i
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar sarjana pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh :
Zahrul Adyan Muhammad NIM: T20181284
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JUNI 2022
iv
ِهللا
ِ ُِِهغ
ِ يِ رِ
ِهم
ِهقِ وِ م
ِهح
ِ ُِِهغ
ِ يِ رِ وا
ِِهم
ِ مِ
Artinya : “Sesungguhny Allah Tidak akan merubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan apa yang ada pada diri mereka.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
ِهمِ ن هل ِِ
ِِه ُِ ق
ِهرِ أِ
ِ لاِ ق
ِ رِهأِهن
ِِه ف
ِهقِ د
ِهجِهر ِِهه
ِهوِ, ِ ه
ِهمِ ن
ِِه قِهرِ
ِ لاِ ق هأِ
ِ رِهأِهن
ِِهوِ هل
ِِه ُِهت
ِهدِ ب
ِهرِ
ِهمِهع
ِ ناِهيِ
ِه فِهق هِ
ِهه ِ دِ
ِهجِهر
ِهوِ, ِ ه
ِهمِ ن
ِِه قِهرِ
هأِ هِ
ِهوِ ِ ه ِهجِهر ِهه ِ دِ ِه فِهق ِ يِ هِ ِ فِا ِِه ب ِهمِ ل ِِه ُِ ع ِِهوِ هل ِ بِهرِ ه ِهتِهد
Artinya : “Barangsiapa enggan membaca al-qur’an, maka ia telah meningalkan alqur’an. Barangsiapa membaca al-qur’an akan tetapi enggan menelaah maknanya, maka ia telah meninggalkan al-qur’an. Barangsiapa membaca dan menelaah makna al-qur’an akan tetapi enggan mengamalkan isi yang ada didalamnya, maka ia telah meninggalkan al- quran.”
Muhammad Ali Ash Shobuni, At-Tibyan Fil Ulumil Qur’an. (Pakistan: Maktabah Busyro,
2011), 10
v
nikmat yang selalu tercurahkan hingga penghujung masa tempatku meraih indahnya pelita ilmu di Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember.
sebagai bentuk rasa cinta dan kasih yang menembus kalbu, kupersembahkan sehelai karya ilmiah ini kepada:
1. Abah (E.Z. Muttaqien, B.A) dan Ibu (Lailatul Munawaroh) yang selalu memotivasi dan memenuhi kebutuhan kami, baik kebutuhan dhohir maupun batin. Melalui setiap patah doa serta kucuran keringat yang mengirinya.
2. Saudaraku, kakak Faiqatul Iqbaliyah dan Rahmat Soekarno, serta kedua adikku Irham Najib Azimul Qowi dan Najwa Liqoul Mauliyah yang selalu mendoakan dan menghibur di kala kejenuhan menerpa dalam proses penyelesaian skripsi.
3. Keluarga besar Pondok Pesantren Al-Bidayah yang menjadi sumber mata air pengetahuan bagi kami disaat dahaga akan ilmu mencekik serta memfasilitasi san memudahkan kami dikala melakukan penelitian skripsi ini.
4. Teman seperjuanganku Hilyatin Najah yang selalu memberikan motivasi, meluangkan waktu dan membantu kami dalam proses penyelesaian skripsi.
vi
memberikan rahmat, taufik dan hidayahnya kepada para hambanya. Sholawat dan salam penulis curahkan kepada baginda agung nabi Muhammad SAW yang telah membina dan membimbing kita sehingga sampai pada bangsa yang berperadaban seperti sekarang ini.
Skripsi yang penulis susun dengan judul “Pembelajaran Kitab Al-Tibyân Fi ‘Ulûm Al-Qurân di Pondok Pesantren Al-Bidayah” telah sampai pada ujungnya. Karya ini ketika ditinjau dari berbagai aspeknya masih jauh dari kata sempurna. Karena keterbatasan kemampuan, wawasan, dan pengalaman penulis yang perlu ditingkatkan. Oleh sebab itu, kritik dan saran penulis harapkan kepada seluruh pembaca sebagai bentuk keterbukaan hati supaya bisa menjadi hal yang lebih baik lagi nantinya.
Telah selesainya skripsi ini tidak dapat terlepas dari dukungan berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan kali ini penulis hendak mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Soeharto, SE., MM selaku Rektor UIN KHAS Jember yang telah memfasilitasi hingga dapat melancarkan proses penyelesaiian skripsi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN KHAS Jember yang memberikan dukungan berupa fasilitas yang memadai.
vii
Pendidikan Agama Islam yang telah memudahkan persetujuan dan penyelesaian skripsi.
5. Dr. H. Ubaidillah, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang selalu sabar dan ikhlas menyempatkan diri dengan meluarngkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh jajaran Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN KHAS Jember yang senantiasa mendidik dan membimbing dengan ketulusan.
7. Dr. KH. Abdul Haris, M.Ag Selaku Pengasuh dan jajaran pengurus Pondok Pesantren Al-Bidayah Tegal Besar Jember yang dengan ketulusan dan keikhlasannya memberikan fasilitas dan ilmu serta memberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Semoga segala sesuatu yang telah diberikan menjadi amal shaleh yang tidak putus-putusnya diterima di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi peneliti dan pembaca. AAmiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Jember, 01 Juli 2022 Penulis,
Zahrul Adyan Muhammad NIM: T20181284
viii
Evaluasi merupakan perangkat pembelajaran yang menjadi parameter keberhasilan sebuah program pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Lembaga pendidikan baik formal ataupun non formal dituntut untuk membentuk sebuah perangkat model evaluasi yang dapat mengoptimalkan terlaksananya program pembelajaran serta dapat mengembangkan potensi peserta didik. Oleh karena itu, Pondok Pesantren Al- Bidayah mengimplementasikan sebuah program yang berupa model evaluasi pembelajaran kitab at-tibyan fil ulumil qur’an dalam rangka meningkatkan kemampuan santri ketika menganalisis teks arab serta mengendalikan hafalan, pemahaman dan tathbiq santri terkait materi pembelajaran.
Fokus penelitian yang diteliti dalam skripsi ini adalah: 1) Bagaimana perencanaan dalam pembelajaran Kitab At-Tibyan Fil Ulumil Qur’an di Pondok Pesantren Al-Bidayah Tegal Besar Jember ? 2) Bagaimana pelaksanaan dalam Pembelajaran Kitab At-Tibyan Fil Ulumil Qur’an di Pondok Pesantren Al- Bidayah Tegal Besar Jember ? 3) Bagaimana evaluasi dalam pembelajaran Kitab At-Tibyan Fil Ulumil Qur’an di Pondok Pesantren Al-Bidayah Tegal Besar Jember ? adapun tujuan penelitian ini diantaranya ialah: 1) Mendeskripsikan perencanaan dalam pembelajaran Kitab At-Tibyan Fil Ulumil Qur’an di Pondok Pesantren Al-Bidayah Tegal Besar Jember. 2) Mendeskripsikan pelaksanaan dalam Pembelajaran Kitab At-Tibyan Fil Ulumil Qur’an di Pondok Pesantren Al- Bidayah Tegal Besar Jember. 3) Mendeskripsikan evaluasi dalam pembelajaran Kitab At-Tibyan Fil Ulumil Qur’an di Pondok Pesantren Al-Bidayah Tegal Besar Jember.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipasi moderat, wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi.
