PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING BERBASIS KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 2 SAWAHLUNTO
Oleh:
Wina Marsita*
Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd., Kons.**
Ahmad Zaini, S.Ag., M.Pd.**
Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) PGRI Sumatera Barat ABSTRACT
This research is motivated by the problem experienced counselor in the field of guidance and counseling services based curriculum in 2013 in the country SMP 2 Sawahlunto. This study aims to describe: 1) Readiness in the implementation of the curriculum in 2013, designed the program, desingning the execution of the service plan, 2) Counselor creativity in providing services to learners. This research was descriptive qualitative research , wich aims to describe a systematic, factual and accurate information on the facts of the particular nature of the population and tried to describe the phenomenon in detail. This research sites in the country SMP 2 Sawahlunto, while the key informant research that three counselor and two additional informants.
Instruments used in the study were interviews. Data analisis techniques used are data reduction, data presentation and conclusion, interviews have been analyzed revealed that: 1) Readiness in the implementation of the curriculum in 2013 by teacher counselor can work well starting from the training curriculum in 2013, designed the program, desingning an implementation plan services, 2) counselor creativity in providing guidance and counseling sevices is very important, counselor were able to pull out of creative ideas to improve the motivation of learners, making it easier to determine the specialization of learners through the placement and distribution services. Based on the findings of this study was recommended to the teachers guidance and counseling, to be able to find out readiness and creativity in providing guidance and counseling services based curriculum in 2013.
Keywords: Guidance and Counseling Services, Counselor, Curriculum in 2013.
Pendahuluan
Tim pengembangan mutu pendidikan (2013: 37) menjelaskan bahwa kurikulum 2013 dirancang untuk mempersiapkan insan Indonesia memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Implementasi kurikulum 2013 lebih menekankan penilaian berbasis proses dan hasil, kejujuran, kerja keras, dan disiplin adalah hal yang tidak boleh luput dari penilaian proses. Hasil penilaian harus serasi dengan perkembangan akhlak dan karakter peserta didik sebagai makhluk individu, sosial, warga Negara dan sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Guru BK atau konselor melalui pelayanan BK dalam kurikulum 2013 mempunyai tugas khusus yaitu membantu peserta didik meminati mata pelajaran yang harus dipelajari dan diikuti selama pendidikan dan menyiapkan pilihan studi lanjutan.
Irsyad (2012: 115) menjelaskan bahwa kurikulum dan pendidikan adalah dua hal yang erat berkaitan, tak dapat dipisahkan sama dengan yang lain. Sistem pendidikan yang dijalankan pada zaman modern ini tak mungkin tanpa melibatkan keikutsertaan kurikulum, tak mungkin tak ada kegiatan pendidikan tanpa kurikulum. Kebutuhan akan adanya aktivitas pendidikan selalu berarti kebutuhan adanya kurikulum. Dalam kurikulum itulah tersimpul segala sesuatu yang harus dijadikan pedoman bagi
pelaksanaan pendidikan. Pemikiran tentang adanya kurikulum adalah setua dengan adanya sistem pendidikan itu sendiri.
Febriya (2014: 1) menjelaskan bahwa faktor yang perlu diperhatikan dalam penerapan kurikulum 2013 salah satunya yaitu kesiapan para pelaksananya. Kesiapan itu sangat ditentukan oleh para pelaksana, antara lain pemerintah pusat aparat daerah, masyarakat dan tentunya kesiapan sekolah itu sendiri, baik kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru BK dan pihak lainnya.
Kesiapan ini juga juga menyangkut kemampuan dalam mengajukan argumentasi dan rasionalisasi dari berbagai sudut pandang untuk mendukung perlunya pengembangan dan perubahan kurikulum 2013. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan berbagai pelatihan dan sosialisasi yang matang kepada berbagai pihak, agar kurikulum baru yang ditawarkan dapat dipahami dan diterapkan secara optimal.
Selanjutnya Mulyasa (2014: 41) menjelaskan bahwa kunci sukses yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah kreativitas guru, salah satunya yaitu guru BK, karena guru BK merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Kurikulum 2013 akan sulit dilaksanakan diberbagai daerah karena sebagian besar guru BK belum siap.
