PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARANNYA
UNM G1 PGSD 005
Dosen Pengampu Mata Kuliah Dr. Muh. Akil Musi, M.Pd
Kelompok 5
1) Ira Haerani (249022485021) 2) Irdawati (249022485277)
3) Irma Rezky Anggun (249022485365) 4) Iskandar (249022485136)
5) Isnaini. S (249022485092)
Prodi PPG Prajabatan Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2024
RUANG KOLABORASI
Tugas 1.1 Memberikan Tanggapan terhadap Kasus di Ruang Kelas
Bacalah kasus-kasus berikut ini. Lalu, jawablah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan berdiskusi bersama kelompok. Gunakan bekal pengetahuan anda mengenai konsep yang telah dipelajari untuk memberikan jawaban yang informatif dan solutif.
1. Kasus I
Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda hendak menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata- rata (mean). Untuk memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat mencari nilai rata-rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada peserta didik untuk mengerjakan soal yang Anda berikan. Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah yang telah Anda siapkan.
Beberapa saat kemudian, Anda meminta kepada peserta didik untuk mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal, dan peserta didik mampu mengerjakannya dengan benar.
a. Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?
Jawab:
Menurut kelompok kami, hal yang menyebabkan siswa mampu Mengerjakan soal dengan baik tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal adalah karena adanya pemahaman konsep, siswa tidak hanya mengikuti Langkah pengerjaan soal pada percobaan pertama tetapi betul-betul memahami setiap langkah tersebut sehingga mampu Menyelesaikan soal dengan benar pada percobaan kedua Secara mandiri. Pada kasus tersebut guru menggunakan Teknik scaffolding atau pemberian sejumlah bantuan kepada peserta didik pada tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengerjakan secara mandiri tanpa Bantuan.
b. Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas dapat diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.
Jawab:
Sebagai calon seorang guru, metode yang dapat diterapkan pada kegiatan belajar diatas adalah dengan menggunakan teori belajar konstruktivisme. Salah satu pemikiran Vygotsky yang sangat berarti dalam konsep pendidikan adalah Zone of Proximal Development (ZPD) atau zona perkembangan proksimal. Zone atau zona ini diartikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa. Kaitannya dengan kasus diatas adalah seorang guru yang memberikan materi kepada peserta didik sesuai dengan urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik. Ide dasar lain dari teori belajar Vygotsky adalah scaffolding. Scaffolding adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada seorang anak yang sedang pada awal belajar, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan setelah anak mampu untuk memecahkan masalah dari tugas yang dihadapinya sehingga ini sesuai dengan kasus tersebut yang mana peserta didik sudah mampu mengerjakan tugas dengan baik sesuai dengan langkah-langkah yang telah diberikan tanpa melihat urutan atau langkah pengerjaan soal karena pada awalnya sudah diberikan pengerjaan soal namun pada percobaan kedua sudah tidak diberikan langkah pengerjaan soal lagi sebagai aktualisasi dari Scaffolding dalam mengurangi bantuan tersebut sehingga mampu memecahkan masalah dari tugas yang dihadapinya.
2. Kasus II
Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa berhitung dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu setiap peserta didik menyelesaikan tantang belajarnya.
a. Menurut anda, apa yang dapat rina lakukan untuk membantu peserta didiknya sesuai dengan tahapan perkembangan usia?
Jawab:
Berdasarkan kasus diatas, Rina sebagai guru SD kelas 1 harus memahami peserta didik sesuai tahap perkembangannya, dimana dalam kasus ini peserta didik berada pada tahap perkembangan praoperasional (2-7 th).
yang bisa dia lakukan:
1. Rina dapat menggunakan metode pengajaran yang cocok untuk anak usia dini, seperti bermain sambil belajar, cerita pendek, dan gambar untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan mudah dipahami.
2. Memastikan materi yang diajarkan sesuai dengan pemahaman anak-anak di usia tersebut, dengan memulai dari dasar-dasar matematika seperti pengenalan angka dan operasi dasar.
3. Rina dapat memberikan dukungan individu kepada peserta didik yang kesulitan, seperti ekstra waktu atau penjelasan tambahan.
4. membuat atau menyediakan media ajar dengan menggunakan tanda-tanda, simbol, dan benda sebagai alat praktik atau media berhitung yang menarik bagi siswa sehingga mempermudah peserta didik dalam memahami konsep berhitung.
Konsep-konsep matematika dasar, baik itu menghafal angka (tanggal, nomor telepon, atau nomor rumah), menghitung, mengelompokkan angka serta memahami sistem penomoran. Istilah ini disebut diskalkulia (Ketidakmampuan belajar kekacauan dalam berhitung)
5. Mendorong kreativitas dalam pembelajaran matematika, misalnya dengan membuat permainan matematika yang interaktif dan menyenangkan.
b. Mengapa anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.
Jawab:
Penting bagi rina untuk memahami perkembangan kognitif dan emosional anak- anak pada usia kelas 1 sd agar dapat merancang pendekatan pembelajaran yang sesuai dan membantu mereka meraih kemajuan dalam berhitung. Anak kelas 1 sd memiliki rentan umur 6-7 tahun Dimana Perkembangan kognitif masuk pada tahap praoperasional. Menurut piaget (1954) pada tahap ini anak memiliki pemikiran intuitif menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban dari segalamacam pertanyaan meskipun kemampuan berpikirnya masih belum mempunyai sistem yang terorganisasi dengan baik, namun anak sudah mampu memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda-tanda dan simbol. Jadi jika rina menggunakan metode bermain sambil belajar, dengan cerita pendek dan gambar dapat membantu siswa memperoleh pengetahuannya dengan pemikiran intuitif dari cerita p sendek dan simbol-simbol yang di tampilkan pada gambar
3. Kasus III
Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks deskripsi pada peserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat beberapa contoh teks deskripsi menceritakan tentang bangunan- bangunan pencakar langit yang ada di Ibu Kota. Dengan memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya, Made pun mencoba untuk memberikan contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanan khas di Bali.
a. Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa demikian?
Jawab:
Menurut kelompok kami, pertimbangan dan keputusan made sudah sesuai, karena Made mempertimbangkan latar belakang dan tempat tinggal peserta didiknya, yaitu Bali. Dengan memberikan contoh yang relevan dengan lingkungan sekitar dan budaya tempat tinggal mereka, Made dapat membuat materi lebih menarik dan berarti bagi peserta didik dengan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari mereka. Hal yang dilakukan made juga membantu meningkatkan minat dan apresiasi peserta didik terhadap budaya Bali. Namun, Made juga harus memastikan contoh yang diberikan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi teks deskripsi yang diajarkan.
b. Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.
Jawab:
Prinsip yang made gunakan yaitu pembelajaran berbasis konteks, dimana prinsip ini menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman, budaya dan lingkungan tempat tinggal peserta didik. Dimana dengan prinsip ini, pembelajaran lebih nayata dan peserta didik mudah memahami materi yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan teori belajar Contextual Teaching and Learning (CTL), dimana teori ini membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari.