau bulan, atau dalam satu tahun. Kuesioner
terdiri dari list jenis makanan dan minuman.
A. Beberapa jenis FQ adalah sebagai berikut:
1. Simple or nonquantitative FFQ, tidak memberikan pilihan tentang porsi yang
biasa dikonsumsi sehingga menggunakan standar porsi
2. Semiquantitatif FFQ, memberikan porsi yang dikonsumsi, misalnya sepotong
roti, secangkir kopi.
3. Quantitaive FFQ,memberikanpilihan porsi yang biasa dikonsumsi responden,
B. Kelebihan metode frekuensi makanan:
1 Relatif murah dan sederhana
2 Dapat dilakukan sendiri oleh responden
3 Tidak membutuhkan latihan khusus
4 Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan
makanan
C. Kekurangan metode frekuensi makanan:
1 Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari
2 Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data
3 Cukup menjemukan bagi pewawancara
4 Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan
yang akan masuk dalam daftar kuesioner
2.3Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Makan
Menurut pendapat Suhardjo (1989) dan Pelto (1981) bahwa faktor yang
mempengaruhi pola makan dapat dikelompokkan menjadi faktor ekonomi (uang
saku), tempat tinggal, sosial budaya (pendidikan gizi, jumlah anggota keluarga,
kepercayaan, budaya dan agama), serta faktor pribadi yaitu pengetahuan gizi, jenis
kelamin, sikap gizi dan aktivitas.
2.3.1 Uang Saku
Faktor ekonomi merupakan faktor yang sangat penting terhadap kuantitas dan
kualitas makanan yang dikonsumsi keluarga, hal tersebut dapat diukur melalui uang
bulanan. Seiring dengan meningkatnya pendapatan, akan memberikan peluang untuk
meningkatkan pembelian makanan yang beragam dan bermutu Ritche (1967) dalam
Hardinsyah & D.Briawan (2005).
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan terhadap kualitas dan
kuantitas hidangan. Semakin tinggi tingkat pendapatan, berarti semakin baik kualitas
dan kuantitas makanan yang diperoleh, seperti membeli buah, sayuran, dan aneka
ragam jenis makanan Berg (1986) dalam Simatupang (2008).
Kondisi kemakmuran ekonomi bertambah maju akan menyebabkan perubahan
pola makan seperti pada sebagian besar negara maju mempunyai pola makan yang
lebih banyak komponen hewaninya dibandingkan negara miskin (Suhardjo, 1989).
Penghasilan keluarga terendah tidak mungkin membeli jumlah makan dan bahan
Apriadji (1986) mengemukakan bahwa keluarga dengan pendapatan terbatas akan
cenderung kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuh. Jika tingkat pendapatan naik maka
jumlah makanan yang dikonsumsi cenderung untuk membaik juga, secara tidak
langsung zat gizi yang diperlukan tubuh akan terpenuhi dan akan meningkatkan
status gizi (Suhardjo, 2003).
Berdasarkan penelitian Mahaffey at all (2009) didapat bahwa perempuan Asia
dengan pendapatan yang lebih tinggi memakan lebih banyak ikan. Pada penelitian
Amran (2003) juga didapat bahwa uang bulanan mahasiswa memiliki hubungan
yang bermakna dengan pola makan. Penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendapatan dapat mempengaruhi pola makan terutama jumlah makanan yang
dikonsumsi. Besarnya uang bulanan bagi mahasiswa membawa dampak terhadap
pola makan mahasiswa. Semakin besar uang bulanan maka semakin baik kualitas
makanan mahasiswa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Radhitya (2009) diperoleh hasil
bahwa yang paling berpengaruh terhadap pola makan adalah biaya yang dikeluarkan
untuk makanan. Perubahan pendapatan secara langsung dapat mempengaruhi
perubahan pola makan keluarga. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar
peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik.
Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas
dan kuantitas pangan yang dibeli. Suatu studi yang dilakukan di India menunjukkan
bahwa 90 % dari 3000 anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi
Tetapi sebaliknya apabila uang saku baik belum tentu menjamin seseorang memiliki
pola makan yang baik asumsi ini sejalan dengan teori Suhardjo (1989) bahwa
pengeluaran uang yang lebih banyak tidak menjamin lebih beragam pola makannya
yang baik dan faktor pribadi dan kesukaanlah yang mempengaruhi jumlah dan jenis
makanan yang dikonsumsi. Bahkan pada pendapat Berg dkk (1986) mengatakan
bahwa besarnya uang bulanan yang diterima belum tentu digunakan untuk makanan
yang beragam tetapi pada keluarga di daerah Mysore membelanjakan uang yang
mereka dapat untuk dibelanjakan pakaian dan barang-barang bukan makanan.