Ketidaksiapan guru BK itu tidak hanya terkait dengan urusan kompetensinya, tetapi berkaitan dengan masalah kreativitasnya, yang juga disebabkan oleh rumusan kurikulum yang lambat disosialisasikan oleh Pemerintah.
Dalam permasalahan yang diajukan ini tentang “Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Sawahlunto”. Berdasarkan permasalahan yang penulis temukan melalui observasi dan wawancara selama PPLBK sekolah dari bulan Agustus sampai Desember 2015, yaitu:
Observasi dengan guru BK, bahwasanya dalam perubahan kurikulum 2013 masih ada guru BK yang belum mampu dalam mempersiapkan atau menyesuaikan diri saat proses layanan diberikan, dikarenakan pelayanan BK hanya mempunyai sedikit jam pelayanan. Serta
kreativitas guru BK di dalam proses pelayanan BK masih rendah, karena masih adanya guru yang hanya memberikan metode ceramah saja, tetapi tidak menggunakan metode yang lainnya seperti menampilkan video dengan menggunakan LCD Proyektor untuk menarik perhatian peserta didik agar belajar lebih giat lagi dalam belajar. Adanya manajemen dari kepala sekolah yang belum memadai dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Adanya jam pelayanan yang belum memadai bagi peserta didik untuk berkonsultasi dengan guru BK.
Wawancara dengan guru BK, bahwasanya masih ada guru BK yang masih sulit dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kurikulum 2013, kreativitas guru BK masih rendah karena guru BK masih memberikan metode yang biasa saja, sehingga tidak menarik perhatian peserta didik, manajemen dari kepala sekolah belum memadai, serta masih sedikitnya jam pelayanan bagi peserta didik untuk berkonsultasi dengan guru BK.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Adanya kesiapan guru BK yang belum memadai dalam pelaksanaan layanan konseling berbasis kurikulum 2013.
2. Adanya kreativitas guru BK yang belum memadai dalam perubahan kurikulum 2013.
3. Masih adanya guru BK yang canggung dalam memberikan layanan BK.
4. Adanya manajemen dari kepala sekolah yang belum memadai dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Sawahlunto.
5. Belum maksimalnya jam pelayanan bagi peserta didik untuk berkonsultasi dengan guru BK.
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu dalam latar belakang masalah serta dari pengamatan awal (grand tour) ditemukan fenomena-fenomena yang dipilih sebagai objek perhatian untuk dikaji secara ilmiah sebagai berikut:
1. Kesiapan guru BK dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling berbasis kurikulum 2013.
2. Kreativitas guru BK dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling berbasis kurikulum 2013.
Berdasarkan batasan permasalahan dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Sawahlunto ?”.
Tujuan utama penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang:
1. Kesiapan guru BK dalam memberikan layanan konseling berbasis kurikulum 2013.
2. Kreativitas guru BK dalam memberikan layanan konseling berbasis kurikulum 2013.
Metode Penelitian
Waktu yang peneliti gunakan dalam melaksanakan penelitian ini yaitu dari tanggal 28 Mei sampai 4 Juni 2016. Adapun lokasi tempat peneliti melaksanakan penelitian adalah di SMP Negeri 2 Sawahlunto, dimana lokasi tersebut tempat peneliti melakukan Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling Sekolah.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan fakta-fakta atau kejadian secara akurat dan sistematis dari objek penelitian khususnya untuk memperoleh gambaran secara utuh mengenai pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling berbasis kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Sawahlunto.
Arikunto (Ulfiandari 2013: 539) menjelaskan pendekatan deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, dan kegiatan-kegiatan lain yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.
Iskandar (2009: 32) mengemukakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berpegang kepada paradigma naturalistik atau fenomenologi”.
Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah orang-orang yang kompeten yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian.
Adapun teknik mendapatkan informan penelitian adalah menggunakan snowball sampling. Menurut Lee dan Berg (Iskandar, 2009: 115) menjelaskan snowball
sampling adalah teknik bola salju yang dimulai dengan menetapkan satu atau beberapa orang informan kunci (key informants) dan melakukan interview terhadap mereka secara bertahap atau berproses, dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti akan menetapkan tiga orang informan kunci dan mengadakan interview atau wawancara.
Sugiyono (2013: 301) menjelaskan snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data.
Informan kunci dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang guru BK, dan informan tambahan dalam penelitian ini terdiri dari dua orang yaitu kepala sekolah dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tabel.1 Informan Kunci Penelitian No Inisial JK pekerjaan umur
1 RS P Guru BK 31
2 M P Guru BK 45
3 DR P Guru BK 47
Tabel.2 Informan Tambahan Penelitian No inisial JK pekerjaan umur
1 N L Kepala Sekolah 63
2 AE P Guru Mata
Pelajaran
45
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini wawancara. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan subjek penelitian yang terbatas. Adapun teknik wawancara yang dapat digunakan dalam penelitian ini, yaitu wawancara tidak terstruktur. Menurut Iskandar (2009:132) wawancara tidak terstruktur merupakan seorang peneliti bebas menentukan fokus masalah wawancara, kegiatan wawancara mengalir seperti dalam percakapan biasa, yaitu mengikut dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi responden.
Iskandar (2009: 132) menjelaskan adapun langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam wawancara sebagai berikut : 1. Menetapkan kepada siapa wawancara
itu akan dilakukan
2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
3. Mengawali atau membuka alur wawancara.
4. Melangsungkan alur wawancara.
5. Mengkonfirmasikan hasil wawancara dan mengakhirinya.
6. Menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan
7. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
Hasil dan Pembahasan
1. Kesiapan Guru BK dalam Memberikan Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kurikulum 2013.
a) Kesiapan Pelaksanaan Kurikulum 2013.
Berdasarkan hasil temuan yang penulis dapatkan dari wawancara dengan subjek I yang dilakukan pada tanggal 27 Mei–03 Juni 2016 di SMP Negeri 2 Sawahlunto mengenai kesiapan guru BK dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling berbasis kurikulum 2013 yaitu dengan membawa buku paket serta berdiskusi dengan guru BK sekolah yang berbeda, mempersiapkan diri dengan memahami dan mempelajari lebih mendalam lagi tentang kurikulum 2013, menerapkannya dengan melakukan need asessment kepada peserta didik, hal itu juga didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dari sekolah, dikarenakan jam pelayanan BK hanya diberikan satu jam saja maka tidak akan efektif ketika guru BK melakukan layanan seperti layanan bimbingan kelompok di dalam kelas.
Berdasarkan hasil temuan yang penulis dapatkan dari wawancara dengan subjek II yang dilakukan pada tanggal 27 Mei–03 Juni 2016 di SMP Negeri 2 Sawahlunto mengenai kesiapan guru BK dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling berbasis kurikulum 2013 yaitu mengikuti pelatihan kurikulum 2013 dengan berdiskusi dan mendengarkan materi yang disampaikan, kesiapannya harus sesuai dengan kurikulum 2013 dan
menerapkan layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan need assessment kepada peserta didik. Hal itu juga didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dari sekolah sehingga tidak menimbulkan kendala dalam melaksanaan kurikulum 2013 ini.
Berdasarkan hasil temuan yang penulis dapatkan dari wawancara dengan subjek III yang dilakukan pada tanggal 27 Mei–03 Juni 2016 di SMP Negeri 2 Sawahlunto mengenai kesiapan guru BK dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling berbasis kurikulum 2013 yaitu mengikuti pelatihan kurikulum 2013 dengan berdiskusi dan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru yang terlatih ditingkat nasional, tidak mempunyai persiapan apa-apa, hanya mengikuti panggilan untuk mengikuti pelatihan kurikulum 2013.
Menerapkan layanan bimbingan konseling sesuai dengan kebutuhan peserta didik, serta sarana dan prasarana tidak terlalu banyak diperlukan di dalam bimbingan dan konseling, hanya membutuhkan biaya ketika melakukan kegiatan pendukung seperti kunjungan rumah, dan tidak menemui kendala yang signifikan.
b) Kesiapan Merancang Program BK.
Hasil wawancara dengan subjek I terungkap bahwa kesiapan guru BK dalam merancang program yaitu mengikuti pelatihan merancang program dengan berdiskusi dan membahas topik-topik yang terbaru terkait dengan program kurikulum 2013, kesiapannya tidak jauh berbeda dengan kurikulum sebelumnya serta program yang dirancang sama dengan sebelumnya seperti program tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, harian. Sebelum memberikan layanan bimbingan dan konseling terlebih dahulu guru BK melakukan need assessment terhadap peserta didik, hanya saja kendala yang ditemui pada kurikulum 2013 ini memakai tema dan subtema.
Hasil wawancara dengan subjek II terungkap bahwa kesiapan guru BK dalam merancang program yaitu dengan mengikuti pelatihan kurikulum 2013 dan melakukan need assessment, serta melihat data-data peserta didik. Setelah melakukan need assessment tersebut barulah guru BK bisa membuat program, program yang dirancang seperti program tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, harian, maka untuk itu persiapan yang guru BK lakukan harus sesuai dengan kurikulum 2013 dengan cara memahami kurikulum tersebut, sehingga tidak menimbulkan kendala yang signifikan karena semuanya sudah dipandu ketika melakukan pelatihan kurikulum 2013.
Hasil wawancara dengan subjek III terungkap bahwa kesiapan guru BK dalam merancang program yaitu mengikuti pelatihan kurikulum 2013 dengan berdiskusi dan melakukan need assessment terlebih dahulu sebelum merancang program, program yang dirancang adalah program tahunan, semesteran, bulanan, mingguan dan harian.
Dengan persiapan yang matang maka kendala yang ditemuipun tidak terlalu signifikan.
c) Kesiapan Merancang RPL
Hasil wawancara peneliti dengan guru BK subjek I terungkap bahwa kesiapan dalam merancang RPL yaitu di dalam pelatihan kurikulum 2013 semuanya sudah dijelaskan mulai dari program, RPL, dll. RPL kurikulum 2013 mempunyai uraian yang banyak dengan penambahan KEST dan BMB3, sedangkan KTSP tidak terlalu banyak artinya simpel tetapi mudah dipahami dengan cepat. Oleh karena itu RPL kurikulum 2013 membutuhkan waktu yang banyak dan juga menguras pikiran.
Hasil wawancara peneliti dengan guru BK subjek II terungkap bahwa kesiapan dalam merancang RPL yaitu dengan mengikuti pelatihan kurikulum 2013, karena di dalam pelatihan tersebut semuanya
akan dibahas mulai dari program, RPL, dll. Kesiapan dalam merancang RPL juga melakukan need assessment terlebih dahulu seperti layanan informasi, materi apakah yang sangat dibutuhkan oleh peserta didik. Perbedaan RPL KTSP dengan kurikulum 2013 adalah AKURS, pada KTSP tidak memiliki AKURS sedangkan kurikulum 2013 memiliki AKURS. RPL yang dibuat sesuai dengan kurikulum 2013,hanya saja kendala yang ditemui RPL kurikulum 2013 uraiannya terlalu panjang.
Hasil wawancara peneliti dengan guru BK subjek III terungkap bahwa kesiapan dalam merancang RPL yaitu dengan mengikuti pelatihan kurikulum 2013 serta memahami dan mempelajari RPL tersebut. Perbedaan RPL KTSP dengan kurikulum 2013 adalah memakai tema dan sub tema serta uraian panjang sedangkan KTSP simpel dan mudah dipahami. Untuk itu dengan mengikuti pelatihan kurikulum 2013 guru BK sudah diberi panduan sehingga tidak menemukan kendala dalam merancang RPL kurikulum 2013.
2. Kreativitas Guru BK dalam Memberikan Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kurikulum 2013.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek I bahwasanya kreativitas guru BK dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling berbasis kurikulum 2013 yaitu pemberian tugas kelompok, menampilkan powerpoint, dan pemberian game kepada peserta didik. Memberikan pelayanan yang berkaitan dengan bimbingan diri pribadi, menekankan konsep diri terhadap peserta didik yang belum mampu menyesuaikan diri dengan kurikulum 2013, hanya saja jam pelayanan BK yang tidak mencukupi sehingga guru BK harus memanggil peserta didik yang bersangkutan ke ruang BK. Terhadap peserta didik yang belum mampu dalam layanan penempatan dan penyaluran kreativitas yang dilakukan guru BK adalah dengan melakukan layanan konseling perorangan, mengarahkan peserta didik lebih dalam
lagi agar tidak salah dalam memilih, tetapi guru BK merasa kendala yang dihadapi adalah dalam meyakinkan peserta didik tersebut dalam pemilihan potensi atau sekolah lanjutannya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek II bahwasanya kreativitas guru BK dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling berbasis kurikulum 2013 yaitu memanfaatkan media yang sudah disediakan oleh sekolah seperti menggunakan LCD Proyektor sehingga peserta didik tidak merasa bosan. Tidak lanjut yang diberikan kepada peserta didik dengan membantu peserta didik agar mampu menyesuaikan diri dalam kurikulum 2013, sehingga guru BK merasa tidak menemukan hambatan dalam membantu peserta didik tersebut. Serta tindak lanjut yang diberikan terhadap peserta didik yang belum mampu dalam layanan penempatan dan penyaluran adalah dengan meyakinkan peserta didik terhadap potensinya, membantu mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik. Sehingga kendala yang ditemui oleh guru BK adalah dalam pemilihan sekolah lanjutan, keinginan peserta didik tidak sama dengan keinginan orang tua, maka dari itu guru BK senantiasa membantu agar peserta didik mendapatkan tenmpat yang nyaman dalam pemilihan sekolah lanjutannya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek II bahwasanya kreativitas guru BK dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling berbasis kurikulum 2013 yaitu dengan pemanggilan peserta didik ke ruang BK dikarenakan sedikitnya jam pelayanan di kelas, serta pemberian game di dalam kelas agar peserta didik tidak merasa bosan. Tindak lanjut yang diberikan terhadap peserta didik yaitu dengan berkonsultasi dengan guru mata pelajaran ketika peserta didik tersebut sulit dalam proses belajar mengajar. Bagi kelas IX peminatan sekoalh lanjutan sangatlah penting, maka guru BK mampu mengarahkan dan meyakinkan peserta didik terhadap keinginannya, hanya saja bagi peserta didik yang pendiam dan tidak memikirkan sekolah
lanjutannya guru BK harus lebih giat lagi dalam meyakinkan peserta didik.
Pembahasan
1. Kesiapan Guru BK dalam Memberikan Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kurikulum 2013.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa kesiapan sangatlah penting dalam pelaksanaan kurikulum 2013, sebagaimana Mulyasa, (Febriya 2014:1) menjelaskan bahwa meskipun diterapkan secara bertahap, kurikulum 2013 ini berdampak pada berbagai upaya persiapan yang harus dilakukan berbagai pihak, antara lain tersusun dan disahkannya naskah penyempurnaan kurikulum yang utuh, sosialisasi naskah kurikulum yang sudah disahkan, kesiapan dinas pendidikan daerah menyongsong kurikulum 2013, kesiapan kepala sekolah dalam mengelola penyelenggaraan pendidikan dalam satuan pendidikan, kesiapan guru mata pelajaran dalam dalam mendidik, kesiapan guru bimbingan konseling dalam memandirikan, kesiapan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) menyiapkan lulusan siap melaksanakan tugas kurikulum 2013.
2. Kreativitas Guru BK dalam Memberikan Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kurikulum 2013.
Hasil penelitian di atas kreativitas sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik, sebagaimana Anggriana (2015: 3) menjelaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu hal yang baru atau memodifikasi karya yang sudah ada menjadi sebuah karya baru yang lebih bermakna. Adapun jenis kreativitas yang dapat dikembangkan oleh guru BK dalam kurikulum 2013 yaitu jenis media yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam penyampaian informasi dalam layanan bimbingan dan konseling adalah media auditif (radio, tape), media visual (gambar, foto) dan media audio-visual (film bersuara). Media yang digunakan oleh guru BK yaitu laptop dan LCD Proyektor yang mana dapat membantu
guru BK dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling berbasis kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Sawahlunto, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesiapan guru BK dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling berbasis kurikulum 2013. Kesiapan lebih ditekankan kepada guru BK dalam mengungkap (1) kesiapan pelaksanaan kurikulum 2013: guru BK mengikuti pelatihan kurikulum 2013 agar lebih memahami dan mendapat panduan tentang pelaksanaan kurikulum 2013. (2) kesiapan dalam merancang program:
mengikuti pelatihan kurikulum 2013 karena akan lebih mendapatkan informasi terbaru tekait dengan program kurikulum 2013, dan melakukan need assessment agar program yang dirancang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. (3) kesiapan merancang rencana pelaksanaan layanan (RPL):
guru BK lebih memahami RPL kurikulum sebelumnya karena kurikulum sebelumnya uraian nya sedikit dan cepat mudah dimengerti.
2. Kreativitas guru BK dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling berbasis kurikulum 2013. Kreativitas ditekankan kepada guru BK untuk memiliki ide agar peserta didik tidak merasa bosan, baik di luar kelas maupun di dalam kelas. Untuk itu bagi peserta didik yang belum mampu menyesuaikan diri guru BK senantiasa membantu dan mengarahkan peserta didik. Bagi peserta didik yang masih ragu di dalam memilih sekolah lanjutan guru BK berkonsultasi dengan peserta didik agar guru BK lebih bisa meyakinkan kemana peserta didik akan melanjutkan kariernya untuk masa depan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka diajukan beberapa saran kepada pihak yang terkait, sebagai berikut:
1. Guru bimbingan dan konseling diharapkan lebih meningkatkan
kesiapan dan kreativitas dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling.
2. Kepala sekolah diharapkan lebih mendukung pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling berbasis kurikulum 2013 ini, agar pelaksanaan ini dapat berjalan dengan lancar. Serta dapat memberikan guru BK jam pelayanan yang lebih memadai lagi agar kegiatan pelayanan di dalam kelas dapat berjalan dengan baik.
3. Guru Mata Pelajaran diharapkan dapat bekerjasama dengan personil sekolah dalam menjalankan kurikulum 2013 dan menentukan peminatan peserta didik.
4. Peserta didik diharapkan untuk lebih mematuhi dan mentaati peraturan sekolah sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan saat sekarang ini, sehingga dapat meningkatkan akreditasi SMP Negeri 2 Sawahlunto.
5. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan dibidang pelaksanaan bimbingan dan konseling untuk kurikulum yang akan mendatang, sehingga mampu mengembangkan potensi atau kemampuan yang dimiliki.
Kepustakaan
Anggriana. 2015. Kreativitas Pengembangan Media Layanan BK ditinjau dari Kesiapan Belajar pada Mahasiswa Program Studi BK IKIP Madium. Hal. 1-13.
Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Pernada Media Group Febriya, Wanda, Reski. 2014. Survey
Tentang Tersepsi dan Kesiapan Konselor Terhadap Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMA Surabaya Selatan.
Jurnal BK UNESA:Volume 04 Nomor 3 Tahun 2014. Hal. 1-10.
Husna, Aimmatul. 2014. Tingkat Pemahaman Konselor terhadap Implementasi BK dalam Kurikulum 2013 di SMA Se-Kabupaten Cilacap Tahun 2013-2014. Hal. 1-173.
Irsyad. 2012. Belajar dan Pembelajaran.
Padang: UNP.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
Endah, Loeloek. 2013. Panduan Memahami Kurikulum 2013.Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media.
Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prayitno. 1997. Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Ikrar Mandiriabadi.
Putra, Andi, Riswandi. 2015. Peran Guru
BK dalam Mengatasi
Kecenderungan Perilaku Agresif
Peserta Didik SMKN 2 Palangka Raya. Jurnal Vol. 1 No. 2 Tahun 2015. ISSN 2460-1187. Hal. 1-7.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Syaodih Nana. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Syafril, Zelhendri. 2012. Pengantar Pendidikan. Padang: Sukabina Press.
Zaini, Muhammad. 2013. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi Agama Islam.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Yusuf. 2005. Metodologi Penelitian.
Padang: UNP Press.