Selain itu, analisis data yang digunakan pada penelitian ini merupakan analisis data kualitatif Miles, Huberman dan Sladana yakni Kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pada tahap pengabsahan data yang didapatkan, peneliti menggunakan dua teknik triangulasi yakni triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Penelitian ini memperoleh kesimpulan: 1) perencanaan pembelajaran meliputi: pengalokasian waktu pembelajaran, penentuan santri yang wajib berpartisipasi serta penentuan ruang lingkup materi pembelajaran. 2) pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan kegiatan pembuka yakni pembacaan tawassul dan al-fatihah, kemudian kegiatan inti yang menggunakan metode diskusi dan ceramah, serta penggunaan media yang berupa kitab at-tibyan fil ulumil qur’an, Proyektor, laptop dll. Diakhiri dengan kegiatan penutup yakni evaluasi dan pembacaan do’a. 3) evaluasi dalam pembelajaran kitab at-tibyan fil ulumil qur’an dilaksanakan secara intensif setiap akhir pembelajaran.
ix
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Kontek Penelitian ... 1
B. Fokus Penelitian ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Istilah ... 8
F. Sistematika Pembahasan ... 10
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1. Penelitian Terdahulu ... 12
2. Kajian Teori ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 43
x
E. Analisis Data ... 49 F. Keabsahan Data ... 50 G. Tahap-tahap Penelitian ... 52 BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
A. Gambaran Objek Penelitian ... 54 B. Penyajian Data Dan Analisis ... 59 C. Pembahasan Temuan ... 77 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 84 B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
dilakukan ... 17
4.1 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Bidayah ... 52
4.2 Jadwal Pelajaran PP. Al-Bidayah ... 55
4.3 Instrumen Evaluasi berupa Tes Lisan ... 68
4.4 Hasil Temuan Penlitian ... 69
xii
4.2 Media kitab dan Kamus ... 66
1
Pembelajaran tidak akan lepas dari evaluasi pembelajaran merupakan salah satu pondasi utama untuk mengukur seberapa besar tingkat keberhasilan sebuah pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. namun, karena pandemi melanda sehingga seluruh sistem pendidikan yang awalnya tatap muka dialihkan menjadi sistem daring atau virtual. Hal ini membuat pelaksanaan evaluasi tidak berjalan secara maksimal. Hingga berimplikasi terhadap penurunan kualitas intelektual peserta didik. Oleh karena itu, lembaga pendidikan dituntut untuk kreatif menyelesaikan permasalah yang ada khususnya dalam hal evaluasi.
Pondok pesantren merupakan lembaga yang terkena imbasnya. Selain itu pondok pesantren merupakan tempat yang sesuai untuk mengatasi masalah pendidikan khususnya dalam hal evaluasi pendidikan. dimana pondok pesantren dapat mengawasi dan mengevaluasi secara holistik terhadap peserta didik. Salah satu pondok pesantren yang menerapkan model evaluasi ialah PP.
Al-Bidayah Tegal Besar Jember, di lembaga tersebut terdapat program evaluasi pembelajaran kitab kuning yang berupaya meningkatkan kualitas intelektual peserta didik.
Pondok Pesantren Al-Bidayah merupakan pondok pesantren yang fokus terhadap pengkajian kitab kuning melalui nahwu shorof dengan menggunakan metode yang digagas oleh Dr. KH. Abdul Haris, M. Ag. Pesantren ini digagas
atas dasar kegelisahan pendiri sekaligus pengasuh yakni Ustadz Haris (Panggilan Akrab) akan kurangnya pemahaman keagamaan mahasiswa perguruan tinggi islam di Jember. Pondok pesantren Al-Bidayah menjadi pondok pesantren dengan segudang prestasi khususnya langganan dalam ajang Musabaqoh Qira’atul Kutub (MQK) baik dalam tingkat regional ataupun Nasional. Prestasi yang diperoleh tidak lepas dari konsep evaluasi yang diterapkan oleh Ustadz Haris dalam membimbing dan membina santri
Pondok pesantren ini memiliki keunikan karena tidak memiliki sekolah formal di dalam lingkungan pesantren. Akan tetapi, seluruh santri dianjurkan tetap menempuh pendidikan formal yang ada di sekitar pondok pesantren.
Biaya operasional pesantren bisa dibayar dalam kurun waktu 1 bulan sekali, ini berlaku pada keluarga santri yang mampu. Sebaliknya, ketika terdapat keluarga santri yang kurang mampu, maka akan mendapatkan Ruhshoh (Keringanan). Bentuk keringanan ini bisa berupa pengurangan atau angsuran biaya operasional atau SPP, serta disesuaikan dengan kemampuan keluarga santri semisal berupa sembako, beras dan lain sebagainya. pondok pesantren Al-Bidayah terfokus pada kajian kaidah-kaidah bahasa arab atau dikenal dengan Nahwu dan Sharaf sebagai alat atau media meningkatkan paham keagamaan santri.1
1 Abdul Haris, diwawancara oleh penulis, Jember, 26 Maret 2022
3
pembelajaran kitab at-Tibyan fil Ulumil Qur’an. Program ini dilaksanakan ba’da Subuh hari selasa dan sabtu. Kegiatan ini berlaku bagi siswa Slta/sederajat dan juga tingkat mahasiswa. Program ini berupa evaluasi hasil belajar santri dalam menghafal Mufradat (kosa kata), memahami kaidah- kaidah gramatikal bahasa serta Murad (maksud dari bahasa) dan mengimplementasikan dalam bentuk pembacaan kitab al-tibyân fi ‘ulûm al- qurân yang dievaluasi langsung oleh Ustadz Haris selaku pengasuh pondok pesantren.3
Menurut sahlan, evaluasi secara umum merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan mulai dari perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (asesmen) serta pelaksanaannya, pengadaan, dan peningkatan kemampuan pendidik, manajemen pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan.4 Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi yang menekankan pada keberhasilan sebuah pembelajaran seperti evaluasi yang ditekankan dalam subjek penelitian ini tentang model evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh pengasuh pondok pesantren Al-Bidayah dengan konsep dasar yang sama seperti evaluasi
3 Abdul Haris Wawancara, jember, 26 Maret 2022
4 Moh. Sahlan, Evaluasi Pembelajaran Panduan praktis bagi pendidik dan calon pendidik. (Jember:
STAIN Jember PRESS, 2013), 8
menurut Tyler yang merupakan proses penentuan sejauh mana pendidikan atau sebuah pembelajaran itu tercapai.5
Dengan demikian, untuk mencapai tujuan yang diinginkan maka diperlukan adanya evaluasi yang maksimal terhadap proses pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan firman Allah surat At-Taubah ayat 16 yang menjelaskan terkait evaluasi pembelajaran yang berbunyi:
ّٰ للا ِنْوُد ْنِم اْوُذِخَّتَ ي َْلََو ْمُكْنِم اْوُدَهاَج َنْيِذَّلا ُهّٰ للا ِمَلْعَ ي اَّمَلَو اْوُكَرْ تُ ت ْنَا ْمُتْبِسَح ْمَا َو ِه
َلََو ِهِلْوُسَر َلَ
ًةَجْيِلَو َْيِْنِمْؤُمْلا رْ يِبَخ ُهّٰ للاَو ۗ
َنْوُلَمْعَ ت اَِبِ ۗ
Artinya: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), padahal Allah belum mengetahui orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. at-Taubah ayat 16).6 Proses pelaksanaan program evaluasi ini juga merupakan manifestasi dari sistem pendidikan nasional. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”7
Oleh karena itu, diperlukan sebuah pengawasan oleh guru melalui kegiatan evaluasi supaya guru dapat mengetahui perkembangan peserta didik.
Ironisnya, dengan kondisi pandemi seperti sekarang ini kegiatan evaluasi tidak
5 Moh. Sahlan, Evaluasi Pembelajaran Panduan praktis bagi pendidik dan calon pendidik, 9
6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya(Surabaya: Mekar Surabaya, 2004) 256
7 PERPRES : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
bisa terlaksana maksimal. Meskipun Ujian Nasional telah dialihkan menjadi ujian yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah-sekolah yang bersangkutan.
Nihilnya, proses evaluasi dalam pembelajaran daring ini tidak mendapatkan respon yang baik dari pihak orang tua dan juga guru. Hal ini karena kekhawatiran orang tua terhadap objektifitas guru dalam memberikan penilaian terhadap pencapaian setiap anak yang tidak bisa diawasi secara langsung oleh orang tua.8 Selain itu, para guru juga merasa model evaluasi dalam keadaan pandemi semacam ini tidak dapat terlaksana secara maksimal.
Khususnya terdapat tiga aspek yang perlu ditelaah oleh guru, yakni kognitif, afektif dan psikomotorik anak.
Lokasi penelitian ini bertempat di PP. Al-Bidayah Tegal Besar atas dasar implementasi model evaluasi pembelajaran yang menurut penulis unik untuk dikaji dan diteliti secara mendalam. Serta implikasinya yang secara nyata mendorong semangat santri ketika proses pembelajaran kitab dan meningkatkan kualitas intelektual santri menjadi lebih tinggi. Dengan demikian, berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pembelajaran Kitab al-tibyân fi ‘ulûm al-qurân di Pondok Pesantren Al-Bidayah Tegalbesar Jember.”
8 Rahmat Rifai lubis, et al.”model evaluasi pembelajaran PAI berbasis daring di MTs. Usman Syarif medan selama pandemi covid-19”. Jurnal el-Buhuth Vol. 03 No. 01. 2020, 42
B. Fokus Penelitian
Istilah fokus penelitian merupakan perumusan masalah dalam konteks penelitian kualitatif. Pada bagian ini peneliti mencantumkan rumusan masalah yang akan dijawab melalui proses penelitian.9 Oleh karena itu, peneliti memfokuskan penelitian ini dalam beberapa aspek, meliputi :
1. Bagaimana perencanaan dalam pembelajaran Kitab al-tibyân fi ‘ulûm al- qurân di Pondok Pesantren Al-Bidayah Tegal Besar Jember ?
2. Bagaimana pelaksanaan dalam Pembelajaran Kitab al-tibyân fi ‘ulûm al- qurân di Pondok Pesantren Al-Bidayah Tegal Besar Jember ?
3. Bagaimana evaluasi dalam pembelajaran Kitab al-tibyân fi ‘ulûm al-qurân di Pondok Pesantren Al-Bidayah Tegal Besar Jember ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian merupakan gambaran tentang arah tujuan dalam sebuah penelitian. Tujuan penelitian harus selaras dan sesuai dengan apa yang dirumuskan dalam fokus penelitian.10 Tujuan penelitian yang dirumuskan diantaranya sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan perencanaan dalam pembelajaran Kitab al-tibyân fi
‘ulûm al-qurân di Pondok Pesantren Al-Bidayah Tegal Besar Jember.
2. Mendeskripsikan pelaksanaan dalam Pembelajaran Kitab al-tibyân fi
‘ulûm al-qurân di Pondok Pesantren Al-Bidayah Tegal Besar Jember.
3. Mendeskripsikan evaluasi dalam pembelajaran Kitab al-tibyân fi ‘ulûm al- qurân di Pondok Pesantren Al-Bidayah Tegal Besar Jember.
9 Tim Penyusun, Pedoman penulisan karya ilmiah. (Jember: IAIN Jember Press, 2021), 45
10 Tim Penyusun, Pedoman penulisan karya ilmiah, 45
D. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian selain memiliki tujuan, juga diharapkan memiliki manfaat. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat berkontribusi baik secara teoritis maupun praktis sehingga hasilnya bisa dimanfaaatkan oleh pihak-pihak lain untuk meningkatkan khazanah keilmuan.11
Suatu kontribusi yang telah dilakukan setelah penelitian akan menjadi isi dari manfaat penelitian. Manfaat ini diantaranya manfaat teoritis dan praktis, baik bagi peneliti sendiri atau bagi instansi dan masyarakat secara universal, Sebagaimana sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Berupaya untuk menambah cakrawala keilmuan khususnya dalam kajian tentang pembelajaran sesuai dengan teori dan prosedur ilmiah.
b. Dapat dijadikan rujukan oleh peneliti lain dalam kajian lanjutan penelitian mengenai pembelajaran baik dilembaga formal ataupun non- formal.
c. Dapat dijadikan referensi bagi para peneliti, guru dan civitas akademika yang lain.
2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah cakrawala pengalaman dan pengetahuan sebagai pondasi peneliti dalam mengembangkan dan
11 Suharsini Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 46
menyesuaikan dengan teori-teori dan konsep-konsep tentang perangkat pendidikan khususnya dalam ranah pembelajaran.
b. Bagi Civitas Pondok Pesantren al-Bidayah
Penelitian ini diharapkan memberi sumbangsih pengetahuan dan pemahaman bagi pengasuh selaku penyelenggara program pembelajaran kitab al-tibyân fi ‘ulûm al-qurân kepada peserta didik serta menjadi bahan analisa lanjutan dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran peserta didik.
c. Bagi Kampus UIN KHAS Jember
Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam kajian lanjutan oleh institusi UIN KH. Achmad Siddiq Jember dan para calon peneliti yang hendak menganalisa lebih jauh penelitian tentang pembelajara Kitab.
d. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini dapat menjadi wawasan baru khususnya terkait istilah dalam ruang lingkup pembelajaran di sebuah lembaga pendidikan baik formal ataupun non-formal serta dapat dijadikan tolok ukur oleh pembaca dalam menerapkan konsep ini dalam sebuah pembelajaran.
E. Definisi Istilah
Definisi istilah memuat pengertian istilah-istilah yang menjadi point penting dalam judul penelitian yang dikaji oleh peneliti. hal ini bertujuan untuk mengantisipasi adanya kesalahpahaman terhadap makna istilah yang
dimaksud dalam penelitian ini. definisi istilah yang disajikan oleh peneliti di sini meliputi:
1. Pembelajaran Kitab
Pembelajaran kitab adalah suatu program yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap suatu proses pemberian ilmu yang dilakukan oleh seorang ustadz kepada santri sesuai dengan teori pembelajaran yang telah valid.
2. Pembelajaran Kitab al-tibyân fi ‘ulûm al-qurân
Pembelajaran Kitab al-tibyân fi ‘ulûm al-qurân adalah suatu proses transfer atau pemberian ilmu pengetahuan mengenai ilmu-ilmu gramatikal bahasa arab yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik kelas A (Mahasiswa) supaya dapat menelaah dan menganalisism teks bahasa arab yang ada dalam kitab al-tibyân fi ‘ulûm al-qurân. Kitab al-tibyân fi ‘ulûm al-qurân merupakan sebuah hasil pemikiran dan telaah secara mendalam yang ditulis oleh Syekh Muhammad Ali As-Shobuni tentang ilmu-ilmu al- qur’an. Kitab ini berfungsi sebagai wadah dan media untuk menyalurkan proses implementasi pemahaman tentang gramatikal bahasa arab.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan berisi tentang alur pembahasan skripsi yang diawali dari bagian pembuka yang berisi bab pendahuluan hingga bab penutup sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Sistematika pembahasan tersebut meliputi:
Bab satu berisi pendahuluan, bab ini mendeskripsikan tentang konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan.
Bab dua membahas tentang kajian kepustakaan yang terdiri dari penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini dan kajian teori yang mengkaji secara teoritis yang berkorelasi dengan judul penelitian.
Bab tiga metode penelitian yang berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.
Bab empat membahas tentang penyajian data dan analisis data yang berisi tentang gambaran objek penelitian, penyajian dan analisis data serta pembahasan temuan yang ada di lapangan.
Bab lima merupakan bagian akhir yakni penutup yang memuat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dipaparkan dan saran-saran penelitian.
11
Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian peneliti sendiri, kemudian ditampilkan berupa ringkasan. Adapun beberapa penelitian terdahulu meliputi:
1. Zulfa Okta Priani, pada tahun 2021, dengan Judul “Pembelajaran Kitab Fiqih fathul Qorib kelas XI A IPS di MA Sulamul Huda Siwalan mlarak ponorogo” (Skripsi IAIN Ponorogo, 2021). Penelitian ini memiliki latar belakang bahwasannya kenakalan remaja masih marak terjadi karena porsi pengetahuan ilmu keagamaan sangatlah minim, sehingga MA Sulamul Huda mengintegrasikan antara pendidikan umum dengan pendidikan agama melalui pembelajaran berbasis kitab fathul qarib.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Setelah data terkumpul kemudian data dianalisis menggunakan model miles dan huberman.
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa (1) pelaksanaan pembelajaran kitab fathul qorib di MA Sulamul Huda Siwalan Mlarak Ponorogo menggunakan metode Sorogan dan peta konsep, kemudian ditutup dengan kegiatan evaluasi menggunakan teknik tanya jawab. (2) implikasi faktor pendukung kegiatan pembelajaran yang meliputi guru yang berwawasan luas, sarana prasarana yang menunjang pembelajaran, sedangkan faktor
penghambatnya adalah adanya kegiatan malam OPSH yang menyebabkan rasa kantuk dan lelah pada siswa. Pembelajaran ini secara efektif dan kontributif meningkatkan pemahaman siswa mengenai hukum, manfaat, serta larangan yang ada pada bahasan hudud, hingga berimplikasi pada pengurangan tingkat kenakalan siswa. Hal ini terbukti melalui tidak adanya catatan kasus pelanggaran siswa.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh zulfa dengan peneliti laksanakan terletak pada variabel penelitian yang sama-sama membahas tentang pembelajaran kitab. Di lain sisi, perbedaannya dengan penelitian terdahulu meneliti tentang pembelajaran kitab fathul qorib di MA Sulamul Huda Siwalan Mlarak Ponorogo. Sedangkan, penelitian yang dikaji oleh peneliti merupakan pembelajaran kitab al-tibyân fi ‘ulûm al-qurân di Pondok Pesantren Al-Bidayah.
2. Naimatur Rizqi, pada tahun 2017, dengan judul “pembelajaran kitab kuning dalam kegiatan pesantren weekend di MAN 2 Kebumen” (Skripsi UIN Sunan Kalijaga, 2017). Penelitian ini memiliki latar belakang bahwasannya MAN 2 Kebumen merupakan lembaga yang memperhatikan sisi religius siswa dan siswinya. Hingga menerapkan sebuah program pesantren weekend yang fokus pada pembelajaran kitab kuning yang dibina oleh ustadz yang ahli di bidangnya.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian kuallitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa (1) pembelajaran kitab kuning dalam kegiatan pesantren weekend bertujuan untuk memberikan tambahan pengetahuan dan pemahaman pada siswa serta penguatan karakter religius untuk meminimalisir perilaku negatif. Siswa yang mengikuti kegiatan ini meliputi kelas X, XI dan XII MAN 2 kebumen semua jurusan. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini diantaranya ialah metode bandongan, ceramah, diskusi dan tanya jawab. Kitab yang dikaji merupakan pendalaman tentang Al-Qur’an dan Hadits. (2) faktor penghambat kegiatan ini diantaranya faktor cuaca, kesibukan kegiatan lain diluar sekolah, piket santri yang tinggal di pondok. Sedangkan faktor pendukungnya adalah ustad yang ahli dibidangnya, ketekunan santri dalam mengikuti pembelajaran, dukungan wali santri dan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Naimatur rizqi dengan yang peneliti laksanakan terletak pada variabel penelitian yang sama-sama meneliti tentang pembelajaran kitab. Di lain sisi, perbedaannya penelitian terdahulu meneliti tentang pembelajaran kitab kuning dalam kegiatan pesantren weekend di MAN 2 Kebumen. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti disini membahas tentang pembelajaran kitab al- tibyân fi ‘ulûm al-qurân di Pondok Pesantren Al-Bidayah.
3. Putri Dewi Indah W, Pada tahun 2018 dengan judul “Implementasi pembelajaran kitab kuning sebagai upaya peningkatan religiusitas peserta didik di pondok pesantren Tarbiyatul Mubtadiin Bekasi Timur”(Skripsi
UII Yogyakarta, 2018). Penelitian ini memiliki latar belakang bahwasannya upaya wali murid mengembangkan pemahaman dan pengetahuan keagamaan hingga membentuk sistem pembelajaran kitab klasik untuk meningkatkan religiusitas para peserta didik.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan jenis penelitian field research. teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi dokumentasi, observasi dan wawancara. keabsahan data peneliti terdahulu menggunakan teknik triangulasi (membandingkan).
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan religiusitas santri bersamaan dengan penguasaan kitab. Hingga memberikan implikasi yang secara kontinyu meningkatkan intensitas keimanan dan pemahaman agama islam yang meliputi lima dimensi, meliputi; dimensi aqidah, dimensi ibadah, dimensi amal, dimensi ihsan, dimensi ilmu.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Putri Dewi Indah W dengan yang peneliti laksanakan terletak pada variabel penelitian yang sama-sama meneliti tentang pembalajaran kitab. Di sisi lain, perbedaannya penelitian terdahulu meneliti tentang implementasi pembelajaran kitab kuning terhadap peningkatan religiusitas peserta didik di Pondok Pesantren Tarbiyatul Mubtadiin Bekasi Timur. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh peneliti disini membahas tentang pembelajaran kitab al- tibyân fi ‘ulûm al-qurân di Pondok Pesantren al-Bidayah.
4. Nur Sa’adah, pada tahun 2015 dengan judul “Implementasi Sistem Pembelajaran Kitab kuning di madrasah diniyah islam salafiyah Jabalkat
Sambijajar Sumbergempol Tulungagung” (Skripsi IAIN Tulungagung, 2015). Penelitian ini memiliki latar belakang kajian kitab kuning merupakan salah satu strategi pengembangan ajaran islam. Namun, masih dikemas dengan model yang masih konvensional dan tidak terprogram dengan baik. pada saat sekarang ini pengkajian kitab kuning dikembangkan dengan baik di lembaga pesantren atu madrasah hingga pembelajaran bisa terprogram dengan baik dan mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan penelitian kualitatif. teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi dokumentasi, observasi dan wawancara. Tahap-tahap penelitian meliputi pra lapangan, pekerjaan lapangan dan analisis data.
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa (1) implementasi sistem pembelajaran kitab kuning di madrasah diniyah islam salafiyah Jabalkat Sambijajar meliputi (a) penggunaan metode yang simpel dan aplikatif. (b) dilaksanakan dengan membaca kalimat arab dan maknanya. (c) jenis kitab meliputi fiqih, akhlaq, dan tauhid. (d) metode pembelajaran bandongan.
(e) Guru yang ahli dibidangnya. (f) penilaia dengan cara tes tulis dan lisan.
(2) faktor penghambat dan pendukung. (a) faktor penghambatnya kurangnya dukungan dari orang tua dan adanya kegiatan les bagi siswa.
(b) faktor pendukungnya antusiasme siswa dalam pembelajaran. (3) solusi yang ditawarkan untuk faktor penghambat ialah pembenahan pembelajaran dan adanya dukungan dari orang tua anak.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Nur Sa’adah dengan yang peneliti laksanakan terletak pada variabel penelitian yang sama-sama meneliti tentang pembalajaran kitab. Di sisi lain, perbedaannya penelitian terdahulu meneliti tentang implementasi pembelajaran kitab kuning di Madrasah Diniyah Islam Salafiyah jabalkat Sambijajar Sumberhempol Tulungagung. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh peneliti disini membahas tentang pembelajaran kitab al-tibyân fi ‘ulûm al-qurân di Pondok Pesantren Al-Bidayah.
Tabel 2.1
Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan
No Nama, Judul dan tahun penelitian
Persamaan Perbedaan Hasil penelitian 1 Zulfa Okta Priani,
dengan Judul
“Pembelajaran Kitab Fiqih fathul Qorib kelas XI A IPS di MA Sulamul Huda Siwalan mlarak ponorogo”
(Skripsi IAIN Ponorogo, 2021)
Sama-sama membahas pembelajaran kitab
Perbedaan variabel pembelajaran, penelitian terdahulu membahas kitab fathul qarib, sedangkan penelitian ini dikhususkan pada kitab al- tibyân fi
‘ulûm al- qurân
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode sorogan dan juga
terdapat faktor penghambat yakni kegiatan malam OPSH dan fakot pendukungnya ustad yang ahli dibidang pembelajaran kitab.
Sedangkan dalam
penelitian ini pembelajaran kitab al-tibyân
fi ‘ulûm al- qurân dimulai dari tahap perencanaan dengan langkah- langkah pengalokasian waktu,
pendataan santri, dan penentuan ruang lingkup materi, kemudian pelaksanaan dilaksanakan dengan kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup, hingga evaluasi
pembelajaran yang
menggunakan teknik tanya jawab.
2 Naimatur Rizqi, dengan judul
“pembelajaran kitab kuning dalam kegiatan pesantren
weekend di MAN 2 Kebumen”
(Skripsi UIN Sunan Kalijaga, 2017)
Sama-sama membahas pembelajaran kitab
Perbedaan variabel pembelajaran, penelitian terdahulu membahas kitab kuning secara umum, sedangkan penelitian ini dikhususkan pada kitab al- tibyân fi
‘ulûm al- qurân.
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa Kegiatan pembelajaran yang berfungsi meminimalisir kenakalan remaja. faktor penghambat kegiatan ini diantaranya faktor cuaca, kesibukan kegiatan lain diluar sekolah, piket santri yang tinggal di
pondok.
Sedangkan faktor
pendukungnya adalah ustad yang ahli dibidangnya, ketekunan santri dalam mengikuti pembelajaran, dukungan wali santri dan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
Sedangkan dalam
penelitian ini pembelajaran kitab al-tibyân fi ‘ulûm al- qurân dimulai dari tahap perencanaan dengan langkah- langkah pengalokasian waktu,
pendataan santri, dan penentuan ruang lingkup materi, kemudian pelaksanaan dilaksanakan dengan kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup, hingga evaluasi
pembelajaran
yang
menggunakan teknik tanya jawab.
3 Putri Dewi Indah W, dengan judul
“Implementasi pembelajaran kitab kuning sebagai upaya peningkatan religiusitas peserta didik di pondok pesantren Tarbiyatul
Mubtadiin Bekasi Timur”(Skripsi UII Yogyakarta, 2018)
Sama-sama membahas pembelajaran kitab
Perbedaan variabel pembelajaran, penelitian terdahulu membahas kitab kuning secara umum, sedangkan penelitian ini dikhususkan pada kitab al- tibyân fi
‘ulûm al- qurân
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan religiusitas santri bersamaan dengan penguasaan kitab. Hingga memberikan implikasi yang secara kontinyu meningkatkan intensitas keimanan dan pemahaman agama islam yang meliputi lima dimensi, meliputi;
dimensi aqidah, dimensi ibadah, dimensi amal, dimensi ihsan, dimensi ilmu.
Sedangkan dalam
penelitian ini pembelajaran kitab al-tibyân fi ‘ulûm al- qurân dimulai dari tahap perencanaan dengan langkah- langkah pengalokasian waktu,
pendataan
santri, dan penentuan ruang lingkup materi, kemudian pelaksanaan dilaksanakan dengan kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup, hingga evaluasi
pembelajaran yang
menggunakan teknik tanya jawab.
4 Nur Sa’adah, dengan judul
“Implementasi Sistem
Pembelajaran Kitab kuning di madrasah diniyah islam salafiyah Jabalkat Sambijajar Sumbergempol Tulungagung”
(Skripsi IAIN Tulungagung, 2015)
Sama-sama membahas pembelajaran kitab
Perbedaan variabel pembelajaran, penelitian terdahulu membahas kitab kuning secara umum, sedangkan penelitian ini dikhususkan pada kitab al- tibyân fi
‘ulûm al- qurân
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa 1) Implementasi sistem
pembelajaran kitab kuning di madrasah diniyah islam salafiyah Jabalkat Sambijajar meliputi:
a) penggunaan metode yang simpel dan aplikatif.
b) dilaksanakan dengan
membaca kalimat arab dan maknanya.
c) jenis kitab meliputi fiqih, akhlaq, dan tauhid.
d) metode pembelajaran
bandongan.
e) Guru yang ahli
dibidangnya.
f) penilaian dengan cara tes tulis dan lisan.
2) faktor penghambat dan pendukung.
a) faktor
penghambatnya kurangnya dukungan dari orang tua dan adanya kegiatan les bagi siswa.
b) faktor pendukungnya antusiasme siswa dalam pembelajaran.
3) solusi yang ditawarkan untuk faktor penghambat ialah
pembenahan pembelajaran dan adanya dukungan dari orang tua anak.
Sedangkan dalam
penelitian ini pembelajaran kitab al-tibyân fi ‘ulûm al- qurân dimulai dari tahap perencanaan dengan langkah- langkah pengalokasian waktu,
pendataan santri, dan penentuan ruang lingkup materi, kemudian pelaksanaan dilaksanakan dengan kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup, hingga evaluasi
pembelajaran yang
menggunakan teknik tanya jawab.
B. Kajian Teori
Bagian ini berisi tentang pembahasan teori yang dijadikan sebagai perspektif dalam melakukan penelitian. Pembahasan teori secara lebih luas dan mendalam akan semakin memperdalam wawasan peneliti dalam mengkaji permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Berbeda dengan penelitian kuantitatif, posisi teori dalam penelitian kualitatif diletakkan sebagai perspektif atau pisau analisis, bukan untuk diuji.11
1. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu dan megarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman ajar. Dengan kata lain pembelajaran adalah suatu
11 Tim Penyusun, Pedoman Tim Penyusun IAIN Jember, Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah, (Jember, IAIN Jember Press, 2020), 46
cara untuk mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik.12 Sedangkan menurut Tresna Sastrawijaya, pembelajaran merupakan suatu usaha agar memperoleh perilaku tertentu. Dalam pembelajaran terdapat kesengajaan yang menjadi ciri khasnya. Pembelajaran terjadi ketika usaha yang dibuat dengan sengaja untuk mengubah keadaan semula menjadi keadaan yang diharapkan.13 Hujair memiliki pandangan lain terkait definisi pembelajaran yakni merupakan sebuah proses yang terjalin di dalamnya terjadi komunikasi antara peserta didik, pendidik dan materi pembelajaran.14
Dalam pembelajaran terdapat dua unsur pokok yaitu pendidik dan peserta didik. Namun, dalam prosesnya terdapat tiga tahapan dalam pembelajaran yakni perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
2. Perencanaan pembelajaran
Perencanaan adalah usaha untuk menggali pihak yang bertanggung jawab terhadap berbagai aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama.15 Sedangkan menurut Abdul majid, perencanaan adalah proses penyusunan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam agar
12 Hamzah B, Uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 82
13 A Tresna Sastrawijaya, Pengembangan Program Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 14
14 Hujair A.H Sanaky, Media Pembelajaran Interaktif dan Inovatif. ( Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2013), 3
15 Afifudin, Perencanaan Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 13
mencapai tujuan yang di tentukan.16 Dalam hal ini, perencanaan yang akan disusun haruslah langkah-langkah yang memungkinkan untuk terlaksana secara optimal dan sesuai dengan tujuan. Dalam perencanaan perlu adanya pengembangan yang di khususkan pada pelaksanaan dan evaluasi nantinya. Adapun ruang lingkup dari perencanaan pembelajaran meliputi; tujuan, materi, metode, langkah-langkah, sumber dan evaluasi pembelajaran.
Dalam perencanaan pembelajaran memuat beberapa hal yang dipenuhi untuk menunjang pembelajaran, diantaranya:
a. Tujuan pembelajaran atau bagaimana pengorganisasian kegiatan pembelajaran beserta sarana dan prasarana.
b. Program dan layanan, atau pengorganisasian layanan pendukungnya.
c. Tenaga manusia, yakni mencakup cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi, perilaku, kompetensi, maupun kepuasan mereka.
d. Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaan.
e. Bangunan fisik mencakup tentang cara-cara pola distribusi dan kaitannya dengan pengembangan psikologis.
f. Struktur organisasi, maksudnya pengorganisasian dan manajemen operasi serta mengawasi program dan aktivitas kependidikan yang direncanakan.
16 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya,2007), 92.
g. Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pembelajaran.17
3. Pelaksanaan pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses penerapan langkah- langkah yang telah di rencanakan agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
a. Penguasaan materi
Penguasaan materi yang harus dikuasai oleh santri disini berupa modul metode al-bidayah yang berisikan tentang penjelasan nahwu dan shorof tingkat pemula ataupun lanjut. Dalam rangka mensukseskan pembelajaran nahwu dan shorof kata kunci yang harus diperhatikan dalam pembelajaran qawaid, baik ilmu nahwu atau shorof adalah sistematis. Pengajaran ilmu qawaid yang dilaksanakan secara tidak sistematis akan berdampak pada lompatan berfikir dan keruwetan yang berkepanjangan. Agar dapat meruntutkan materi secara sistematis diperlukan pemahaman terhadap setiap karakter bab yang terdapat dalam ilmu nahwu dan shorf.18
b. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang penting bagi berlangsungnya sebuah pembelajara.
Karena dengan menggunakan metode pembelajaran dapat memudahkan pendidik dalam membimbing siswa agar mencapai
17 Hanun Asroha, Perencanaan Pembelajaran (surabaya: LAPIS-AUSAID, 2010), 8-9
18 Abdul Haris, Strategi Pembelajaran dan Konsep Fi’il (Jember: STAIN Press, 2011),3
tujuan pembelajaran yang telah disusun dalam rencana pembelajaran.
Menurut Soerjono, Secara bahasa metode memiliki arti cara kerja.
Sedangkan pembelajaran merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam upaya memberikan pengalam ajar.19 Sedangkan secara istilah, Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.20
1) Metode Ceramah
Secara etimologi ceramah memiliki arti penuturan atau penerangan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik didalam kelas, media interaksi dan komunikasi primernya merupakan lisan yang “berbicara.”21 Sedangkan secara terminologi, menurut M. Basyirudin usman yang dikutip oleh syahraini, metode ceramah merupakan teknik penyampaian pesan pengajaran yang sering dilakukan oleh mayoritas guru dalam kelas. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian materi secara lisan oleh guru jika diperlukan.22
Dikalangan guru pendidikan agama islam, metode ini merupakan metode yeng kerap kali digunakan dalam pembelajaran
19 Hamzah B, Uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 82
20 Lutfatul Latifah, Metode Diskusi Kelompok Berbasis Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika di Sma, Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 01(Mei, 2013), 17
21 Syahraini Tambak. “Metode Ceramah: Konsep Dan Aplikasi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam” Jurnal Tarbiyah, Vol 21. No 2. (Juli-Desembe, 2014), 376
22 Syahraini Tambak, 376
di kelas. Dalam pelaksanaan metode ceramah, siswa menjadi objek pasif dalam sebuah pembelajaran dengan ia duduk, melihat dan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru, serta menetapkan bahwa penjelasan tersebut adalah kebenaran yang pasti.23
2) Metode diskusi kelompok
Metode diskusi kelompok merupakan salah satu strategi belajar kelompok dinamik yang memiliki lima kriteria yaitu interaksi, tujuan, kepemimpinan, norma, emosi. Metode diskusi juga diartikan bentuk penyampaian materi yang melibat peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif lain sebagai upaya pemecahan sebuah topik yang bersifat problematis. 24
3) Media pembelajaran
Media merupakan sarana yang digunakan oleh guru yang berfungsi sebagai penunjang dan pendukung pembelajaran supaya dapat terlaksana secara optimal. Secara bahasa media berasal dari bahasa latin “medium” yang memiliki arti perantara atau pengantar. Pengertian secara umumnya media merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima.25
23 Zakiah Derajat, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), Cet. Ke2, 289.
24 Lutfatul latifah, metode diskusi kelompok berbasis inquiri untuk meningkatkan hasil belajar fisika di sma, jurnal ilmiah guru “COPE”, No. 01(Mei, 2013), 18
25 Ali Muhson, “pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi informasi,” jurnal pendidikan akuntansi indonesia, vol. 08 No. 2 (2010), 3
Dari berbagai model pembelajaran yang digunakan oleh seorang pendidik, maka jenis media yang diperlukan harus sesuai dengan kebutuhan metode. Berikut beberapa jenis media pembelajaran diantaranya26:
a) Media visual merupakan salah satu pemberian informasi berupa materi belajar yang disajikan secara menarik melalui indera penglihatan. Namun hal ini tidak berlaku kepada tunanetra.
b) Media audio merupakan jenis media yang memberikan informasi materi belajar yang disajikan dalam bentuk bunyi sehingga hanya dapat diterima melalui indra pendengaran.
c) Media audio visual merupakan jenis media yang menyalurkan informasi mateir belajar dalam bentuk visual gambar dan suara sehingga mudah untuk diterima oleh indra penglihatan dan pendengaran.
4. Evaluasi Pembelajaran
Sebagai seorang pendidik, terdapat beberapa komponen kompetensi yang harus dikuasai khususnya dalam sebuah pembelajaran, yang meliputi materi pembelajaran, media pembelajaran, metode pembelajaran dan tak lupa sebagai penentu indikator dalam pembelajaran yakni evaluasi pembelajaran. Kompetensi evaluasi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab seorang pendidik dalam pembelajaran, yaitu
26 Asnawir dan Usman Basyiruddin, Media Pembelajaran (Jakarta, Ciputat Pers, 2002), 15
mengevaluasi pembelajaran termasuk di dalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Kompetensi tersebut sejalan dengan instrumen penilaian kemampuan seorang pendidik, yang salah satu indikatornya adalah evaluasi pembelajaran. Serta masih banyak lagi yang memanifestasikan kompetensi dasar yang harus dikuasai seorang pendidik. Hal ini menunjukkan bahwa semua model kompetensi seorang pendidik selalu menggambarkan dan mewajibkan adanya kemampuan pendidik untuk melakukan evaluasi pembelajaran, karena kompetensi evaluasi merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai pendidik ataupun calon pendidik.27
a. Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Ketika membahas atau mendiskusikan tentang evaluasi terkadang banyak orang yang sulit membedakan istilah antara tes, pengukuran, asesmen dan juga topik utamanya yaitu evaluasi. Istilah-istilah ini tidak jarang digunakan secara tumpang tindih, padahal semua itu terlaksana dalam satu kegiatan yaitu menilai hasil belajar.28 Oleh karena itu, perlu kita pahami lebih jauh tentang apa itu konsep evaluasi khususnya yang terlaksana dalam sebuah pembelajaran.
