ASET TETAP
MARTI DEWI UNGKARI, SE., M.Si., Ak., CA
2018
BAB 4
D E F I N
I S
I
Aset tetap adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk diperjualbelikan. Dikatakan sebagai aset tetap, suatu
aset harus memiliki kriteria tertentu, yaitu:
1. Berwujud
2. Umurnya lebih dari satu periode
3. Digunakan dalam operasi perusahaan
4. Tidak diperjualbelikan 5. Material
6. Dimiliki perusahaan
Aset tetap yang dimiliki perusahaan, untuk tujuan akuntansi dapat dikelompokkan ke dalam kelompok:
a. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas
b. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa manfaatnya bisa diganti dengan aset lain yang sejenis
c. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa manfaatnya tidak dapat diganti dengan yang sejenis
PENGELOMPOKAN
PENILAIAN DAN PENYAJIAN
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan berbasis
IFRS terdapat dua metode yang digunakan dalam
penilaian dan penyajian aset tetap, yaitu:
1.Berbasis Harga
Perolehan (Biaya) Metode penilaian ini didasarkan pada jumlah pengorbanan ekonomis yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh aset tetap tertentu sampai aset tersebut siap digunakan.
2. Berbasis Revaluasi
Metode penilaian ini didasarkan pada harga pasar ketika laporan keuangan disajikan.
Penggunaan metode ini akan
memberikan gambaran yang
lebih akurat tentang nilai
aset yang dimiliki
perusahaan pada suatu
waktu tertentu.
INFORMASI TENTANG HARGA PASAR ASET TETAP
Aset dapat dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu:
a. Aset yang harganya selalu tersedia setiap saat dan mudah diketahui (harga saham di bursa efek).
b. Aset yang harganya tidak selalu tersedia setiap saat dan tidak langsung diketahui dengan mudah (harga properti, mesin-mesin).
c. Aset yang harga pasarnya tidak tersedia dan tidak mudah diketahui (aset pesanan).
Untuk mendapatkan aset tetap,
perusahaan harus mengeluarkan
sejumlah uang yang tidak hanya dipakai
untuk membayar barang itu saja
melainkan ada pengeluaran-
pengeluaran lain untuk
mendapatkannya.
Keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap tersebut disebut harga perolehan, sedangkan di dalam laporan posisi keuangan, aset tetap dicatat sebesar nilai bukunya. Karena itu, harga perolehan meliputi harga faktur
aset tersebut, beban angkut, beban pemasangan, bea impor, bea balik nama, komisi perantara dsb.
Aset tetap yang dimiliki perusahaan dicatat dan diakui sebesar nilai bukunya, yaitu harga perolehan aset tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutan aset tetap.
Akumulasi penyusutan berarti kumpulan dari seluruh beban penyusutan selama
beberapa periode akuntansi
Cara-cara Memperoleh
Aset Tetap
Pembelian Tunai
Pembelian Angsuran
Ditukar Dengan Surat Berharga Ditukar Dengan
Aset Tetap Yang Lain
Donasi
PENYUSUTAN
Penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aset tetap menjadi beban ke dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat dari aset tetap tersebut.
Tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusutan adalah:
1. Harga perolehan
2. Nilai residu (taksiran harga jual pada akhir masa manfaatnya)
3. Taksiran umur kegunaan (taksiran
masa manfaat aset tetap)
METODE PERHITUNGAN PENYUSUTAN
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode perhitungan penyusutan aset tetap di mana setiap periode akuntansi diberikan beban yang sama secara merata.
PENYUSUTAN =
HARGA PEROLEHAN – NILAI SISA TAKSIRAN UMUR EKONOMIS ASET
2. Metode Jam Jasa (Service Hour Method)
Metode perhitungan penyusutan aset tetap di mana beban penyusutan pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan berapa jam periode akuntansi tersebut menggunakan aset tetap itu. Semakin lama aset tetap digunakan dalam suatu periode, semakin besar beban penyusutannya.
PENYUSUTAN =
HARGA PEROLEHAN – NILAI SISA TAKSIRAN JAM PEMAKAIAN TOTAL
4.Metode Beban Menurun (Reducing Charge Method) 3. Metode Hasil Produksi (Productive Output Method)
Metode perhitungan penyusutan aset tetap di mana beban penyusutan pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan berapa banyak produk yang dihasilkan selama periode akuntansi tersebut menggunakan aset tetap itu. Semakin banyak produk yang dihasilkan kan dalam suatu periode, semakin besar beban penyusutannya.
PENYUSUTAN =
HARGA PEROLEHAN – NILAI SISA
TAKSIRAN JUMLAH TOTAL PRODUK YANG DAPAT DIHASILKAN
a. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of Years Digits Method) b. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)
c. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method) d. Metode Tarif Menurun (Declining Rate on Cost Method)
Contoh : Pada tanggal 1 April 2014, PT Kimia membeli sebuah mesin yang akan digunakan dalam produksi. Mesin tersebut dibeli di Jepang dengan harga faktur Rp 250.000.000,-. Beban pengiriman mesin dari Jepang ke Jakarta sebesar Rp 45.000.000,-, bea masuk ke Indonesia Rp 50.000.000,- dan beban pemasangan mesin sebesar Rp 15.000.000,-.
Mesin tersebut diperkirakan dapat dioperasikan secara ekonomis selama 12 tahun atau 25.000 jam kerja. Dalam tempo 12 tahun mesin itu diperkirakan dapat menghasilkan bahan kimia sebanyak 30.000 ton.
Pada akhir tahun ke 12 diperkirakan mesin tersebut dapat dijual seharga Rp 60.000.000,-.
Harga perolehan dihitung dengan menjumlahkan seluruh uang yang telah dikeluarkan untuk memperoleh mesin tersebut:
• Harga faktur Rp 250.000.000
• Beban pengiriman Rp 45.000.000
• Bea masuk Rp 50.000.000
• Beban pemasangan Rp 15.000.000 Rp 360.000.000
1. Metode Garis Lurus
Beban
Penyusutan =
Rp 360.000.000– Rp 60.000.000 12 Tahun
= Rp 300.000.000 / 12 tahun
= Rp 25.000.000 / tahun
Karena mesin tersebut dibeli pada tanggal 1 April 2014, maka selama tahun 2014 mesin tersebut hanya digunakan selama 9 bulan yaitu mulai bulan April hingga Desember 2014 jadi, beban penyusutan mesin untuk tahun 2014 sebesar:
9/12 x Rp 25.000.000 = Rp 18.750.000,-
Beban Penyusutan Mesin Rp 18.750.000
Akumulasi Penyusutan Mesin Rp 18.750.000 2. Metode Jam Jasa
Beban
Penyusutan =
Rp 360.000.000– Rp 60.000.000 25.000 jam kerja
= Rp 300.000.000/ 25.000 jam kerja
= Rp 12.000/ jam kerja mesin
Karena selama tahun 2014 mesin tersebut hanya digunakan selama 1.500 jam kerja, maka beban penyusutan mesin untuk tahun 2014 sebesar:
1.500 jam kerja x Rp 12.000,-= Rp 18.000.000 Beban Penyusutan Mesin Rp 18.000.000
Akumulasi Penyusutan Mesin Rp 18.000.000
3. Metode Hasil Produksi
Beban Penyusutan
Rp 360.000.000– Rp 60.000.000 30.000 ton
= Rp 300.000.000/ 30.000 ton
= Rp 10.000/ ton
Sejak awal April hingga Desember mesin tersebut menghasilkan sebanyak 1.750 ton, maka beban penyusutan mesin untuk tahun 2014 sebesar:
1.750 ton x Rp 10.000,-= Rp 17.500.000
Beban Penyusutan Mesin Rp 17.500.000
Akumulasi Penyusutan Mesin Rp 17.500.000
PENJUALAN ASET TETAP
Ada kemungkinan aset tetap yang belum habis masa manfaatnya/ umur ekonomisnya, karena berbagai pertimbangan, oleh perusahaan diputuskan untuk dijual. Jika terjadi penjualan aset tetap, maka yang perlu dilihat adalah nilai buku dari aset tetap tersebut pada tanggal terjadinya transaksi penjualan. Nilai buku adalah harga perolehan aset dikurangi dengan akumulasi penyusutan aset tetap bersangkutan. Selisih antara nilai buku dan jumlah uang yang diterima diakui sebagai laba atau rugi penjualan aset tetap.
Jika selisih lebih/ positif maka diakui sebagai laba penjualan aset tetap Jikaselisih negatif maka diakui sebagai rugi penjualan aset tetap.
C O N T O H
Pada tanggal 1 April 2012, PT Kimia membeli sebuah mesin yang akan digunakan dalam produksi. Mesin tersebut dibeli di Jepang dengan harga faktur Rp 250.000.000,-. Beban pengiriman mesin dari Jepang ke Jakarta sebesar Rp 45.000.000,-, bea masuk ke Indonesia Rp 50.000.000,- dan beban pemasangan mesin sebesar Rp 15.000.000,-. Mesin tersebut diperkirakan dapat dioperasikan secara ekonomis selama 12 tahun atau 25.000 jam kerja. Dalam tempo 12 tahun mesin itu diperkirakan dapat menghasilkan bahan kimia sebanyak 30.000 ton. Pada akhir tahun ke 12 diperkirakan mesin tersebut dapat dijual seharga Rp 60.000.000,-.
Jika pada awal tahun 2015 mesin tersebut dijual dengan harga Rp 325.000.000,-. Atas transaksi penjualan mesin tersebut, perhitungan dan jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Karena pada awal tahun 2015 mesin itu dijual, berarti mesin tersebut telah digunakan selama 2 tahun 9 bulan (2012= 9 bulan, tahun 2013= 12 bulan, tahun 2014= 12 bulan). Pada akhir tahun 2014 atau awal tahun 2015 nilai buku mesin tersebut adalah Rp 291.250.000,- yang kemudian dijual dengan harga Rp 325.000.000,-
Harga jual Rp 325.000.000,-
Harga perolehan Rp 360.000.000 Akumulasi penyusutan:
Tahun 2012 (18.750.000) Tahun 2013 (25.000.000) Tahun 2014 (25.000.000)
Nilai buku per 1 Januari 2015 (Rp 291.250.000,-) Laba penjualan mesin Rp 33.750.000,-
Kas 325.000.000
Akumulasi penyusutan 68.750.000
Mesin 360.000.000
Laba penjualan 33.750.000 Penjualan Aset Tetap
PERTUKARAN ASET TETAP
Ada kemungkinan aset tetap yang dimiliki perusahaan sebelum umur ekonomisnya habis, akan ditukar dengan aset tetap lain, baik yang sejenis ataupun tidak sejenis.
Juga ada kemungkinan dalam transaksi pertukaran tersebut salah satu pihak yang terlibat harus menambah sejumlah uang tunai sebagai tambahan dalam pertukaran.
Jika suatu aset ditukar dengan aset lain, maka harus dihitung nilai buku aset tetap tersebut, yaitu harga perolehan aset tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutan aset tetap bersangkutan. Nilai buku aset tetap ditambah dengan jumlah uang tunai yang harus diberikan (jika ada) merupakan nilai pengeluaran total dari pihak perusahaan. Nilai pengeluaran tersebut harus dibandingkan dengan harga pasar aset tetap yang baru. Selisihnya merupakan laba atau rugi pertukaran.
Jika nilai total pengeluaran lebih besar dari harga pasar maka terjadi kerugian transaksi pertukaran.
Jika nilai total pengeluaran lebih kecil dari harga pasar, maka terjadi keuntungan/ laba transaksi pertukaran.
Jika pada awal tahun 2015 mesin tersebut ditukar dengan mesin baru seharga Rp 400.000.000,- dan PT Kimia masih harus membayar uang tunai sebesar Rp 125.000.000,- Atas transaksi pertukaran mesin tersebut, perhitungan dan jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Karena mesin itu kemudian ditukar dengan mesin baru pada awal tahun 2015, berarti mesin tersebut telah digunakan selama 2 tahun 9 bulan (2012= 9 bulan, tahun 2013= 12 bulan, tahun 2014= 12 bulan). Pada akhir tahun 2014 atau awal tahun 2015 nilai buku mesin tersebut adalah Rp 291.250.000,- yang ditukar dengan mesin baru seharga Rp 400.000.000,-
PERTUKARAN ASET SEJENIS
Harga mesin baru Rp 400.000.000,-
Harga perolehan Rp 360.000.000 Akumulasi penyusutan:
Tahun 2012 (18.750.000) Tahun 2013 (25.000.000) Tahun 2014 (25.000.000)
Nilai buku per 1 Januari 2015 Rp 291.250.000,- Pengeluaran tunai tambahan Rp 125.000.000,-
Pengeluaran total ( Rp 416.250.000)
Rugi pertukaran ( Rp 16.250.000)
Mesin baru 400.000.000
Akumulasi penyusutan 68.750.000 Rugi pertukaran 16.250.000
Mesin lama 360.000.000
Kas 125.000.000
Misalkan PT. Pendopo menukarkan mesin yang lama dengan yang baru. Nilai buku mesin lama adalah Rp 12.000.000,- (HP 40.000.000 – AD 28.000.000,-), sedangkan harga pasarnya Rp 19.000.000,- dan kas yang harus dibayarkan adalah Rp 31.000.000,-. Harga perolehan untuk mesin baru dapat dihitung sebagai berikut:
Harga pasar mesin lama Rp 19.000.000,-
Kas yang dibayarkan 31.000.000,-
Harga perolehan mesin baru Rp 50.000.000,-
Harga pasar mesin lama Rp 19.000.000,-
Nilai buku mesin lama:
(40.000.000 – 28.000.000) 12.000.000,-
Laba pertukaran Rp 7.000.000,-
Laba pertukaran diatas, kemudian dikurangkan terhadap harga perolehan aktiva baru, sehingga dapat ditentukan harga perolehan aktiva baru yang akan dicatat dalam pembukuan.
Harga perolehan mesin baru Rp 50.000.000,- Dikurang:
Laba pertukaran 7.000.000,-
Harga perolehan mesin baru Rp 43.000.000,-
Jurnal untuk mencatat transaksi diatas adalah sebagai berikut:
Mesin baru Rp 43.000.000,-
Akumulasi depresiasi mesin 28.000.000,-
Mesin lama Rp 40.000.000,-
Kas 31.000.000,-
Pertukaran Aset Tidak Sejenis
Jika pada awal tahun 2015 mesin tersebut ditukar dengan kendaraan baru seharga Rp 425.000.000,- dan PT Kimia masih harus membayar uang tunai sebesar Rp 90.000.000,-. Atas transaksi pertukaran mesin tersebut, perhitungan dan jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Karena mesin itu kemudian ditukar dengan mesin baru pada awal tahun 2015, berarti mesin tersebut telah digunakan selama 2 tahun 9 bulan (2012= 9 bulan, tahun 2013= 12 bulan, tahun 2014= 12 bulan). Pada akhir tahun 2014 atau awal tahun 2015 nilai buku mesin tersebut adalah Rp 291.250.000,-.
Harga kendaraan baru Rp 425.000.000,- Harga perolehan Rp 360.000.000
Akumulasi penyusutan:
Tahun 2012 (18.750.000) Tahun 2013 (25.000.000)
Tahun 2014 (25.000.000)
Nilai buku per 1 Januari 2015 Rp 291.250.000,- Pengeluaran tunai tambahan Rp 90.000.000,-
Pengeluaran total ( Rp 381.250.000)
Rugi pertukaran ( Rp 43.750.000)
Kendaraan 425.000.000
Akumulasi penyusutan 68.750.000 Rugi pertukaran 16.250.000
Mesin lama 360.000.000
Kas 90.000.000
Laba pertukaran 43.750.000
DEPLESI
Deplesi adalah berkurangnya harga perolehan atau nilai sumber daya alam seperti tambang dan hutan kayu yang disebabkan oleh perubahan sumber daya alam tersebut hingga menjadi persediaan.
Terdapat tiga faktor yang berpengaruh terhadap perhitungan deplesi aset tetap, yaitu:
1. Harga perolehan aset tetap
2. Taksiran nilai sisa (harga jual) setelah sumber daya alam tersebut selesai dieksploitasi
3. Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi
DEPLESI =
HARGA PEROLEHAN – NILAI SISA
TAKSIRAN HASIL YANG SECARA EKONOMIS DAPAT DIEKSPLOITASI
CONTOH: PT. Payung Buana adalah sebuah perusahaan penambangan pasir yang berlokasi di Cirebon. Pada awal tahun 2013, perusahaan itu membeli sebidang tanah yang akan dijadikan lokasi penambangan pasir seharga Rp 200.000.000,-. Tanah seluas 50.000 meter persegi tersebut diperkirakan mengandung pasir sebanyak 100.000 meter kubik. Diperkirakan, setelah seluruh pasir berhasil digali, tanah sisa pertambangantersebut akan dapat dijual seharga Rp 50.000.000,-.
Selama tahun 2013, perusahaan berhasil menggali pasir dari tanah pertambangan sebanyak 20.000 meter kubik. Untuk perhitungan dan jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut:
DEPLESI =
200.000.000 – 50.000.000 100.000 meter kubik
= Rp 150.000.000 / 100.000
= Rp 1.500 / meter kubik
Karena perusahaan berhasil menggali 20.000 meter kubik, maka beban deplesi selama tahun 2013 sebesar:
20.000 meter kubik x Rp 1.500 = Rp 30.000.000,- Beban Deplesi Rp 30.000.000
Akumulasi Deplesi Rp 30.000.000