• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF "Strategi Yayasan Semarak Bengkulu Dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PDF "Strategi Yayasan Semarak Bengkulu Dalam"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

“STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN PANCASILA

DI ERA DIGITAL 4.0”

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana (S.Pd) Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam

Oleh

RAICITA DENARA NIM. 161 121 0120

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU TAHUN 2020

(2)
(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

MOTTO

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya

berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.

(Ali-Imran : 191).

Kalau Kita Hidup Senang Tidak Usah Belajar Bagaimana Caranya Karena Kita Pasti Bisa Menjalaninya Tetapi Kita Harus Belajar Hidup Susah Dan Penuh Dengan Perjuangan

Karena Disitulah Keberhasilan Akan Tercapai.

(Raicita Denara)

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Karya indah ini tidak dapat terwujud tanpa adanya doa dan harapan dari orang-orang tercinta dan terkasih yang ada disekelilingku. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih dan mempersembahkannya kepada :

 Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

 Orang tuaku tercinta, ayahanda Burman P dan ibunda Armadin yang sangat kucinta, yang selalu rela berkerja keras banting tulang, bercucuran keringat, tidak mengenal rasa lelah dan yang terus memberikanku dorongan dan motivasi demi keberhasilanku dan selalu berdoa untuk keberhasilanku yang menjadi inspirasi besar dalam hidupku semoga tetap dalam lindungan Allah SWT.

 Saudara kandungku Andri Sudrajad dan Saudari kandungku Ria Risatia yang tidak bosan-bosannya memberikan dukungan, semangat dan motivasi untuk menyelesaikan perkuliahan dan selalu menantikan keberhasilanku.

 Calon imamku Wahyu Afrizal yang luar biasa baik setia menemani dan banyak membantu dalam menyelesaikan perkuliahan, serta tak pernah bosan mendengarkan keluh kesahku dan selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi.

 Kakak Tingkatku yaitu Tison Haryanto, M.Pd, Yuli Partiana, M.Pd yang selalu memberikan motivasi sehingga aku bisa menyelesaikan Skripsi ini.

 Teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2016, khususnya teman-teman PAI D 2016.

 Kelompok 29 KKN IAIN Bengkulu Desa Pagar Dewa, Kecamatan Kota Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan.

 Kepala Yayasan Semarak Bengkulu, Kepala Pondok Pesantren Pancasila, Wakil Kepala Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu, Sekretaris, serta para dewan guru yang lainnya, yang telah membantu saya dalam pembuatan skripsi ini.

(8)

viii

 Para Santri Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu yang telah membantu dalam berbagai hal selama saya melakukan penelitian.

 Semua dosen dan karyawan IAIN Bengkulu yang telah mengajari arti perjuangan dan tidak lupa terima kasih banyak juga kepada pembimbingku Bapak. Dr. Suhirman, M.Pd dan Adi Saputra, S.Sos, M.Pd yang sudah membantuhku menyelesaikan perjuanganku .

 Almamater kebanggaanku yang telah membuatku meraih keberhasilan.

(9)

ix ABSTRAK

Raicita Denara, NIM. 161 121 0120. Skripsi: “Strategi Yayasan Semarak Bengkulu Dalam Pengembangan Pondok Pesantren Pancasila di Era Digital 4.0”. Program Studi Pendidikan Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Fakultas Tarbiyah dan Tadris, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu. Pembimbing 1: Bapak. Dr. Suhirman, M.Pd, Pembimbing II: Adi Saputra, S.Sos, M.Pd.

Kata kunci: Strategi Yayasan, Pengembangan Pondok, Era Digital 4.0

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0 Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0 Metode dalam penelitian ini menggunakan motode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data adalah Editing, Kategorisasi, dan Penafsiran data. Hasil penelitian ini adalah Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0 yaitu Pertama, penguatan basis nilai dalam arti bahwa pondok pesantren Pancasila Bengkulu harus tetap berpijak pada dasar dan tujuan asal pendidikan Islam.

Kedua, mempersiapkan sumber daya yang mumpuni wajib dilakukan oleh Pesantren Pancasila Bengkulu. Kompetensi tersebut adalah kemampuan berpikir kritis, inovatif, kreatif serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik, mampu berkolaborasi dan memiliki kepercayaan diri. Ketiga, peningkatan infrastruktur (sarana) yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Keempat, pengembangan kurikulum pesantren yang tepat guna, berkesusaian dengan perkembangan zaman.

Adapun faktor pendukung dalam berkembangnya Pondok Pesantren antara lain sebagai berikut: Faktor Internal, Kinerja pengurus dan tenaga pendidik yang baik, Keunggulan Kurikulum, Biaya pendidikan terjangkau. Sedangkan Faktor Eksternal adanya dukungan dari para Wali Santri dan Sebagian Masyarakat, Letak Geografis yang Startegis. Sedangkan faktor penghambat pondok pesantren pancasila ada dua yaitu Faktor Internal, Kurangnya Lahan Untuk Perluasan Yayasan Semarak Bengkulu dan Kurangnya Tenaga Pengajar. Sedangkan faktor eksternalnya Kurangnya Dukungan dari Masyarakat sekitar dan Kompetisi antar Lembaga Pendidikan.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga Alah SWT, selalu mencurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menegakan kebenaran di muka bumi ini.

Skripsi berjudul : “Strategi Yayasan Semarak Bengkulu Dalam Pengembangan Pondok Pesantren Pancasila Di Era Digital 4.0.” Skripsi ini dibuat bertujuan guna memperoleh Gelar Sarjana Strata satu Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri IAIN Bengkulu. Untuk itu izinkanlah peneliti menghaturkan banyak terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak. Prof. Dr. H. Sirajuddin M, M.Ag., MH, selaku Rektor Institut Agama

Islam Negeri IAIN Bengkulu yang telah memberikan berbagai fasilitas dalam menuntut ilmu pengetahuan di IAIN Bengkulu.

2. Bapak Dr. Zubaedi, M.Ag, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris.

Yang telah banyak memberikan bantuan dalam perkuliahan mahasiswa.

3. Bapak Dr. Suhirman, M.Pd selaku Pembimbing I skripsi program studi PAI, yang telah sabar dan ikhlas dalam membimbing penulis.

4. Bapak Adi Saputra, S.Sos, M.Pd selaku kepala Prodi PAI dan Pembimbing II skripsi program studi PAI, yang telah sabar dan ikhlas dalam membimbing penulis.

(11)

xi

5. Segenap staf perpustakaan dan karyawan IAIN Bengkulu yang telah menyediakan fasilitas sehingga membantu penulis menyelesaikan proposal skripsi.

6. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri IAIN Bengkulu yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi.

7. Bangsa, Negara dan Agama yang tercinta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karana itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya bermanfaat bagi kita semua terutama dapat memberikan kontribusi yang positif dalam mengajar siswa. Aamiin.

Bengkulu, 24 Agustus 2020 Penulis

Raicita Denara NIM. 161 121 0120

(12)

xii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

NOTA PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Strategi Pembelajaran ... 10

1. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 10

2. Pengertian Pondok Pesantren ... 11

3. Tujuan Pondok Pesantren ... 12

4. Karakteristik Pokok Pesantren... 14

5. Fungsi Pokok Pesantren ... 17

B. Pondok Pesantren Era Digital 4.0 ... 20

1. Karakteristik Sang Calon Santri dari Generasi Alfa ... 22

2. Tantangan dan Peluang Pesantren Dalam Pendidikan di Era Digital 4.0 ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

C. Data dan Sumber Data ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 36

E. Uji Keabsahan Data ... 39

F. Uji Kredibilitas ... 40

G. Teknik Analisa Data ... 43

(13)

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah ... 46

1. Letak Geografis Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu ... 46

2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu ... 47

3. Sistem Pendidikan ... 49

4. Perkembangan Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu ... 51

B. Hasil Penelitian ... 53

1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0 ... 54

2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksaaan teknologi di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0 ... 64

C. Pembahasan ... 69

1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Bengkulu Relevan dengan Era Revolusi Industri 4.0 ... 69

2. Faktor pendukung dan penghambat Pelaksanaan teknologi di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0 ... 76

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 84

B. Saran-Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tantangan Industri 4.0 ... 29 Tabel 1.2 Jumlah Santri Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu ... 50 Tabel 1.3 Organisasi kelembagaan yang ada di pondok pesantren

pancasila Bengkulu ... 52 Tabel 1.4 Jumlah Dewan Guru ... 52

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Uji Kredibilitas Dalam Penelitian Kualitatif ... 41

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Foto Wawancara Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi Lampiran 4 Instrumen Penelitian Lampiran 5 Berita Acara Penelitian

Lampiran 6 Surat Pemberitahuan Kelulusan Lampiran 7 Surat Mohon Izin Penelitian

Lampiran 8 Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi Lampiran 9 Surat Izin Penelitian dari Prodi

Lampiran 10 Surat Keterangan telah melakukan Penelitian

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi, pondok pesantren dihadapkan pada beberapa perubahan sosial budaya yang tidak terelakkan, pondok pesantren tidak dapat melepaskan diri dari perubahan-perubahan. Kemajuan teknologi informasi dapat menembus benteng budaya pondok pesantren. Dinamika sosial ekonomi telah mengharuskan pondok pesantren untuk tampil dalam persaingan dunia pasar bebas (free market), belum lagi sejumlah perkembangan lain yang terbungkus dalam dinamika masyarakat yang juga berujung pada pertanyaan tentang resistensi (ketahanan), responsibilitas (tanggung jawab), kapabilitas (kemampuan), dan kecanggihan pondok pesantren dalam tuntutan perubahan besar. Usaha mencari alternatif jawaban itu relatif akan ditemukan bila.diketahui dan dipahami secara persis antropologi internal dan eksternal pondok pesantren.

Upaya ini meniscayakan penelanjangan yang jujur dan rela melepaskan diri dari segala asumsi negatif dan sikap apriori terhadap pondok pesantren.1

Pesantren, dengan teologi yang dianutnya hingga kini, ditantang untuk menyikapi globalisasi secara kritis dan bijak. Pesantren harus mampu mencari solusi yang benar-benar mencerahkan, sehingga pada pada suatu sisi, dapat menumbuh kembangkan kaum santri untuk memiliki wawasan yang luas, yang tidak gamang menghadapi modernitas, dan sekaligus tidak kehilangan identitas

1Abdul Kholiq Syafa‟at, Strategi Pengembangan Pondok Pesantren Dalam Era Globalisasi Di Kabupaten Banyuwangi, (Surabaya, Juni 2014), INFERENSI, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 8, No. 1, h. 246-247.

1

(18)

dan jati dirinya, dan pada sisi lain, dapat mengantarkan masyarakatnya menjadi komunitas yang menyadari tentang persoalan yang dihadapi dan mampu mengatasi dengan penuh kemandirian dan peradaban.2

Pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis agama yang memiliki tugas pokok yaitu transmisi ilmu-ilmu dan pengetahuan Islam, pemeliharaan tradisi Islam, dan reproduksi (calon-calon) ulama telah dihadapkan pada tantangan perubahan zaman dan karakter generasi yang hidup pada masa sekarang. Kajian ini bersifat deskriptif eksploratif yang menganalis tantangan pesantren dalam aspek pendidikan dan dakwah di era revolusi industri keempat (RI 4.0) dan kehadiran peserta didik dari generasi alfa dengan segala karakteristik mereka sebagai penduduk asli digital.3

Keberadaan pondok pesantren dalam sejarahnya, selain menjadi pusat kajian ilmu-ilmu agama Islam, juga menjadi pusat kajian dakwah dan benteng aqidah umat, bahkan pernah membuktikan dirinya sebagai pelopor pergerakan kemerdekaan, pengawal budaya bangsa, serta penggerak ekonomi kerakyatan.

Selain itu pendidikan pesantren selama ini juga terbukti berhasil dalam mengembangkan seluruh kemampuan dan potensi manusia Indonesia dengan seimbang dan profesional, baik potensi fisik, akal maupun hati (qaib), sehingga akan lebih mampu melahirkan manusia-manusia yang tinggi kualitas

2Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi, (Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol. 2, No. 1, h. 351.

3Juhasz, & Horvath-Csikos, Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2, h.94.

(19)

ketaqwaannya, baik dalam segi pemahaman agamanya dan manusia yang banyak memberikan kemanfaatan kepada manusia lainnya.4

Fungsi pesantren sebagai lembaga pendidikan tidak lepas dari tujuan berdirinya pesantren itu sendiri yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pada awalnya pendidikan pesantren menggunakan sistem tradisonal, sistem ini sangat sederhana contohnya seperti sorogan, watona dan bandongan lebih maju lagi sistem pendidikan pesantren menggunakan sistem modern karena sistem yang lama dianggap kurang sesuai dengan perkembangan zaman maka perlu adanya inovasi di samping sistem tradisional sebagai ciri khas pesantren.5

Dengan adanya pengetahuan modern, industri, hasil teknologi dan kebudayaan yang dibawa orang asing akan sangat berpengaruh baik positif maupun negatif terhadap kehidupan bagai badai yang tak dapat dihindari lagi. Hal itu bukan suatu hal yang mustahil bakal terjadi. Perkembangan teknologi dan informasi yang disertai dengan nilai-nilai budaya Barat pada akhirnya akan mengikis nilai-nilai Islam yang sudah mengakar di masyarakat. Sebagaimana pengalaman dampak globalisai. Sementara budaya negatif semakin dominan dengan merajalelanya perjudian, minuman-keras (alkohol), dan prostitusi.6

Pesantren yang menjadi harapan masyarakat dan tempat menuntut ilmu bagi masyarakat dengan harapan mampu menghadapi permasalahan yang ada, ternyata

4Hasjim Munif, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi, (Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol. 2, No. 1, h. 352.

5RZ. Ricky Satria Wiranata, Tantangan, Prospek Dan Peran Pesantrendalam Pendidikan Karakter Di Era Revolusi Industri 4.0, (Yogyakarta, Juni 2019), Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 8, Nomor 1, h.80.

6Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi, (Pasuruhan, Maret 2018), Jurnal Ja‟far, h.351.

(20)

pesantren itu sendiri juga menghadapi problem adapun permasalahan yang dihadapi pondok pesantren yaitu:

1. Problem kurikulum karena kebanyakan pesantren terutama yang salaf kurikulumnya masih tetap menggunakan kurikulum tradisional sehingga lulusannya maksimal guru ngaji atau penceramah sebagian ada yang jadi petani dan jadi pengangguran.

2. Manajemen dan perencanaannya, banyak pesantren yang tanpa menggunakan manajemen dan perencanaan pokoknya yang penting jalan sehingga pesatren ini tidak ada perkembangan dan kemajuan.

3. Keuangan. Keuangan pesantren dihasikan dari iuran santri sementra kebanyakan santrinya dari ekonomi rendah dan iurannya disesuaikan dengan kemampuan akibat untuk biaya operasionalnya sering kekurangan.

4. Kesiswaan karena kebanyakan santrinya berasal dari pelosok desa dan bermata pencaharian pertanian, ketika musim panen tiba wali santri meminta ijin untuk meliburkan anaknya agar dapat membantunya tapi seiring dengan perkembangan wali santri sudah mulai menerima perubahan.

Menyadari kompleksitas masalah yang dihadapi mengharuskan pondok pesantren untuk berbenah diri mencari alternatif solusinya mengadakan pembaharuan serta pengembangan dalam semua aspek pendidikan, sebab kalau tidak eksistensi pondok pesantren akan terisolasi dari dunia pendidikan.7

Sementara pembelajaran yang bersifat konvensional dan dogmatis telah lama menghadirkan nuansa kegersangan dan kehampaan bagi mereka. Model

7Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi…, h.352.

(21)

pendidikan yang tidak kreatif sama saja membelenggu diri mereka untuk lebih berkembang. Padahal derasnya pengaruh teknologi dan internet, telah memberikan dampak yang cukup signifikan bagi kalangan kaum muda muslim dalam menentukan peran mereka untuk merespons perubahan global. Sehingga pendidikan Islam menyadari pentingnya melakukan perubahan untuk merespons euphoria teknologi yang sangat digandrungi generasi muda millenial.

Pondok ini bernama Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu. Nama tersebut diberikan oleh Presiden RI Bapak Soeharto pada saat peresmian Pondok Pesantren pada tanggal 18 November 1974 yang diwakili oleh Menteri Agama RI Bapak Prof. Dr. H. Mukti Ali, MA. Salah satu syarat mendirikan lembaga pendidikan swasta saat itu adalah adanya yayasan yang menaunginya, maka Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu didirikan dibawah naungan Yayasan Semarak Bengkulu. Modal awal pembangunan pondok ini berasal dari masyarakat Kelurahan Jembatan Kecil yang ketika itu bernama Pasar Jembatan Kecil berupa tanah wakaf seluas + 9 Ha (sekarang tinggal + 6 Ha) dan uang bantuan dari Presiden RI Bapak Soeharto sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) yang diserahkan kepada Pemda Provinsi (Bapak Gubernur H. Ali Amin, SH ) pada waktu kunjungan beliau ke Bengkulu tahun 1972. Pada awal berdirinya Pondok Pesantren Pancasila dipimpin oleh Kyai yang penuh kharismatik yaitu K.

H. Nawawi alumni Darul Ulum Mekkah sebagai direktur dan Buya Muh Rusli Alumni MTI Syeikh Angku Lakung Sumatera Barat sebagai wakil direktur, telah berhasil meletakkan pilar-pilar pondok yang mempunyai ke khasan sebagai lembaga pendidikan pondok dengan menyelenggarakan madrasah diniyah dari

(22)

kelas 1 sampai kela IV, kepemimpinan berikutnya berlanjut kepada Buya H. Muh Rusli kemudian Prof. KH. Jama‟an Nur, Drs. H. M. Asy‟ari Husein dan sampai saat ini di pimpin oleh KH. Ahmad Suhaimi, S.Ag.8

Untuk menghadapi kemajuan di era digital 4.0 Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu, kini memiliki asrama baru yang megah. Berdiri di lahan seluas 570 meter persegi. Asrama berlantai 2 ini semakin terlihat lebih modern, elegan, serta kekinian. di Sekretariat Pondok Pesantren Pancasila menjelaskan:

“Asrama ini dibangun di lahan ukuran 15X38 meter. Dengan nilai bangunan Rp 6 miliar bersumber dari bantuan Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR).”9

Bangunan itu dibagi untuk 8 kamar. Masing-masing kamar berukuran 7X10 meter. Asrama ini ditargetkan bisa menampung sekitar 180 santri. Asrama ini juga dilengkapi dengan fasilitas aula. Jadi asrama ini bukan hanya sebatas untuk tempat tidur saja, tetapi juga untuk kegiatan yang sifatnya dapat mengasah keterampilan para santri. Selain bangunan asrama, Kementerian PUPR juga menyediakan fasilitas furnitur bagi para santri. Kehadiran asrama baru ini, semakin menambah fasilitas bagus di Pondok Pesantren Pancasila. Diharapkan bisa memberikan dampak postif timbulnya keinginan masyarakat di Provinsi Bengkulu, menitipkan anaknya dididik di Pondok Pesantren Pancasila. Sekolah yang lebih mendalami tentang ilmu agama. Dikesempatan sama, Kepala Asrama Putra, mengutarakan:

8Muhammad Alfian, MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM MADRASA H DINIYAH PONDOK PESANTREN (Studi Multi Kasus P ada Pondok Pesantren Pancasila dan Pondok Pesantren Al-Quraniyah di Bengkulu), (UIN Raden Fatah Palembang, 2017), CONCIENCIA, Jurnal Pendidikan Islam, h. 45

9Jhon Indri, Sekretaris Pondok Pesantren Pancasila kepada BE saat diwawancarai, Kamis, 9 Februari 2019.

(23)

“Dengan adanya bantuan pembangunan asrama dari pemerintah kepada Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu ini, bisa mengatasi masalah pengadaan tempat tinggal para santri. Kemudian, bisa memberikan kenyamanan bagi para santri dengan bangunan asrama yang lebih bagus.”10 Di era Industri 4.0 merupakan fenomena tersendiri dalam dunia pendidikan sehingga menimbulkan hipotesis untuk diteliti bahwa cara yang ditempuh dalam pondok pesantren dalam mempertahankan eksistensi layak untuk diteliti, untuk itu penulis mengangkat judul: “Strategi Yayasan Semarak Bengkulu Dalam Pengembangan Pondok Pesantren Pancasila Di Era Digital 4.0.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya Sarana prasarana yang memadai.

2. Metode dan media pengajaran yang di terapkan di pondok pesantren Pancasila Bengkulu masih kurang maksimal seperti media infokus hanya tersedia masing-masing satu untuk satu lembaga formal.

3. Visi dan misi sekolah pesantren Pancasila Bngkulu yang masih kurang mengikuti kebutuhan perkembangan zaman modern.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas. Maka penulis berfokus pada permasalahan:

1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0.

10Nunu Nurahman,Kepala Asrama Putra Pondok Pesantren Pancasila kepada BE saat diwawancarai, Kamis, 9 Februari 2019.

(24)

2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas dapat diketahui rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian Untuk mengetahui:

1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0.

2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang hal-hal yang berkenaan dengan hakikat pesantren sebagai sistem pendidikan Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi para Kyai akan lebih memperhatikan anak didiknya dalam strategi untuk memajukan pondok pesantren.