2.3.2 Faktor Sosial Budaya dan Agama
Kebudayaan suatu bangsa masyarakat mempunyai kekuatan yang
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap
makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi makanan. Dalam hal
sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam
masyarakat menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah (Supariasa, 2002).
Dalam struktur keluarga pedesaan, ayah mempunyai kedudukan tertinggi
dalam keluarga. Dalam soal makanan, ayah mendapatkan perhatian utama mendapat
makanan lebih banyak dibandingkan anggota keluaraga yang lainnya. Padahal
anggota keluarga lainnya itu lebih membutuhkan makanan lebih banyak seperti ibu
dan anak Apriadji (1986).
Adat istiadat dan kebiasaan makanan ada hubungannya dengan
Kebanyakan kelompok agama juga mempunyai larangan tertentu atas penggunakan
jenis makanan tertentu. Karena menganggap makanan yang dilarang tersebut
berbahaya bagi kesehatan (Suhardjo, 1989).
2.3.3 Pendidikan
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting
yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena dengan pendidikan yang lebih tinggi
diharapkan pengetahuan atau informasi yang dimiliki tentang gizi menjadi lebih baik
(Berg, 1986).
Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan adalah suatu proses penyampaian
bahan, materi pendidikan kepada sasaran pendidikan guna perubahan tingkah laku.
Hasil pendidikan orang dewasa adalah perubahan kemampuan, penampilan atau
perilakunya. Tingkat pendidikan formal membentuk nilai–nilai progresif bagi
seseorang terutama dalam menerima hal-hal baru. Tingkat pendidikan formal
merupakan faktor yang ikut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
menekuni pengetahuan yang diperoleh. Pendidikan merupakan faktor tidak langsung
yang mempengaruhi status gizi (Soekirman, 2000).
2.3.4 Jumlah Aggota Keluarga
Menurut Berg (1986), besar keluarga mempengaruhi terbatasnya bahan
makanan yang teredia. Anak-anak yang mengalami gizi kurang pada rumah tangga
yang mempunyai anggota rumah tangga banyak, kemungkinan lima kali lebih besar
Keluaraga dengan banyak anak dan jarak kehamilan antara anak yang amat
dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah. Kalau pendapatan keluarga hanya
pas-pasan sedangkan anak banyak, maka pemerataan dan kecukupan makanan
didalam keluarga kurang bisa dijamin. Keluarga ini disebut keluarga rawan, karena
kebutuhan gizinya hampir tidak pernah tercukupi dan demikian penyakitpun akan
terus mengintai (Apriaji, 1986).
2.3.5 Tempat Tinggal
Letak tempat tinggal memudahkan dalam memperoleh makanan menentukan
banyak sedikitnya makanan yang didapat untuk dikonsumsi (Harper, 2006). Letak
tempat tinggal juga berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu. Sebagai
contoh, seorang petani yang tinggal di desa dan dekat dengan areal pertanian akan
lebih mudah dalam mendapatkan bahan makanan segar dan alami, seperti buah dan
sayur. Namun, seseorang yang tinggal di daerah perkotaan akan mengurangi akses
untuk mendapatkan bahan makanan segar tersebut, karena di daerah perkotaan lebih
banyak tersedia berbagai makanan cepat saji, walaupun tidak menutup
kemungkinan, penduduk perkotaan ada yang mengkonsumsi buah dan sayur
(Suhardjo, 1989).
Pada penelitian Jago et al (2007) menyebutkan bahwa lingkungan fisik
tempat tinggal orang dewasa dan kemudahan mencapai tempat penjualan makanan
mempunyai pengaruh terhadap konsumsi buah dan sayur. Pendapat Guthrie &
Picciano (1995) yang mengatakan bahwa pada orang dewasa terjadi perubahan pola
meninggalkan kebiasaan makanan orang tua, tetapi lebih banyak makan dan jajan
diluar. Dalam mendukung seseorang dan populasi melakukan pola makan yang sehat
maka diperlukan ketersediaan makanan, kecukupan dan dapat diakses semua orang
(Harper, 2006). Lain halnya dalam studi di Amerika pada remaja non-Hispanic black
dan non-Hispanic white didapatkan bahwa ketersediaan makanan di rumah tangga
tidak signifikan dengan konsumsi buah dan sayur pada orang dewasa dan juga
berdampak kecil terhadap kecenderungan dalam mengonsumsi buah dan sayur pada
orang dewasa tersebut (Befort, 2006).
2.3.6 Pengetahuan Gizi
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang di dapat setelah orang melakukan
penginderaan terhadap obyek tertentu. Pengetahuan memegang peranan penting
dalam hal pembentukan tindakan seseorang (over behavior), jika didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng bila dibandingkan tanpa disadari pengetahuan
(Notoatmojo, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2007) mendefinisikan bahwa perilaku manusia
adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti keinginan, kehendak,
pengetahuan, emosi, berfikir, sikap, motivasi, dan reaksi, sehingga setiap tindakan
manusia baik baik positif mauoun yang negatif didasari oleh salah satu faktor
tersebut. Pada mahasiswa pengetahuan yang baik dapat tertutup oleh gejala kejiwaan
yang lain seperti keinginan, kehendak, minat, emosi, sikap, motivasi, dan reaksi.
Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan sedini mungkin sehingga
perilaku makannya karena pengetahuan gizi sangat bermanfaat dalam menentukan
apa yang kita konsumsi setiap harinya (Notoatmojo, 2007). Dengan adanya pengetahuan gizi pada seseorang, maka kita dapat menyesuaikan tingkat kebutuhan
zat gizi yang sesuai dengan banyak kalori yang kita perlukan setiap harinya dalam
melakukan aktivitas dan produktivitas kita sehari-hari sehingga dapat dicapai
kesehatan yang optimal (Paul, 2001). Hal ini didukung oleh pendapat Berg dalam
Suhardjo (1989) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab timbulnya gangguan
gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi. Solusi yang dapat dilakukan melalui suatu
proses belajar mengajar tentang pola makan, bagaimana tubuh menggunakan zat besi
dan bagaimana zat besi tersebut diperlukan untuk menjaga kesehatan.
Berdasarkan penelitian Nisa (2007) didapatkan hasil bahwa ada hubungan
yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan status gizi. Pengukuran dilakukan
dengan cara wawancara menggunakan kuesioner. Aspek-aspek dalam pengetahuan
gizi yaitu; Pengetahuan tentang kandungan zat gizi dalam berbagai bahan makanan,
kegunaan makanan bagi kesehatan dan memilih bahan makanan yang nilai gizinya
tinggi (Moehji, 2003). Namun pada penelitian Nasution (2001) didapat bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pola konsumsi makan.
Sesuai dengan pendapat Harper (2006) yang menyatakan bahwa kurangnya
pengetahuan akan menyebabkan sikap yang salah/negatif dalam memenuhi
kebutuhan pangan. Hal ini didukung oleh pendapat Berg dalam Suhardjo (1989)
yang menyatakan bahwa salah satu penyebab timbulnya gangguan gizi adalah
memiliki pengetahuan gizi yang baik tidak berarti bahwa seseorang akan
menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari.
2.3.7 Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi,
sehingga ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi (Apriajdi,1986). Jenis
kelamin menentukkan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang. Pertumbuhan
dan perkembangan individu sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan
(Worthington, 2000). Hasil penelitian Hanley (2000), di Kanada didapatkan
prevalensi overweight 27.7 % pada laki-laki dan 33.7% pada anak perempuan.
Besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang, berbeda menurut jenis kelamin.
Pria lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan protein dari pada wanita, karena
secara kodrat, pria memang diciptakan tampil lebih aktif dan lebih kuat. Hal ini juga
sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan wanita dan pria. Tetapi dalam
kebutuhan zat besi, wanita jelas membutuhkannya lebih banyak dari pada pria. Tak
lain karena setiap bulan wanita secara langsung teratur mengalami menstruasi,
sehingga zat besi diperlukan wanita lebih banyak untuk menyusun kembali unsur
darah sebagai pengganti (Apriadji, 1986). Apriadji (1986) juga menyatakan bahwa
anak perempuan lebih mementingkan penampilannya, dibandingkan laki-laki jadi
perempuan lebih memilih jenis makanan yang baik.
Kebutuhan zat gizi juga berbeda antara laki-laki dan perempuan terutama
pada usia dewasa. Perbedan ini terutama disebabkan oleh komposisi tubuh dan jenis
tinggi pula terutama energi (Depkes, 2005). Jenis kelamin menentukan besar
kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang. Survey pola makan di Eropa memperhatikan
perbedaan pola makan pria dan wanita. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
kaum pria memiliki asupan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (Gibney
et al, 2005). Penelitian dari hasil penelitian Nasution (2001) memperoleh bahwa
tidak ada hubungan antara jenis kelamin mahasiswa dengan pola konsumsi pangan.
2.3.8 Sikap Gizi
Sikap merupakan suatu yang masih bersifat abstrak, dapat didasarkan pada
keyakinan yang ada pada setiap individu (yang berkaitan dengan kognitif) dan sering
kali sikap dipengaruhi oleh perasaan (yang merupakan komponen emosional)
sehingga dapat membawa atau menentukan perilaku tertentu (Oppenheim dalam
Ancok, 2004)
Perilaku terbentuk karena adanya sikap dalam diri seseorang terhadap suatu
objek. Menurut Blum dalam Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan hasil dari
segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan masalahnya yang
terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, keinginan, kehendak, kepentingan,
emosi, motivasi, reaksi dan persepsi.
Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan
seseorang, tapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab
menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini
sangat bergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
badan secara fisik, tetapi juga mempunyai pengaruh terhadap sanubari, kecerdasan
dan kebijaksaan serta naluri. Hasil penelitian Nasution (2001) didapatkan ada
hubungan yang bermakna antara pola konsumsi dengan sikap pemenuhan gizi.
Tetapi pendapat Harper (2006) yang menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan
akan menyebabkan sikap yang salah/negatif dalam memenuhi kebutuhan pangan.
2.3.9 Aktivitas
Kesibukan dan rutinitas mempengaruhi konsumsi makan seseorang.
Seseorang yang sibuk oleh berbagai aktivitas cenderung akan memilih jenis
makanan yang praktis dan mudah diperoleh Menurut Becke (1982) dalam Kamso
(2000). Berdasarkan penelitian Nurul (2006) dalam Indrawagita (2009) diperoleh
bahwa terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi.
Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan para mahasiswa
akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola makanan sering tidak teratur,
sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang (Sayogo,
2006). Putra (2008) banyak faktor pertumbuhan mahasiswa diiringi dengan
meningkatnya aktivitas mahasiswa yang pada akhirnya dapat menimbulkan dampak
terhadap apa yang di makan mahasiswa tersebut. Orang-orang yang aktif memang
membutuhkan lebih banyak makanan untuk energi. Maka untuk meningkatkan
energi orang yang aktif tidak hanya dapat mengandalkan makanan tinggi kalori,
tetapi seharusnya juga memiliki makanan kaya zat gizi seperti sereal, roti, buah
sayur dan susu (Sizer, 1988). Pada penelitian Hela (2008) didapat bahwa ada
Sesuai dengan pendapat Suhardjo (1989), pada masyarakat yang menghabiskan
waktu dari pagi sampai sore di luar rumah,biasanya akan berkembang kebiasaan
makan ditempat kerja dimana makanan disediakan oleh katering yang bekerjasama
dengan perusahaan.
Kehidupan mahasiswa menyebabkan terjadi perubahan pola makanan
(Guthrie & Picciano, 1995). Perubahan kehidupan sosial dan kesibukan para
mahasiswa akan mempengaruhi pola makan mereka terutama perubahan selera yang
akan jauh dari konsep seimbang yang berdampak terhadap kesehatan dan status gizi
(Baliwati, 2004)
2.4Mahasiswa
Mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur 19-24 tahun menurut Susanto
(2003) dalam Rahmawati (2006). Pada usia dewasa unsur gizi merupakan faktor
kualitasa SDM yang pokok, gizi tidak hanya sekedar mempengaruhi derajat
kesehatan dan ketahanan fisik, tetapi juga menentukan kualitas kecerdasan
intelektual bagi manusia Hidayat (1997) dalam Indrawagita (2009).
Menurut Guthrie & Picciano (1995), pada usia dewasa terjadi perubahan pola
makan, mereka menjadi tidak tergantung pada pola makan orang tua, lebih banyak
makan dan jajan di luar rumah. Mereka sering mencoba makanan baru dan
meninggalkan kebiasaan makan orang tua (Ulfa, 1998).
Pola makan pada usia dewasa merupakan permulaan seseorang dalam
mengadopsi perilaku pola makan yang cenderung akan menetap pada masa dewasa
mengonsumsi makanan yang mengandung serat. Manifestasinya dapat menghambat
aktivitas kerja yang akan menurunkan produktifitas kerja. Hal ini disebabkan karena
kemampuan kerja sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia, energi
tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan apabila jumlah makanan sehari-hari
tidak memenuhi kebutuhan, maka energi didapat dari cadangan tubuh Rachmat, dkk
2.5 Kerangka Teori
Menurut pendapat Suhardjo (1989) dan Pelto (1981) bahwa faktor yang
mempengaruhi pola makan dapat dikelompokkan menjadi faktor ekonomi (uang
saku), tempat tinggal, sosial budaya (pendidikan gizi, jumlah anggota keluarga,
kepercayaan, dan agama), pengetahuan gizi, jenis kelamin, sikap gizi dan aktivitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan dapat digambarkan pada bagan 2.1
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3.1KerangkaKonsep
Kerangka konsep ini mengacu kepada kerangka teori gabungan dari pendapat
Suhardjo (1989) dan Pelto (1981) bahwa faktor yang mempengaruhi pola makan
dapat dikelompokkan menjadi faktor ekonomi (uang saku), tempat tinggal, sosial
budaya (pendidikan gizi, jumlah anggota keluarga, budaya dan agama), serta
faktor pribadi yaitu pengetahuan gizi, jenis kelamin, sikap gizi dan aktivitas.
Untuk variabel Sosial budaya pendidikan tidak dimasukkan karena semua
responden mahasiswa perguruan tinggi. Jumlah anggota keluarga tidak
dimasukkan karena rata-rata responden lebih sering berada di kampus dan
beberapa diantara mereka merupakan anak kost. Kepercayaan tidak dimasukkan
karena semua responden beragama Islam. Variabel yang di teliti terdiri dari uang
saku, pengetahuan gizi, jenis kelamin, sikap gizi, aktivitas dan tempat tinggal.
Gambaran variabel yang diteliti dapat di gambarkan pada bagan 3.1.
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Pola Makan Uang Saku
Pengetahuan Gizi
Jenis Kelamin
Sikap Gizi
Aktivitas
3.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel Dependen
1 Pola Makan Jenis makanan yang dikonsumsi terdiri dari
makanan pokok, lauk-pauk,
sayur dan buah yang
dikonsumsi responden
Wawancara Formulir
FFQ
0 = Pola makan tidak sesuai PUGS
(Pedoman Umum Gizi Seimbang)
1= Pola makan sesuai PUGS (makanan
pokok 3-8 porsi/hari, lauk- pauk 2-3
porsi/hari, sayuran 2-3 porsi/hari, dan
buah 3-5 porsi/hari )
(Depkes, 2008b)
Ordinal
Variabel Independen
1 Uang Saku Jumlah uang yang diterima mahasiswa perbulan yang
dihitung dalam rupiah.
Wawancara Kuesioner 0 = Kurang, jika< median
1= Baik, jika > median
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel Independen
2 Pengetahuan Gizi
Kemampuan responden dalam
menjawab pertanyaan
mengenai pengatahuan gizi
Wawancara Kuesioner 0 = Kurang, jika< median
1= Baik, jika > median
Ordinal
3 Jenis Kelamin Perbedaan seks yang di dapat sejak lahir yang dibedakan
antara laki-laki dan
perempuan (Depkes, 2008a)
Wawancara Kuesioner 0 = Perempuan
1= Laki-laki
Ordinal
4 Sikap Gizi Respon yang masih tertutup dari responden terhadap pola
makan
Wawancara Kuesioner 0 = Negatif, jika< median
1= Positif, jika > median
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel Independen
5 Aktivitas Kegiatan harian responden yang dapat mempengaruhi
pola makan (Hela, 2008)
Wawancara Kuesioner 0 = Kuliah
1 = Kuliah + organisasi, kuliah + kerja
2 = Kuliah + organisasi + kerja
Ordinal
6 Tempat Tinggal
Gambaran keberadaan
responden tinggal selama
kuliah
Wawancara Kuesioner 0 = Tidak tinggal bersama orang
tua/keluarga
1= Tinggal bersama orang tua/keluarga
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara uang saku terhadap pola makan pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.
2. Ada hubungan antara pengetahuan gizi terhadap pola makan pada
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2011.
3. Ada hubungan antara jenis kelamin terhadap pola makan pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.
4. Ada hubungan antara sikap gizi terhadap pola makan pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.
5. Ada hubungan antara aktivitas terhadap pola makan pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.
6. Ada hubungan antara tempat tinggal terhadap pola makan pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu