• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelajari tentang menyiapkan laporan keuangan

N/A
N/A
black04 thunder

Academic year: 2023

Membagikan "Pelajari tentang menyiapkan laporan keuangan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu bentuk asersi manajemen adalah membuat laporan keuangan, dimana laporan keuangan merupakan media komunikasi perusahaan untuk pemangku kepentingan. Sebagian besar para pemangku kepentingan melihat laporan keuangan cenderungan pada laba perusahaan. Dengan adanya kecenderungan tersebut, pihak manajemen membuat laba terlihat menarik dimata para pemangku kepentingan. Ketika manajemen laba yang berlebihan dan menjadi tidak rasional, efek buruknya adalah dapat menurunkan kualitas informasi yang terkait dengan laba yang disajikan dalam laporan keuangan. Rendahnya kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan akan berdampak buruk terhadap kinerja keuangan perusahaan (Mahrani and Soewarno 2018). Febriyanti et al. (2014) mengungkapkan ada banyak pro dan kontra terkait manajemen laba.

Pihak yang pro menganggap bahwa manajemen laba merupakan hal yang boleh dilakukan sepanjang tidak melanggar prinsip akuntansi, serta menganggap manajemen laba bermanfaat untuk mengantisipasi kejadian yang tidak terduga.

Pihak yang kontra menganggap bahwa manajemen laba sama saja dengan manipulasi laba, manajemen laba dapat mengurangi kualitas laba dan keandalan informasi dalam laporan keuangan, serta dapat menyesatkan pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan.

Dalam beberapa tahun terakhir terdapat beberapa kasus terkait dengan manajemen laba di Indonesia yaitu, PT Inovisi Infracom Tbk. (INVS) yang perdagangan sahamnya di suspense selama empat bulan di tahun 2014. Hal ini

1

(2)

terkait dengan adanya temuan Bursa Efek Indonesia (BEI) terhadap adanya beberapa salah saji laporan keuangan pada tahun 2014, yang menyebabkan asset menjadi lebih tinggi (Vajriyanti et al. 2016). Selain itu pada PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) yang merivisi laporan keuangan tiga tahun terakhir, yaitu 2015, 2016, dan 2017. Langkah yang dilakukan bank berkode BBKP itu menyita perhatian Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bank Bukopin merivisi laba bersih 2016 menjadi Rp. 183,56 miliar dari sebelumnya RP. 1,08 triliun. Penurunan terbesar adalah dibagian pendapatan provisi dan komisi yang merupakan pendapatan dari kartu kredit. Pendapatan ini turun dari RP 1,06 triluan menjadi Rp.

317,99 miliar. Selain masalah kartu kredit, revisi juga terjadi pada pembiayaan anak usaha Bank Syariah Bukopin (BSB) terkait penambahan saldo cadangan kerugian penurunan nilai debitur tertentu. Selain itu kasus terbaru terdapat pada PT Garuda Indonesia Tbk dimana, laporan keuangan tahun buku 2018 berhasil membukukan laba bersih sebesar US$809 ribu atau setara Rp11,56 miliar. Kondisi tersebut berbanding terbalik dari kinerja perseroan 2017 yang merugi US$216,58 juta setara Rp3,09 triliun. sedangkan pada kuartal III 2018, Garuda Indonesia masih merugi sebesar US$114,08 juta atau Rp1,63 triliun. Akibat kasus tersebut Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan sanksi ke Garuda Indonesia berupa Peringatan Tertulis III dan denda sebesar Rp 250 bahkan Kementrian Keuangan juga menjatuhkan sanksi kepada Akuntan Publik (AP) serta Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memeriksa laporan keuangan Garuda Indonesia.

Beberapa studi sebelumnya mengenai manajemen laba banyak berfokus pada manajemen laba akrual. Penelitian ini menggunakan manajemen laba riil sebagai salah satu variabel yang diteliti karena, Bukti empiris di Indonesia menemukan bahwa perusahaan public di Indonesia cenderung melakukan manajemen laba rill

(3)

dari pada manajemen laba akrual untuk menghindari kerugian (Subekti 2012).

Begitupun juga menurut Sari (2015) jika menggunakan manajemen laba akrual, maka adanya kemungkinan manajer tidak dapat mencapai target keuntungan di akhir tahun sehingga risiko bisa dikurangi melalui manajemen laba riil. Selain itu perilaku oportunis manajer yang bisa saja menganggap bahwa manajemen laba akrual memiliki peluang untuk dilakukan, maka manajer akan bergeser ke manajemen laba riil. Selain itu perusahaan publik terlibat dalam lebih banyak manajemen laba melalui aktivitas operasi, hal ini dikarenakan bahwa adanya tekanan pasar modal dan karakteristik kepemilikan. Hal lain mengungkapkan bahwa perusahaan publik lebih cenderung menggunakan manajemen laba riil sebagai bagian dari strategi manajemen laba (Haga et al. 2018). (Campa and Finance 2019) juga menunjukkan bahwa perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan melakukan manajeman laba melalui manipulasi aktivitas rill, terutama jika mereka memiliki utang yang besar. Kondisi ekonomi yang selalu mengalami perubahan telah mempengaruhi kegiatan dan kinerja perusahaan, baik perusaahan kecil maupun perusahaan besar. Persaingan perusahaan satu dengan yang lainnya semakin lama semakin ketat, sehingga menyebabkan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan juga semakin tinggi. Apabila perusahaan tidak mampu bersaing maka perusahaan akan mengalami kerugian dan pada akhirnya mengakibatkan perusahaan mengalami kebangkrutan (Septiani and Dana 2019).

Perusahaan membutuhkan sumber daya yang cukup untuk beroprasi. Jika perusahaan tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya, maka perusahaan akan mengalami financial distress (Gordon 1971; Lo and economics 2008; Newton 2009; Ranjbar and Amanollahi 2018). (Setiany 2021) juga mengungkapkan kesulitan keuangan dapat ditandai dengan ketidakmampuan

(4)

perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan dengan tingkat kesulitan keuangan yang tinggi cenderung untuk melakukan manajemen laba. Ketika arus kas perusahaan tidak cukup untuk membayar kembali hutang yang ada, atau ketika aset lancar yang ada dan kewajiban lancar tidak sesuai, perusahaan akan menghadapi ancaman kesulitan keuangan (Li et al. 2020). Suatu perusahaan dianggap mengalami kebangkrutan atau kegagalan keuangan ketika tingkat pengembalian yang diperoleh perusahaan lebih kecil dari total biaya yang harus dikeluarkannya dalam jangka panjang (Pulungan et al. 2017). Perusahaan dengan overdraft bank yang besar, obligasi korporasi yang gagal bayar, tidak mampu membayar dividen saham preferen, dan mereka yang menyatakan kebangkrutan merupakan indikasi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (Hsiao et al. 2010). Ketika perusahaan lebih tertekan secara finansial, mereka menggunakan tingkat manajemen laba untuk mencapai target pendapatan yang diinginkan (Muljono and Suk 2018).

Beberapa penelitian terkait tentang financial distress terhadap manajemen laba yaitu Habib et al. (2013) mengungkapkan manajer perusahaan yang tertekan dikarenakan financial distress terlibat dalam praktik manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan sehat. Selain itu Chairunesia et al. (2018) juga menemukan bahwa financial distress mempengaruhi manajemen laba karena perusahaan dituntut untuk menghasilkan kinerja keuangan yang baik serta memiliki tata kelola perusahaan yang baik pula, dimana keuntungan menjadi salah satu faktor penting bagi investor, sehingga manajemen menggunakan laba sebagai target rekayasa.

Penellitian lain yaitu yang dilakukan oleh Li at al. (2020) meneliti bagaimana kesulitan keuangan mempengaruhi pilihan metode manajemen laba dan bagaimana kualitas pengendalian internal memoderasi hubungan tersebut. perusahaan yang

(5)

mengalami kesulitan keuangan cenderung melakukan lebih banyak manajemen laba. Perusahaan yang dinilai baik secara keuangan belum tentu benar- benar baik dan bisa dijamin kelangsungan usahanya, bisa saja setahun kemudian dinyatakan bangkrut. Kebangkrutan disebabkan oleh salah satunya karena ketidakmampuan perusahaan yang bersangkutan untuk membayar kewajiban yang telah jatuh tempo.

Agrawal and Chatterjee (2015) menemukan bahwa pemberi pinjaman dan investor perlu waspada terhadap fakta bahwa perusahaan yang mengalami tingkat kesulitan yang rendah sekalipun memungkinkan untuk menyembunyikan kondisi keuangan mereka yang sebenarnya. Ini memberikan wawasan yang lebih dalam tentang keandalan informasi akuntansi dalam menilai kelayakan kredit suatu perusahaan. Oleh karene itu, auditor eksternal memainkan peran penting. Dalam hal ini opini audit bertindak sebagai penjaga perilaku manajemen, terutama ketika ada kecenderungan manipulasi laba (Gajevszky 2014). Adanya manipulasi adalah akibat dari adanya praktik operasional yang gagal sehingga muncul motivasi manajemen untuk mempengaruhi investor agar percaya bahwa target keuangan organisasi telah terpenuhi (Roychowdhury 2006). Disini peran auditor muncul untuk menjembati adanya asimetris informasi antara pemangku kepentingan dengan pihak manajemen. Opini audit merupakan hal penting yang harus ditekankan dalam penyusunan laporan keuangan. Opini tersebut akan memberikan dampak yang besar bagi pengguna untuk mengambil keputusan apakah mereka harus berinvestasi di perusahaan tersebut atau tidak (Alhana et al. 2017). Selain itu auditor memiliki peran dalam menjaga kepercayaan pengguna laporan keuangan terhadap laporan audit. Oleh karena itu, sangat penting untuk menguji hubungan antara opini audit dan manajemen laba dalam situasi di mana kecenderungan untuk mengelola laba mungkin tinggi (Tsipouridou and Spathis 2014). Dengan adanya tindakan

(6)

tersebut, kualitas laba menjadi hal yang penting. Berdasarkan kebebasan manajer dalam pemilihan metode akuntansi, kualitas laba menjadi diragukan karena adanya kekhawatiran memanipulasi laba. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas laba dan mengurangi perilaku oportunistik manajer adalah dengan melakukan audit.

(Abolverdi and Kheradmand 2017).

Penelitian terkait opini audit terhadap manajemen laba adalah Andryana et al.

(2016) menemukan bahwa opini audit berpengaruh terhadap manajemen laba, hal ini dikarenakan auditor telah melakukan fungsi pengawasan dengan baik terhadap pekerjaan manajer melalui sarana opini audit sehingga resiko manajemen laba dapat dikurangi yang juga dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan yang akan digunakan oleh pengambilan keeputusan. Hal ini didukung oleh penelitian Moazedi (2016) yang meneliti hubungan antara manajemen laba dan opini auditor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba memiliki hubungan signifikan dengan opini auditor. Alhana et.al. (2017) juga mengungkakan adanya hubungan antara opini audit dan manajemen laba, ini dikarenakan auditor memegang peranan penting untuk menghasilkan audit yang berkualitas tinggi agar terhindar dari kecurangan atau skandal akuntansi. Tetapi hal ini bertentangan dengan penelitian Tsipouridou & Spathis (2014) yang mana menguji hubungan antara opini audit dan manajemen laba, yang diukur dengan akrual diskresioner dan membagi opini audit menjadi dua kategori: memenuhi syarat untuk ketidakpastian going concern dan memenuhi syarat untuk alasan lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa opini audit tidak berhubungan dengan manajemen laba. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Wijayanti and Triani (2020) dan Tarigan and Saragih (2020) yang mengungkapkan tidak berpengaruhnya opini auditor dikarenakan manajemen laba merupakan bentuk aktivitas yang tidak melanggar aturan dan laporan keuangan yang dibuat oleh

(7)

perusahaan yang melakukan manajemen laba masih berada pada konteks aturan yang berlaku.

Inkonsistensi hasil penelitian opini audit terhadap manajemen laba mendorong peneliti untuk memasukan variable moderasi. Peneliti menduga ada variable lain yang selama ini mampu menginteraksi pengaruh opini audit terhadap manajemen laba. Penelitian ini menggunakan Leverage sebagai variable moderasi. Salah satu alternatif sumber dana perusahaan selain menjual saham di pasar modal adalah melalui sumber dana eksternal berupa hutang. Beberapa penelitian mengenai leverage dan manajemen laba adalah Chamberlain et al. (2014) yang menjelaskan bahwa perusahaan cenderung melakukan manajemen laba ketika kondisi perusahaan mendekati pelanggaran perjanjian utang. Hal tersebut didukung oleh Hoang et al. (2019) yang menyatakan manajemen laba digunakan untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang untuk mencapai kondisi perjanjian utang yang lebih menguntungkan. Temuan lain juga di kemukakan oleh Koesharjono et al.

(2018) yaitu perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi, berpengaruh dalam melakukan praktik manajemen laba karena perusahaan mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban hutangnya tepat waktu. Nalarreason et al. (2019) juga menemukan leverage berpengaruh terhadap manejemen laba. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki leverage tinggi cenderung melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam bangkrut sehingga tidak mampu memenuhi pembayaran utang tepat waktu.

Penggunaan dana utang atau pinjaman yang tinggi mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan pengelolaan laba agar terhindar dari pelanggaran kontrak hutang (Astari and Suryanawa 2017). Lazzem et al. (2018) menyatakan

(8)

manajer perusahaan memiliki dorongan motivasi untuk melakukan manajemen laba dikarenakan adanya perilaku oportunistik dengan memilih praktik akuntansi yang menghindari pelanggaran kontrak hutang. Perusahaan dengan hutang yang tinggi berisiko bangkrut karena kegagalan dalam menyelesaikan pembiayaan eksternal mereka yang selanjutnya dapat menempatkan mereka pada risiko lain di masa depan. Semakin besar rasio utang terhadap ekuitas perusahaan, semakin besar kemungkinan manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi untuk meningatkan pendapatan (Zamri et al. 2013).

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat menutup research gap terkait manajemen laba. Penelitian ini juga diharapkan dapat menutup gap yang terjadi karena inkonsisten hasil peneltian sebelumnya mengenai opini audit terhadap manajemen laba, serta memberikan bukti empiris mengenai masalah manajemen laba, dengan menguji beberapa variabel yang dapat mempengaruhi manajemen laba, yaitu (a), financial distress (b) opini audit, (c) leverage dalam memoderasi pengaruh opini audit terhadap manajemen laba.

1.2 Motivasi Penelitian

Motivasi Penelitian ini berdasarkan fenomena yang terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia, yaitu manajemen laba yang kerap dilakukan oleh berbaga perusahaan. Manajemen laba merupakan fenomena yang menarik unntuk diteliti, karena hal ini dapat merugikan perusahaan dan para pemangku kepentingan.

Motivasi lainnya adalah adanya inkonsistensi dari variable opini audit terhadap manajemen laba, sehingga mendorong peneliti untuk mengembangkan penelitian ini.

(9)

Selain itu peneliti tertarik melakukan penelitian ini dikarenakan beberapa penelitian terdahulu memakai discretionary accruals sebagai pengukuran untuk manajemen laba, dalam penelitian ini memakai perhitungan model pengukuran Subekti (2012) karena model ini telah dimodifikasi untuk disesuaikan dengan keadaan perekonomian di Indonesia, sehingga penggunaan model ini dapat memberikan hasil yang lebih baik.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini tertarik untuk dilakukan agar memberikan solusi yang dapat menurunkan manajemen laba. Penelitian ini menguji beberapa variable, yaitu: (a) Financial distress (b) Opini Audit (c) Leverage sebagai variable moderasi.

1.3 Rumusan Masalah

Penelitian ini menguji mengenai pengaruh, Financial distress diukur dengan analisis kebangkrutan Altman Z-Score. Opini audit yang diukur dengan variable dummy terhadap manajemen laba yang diukur dengan 3 proksi, yaitu abnormal cash flow from operation, abnormal production cost, dan abnormal discretionary expense. Dengan Leverage sebagai variable moderasi yang diukur menggunakan rasio utang. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka pertanyaan penelitian yang dapat dibuat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah financial distress berpengaruh terhadap manajemen laba?

2. Apakah opini audit berpengaruh terhadap manajemen laba?

3. Apakah leverage memoderasi pengaruh opini audit terhadap manajemen laba?

(10)

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji pengaruh financial distress berpengaruh terhadap manajemen laba.

2. Untuk menguji pengaruh opini audit berpengaruh terhadap manajemen laba.

3. Untuk menguji Leverage dalam memoderasi pengaruh Opini Audit terhadap manajemen laba.

1.5 Kontribusi Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontibusi teoritis, kontribusi praktis, dan kontribusi kebijakan.

1. Kontribusi Teori

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menjelaskan teori yang sudah ada ke dalam suatu fenomena, meliputi Teori Agensi, Teori Akuntansi Positif dan Teori Prospek. Teori Agensi menggambarkan konflik antara perinsipal dan agen dalam perusahaan-perusahaan di Indonesia, serta menggambarkan peran auditor dalam menurunkan manajemen laba. Teori Akuntansi Positif menggambarkan pilihan manajer atas berbagai kebijakan akuntansi yang dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi serta penggunaan kebijakan akuntansi yang

(11)

paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu di masa mendatang.

Teori Prospek menggambarkan tindakan manajer untuk menghindari laba negatif, tindakan ini dilakukan karena laba negatif mengindikasikan kinerja menajer yang buruk dan menyebabkan biaya transaksi dengan stakeholders meningkat. Selain itu penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh Financial Distress, Opini Audit, serta interaksi antara Leverage dan Opini Audit terhadap manajemen laba.

Selain itu penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

2. Kontribusi Praktis

Penelitian ini dapat digunakan untuk diterapkan di praktik nyata atau memperbaiki praktik yang ada agar menjadi lebih baik. Penelitian ini secara praktis dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak sebagai berikut:

a. Penelitian ini dapat memberikan panduan praktis kepada investor, sehubungan dengan pengambilan keputusan untuk berinvestasi di perusahaan. Penelitian ini memberikan informasi mengenai praktik manajemen laba di Indonesia, dimana investor akan lebih berhati- hati dengan adanya kemungkinan manajer untuk melakukan menejemen laba disaat kondisi keuangan perusahaan buruk atau mengalami financial distress. Serta peran auditor dalam menurunkan manajemen laba pada perusahaan yang mengalami kondisi keuangan yang buruk. Sehingga dapat membantu investor dalam menghindari kerugian investasi.

(12)

b. Penelitian ini dapat memberikan panduan praktis bagi auditor eksternal yang mengaudit laporan keuangan. Auditor diharapkan dapat melakukan audit dengan lebih hati-hati, serta mempertimbangkan adanya prosedur tambahan apabila diperlukan dalam proses audit untuk perusahaan yang mengalami kondisi keuangan yang buruk.

3. Kontribusi Kebijakan

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi para pembuat kebijakan agar dapat membuat kebijakan yang dapat memberikan keuntungan pada semua pihak yang terlibat dalam seluruh kegiatan perusahaan.

(13)

2.1 Kajian Teori

Kajian tentang manajemen laba selalu didasarkan pada teori keagenan dan teori penghitungan akun positif. Teori yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini adalah teori prospek mengacu pada penelitian (Subekti, 2012a). selain itu teori lain adalah teori agensi.

2.2 Kajian Empirik

13

(14)

3.1 Kerangka Konsep Penelitian 3.2 Hipotesis Penelitian

14

(15)

4.1 Jenis Penelitian 4.2 Populasi dan Sampel

4.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

4.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 4.4.1. Variabel Dependen

4.4.2. Variabel Independen

4.4.3. Variabel Moderasi (Kalau ada) 4.5 Analisis Data

4.6 Pengujian Hipotesis 4.7 Model Analisis Data

15

(16)

5.1 Hasil Analisis Model

5.2 Hasil Analisis Pengujian Hipotesis 5.3 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

16

(17)

6.1 Kesimpulan

6.2 Implikasi Penelitian 6.3 Keterbatasan dan Saran

17

(18)

Abolverdi, Z., and A. J. Kheradmand. 2017. A Survey of the relationship between earnings management and qualified auditor opinion in Tehran stock exchange. International Journal of Economics Financial Issues 7 (2):723.

Agrawal, K., and C. J. G. B. R. Chatterjee. 2015. Earnings management and financial distress:

Evidence from India. Global Business Review 16 (5_suppl):140S-154S.

Alhana, N. Atiqah A, I. Farhan, N. Amalina, and S. Raihanah. 2017. A STUDY ON AUDIT OPINION AND EARNING MANAGEMENT BETWEEN PN17 COMPANIES AND HEALTHY COMPANIES. International Journal of Business, Economics and Law 12 (1).

Andryana, A., P. Purnamasari, and H. Gunawan. 2016. Pengaruh Efektivitas Komite Audit dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur (Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011–2012). Prosiding Akuntansi 2:279-284.

Astari, A., and I. K. J. E.-J. A. U. U. Suryanawa. 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 20 (1):290-319.

Campa, D. J. R. i. I. B., and Finance. 2019. Earnings management strategies during financial difficulties: A comparison between listed and unlisted French companies. Research in International Business Finance 50:457-471.

Chairunesia, W., P. R. Sutra, and S. M. J. Wahyudi. 2018. Pengaruh good corporate governance dan financial distress terhadap manajemen laba pada perusahaan indonesia yang masuk dalam asean corporate governance scorecard. Profita 11 (2):232-250.

Chamberlain, T. W., U. R. Butt, and S. J. I. A. i. E. R. Sarkar. 2014. Accruals and real earnings management around debt covenant violations. International Advances in Economic Research 20 (1):119-121.

Febriyanti, A., T. Sawarjuwono, and B. A. J. J. M. d. K. Pratama. 2014. Manajemen Laba: Pro- Kontra Pemaknaan antara Kreditur dan Debitur dalam Proses Pembiayaan Kredit.

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 16 (1):55-68.

Gajevszky, A. J. N. I. S. 2014. The Impact of auditor's opinion on earnings management:

evidence from romania. Network Intelligence Studies 2 (03):61-73.

Gordon, M. J. J. t. J. o. F. 1971. Towards a theory of financial distress. the Journal of Finance 26 (2):347-356.

Habib, A., B. U. Bhuiyan, and A. J. Islam. 2013. Financial distress, earnings management and market pricing of accruals during the global financial crisis. Managerial Finance.

Haga, J., H. Höglund, D. J. J. o. A. Sundvik, and P. Policy. 2018. Stock market listing status and real earnings management. Journal of Accounting Public Policy 37 (5):420-435.

Hoang, K. M. T., T. A. J. E. Phung, and Sociology. 2019. The effect of financial leverage on real and accrual-based earnings management in Vietnamese firms. Economics Sociology 12 (4):299-333.

Hsiao, H.-F., S.-H. Lin, A.-C. J. I. m. Hsu, and f. innovations. 2010. Earnings management, corporate governance, and auditor’s opinions: a financial distress prediction model.

Investment management financial innovations (7, Iss. 3):29-40.

18

(19)

Koesharjono, H., S. J. I. J. o. S. S. Priantono, and Business. 2018. Implication of good corporate governance and leverage on earnings management. International Journal of Social Science Business 2 (1):1-9.

Lazzem, S., F. J. R. i. I. B. Jilani, and Finance. 2018. The impact of leverage on accrual-based earnings management: The case of listed French firms. Research in International Business Finance 44:350-358.

Li, Y., X. Li, E. Xiang, and H. G. Djajadikerta. 2020. Financial distress, internal control, and earnings management: Evidence from China. Journal of Contemporary Accounting Economics Sociology 16 (3):100210.

Lo, K. J. J. o. a., and economics. 2008. Earnings management and earnings quality. Journal of accounting economics 45 (2-3):350-357.

Mahrani, M., and N. J. A. J. o. A. R. Soewarno. 2018. The effect of good corporate governance mechanism and corporate social responsibility on financial performance with earnings management as mediating variable. Asian Journal of Accounting Research.

Moazedi, E. J. 2016. Earnings management and audit opinion. International Journal of Economics Finance 8 (4):113-122.

Muljono, D. R., and K. S. J. J. A. Suk. 2018. Impacts of financial distress on real and accrual earnings management. Jurnal Akuntansi 22 (2):222-238.

Nalarreason, K. M., T. Sutrisno, E. J. I. J. o. M. Mardiati, and M. Understanding. 2019. Impact of leverage and firm size on earnings management in Indonesia. International Journal of Multicultural Multireligious Understanding 6 (1):19-24.

Newton, G. W. 2009. Bankruptcy and Insolvency Accounting, Volume 1: Practice and Procedure. Vol. 1: John Wiley & Sons.

Pulungan, K. P. A., D. Lie, J. Jubi, and A. J. F. J. A. Astuti. 2017. Pengaruh Likuiditas Dan Leverage Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Sub Sektor Keramik, Porselen Dan Kaca Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. FINANCIAL: JURNAL AKUNTANSI 3 (2):1-9.

Ranjbar, S., and G. J. M. S. L. Amanollahi. 2018. The effect of financial distress on earnings management and unpredicted net earnings in companies listed on Tehran Stock Exchange. Management Science Letters 8 (9):933-938.

Roychowdhury, S. 2006. Earnings management through real activities manipulation. Journal of accounting economics Sociology 42 (3):335-370.

Sari, G. P. J. A. J. A. 2015. Manipulasi Laba Riil: Upaya Untuk Menghindari Kerugian. Akuisisi:

Jurnal Akuntansi 11 (2).

Septiani, N. M. I., and I. M. J. E.-J. M. Dana. 2019. Pengaruh likuiditas, leverage, dan kepemilikan institusional terhadap financial distress pada perusahaan property dan real estate. E-Jurnal Manajemen 8 (5):3110-3137.

Setiany, E. J. J. o. S. S. 2021. The Effect of Investment, Free Cash Flow, Earnings Management, and Interest Coverage Ratio on Financial Distress. Journal of Social Science 2 (1):67- 73.

Subekti, I. 2012. Real and Accruals Earning Management and Value Relevance of Accounting Information Among Indonesian Listed Companies. Universiti Sains Malaysia:

Disertasi.

(20)

Tarigan, M. O. T., and A. E. J. Saragih. 2020. PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA APADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. Jurnal Riset Akuntansi Keuangan 6 (2):185-206.

Tsipouridou, M., and C. Spathis. 2014. Audit opinion and earnings management: Evidence from Greece. Paper read at Accounting Forum.

Vajriyanti, E., I. Subekti, and A. J. J. R. A. d. K. Ghofar. 2016. Pengaruh Mekanisme Komite Audit Terhadap Manajemen Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Melakukan Manajemen Laba Untuk Menghindari Kerugian. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan 6 (1).

Wijayanti, D. E., and N. N. A. Triani. 2020. PENGARUH LEVERAGE, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, AUDIT TANURE, DAN OPINI AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN. AKUNESA 8.

Zamri, N., R. A. Rahman, N. S. M. J. P. E. Isa, and Finance. 2013. The impact of leverage on real earnings management. Procedia Economics Finance 7:86-95.

(21)

21

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi profesi akuntan dan investor untuk menambah wawasan mengenai praktik manajemen laba efisien agar dapat

Hasil yang tidak signifikan juga bisa terjadi karena perusahaan yang mempunyai tingkat kepemilikan publik yang besar akan membuat pihak manajemen lebih

Praktik manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dapat mengancam posisi laba perusahaan dan tingkat pengembalian ( return) bagi investor.. Investor akan menginvestasikan

leverage keuangan suatu perusahaar., maka kecenderungan manajemen perusahaan untuk melakllkan praktik pera:aan laba semakin besar. Investor, kreditor, dan para pengguna

Pergantian CEO perusahaan membuka kesempatan manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba oleh manajer yang telah dilaksanakan dalam bentuk manajemen laba dengan cara

 Bagian investor atas laba atau rugi investee diakui dalam laporan laba rugi investor jika sudah ada keputusab Rapat Umum Pemegang Saham yang menyatakan adanya pembagian

Manajemen laba yang digunakan manajer untuk menyampaikan informasi privat mereka mengenai kondisi perusahaan akan direaksi oleh para investor jika mereka mengetahui kondisi

Manajer melakukan manajemen laba dengan menggunakan variable artifisial melalui pemilihan metode akuntansi yang diizinkan atau dengan menggunakan variable riil, yaitu dengan melakukan