(25)

b. Bagi peneliti, dapat memperluas ilmu pengetahuan serta lebih mendalami lagi dibidang spesifikasi pendidikannya.,

G. Sistematika Penulisan

Agar penulis tidak keluar dari ruang lingkup dan pengaruh inti persoalan, maka pembahasan ini di bagi menjadi beberapa BAB yang terdiri:

BAB I yang merupakan BAB Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

Kemudian ada BAB II Berisikan tentang Landasan Teori, yang berhubungan dengan Strategi Yayasan Dalam Pengembangan Pondok Pesantren di Era Digital 4.0.

Pada BAB III Berisikan tentang metode penelitian dengan menguraikan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, Fokus Penelitian. kemudian dilanjutkan dengan mencari sumber data, Teknik Pengumpulan Data dan keabsahan data.

Bab IV hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari deskripsi wilayah penelitian, dan penyajian Data.

Bab V Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Penutup.

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Srategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat dalam berperang, seperti dalam angkatan darat atau angkatan laut. Secara umum, strategi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. Strategi adalah seperangkat alat yang melibatkan individu secara langsung untuk mengembangkan bahasa kedua atau bahasa asing. Strategi sering dihubungkan dengan .11

Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa.12

Strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pembelajaran.

Strategi pembelajaran terdiri atas semua komponen materi pelajaran dan

11O‟Malley dan Chamot, Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas, (Jakarta: 2018), Mudarrisa: PENA LITERASI: Jurnal PBSI Volume1No. 2 Bulan Oktober, h. 109.

12Gerlach & Ely, Strategi Pembelajaran, PEFI 4201/MODUL 1, h. 13.

10

(27)

prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran tertentu.13

Strategi belajar antara lain:14

1. Strategi Utama dan Strategi Pendukung.

Strategi utama dipakai secara langsung dalam mencerna materi pembelajaran. Strategi pendukung dipakai untuk mengembangkan sikap belajar dan membantu pembelajar dalam mengatasi masalah seperti gangguan, kelelahan, frustasi, dan lain sebagainya.

2. Strategi Kognitif dan Strategi Metakognitif.

Strategi kognitif dipakai untuk mengelola materi pembelajaran agar dapat diingat untuk jangka waktu yang lama. Strategi metakognitif adalah langkah yang dipakai untuk mempertimbangkan proses kognitif, seperti monitoring diri sendiri, dan penguatan diri sendiri.

3. Strategi Sintaksis dan Strategi Semantik.

Strategi sintaksis adalah kata fungsi, awalan, akhiran, dan penggolongan kata. Strategi semantik adalah berhubungan dengan objek nyata, situasi, dan kejadian.

2. Pengertian Pondok Pesantren

Kata pesantren bersinonim dengan kata surau (di Sumatera Barat) dan dayah (di Aceh), kata pesantren atau pondok pesantren lebih umum dikenal masyarakat Jawa dan Kalimantan. Pesantren didefinisikan sebagai lembaga

13Dick & Carey, Strategi Pembelajaran, Modul 1, h. 13

14Huda, Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas, (Jakarta: 2018), Mudarrisa:PENA LITERASI: Jurnal PBSI Volume1 No. 2, h. 109.

(28)

pendidikan keagamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi pendidikan Islam, dakwah, pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan lainnya yang sejenis. Para peserta didik pada pesantren disebut santri yang umumnya menetap di pesantren. Tempat dimana para santri menetap, di lingkungan pesantren, disebut dengan istilah pondok. Lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, di mana sosok kyai sebagai figur sentral, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam dibawah bimbingan sang kyai yang diikuti para santri sebagai kegiatan utamanya.15

Oleh karena itu, pesantren merepresentasikan pendidikan yang unik yang mensintesakan dimensi sosial, budaya dan agama. Akar dan sintesis ini kemudian mempengaruhi fungsi pesantren baik secara internal maupun eksternal. Pesantren muncul sebagai sebuah komunitas. Kehidupan yang memiliki kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas kreatif yang menggunakan pendidikan alternatif yang menggabungkan pendidikan dan pengajaran dengan pembangunan komunitas.

3. Tujuan Pondok Pesantren

Tujuan yang hendak dibidik dalam pendidikan Islam yang dewasa ini dikenal ialah untuk membimbing, mengarahkan, dan mendidik seseorang untuk memahami dan mempelajari ajaran agama Islam sehingga diharapkan mereka memiliki kecerdasan berpikir (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan

15Wiryosukarto & Efendi, Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (Februari 2018), OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2. h. 97.

(29)

memiliki kecerdasan Spiritual (SQ) untuk bekal hidup menuju kesuksesan dunia dan akhirat. Orientasi eskatologis terlihat begitu dominan dalam diskursus tujuan pendidikan Islam. Sehingga, pola pemahaman yang diterima oleh pembelajar cenderung melingkupi pemahaman kognitif ansich walaupun aspek keceradasan emosional sudah diperhatikan.16

Fungsi tujuan pendidikan mencakup tiga aspek yang semuanya masih bersifat normatif. Pertama, memberikan arah bagi proses pendidikan.

Kedua, memberikan motivasi dalam aktivitas pendidikan, karena pada dasarnya tujuan pendidikan merupakan nilai-nilai pendidikan yang ingin dicapai dan diinternalisasi pada anak didik. Ketiga, tujuan pendidikan merupakan kriteria atau ukuran dalam evaluasi pendidikan.17

Adapun tujuan dibentuknya pondok pesantren adalah:

a. Mencetak ulama yang menguasai ilmu-ilmu agama dalam hal ini Allah SWT berfirman:

Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara

16Miftahur Rohman, Hairudin, Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektif Nilai-Nilai Sosial Kultural (Lampung: 2018), Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 9, No. I, h. 22.

17Yasin, Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektif Nilai-Nilai Sosial Kultural (Lampung: 2018), Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 9, No. I, h. 24-25.

(30)

mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.18

4. Karakteristik Pondok Pesantren

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan lainnya baik dari aspek sistem pendidikan maupun unsur pendidikan yang dimilikinya. Perpaduan dari sistem pendidikannya, terlihat dari proses belajar mengajarnya yang cenderung kesederhanaan dan tradisional, sekalipun juga terdapat pesantren yang bersifat memadukannya dengan sistem pendidikan Islam modern. Yang mencolok dari perbedaan itu merupakan unsur-unsur dominan dalam keberadaan pondok pesantren.

Bahkan unsur-unsur dominan itu merupakan ciri-ciri (karakteristik) khusus pondok pesantren.

Ada beberapa tanda yang secara jelas dimiliki pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan sekaligus sebagai lembaga sosial yang memberikan dukungan dalam pengembangan masyarakat. Ada lima bagian pondok pesantren yang melekat atas dirinya yang meliputi: pondok, masjid, pengajaran kitab-kitab kuno, santri dan kyai.

Pondok pesantren bukan hanya terbatas dengan kegiatan-kegiatan pendidikan keagamaan melainkan mengembangkan diri menjadi suatu lembaga pengembangan masyarakat.19

18Al-qur‟an terjemahan kementerian agama, surat At-taubah ayat 122. H 253.

19Moh Hsjim Munif, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren di Era Globalisasi, (Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1, h. 356.

(31)

Oleh karena itu pondok pesantren sejak semula merupakan ajang mempersiapkan kader masa depan.20

a. Masjid

Masjid adalah institusi yang inheren dengan masyarakat Islam.

Keberadaannya dapat menjadi ciri bahwa disitu tinggal komunitas muslim. Masjid, pada umumnya terlepas dari keragaman bentuk dan ukuran besar atau kecilnya menjadi kebutuhan yang mutlak bagi umat Islam sebagai tempat untuk menemukan kembali suasana religius yang menjadi simbol keterikatan warga muslim tersebut satu sama lainnya.21

Penamaan Masjid itu sendiri sebagai suatu institusi dalam pranata religius Islam diambil dari bahsa aslinya (Arab) yaitu dari sajada-sujud yang berarti patuh taat serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.

Dan Masjid dimaknai sebagai tempat bersujud. Pemaknaan ini sejalan dengan fungsi utama Masjid sebagai tempat bersujud (yaitu dalam sholat) yang dilakukan oleh umat Islam.22

Masjid pada dasarnya adalah tempat untuk beribadah kepada Allah dan sebagai pusat kebudayaan Islam. Masjid dalam pengertian ini mengandung dua fungsi pokok yaitu sebagai tempat ibadah kepada Allah dan sebagai pusat kebudayaan Islam. Masjid merupakan tempat mereka berkumpul dan menghadiri pengajian-pengajian keagamaan. Di sekitar

20George R.Terry, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi, (Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1, h. 358.

21Shihab, Transformasi Sosial Umat Islam Berbasis Masjid, (Jakarta, Sptember- Desember 2010), Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung, Volume IV Nomor 11, h. 601.

22Al Faruqi, Transformasi Sosial Umat Islam Berbasis Masjid, (Jakarta, Sptember- Desember 2010), Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung, Volume IV Nomor 11, h. 601.

(32)

masjid ini pula madrasah-madrasah didirikan, dan buku-buku keagamaan ditulis atau didatangkan dari negeri Arab dan Persia, dikirim ke pesantren, disalin, disadur atau diterjemahkan agar dapat disebar luaskan kepada masyarakat. Di sini pula dirancang strategi penyebaran agama mengikuti jaringan-jaringan yang telah mereka bina sejak lama.23

b. Pondok

Pondok pesantren berasal dari dua kata, yaitu pondok dan pesantren. Pondok berasal dari bahasa Arab Funduq yang berarti tempat menginap, atau asrama. Sedangkan pesantren berasal dari bahasa Tamil, dari kata santri, diimbuhi awalan pe dan akhiran an yang berarti para penuntut ilmu. Menurut istilah pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.24 c. Kyai

Kyai adalah orang yang selama hidupnya dengan khusus menjalankan ibadah semata-mata karena Allah. Kyai merupakan tokoh sentral di pesantren. Maju dan mundurnya pesantren turut ditentukan pula oleh wibawa dan karisma seorang kyai.25

23Sumalyo, Masjid sebagai Pelestari Tradisi, (Semarang: Juli-Desember 2011), Jurnal

“Analisa” Volume XVIII, No. 02, h. 230.

24Zulhimma, Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia, (Padang sidimpuan : 2013), Jurnal Darul „Ilmi Vol. 01, No. 02, h. 166.

25Sokamto, Pola Kepemimpinan Kyai Dalam Pendidikan Pesantren (Penelitian di Pondok Pesantren As-syi’ar Leles), (Garut : 2012), Jurnal Pendidikan Universitas Garut Vol.

06, No. 01, h. 23.

(33)

Kata kyai dalam bahasa jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yaitu : Pertama Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat, seperti kyai garuda kencana dipakai untuk sebutan kereta emas yang ada di keraton Yogyakarta. Kedua Gelar kehormatan bagi orang tua umumnya. Ketiga Gelar kehormatan yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada santrinya.26

d. Santri

Santri adalah para murid yang belajar pengetahuan keislaman dari kyai. Ada juga yang mengartikan santri sebagai orang yang sedang dan pernah mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren, menggali informasi-informasi ilmu agama dari seorang kyai (pengasuh) selama berada di asrama atau di pondok. Terdapat dua jenis santri yang belajar di pesantren di antaranya yaitu santri mukmin serta santri kalong. Santri mukmin yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh dan menetap dalam kelompok pesantren.27

5. Fungsi Pondok Pesantren

Pondok pesantren memiliki bebagai fungsi yang unik misalkan di jaman penjajahan sampai sekarang tetap eksis meskipun dengan bentuk yang sangat sederhana. Oleh karena itu perkembangan masyarakat

26Sokamto, Haidar Putra Daulay, Pola Kepemimpinan Kyai Dalam Pendidikan Pesantren (Penelitian di Pondok Pesantren As-syi’ar Leles), (Garut : 2012), Jurnal Pendidikan Universitas Garut Vol. 06, No. 01, h. 23.

27Dhofier, Pola Komunikasi Santri terhadap Kiai: Studi atas Alumni Pondok Modern dan Alumni Pondok Salaf, (IAIN Surakarta : Januari - Juni 2017), Academica-Vol. 1 No. 1, h. 10.

(34)

sekitarnya tentang pemahaman keagamaan (Islam) lebih jauh mengarah pada nilai-nilai normatif, edukatif, progresif. Nilai-nilai normatif pada dasarnya meliputi kemampuan masyarakat dalam mengerti dan mendalami ajaran-ajaran Islam dalam arti ibadah sehingga masyarakat menyadari akan pelaksanaan ajaran agama yang selama ini dipupuk.28

Nilai-nilai pendidikan meliputi pengetahuan dan pemahaman masyarakat muslim secara menyeluruh dapat dikategorikan terbatas, baik dalam masalah agama maupun ilmu pengetahuan pada umumnya.

Sedangkan nilai-nilai progresif yang dimaksud adalah adanya kemampuan masyarakat dalam memahami perubahan zaman seiring dengan adanya tingkat perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam hal ini masyarakat sangat terbatas dalam masalah perubahan itu sehubungan dengan arus perkembangan desa ke kota.

Oleh karena itu adanya perubahan di pesatren memang sesuai harapan dan sesuai dengan tujuan pondok pesantren yang sedemikian rupa maka pesantren memiliki fungsi sebagai berikut:29

a. Pesantren sebagai lembaga pendidikan

Berawal dari bentuk pengajaran yang sangat sederhana, pada akhirnya pesantren berkembang menjadi lembaga pendidikan formal yang diikuti oleh masyarakat, dalam pengertian materi pelajaran secara material maupun imaterial, yakni mengajarkannya bacaan kita-kitab

28Sukamto, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi, (Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1, h. 367.

29Bahari Ghazli, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi, (Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1, h. 368.

(35)

kuning. Titik tekan pola pendidikan semacam itu adalah diharapkan setiap santri mampu menghatamkan kitab-kitab kuning sesuai dengan tingkat yang dihadapkan, sedangkan pendidikan dalam pengertian immaterial cenderung berbentuk suatu upaya perubahan sikap santri, agar santri menjadi seorang pribadi yang kuat dalam kehidupan sehari-hari.

Pemahaman fungsi pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan terletak pada persiapan pesantren dalam menyiapkan diri ikut serta dalam pembangunan di bidang pendidikan dengan jalan adanya perubahan sistem pendidikan sesuai dengan arus perkembangan zaman dan erat tekhnologi secara global Pondok pesantren sebagai lembaga dakwah.30

Pengertian sebagai lembaga dakwah terus melihat kiprah pesantren dalam melakukan dakwah di kalangan masyarakat dalam arti melakukan suatu aktivitas menumbuhkan kesadaran beragama atau melaksanakan ajaran-ajaran agama secara konsekuen sebagai pemeluk agama Islam.

Sebenarnya secara mendasar seluruh gerakan pondok pesantren baik di dalam maupun di luar pondok pesantren merupakan langkah-langkah dakwah, sebab pada hakekatnya berdrinya pondok pesantren tidak lepas dari tujuan agama secara total.

b. Pondok pesantren sebagai lembaga sosial

Fungsi pondok pesantren sebagai lembaga sosial menunjukkan keterlibatan pesantren dalam menangani masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat atau dapat juga dikatakan bahwa pesantren

30Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi, (Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1, h. 364.

(36)

bukan saja sebagai lembaga pendidikan dan dakwah tetapi lebih jauh dari pada itu ada kiprah yang besar dari pesantren yang telah disajikan oleh pesantren untuk masyarakatnya. Pengertian masalah-masalah sosial yang dimaksud oleh pesantren pada dasarnya bukan saja terbatas pada aspek duniawi melainkan tercakup didalamnya masalah-masalah kehidupan ukhrawi.31

B. Pondok Pesantren Era Digital 4.0

Di Abad ke-21 ini, bangsa-bangsa di dunia sedang berlomba-lomba mengembangkan berbagai teknologi strategis. Dampak pengembangan teknologi ini menyebabkan kompetisi perekonomian di satu sisi menjadi semakin tajam dan di sisi lain semakin meluas. Keadaan tersebut sebagai akibat dari cepatnya perkembangan teknologi informasi dan transportasi yang menyebabkan makin mudahnya bagi negara-negara untuk mengakses informasi bisnis, industri dan teknologi. Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan arus modal yang semakin cepat berputar dan meluas memungkinkan banyak orang memiliki, membeli dan menggunakannya, walaupun masih belum mampu menguasai atau mengembangkan sendiri teknologi tersebut.

Kesempatan memanfaatkan dan menguasai teknologi dan bisnis juga bisa diraih oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sejak dasawarsa 1980-an, kemajuan teknologi dan pertumbuhan industri yang begitu pesat di

31 Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi…, h. 364.

(37)

berbagai bidang telah berdampak dan secara dramatis mengubah pengertian konseptual kita tentang jarak, waktu, budaya, gaya hidup dan perilaku.32

Dalam menghadapi era globalisasi dan informasi yang begitu cepat, pesantren sebagai institusi pendidikan, keagamaan, dan sosial diharapkan melakukan kebijakan strategis dengan melakukan pembaharuan-pembaharuan adaptif terhadap kebutuhan masyarakat Millennial terutama aspek pendidikan dan pemberdayaan masyarakat yang lebih accessible dan kontekstual tanpa harus mengorbankan watak aslinya sebagai penjaga tradisi dan budaya pendidikan Islam yang khas Indonesia.33

Pendidikan 4.0 adalah respons terhadap kebutuhan revolusi industri 4.0 di mana manusia dan teknologi diselaraskan untuk menciptakan peluang- peluang baru dengan kreatif dan inovatif. menjelaskan “that the new vision of learning promotes learners to learn not only skills and knowledge that are needed but also to identify the source to learn these skills and knowledge.”34

Ada sembilan tren atau kecenderungan terkait dengan pendidikan 4.0, yakni sebagai berikut:35

Pertama, belajar pada waktu dan tempat yang berbeda. Siswa akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk belajar pada waktu dan tempat yang berbeda. E-learning memfasilitasi kesempatan untuk pembelajaran jarak jauh

32Pannen P, 2005, Perkembangan Pesantren Di Era Teknologi, (Tulungagung, 2013), Vol. XXVIII No. 2, h. 116.

33Tolbize , Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2, h. 98.

34Delipiter Lase, Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (November 2019), Jurnal Sunderman, pISSN : 1979-3588, eISSN : xxxx-xxxx, h. 29.

35Fisk, Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (November 2019), Jurnal Sundermann, pISSN : 1979-3588, eISSN : xxxx-xxxx, h. 29.

(38)

dan mandiri. Kedua, pembelajaran individual. Siswa akan belajar dengan peralatan belajar yang adaptif dengan kemampuannya. Ini menunjukkan bahwa siswa pada level yang lebih tinggi ditantang dengan tugas dan pertanyaan yang lebih sulit ketika setelah melewati derajat kompetensi tertentu.

Aspek-aspek pendidikan di pesantren yang menjadi sorotan diantaranya visi, misi tujuan, kurikulum, manajemen dan kepemimpinan pesantren yang perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman era globalisasi. Oleh karena itu kurikulum pesantren selain harus kontekstual dengan kebutuhan zaman juga harus mampu merangsang daya intelektual kritis santri. Disisi lain tetap mampu mempertahankan identitas dirinya sebagai penjaga tradisi keilmuan klasik, tanpa harus larut sepenuhnya dengan modernisasi, serta mampu mengambil sesuatu yang dipandang manfaat positif untuk perkembangan pesantren.36

Gagasan modernisasi pesantren bertitik tolak dari modernisasi pendidikan Islam yang mempunyai akar-akar dalam gagasan tentang modernisasi pemikiran dan institusi Islam secara keseluruhan yaitu modernisasi pemikiran dan kelembagaan Islam yang merupakan prasyarat bagi kebangkitan kaum muslimin dimasa modern. Karena itu, pemikiran kelembagaan Islam (termasuk pendidikan) harus dimodernisasi sesuai dengan kerangka modernitas.37

36Abdullah, Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2, h. 99.

37Solichin, Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2, h. 104.

(39)

1. Karakteritik sang calon santri dari generasi Alfa

Karakteritik sang calon santri dari generasi Alfa Kata generasi adalah sekelompok orang yang dapat diidentifikasi berdasarkan tahun kelahiran, usia, lokasi, dan peristiwa dalam kehidupan yang memberi pengaruh signifikan terhadap tahapan perkembangan mereka. Anggota generasi saling berbagi pengalaman yang mempengaruhi pikiran, nilai, perilaku, dan reaksi mereka. Setiap Individu, tentu saja, membawa kepribadian mereka sendiri, pengaruh, dan latar belakang tertentu dari ras, kelas sosial, jenis kelamin, wilayah, keluarga, agama dan banyak lagi, tetapi beberapa generalisasi luas dimungkinkan tentang karakteristik mereka yang lahir di sekitar tahun yang sama.38

Satu kunci pokok tugas dan kedudukan guru sebagai tenaga professional menurut ketentuan pasal 4 UU RI tentang guru dan dosen adalah sebagai agen pembelajaran (learning agent) yang berfungsi meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Sebagai agen pembelajaran, guru memiliki peran sentral dan cukup strategis antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Guru yang profesional pada intinya adalah guru yang memiliki daya kreasi dan kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi guru adalah seperangkat

38Kunandar, Penerapan Fungsi Guru Dalam Proses Pembelajaran, (Makasar:

Desember 2014), AULADUNA, VOL. 1 NO. 2, h. 269.

(40)

penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.39

Oleh sebab itu dalam berinteraksi melakukan kebiasaan, siswa tidak dapat semaunya saja, tugas guru dalam kondisi ini adalah membelajarkan dan mendidiknya. Tugas guru yang sesungguhnya bukanlah mengajarkan ilmu atau kecakapan tertentu pada anak didiknya saja, akan tetapi juga merealisir atau mencapai tujuan pendidikan khususnya tujuan pendidikan Islam. Pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan, dan indra.40

Generasi Alfa atau disebut juga dengan Gen-A adalah penduduk bumi yang terlahir di tahun 2010. Mereka adalah penerus dari generasi sebelumnya yang dikenal dengan generasi Z. Generasi Alfa adalah anak- anak yang lahir dari generasi Millennial, mereka tumbuh berinteraksi dengan ragam teknologi Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) dan robot yang layaknya manusia. Mereka akan bermain dengan mainan yang terhubung yang akan merespon perintah dan juga mampu menunjukkan kecerdasan emosional.41

Generasi Alfa akan menjadi generasi paling banyak di antara yang pernah ada. Sekitar 2,5 juta Generasi Alfa lahir setiap minggu. Membuat

39Oemar Hamalik, Penerapan Fungsi Guru Dalam Proses Pembelajaran, (Makasar:

Desember 2014), AULADUNA, VOL. 1 NO.2, h. 269.

40Ramayulis, Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Negeri 1 Lais Kecamatan Lais Kabupaten Musi Banyuasin,(Palembang: 2014), h. 36.

41Williams, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2, h. 99.

(41)

jumlahnya akan membengkak menjadi sekitar 2 miliar pada 2025. Generasi ini dianggap sebagai generasi milenium yang sesungguhnya, ia lahir dan terbentuk sepenuhnya di abad 21, dan generasi pertama yang dalam jumlah besar yang akan terlihat di abad ke-22. itulah mengapa dia menamainya generasi Alfa. bukan kembali ke awal pasca munculnya Generasi X, Y, dan Z, tetapi awal dari nomenklatur baru untuk generasi yang sepenuhnya baru, di era Millennial baru ini. Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan generasi ini adalah digital native. Julukan ini dimana siswa masa sekarang sebagai Gen-N (Net/ jaringan Internet) atau Gen-D (digital).42

Empat hal yang perlu disiapkan oleh guru sebelum siswa-siswa dari generasi alfa memasuki ruang belajarnya:43

a. Fokus pada keterampilan, bukan isi materi (Focus on skills, not content).

Bukan suatu berlebihan di era teknologi dengan akses informasi yang terbuka saat ini bila kita nyatakan bahwa materi belajar dan perangkat aksesnya sangat melimpah dan tersedia dimana saja dan kapan saja. Ditopang pesatnya perkembangan perangkat teknologi dan kecepatan internet yang dapat digunakan siswa untuk mengakses banyak

42Mark Mc Crindle, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2, h. 100.

43Zmuda, Alcock, & Fisher, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2, h. 101.

(42)

informasi termasuk materi-materi belajar. Karena itu, tugas guru harus lebih memperhatikan keterampilan siswanya ketimbang pada isi materi.44 b. Memberikan pembelajaran dengan fleksibilitas dan tujuan yang

lebih besar (Provide learning with flexibility and a greater purpose) Generasi Alfa akan tertarik pada keaslian dan menolak materi pelajaran yang terpisah dengan konteks yang mereka alami. Mereka ingin menciptakan produk bernilai yang memungkinkan mereka memadukan materi yang mereka pelajari dengan pengalaman pengetahuan yang mereka miliki dan menunjukkan apa yang mereka ketahui tersebut dengan cara yang tidak tradisional. Guru perlu mempertimbangkan hasil belajar yang memungkinkan siswa dapat menunjukkan apa yang mereka ketahui dan mampu lakukan dengan cara inovatif dan kreatif di berbagai bidang materi dan berbagi kreasi tersebut dengan masyarakat virtual (virtual community) baik lokal maupun global.45

c. Perencanaan untuk peningkatan kemampuan kolaboratif (Plan for collaboration).

Dalam beberapa tahun terakhir, orientasi belajar mengarah pada kemampuan berpikir kritis dan mengatasi masalah secara kreatif (Learning innovationskills), khususnya melalui upaya kolaborasi dengan siswa lain. Teknik ini akan terus berlanjut. Guru perlu memberikan pengalaman kepada siswa berinteraksi secara digital atau interaksi virtual

44Bower & Christensen, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2, h. 101.

45Gus Dur, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2, h. 101.

(43)

(proses penyampaian dan penerimaan pesan menggunakan atau melalui/

ruang maya (cyberspace) yang bersifat interaktif), pembuatan prototipe, permaianan edukatif virtual, memproduksi video, dan sebagainya.46 d. Mengembangkan soft skill (Cultivate soft skills).

Siswa generasi alfa membutuhkan pengalaman kelas dengan menumbuhkan soft skill mereka, yaitu keterampilan non teknis yang digunakan dalam berinteraksi dengan orang lain (intrapersonal) dan dirinya sendiri (interpersonal). Bagaimana berperilaku dengan orang lain, pengaturan diri, dan penetapan tujuan hidup dan karir. Softskill adalah keterampilan yang membutuhkan proses untuk dikembangkan.

Guru perlu melibatkan siswa dalamberbagai kesempatan untuk membangun sumber daya manusia baik sebagai modal manusia (human capital), modal sosial (social capital), dan modal putusan (decisional capital).

2. Tantangan dan Peluang Pesantren Dalam Pendidikan Di Era Digital 4.0

Dampak Inovasi disrupsi bisa kita rasakan langsung dalam gaya hidup dan bermasyarakat era revolusi digital, perkembangan sains dan teknologi.

Seperti kehadiran Internet of Things (IoT), big data, cloud data base, blockchain, dan lain-lain telah mengubah pola kehidupan manusia.

Mobilitas semakin mudah dengan perkembangan sains dan teknologi. Akses internet yang mudah mendorong pertumbuhan e-commerce yang melahirkan

46Solichin, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2, h. 101.

(44)

transportasi online, niaga elektronik. Peralihan transaksi tunai ke e-cash atau e-money perlahan mulai mengerus transaksi tunai di kehidupan era RI 4.0.47

Kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya otomatisasi hampir di semua bidang. Teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologi secara fundamental akan mengubah pola hidup dan interaksi manusia.48

Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi mengubah cara beraktifitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya. Manusia bahkan akan hidup dalam ketidak pastian (uncertainty) global, oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat.

Tiap negara harus merespon perubahan tersebut secara terintegrasi dan komprehensif. Respon tersebut dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai dari sektor publik, swasta, akademisi, hingga masyarakat sipil sehingga tantangan industri 4.0 dapat dikelola menjadi peluang.

Tantangan industri 4.0 sebagai berikut:

a. Masalah keamanan teknologi informasi.

b. Keandalan dan stabilitas mesin produksi.

c. Kurangnya keterampilan yang memadai.

47Bower & Christensen, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2, h.102.

48Tjandrawinata, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan Indonesia, (Universitas Negeri Makassar : Maret 2018), h. 6.

(45)

d. Keengganan untuk berubah oleh para pemangku kepentingan, dan e. Hilangnya banyak pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi.49

Lebih spesifik, menjelaskan tantangan industri 4.0 sebagai berikut.50 Tabel 1.1

Tantangan Industri 4.0

Tantangan ekonomi 1. Globalisasi yang terus berlanjut:

a. Keterampilan antar budaya b. Kemampuan berbahasa c. Fleksibilitas waktu d. Keterampilan jaringan e. Pemahaman proses

2. Meningkatnya kebutuhan akan inovasi:

a. Pemikiran wirausaha b. Kreativitas,

c. Pemecahan masalah d. Bekerja di bawah tekanan e. Pengetahuan mutakhir f. Keterampilan teknis g. Keterampilan penelitian h. Pemahaman proses

3. Permintaan untuk orientasi layanan yang lebih tinggi:

a. Pemecahan konflik

49Wolter, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan Indonesia, (Universitas Negeri Makassar : Maret 2018), h. 7.

50Hecklau et al, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan Indonesia, (Universitas Negeri Makassar : Maret 2018), h. 7.

(46)

b. Kemampuan komunikasi c. Kemampuan berkompromi d. Keterampilan berjejaring

4. Tumbuh kebutuhan untuk kerja sama dan kolaboratif:

a. Mampu berkompromi dan kooperatif b. Kemampuan bekerja dalam tim c. Kemampuan komunikasi d. Keterampilan berjejaring

Tantangan Sosial 1. Perubahan demografi dan nilai sosial:

a. Kemampuan mentransfer pengetahuan

b. Penerimaan rotasi tugas kerja dan perubahan pekerjaan yang terkait (toleransi ambiguitas) c. Fleksibilitas waktu dan tempat

d. Keterampilan memimpin 2. Peningkatan kerja virtual:

a. Fleksibilitas waktu dan tempat b. Keterampilan teknologi c. Keterampilan media d. Pemahaman keamanan TI 3. Pertumbuhan kompleksitas proses:

a. Keterampilan teknis b. Pemahaman proses c. Motivasi belajar d. Toleransi ambiguitas e. Pengambilan keputusan

(47)

f. Penyelesaian masalah g. Keterampilan analisis

Tantangan Teknis 1. Perkembangan teknologi dan penggunaan data eksponensial:

a. Keterampilan teknis b. Kemampuan analisis

c. Efisiensi dalam bekerja dengan data d. Keterampilan koding

e. Kemampuan memahami keamanan TI f. Kepatuhan

2. Menumbuhkan kerja kolaboratif:

a. Mampu bekerja dalam tim b. Kemampuan komunikasi virtual c. Keterampilan media

d. Pemahaman keamanan TI

e. Kemampuan untuk bersikap kooperatif Tantangan

Lingkungan

Perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya:

a. Pola pikir berkelanjutan b. Motivasi menjaga lingkungan

c. Kreativitas untuk mengembangkan solusi keberlanjutan baru

Tantangan Politik dan Aturan

1. Standarisasi:

a. Keterampilan teknis b. Keterampilan koding c. Pemahaman proses 2. Keamanan data dan privasi:

(48)

a. Pemahaman keamanan teknologi informasi b. Kepatuhan

a. Dakwah di era digital

Pada hakekatnya dakwah adalah segala upaya orang Islam yang bersifat mengajak atau memotivasi umat manusia untuk menerima, merealisasikan dan mengaktualisasikan ajaran Islam dalam setiap aspek kehidupannya yang dilaksanakan secara teratur dan sungguh-sungguh dengan menggunakan media dan metode tertentu. Dakwah yang dimaksudkan adalah dakwah dalam dimensi kerisalahan dan dimensi kerahmatan. Dakwah dalam dimensi kerisalahan ialah usaha seseorang atau sekelompok muslim untuk meneruskan tugas Rasulullah SAW menyampaikan dinul Islam kepada seluruh umat manusia agar mereka lebih mengetahui, memahami, menghayati (mengimani) dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pandangan hidupnya.51

Dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan yang demikian, maka dakwah sebenarnya mengarah pada perubahan perilaku manusia pada tingkat individual maupun kelompok atau masyarakat ke arah perilaku yang semakin Islami.

Metode dan strategi dengan cara yang bijaksana. Sebagaimana firman Allah swt.

51Abdul Karim Syeikh, Pola Dakwah Dalam Era Informasi, Jurnal Al-Bayan / VOL.

22, NO. 31, Januari-Juni 2015, h. 110.

(49)

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.52

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan supaya dakwah di era informasi tetap relevan, responsif, efektif dan produktif, yaitu:53

1. Jika selama ini makna da‟i dipahami dalam arti yang sangat sempit, disamakan dengan muballigh, maka sekarang makna da‟i harus diperluas.

2. Jika selama ini isi pesan (materi dakwah) agak terfokus pada persoalan-persoalan yang berkaitan dengan ibadah mahdhah, kini perlu diperluas mencakup segala aspek kehidupan umat manusia sebagai realisasi dari ajaran Islam yang bersifat kaffah.

3. Di samping tidak mengenyampingkan penggunaan pendekatan interpersonal, semua jenis media massa, seperti radio, video, audio casset, televisi, surat kabar, internet dan lain-lain dapat digunakan sebagai media dakwah.

52Al-qur‟an terjemahan kementerian agama, An-Nahl: 125. h. 364.

53Abdul Karim Syeikh, Pola Dakwah Dalam Era Informasi…, h. 115-118.

Gambar

Tabel 1.4  Jumlah Dewan Guru

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan kemampuan Santri di Bidang Kewirausahaan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) (studi kasus Pondok Pesantren Al-Mawaddah Kudus)”.. Bagaimana pengembangan

Disertasi berjudul : Motivasi Belajar Santri Dalam Implementasi Kurikulum Pondok Pesantren Al-Ishlah Sendangagung Paciran Lamongan Jawa Timur (Studi Kasus di Pondok

Namun santri akan dilepas kembali, di beri kebebasan untuk memilih bidang yang sesuai dengan keinginan santri Dalam implementasinya pondok pesantren Aswaja Lintang Songo

Hal ini bertujuan agar setiap perkataan dan perbuatan santri di Pondok Pesantren sesuai dengan nilai-nilai akhlak yang diajarkan dalam Islam.1 Namun demikian menurut Asifuddin, Ustadz

Pondok ini mendapat masalah yang sangat besar, karena sekarang yang tinggal di lingkungan pondok pesantren ini saya sendiri, jadi pembinaan terhadap santri menurun, para santri mendapat

SURAT KETERANGAN WAWANCARA Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :Rahmat Al-amin, S.H., M.Pd Status : Pembina Tahfidz Santri Alamat : Asrama Pondok Pesantren Manahilil Ulum

Implikasi Rekontruksi Kurikulum Pondok Pesantren Al-Anwar 2 Sarang dan Mansya’ul Huda 2 Senori dalam Menghadapi Era Milenial Beberapa gambaran tentang pondok pesantren Al-Anwar 2

Wawancara dengan Dini Safira Putri, Koordinator Pendidikan Pondok Pesantren Sunan Ampel Kota Kediri, 22 Juni 2022, pukul 20.02 WIB Wawancara dengan Fitrotul Ulya, Santri Pondok