• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) DALAM MENANGANI PERILAKU MEMBOLOS DI SMPN 2 SRAGI LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) DALAM MENANGANI PERILAKU MEMBOLOS DI SMPN 2 SRAGI LAMPUNG SELATAN"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Penegasan Judul

Judul skripsi yang dimaksudkan adalah “Penerapan Layanan Konseling Kelompok dengan pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam menangani perilaku dormant di SMPN 2 Sragi Lampung Selatan”. Pada judul ini peneliti ingin melihat bagaimana penerapan layanan konseling kelompok dengan pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam menangani perilaku disruptif di SMPN 2 Sragi Lampung Selatan. Secara sederhana implementasi dapat diartikan sebagai penerapan.1 Dalam pengertian ini dapat disimpulkan bahwa implementasi dalam penelitian ini berarti melihat guru Bimbingan dan Konseling dalam melakukan kegiatan layanan konseling kelompok dengan menggunakan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT). ). pendekatan dalam menangani perilaku disruptif di SMPN 2 Sragi Lampung Selatan.

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) merupakan terapi yang dikembangkan oleh Albert Ellis yang meyakini bahwa Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) merupakan terapi yang sangat komprehensif, dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku dengan mengubah cara pandang klien. irasional menjadi rasional .3.

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan ayat 11 Q.S Al-Mujjadi menjelaskan bahwa guru bimbingan dan konseling merupakan unsur utama dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah. Berdasarkan keterangan guru bimbingan dan konseling SMPN 2 Sragi Lampung Selatan diketahui bahwa siswa tersebut merupakan siswa yang memiliki tingkat ketidakhadiran tertinggi dibandingkan siswa lainnya. Guru BK SMPN 2 Sragi Lampung Selatan ini juga menjelaskan, umumnya perilaku buruk siswa dilakukan karena ajakan temannya.

Berdasarkan hal tersebut, upaya guru bimbingan dan konseling adalah dengan memberikan konseling kelompok dengan pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) kepada siswa yang mempunyai perilaku membolos.

Fokus dan Sub Fokus Penelitian

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Desy Seplyana pada tahun 2019 dalam jurnal berjudul “Penerapan Pendekatan Rasional Perilaku Emotif (Rebt) Dalam Membantu Mengatasi Kebiasaan Terlambat Siswa SMA Negeri Model 6 Lubuklinggau”.27. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dan membantu mengatasi siswa yang terlambat dalam kebiasaan Membantu mengatasi kebiasaan terlambat model SMA 6 Lubuklinggau melalui Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT ). Persamaan jurnal diatas dengan penelitian yang akan diteliti adalah teknik perlakuan dengan pendekatan terapi perilaku emosional rasional untuk membantu mengatasi kebiasaan keterlambatan siswa.

Perbedaan jurnal diatas dengan penelitian yang akan peneliti pelajari adalah subjek penelitian dan penelitian diatas fokus pada mengatasi keterlambatan siswa, sedangkan penelitian yang akan kita pelajari adalah tentang implementasi layanan konseling kelompok dengan menggunakan metode Rational Emotive. Pendekatan Behavior Therapy (REBT) dalam mengatasi perilaku membolos pada siswa SMPN 2 Sragi Lampung Selatan. 27Desy Seplyana, “Implementasi Pendekatan Rational Emotive Behavioral Therapy (Rebt) Dalam Membantu Mengatasi Kebiasaan Terlambat Siswa SMP Negeri 6 Model Lubuklinggau,” el-Ghiroh, vol. Persamaan jurnal diatas dengan penelitian yang akan kami kaji adalah teknik penanganan menggunakan Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy dalam pencegahan kenakalan remaja.

Penelitian yang dilakukan oleh Shinta Purwaningrum dan Bayu Pamungkas berjudul “Pengembangan Model Konseling Kelompok Menggunakan Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (Rebt) Untuk Mengurangi Bullying pada Siswa Abk di Sekolah Dasar Inklusi”.29. 29Shinta Purwaningrum dan Bayu Pamungkas, “Pengembangan Model Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Rational Emotive Behavioral Therapy (Rebt) Untuk Mengurangi Bullying pada Siswa Abk di Sekolah Dasar Inklusi”. Penelitian di atas bertujuan untuk mengurangi perilaku agresif dengan memberikan Rational Emotive-Behavior Therapy (REBT) dan Assertive Training (AT).

Persamaan jurnal diatas dengan penelitian yang akan diteliti adalah teknik manajemen menggunakan Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy untuk mengurangi perilaku agresif dan perilaku tersebut merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja. Perbedaan jurnal diatas dengan penelitian yang akan diteliti peneliti adalah objek yang diteliti, metode yang digunakan, dan penelitian diatas fokus pada pengurangan perilaku agresif, sedangkan pada penelitian yang akan diteliti penerapan konseling kelompok menggunakan metode Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), dalam mengatasi perilaku membolos di SMPN 2 Sragi Lampung Selatan.

Metode Penelitian

  • Sistematika Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam penanganan perilaku irasional di SMPN 2 Sragi Lampung Selatan. Yang akan peneliti teliti adalah implementasi layanan konseling kelompok dengan pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam menangani perilaku membolos. Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai aktivitas siswa dan konselor selama pelaksanaan layanan konseling kelompok.

Layanan dan konseling kelompok dapat membantu klien meringankan permasalahan yang dialaminya dalam dinamika kelompok dan mempunyai kesempatan untuk berdiskusi.41. Konseling kelompok menggunakan dinamika kelompok sebagai media dalam upaya membimbing anggota kelompok dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, layanan konseling kelompok memerlukan anggota kelompok yang dapat berfungsi sebagai sumber daya yang beragam untuk mendiskusikan masalah pribadi dan memecahkan masalah tertentu.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa anggota kelompok berperan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok baik sebagai subjek maupun objek. Kelompok layanan konseling kelompok dapat dibentuk dengan mempertemukan sejumlah individu (siswa dan individu lainnya). Prinsip yang sama berlaku pada kegiatan konseling kelompok sebagaimana prinsip pelaksanaan layanan konseling kelompok pada umumnya.

71Joko Sulistiyono, Layanan Konseling Kelompok Pendekatan Perilaku untuk Mengatasi Disiplin Masuk Sekolah, (Lombok Tengah: Pusat Pengembangan Pendidikan dan Literasi Indonesia, 2021), hal.27. “Pengembangan model konseling kelompok dengan pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) untuk mengurangi perilaku bullying pada siswa Abk di sekolah dasar komprehensif.” Majalah Panduan dan Penasehat Ar-Rrahman 4, No.

LANDASAN TEORI

Layanan Konseling Kelompok

  • Pengertian Layanan Konseling Kelompok
  • Komponen Konseling Kelompok
  • Anggota Kelompok
  • Pendekatan dan Teknik Pembentukan Kelompok
  • Tujuan Konseling Kelompok
  • Asas Konseling Kelompok
  • Tahap-tahap Konseling Kelompok

Prayitno menjelaskan, dalam konseling kelompok ada tiga komponen yang berperan, yakni ketua kelompok, peserta atau anggota kelompok, dan dinamika kelompok. Untuk melakukan konseling kelompok, seorang konselor harus membentuk sekelompok individu menjadi kelompok yang mempunyai persyaratan yang sesuai. Dengan demikian, komponen konseling kelompok diisi dengan dinamika kelompok yang akan menentukan gerak dan arah pencapaian tujuan kelompok.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota konseling kelompok yang ideal berkisar antara delapan sampai sepuluh orang. Anggota kelompok merupakan pihak yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam konseling kelompok karena mereka merupakan pelaku utama dalam mencapai tujuan pelaksanaan layanan konseling kelompok. 47 Ibid., hal. 70. Terdapat prinsip dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok, salah satunya adalah prinsip independensi, yaitu keputusan diambil oleh klien sendiri.

Sebagaimana telah dikemukakan, peran anggota kelompok dalam layanan bimbingan dan konseling kelompok adalah dari, oleh, dan untuk anggota kelompok itu sendiri. Dalam hal ini, satu orang atau lebih dapat ditempatkan pada suatu kelompok tertentu untuk memperoleh Layanan Konseling Kelompok secara khusus. Tujuan umum kegiatan konseling kelompok adalah untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan.

Menurut Winkel dalam buku Edi Kurnanto disebutkan bahwa Konseling Kelompok mempunyai beberapa tujuan antara lain: 50. Pernyataan Edi Kurnanto juga menyatakan bahwa tujuan dilaksanakannya konseling kelompok adalah “untuk meningkatkan rasa percaya diri konseli.

Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy

  • Pengertian Rational Emotive Behavior Therapy
  • Konsep Dasar Rational Emotive Behavior
  • Teknik Konseling
  • Langkah-langkah Rational Emotive Behavior

Konsep Dasar Rational Emotive Behavioral Therapy Menurut Gantina dkk menyatakan bahwa Pendekatan Menurut Gantina dkk menyatakan bahwa Pendekatan Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) dikembangkan oleh Albert Ellis pada tahun 1950an. 56Achmad Mubarok, Imas Rahman Kania dan Muhyani, “Terapi Perilaku Rasional Emotif Berbasis Islam (Rebt),” Konferensi Tahunan Pendidikan Islam dan Ilmu Sosial (ACIEDSS) 20, no. Pada tahun 1993, dalam Newsletter yang diterbitkan oleh Institute for Rational-Emotive Therapy, Albert Ellis mengumumkan bahwa ia mengubah nama dari Rational-Emotive Therapy (RET) menjadi Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT).58.

Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) memandang manusia sebagai individu yang didominasi oleh sistem berpikir dan sistem perasaan yang berkaitan dengan sistem psikologis individu. Elis menyampaikan beberapa asumsi dasar pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) yang dapat dikategorikan ke dalam beberapa postulat antara lain; 62. Tujuan Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT). Menurut Ellis, pendekatan REBT mempunyai tiga tujuan, yaitu; “1) membantu klien mendapatkan wawasan tentang self-talk mereka, 2) membantu klien mengevaluasi pikiran, perasaan, dan perilaku mereka, dan 3) melatih klien mengenai prinsip-prinsip REBT sehingga mereka mampu berfungsi lebih efektif di masa depan tanpa bantuan orang lain. seorang penasihat profesional."64.

65Nova Erlina dan Devi Novita Sari, “Pengaruh Pendekatan Rational Emotional Behavior Therapy (Rebt) Terhadap Peningkatan Kecerdasan Emosional,” Jurnal Bimbingan Konseling 03, no. Pendekatan Rational Emotive Behavioral Therapy menggunakan berbagai teknik kognitif, afektif dan perilaku yang disesuaikan dengan kondisi klien. Teknik kognitif merupakan teknik yang digunakan untuk mengubah cara berpikir klien.Sukardi menjelaskan, ada 4 tahapan dalam teknik kognitif, antara lain;

Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam model sosial yang diharapkan melalui mutasi (peniruan), mengamati dan menyesuaikan diri serta menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan permasalahan tertentu yang disiapkan oleh konselor. 3) Teknik pemodelan langsung (real life model), yang digunakan untuk menggambarkan perilaku tertentu, terutama situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dan pemecahan masalah.67. Menurut Gerald Corey, berdasarkan teori Albert Ellis, untuk mencapai tujuan Rational Emotive Behavior Therapy, konselor melakukan langkah-langkah konseling antara lain: 68.

Perilaku Membolos

  • Gambaran Umum Perilaku Membolos
  • Ciri-ciri Perilaku Membolos
  • Faktor Penyebab perilaku Membolos
  • Dampak Perilaku Membolos
  • Cara Pencegahan Perilaku Membolos

Sama halnya dengan perilaku yang tidak wajar, termasuk perilaku pengkhianatan yaitu pengkhianatan terhadap orang tua, guru, dan institusi sekolah.73. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa membolos adalah suatu tindakan yang dilakukan siswa berupa pelanggaran peraturan, yaitu meninggalkan sekolah pada saat pembelajaran berlangsung atau tidak masuk sekolah tanpa izin guru. 75 Siti Qomaria, Arifin dan Djonu, Pemberian Layanan Informasi Pengurangan Perilaku Bullying pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Maumere, hal.

78Siti Ma'rifah Setiawati, “Perilaku Absen: Penyebab, Dampak dan Solusinya,” PD ABKIN JATIM Open Journal System 1, no. Menurut Joko Sulistiyon, dampak ketidakhadiran pasti akan berdampak pada orang disekitarnya, berdampak pada dirinya dan orang lain. Menurut Haryant, ketidakhadiran akan berdampak pada aspek mental yaitu munculnya perasaan tidak enak, tidak mampu berpikir stabil, lebih mudahnya harapan menghadapi orang tua dan rasa berani.80.

Damayanti mengatakan, ada beberapa pola coping yang dapat digunakan untuk meminimalisir pembolosan, yaitu; Terdapat berbagai macam bentuk pola coping yang diterapkan oleh konselor sekolah terhadap perilaku disruptif siswa. Penanganan terapeutik yang diterapkan oleh konselor sekolah terhadap perilaku disruptif siswa adalah dengan melaksanakan layanan konseling, baik konseling individu maupun kelompok.

82Mega Ardiyanti dan T. Indah Pratiwi, “Studi Perilaku Guru BK di Sekolah Menengah Negeri Se-Kecamatan Kerek-Tuban Terhadap Perilaku Siswa yang Membolos,” Jurnal Bk Unesa 8, no. “Studi Perilaku Konselor Sekolah di Sekolah Menengah Negeri Se-Kecamatan Kerek-Tuban Terhadap Manajemen Ketidakhadiran Siswa.” Jurnal Bk Unesa 8, no.

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Gambaran Umum Objek

Penyajian Fakta dan Data Penelitian

ANALISIS PENELITIAN

Analisis Data Penelitian

Temuan Penelitian

PENUTUP

Simpulan

Rekomendasi

Referensi

Dokumen terkait

pelaksanaan konseling individu menggunakan teknik Rational Emotive Behavior Therapy dalam meningkatkan self confidence konseli yang memiliki kelainan fisik dan

BEHAVIOR THERAPY (REBT) UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 27 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ”. Skripsi ini dapat diselesaikan untuk

Pada langkah diagnosis ini bias ditetapkan masalah yang dialami oleh konseli yaitu keterasingan akibat perilaku lesbi, konnseli beranggapan bahwa dengan berperilaku

Jadi dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok dengan teknik Rational Emotive Behavior Therapy dapat mengurangi perilaku membolos pada peserta didik kelas XI di

Dan juga dalam REBT teknik ABCDE ini konselor menggunakan dua teknik yaitu: teknik self-talk dan Rational-emotive imagery (REI). Adapun yang dimaksud dengan

Dalam penelitian (Solikhah, 2018) langkah-langkah pelaksanaan yang dilaksanakan adalah 1)Perkenalan/Ta’aruf, hal ini berguna untuk membentuk kedekatan dengan konseli

Setelah peneliti mendapatkan data lapangan mengenai konseli, mengelola data, dan kemudian menyajikan data yang telah didapat dan dikumpulkan dengan tujuan dapat

Dalam penelitian ini, metode observasi yang peneliti gunakan adalah observasi partisipan untuk memperoleh data gambaran langsung mengenai beberapa permasalahan yang menjadi objek