Sedangkan menurut
Menurut Stufflebeam dan Shinkfield sebagaimana dikutip oleh Sahlan mengemukakan bahwa evaluasi merupakan suatu proses
27 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 1
28 Moh. Sahlan, Evaluasi pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik Dan Calon Pendidik (Jember: STAIN Press,2013), 3
menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung-jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.29
Komite Studi Nasional tentang Evaluasi(National Study Committee on Evaluation) dari UCLA yang dikutip oleh eko purto, menjelaskan bahwa evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya.30 Dari kedua pendapat tentang definisi evaluasi dapat disimpulkan bahwa evaluasi ialah kegiatan akumulasi dan analisa terhadap suatu informasi sejauh mana tujuan dari tujuan yang telah direncanakan itu tercapai.
Pembelajaran merupakan sebuah proses, dimana seorang pendidik mengasosiasikan, memanajemen dan mengkondisikan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam rangka meningkatkan dan mendorong untuk belajar. Hal ini sesuai dengan ungkapan Aprida Pane bahwasannya jika esensi dari belajar adalah perubahan maka esensi dari pembelajaran ialah pengaturan.31
29 Ibid, 9
30 Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik Dan Calon Pendidik (Yogakarta: Pustaka Pelajar, 2019), 4
31 Aprida Pane,”Belajar dan Pembelajaran,” Fitrah: Jurnal kajian ilmu-ilmu keislaman, Vol. 03.
No.2 (Desember 2017), 337
Menurut Trianto, pembelajaran adalah aspek kegiatan yang kompleks dan tidak dapat dijelaskan sepenuhnya. Secara sederhana, pembelajaran dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pada hakikatnya, Trianto mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan peserta didiknya (mengarahkan interaksi peserta didik dengan sumber belajar lain) dengan maksud agar tujuannya dapat tercapai. Dari uraiannya tersebut, maka terlihat jelas bahwa pembelajaran itu adalah interaksi dua arah dari pendidik dan peserta didik, diantara keduanya terjadi komunikasi yang terarah menuju kepada target yang telah ditetapkan.32
Dari pengertian tentang evaluasi dan pembelajaran di atas, dapat di asimilasikan bahwa Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang berfungsi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan atau ketercapaian dari sebuah pembelajaran, dan evaluasi juga mencakup asesmen, pengukuran, tes dan non tes. Hal tersebut mengindikasikan bahwa permulaan seorang pendidik harus memperhatikan tujuan dan juga fungsi dari evaluasi pembelajaran.
b. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran
32 Ibid, 338
Zainal Arifin memaparkan tujuan evaluasi pembelajaran secara umum adalah untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan, maupun sistem itu sendiri. Secara khususnya disesuaikan dengan jenis evaluasi pembelajaran itu sendiri, seperti evaluasi perencanaan dan pengembangan, evaluasi monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensi-ekonomis, dan evaluasi program komprehensif.33 Hal ini disimpulkan oleh pendapat Tylor yang dikutip oleh Sudaryono bahwasannya tujuan evaluasi ialah untuk mengembangkan suatu kebijakan yang bertanggung jawab mengenai pendidikan.34
Menurut Scriven sebagaimana dikutip oleh zainal arifin fungsi evaluasi secara umum dibagi menjadi dua macam, yaitu fungsi formatif dan sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan. Sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan dari sistem secara keseluruhan, dan fungsi ini baru dapat dilaksankan apabila pengembangan suatu kurikulum telah dianggap usai.35
c. Prinsip-prinsip Umum Evaluasi
33Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 14
34 Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 50
35 Op,cit. 16
Dari pemaparan yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran sebelumnya, penulis tidak lupa menerangkan tentang prinsip-prinsip umum dalam evaluasi pembelajaran. Meliputi:36
1) Prinsip berkesinambungan (continuity)
Maksudnya kegiatan hasil evaluasi belajar yang baik adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus-menerus, dalam artian guru memberikan evaluasi secara teratur, terencana, dan terjadwal.
2) Prinsip menyeluruh (comprehensive)
Yang dimaksud dengan prinsip menyeluruh bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh, mencakup keseluruhan aspek tingkah laku siswa, baik aspek berpikir (cognitive domain), aspek nilai atau sikap (affective domain), maupun aspek keterampilan (psychomotor domain) yang ada pada masing-masing siswa.
3) Prinsip objektivitas(objectivity)
Prinsip objektivitas ini terutama berhubungan dengan alat evaluasi yang digunakan. Maksudnya, alat evaluasi yang digunakan hendaknya mem punyai tingkat kebebasan dari subjektivitas atau bias pribadi guru yang bisa mengganggu. Suatu evaluasi dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam
36 Op, cit, 55-56
pelaksanaannya tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi, baik yang menyangkut bentuk evaluasi maupun dari pihak evaluator sendiri.
4) Prinsip Validitas (Validity) dan Reliabilitas (Reliability)
Validitas atau kesahihan merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa alat evaluasi yang dipergunakan, benar-benar dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas merupakan ketepatan, misalnya untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran bukan diukur melalui nilai yang diperoleh saat ulangan, tetapi dilihat melalui kehadiran, konsentrasi pada saat belajar, dan ketepatan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, dalam arti relevan dengan permasalahannya. sedangkan reliabilitas menurut Sekaran (2006) adalah suatu pengukuran sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (bebas kesalahan - error free) dan karena itu menjamin pengukuran yang lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrument. Dengan kata lain, keandalan suatu pengukuran merupakan indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi di mana instrument mengukur konsep dan membantu menilai ketepatan sebuah pengukuran Artinya, hasil dari suatu evaluasi yang dilakukan menunjukkan suatu ketetapan ketikan diberikan kepada para siswa yang sama dalam waktu yang berlainan.
5) Prinsip penggunaan kriteria
Penggunaan kriteria yang diperlukan dalam evaluasi adalah pada saat memasuki tingkat pengukuran, baik pengukuran dengan menggunakan standar mutlak (penilaian acuan patokan) maupun pengukuran dengan standar relatif (penilaian acuan norma).
Dalam penilaian acuan patokan, misalnya apabila siswa diberikan 100 soal dan setiap soal mempunyai bobot 1, maka kedudukan siswa ditentukan berdasarkan jumlah jawaban yang benar terhadap pertanyaan tersebut. Apabila angka 70 dianggap bahwa siswa telah menguasai materi, maka siswa dinyatakan berhasil apabila mendapat angka 70 atau lebih. Sedangkan penilaian acuan norma dilakukan dengan membandingkan nilai yang diperoleh seorang siswa dengan nilai siswa-siswa lainnya di kelas tersebut.
6) Prinsip kegunaan
Prinsip kegunaan ini menyatakan bahwa evaluasi yang dilakukan hendak lah merupakan sesuatu yang bermanfaat, baik bagi siswa maupun bagi pelaksana. Apabila pelaksanaan evaluasi ini hanya akan menyusahkan siswa, tanpa ada manfaat bagi dirinya secara pedagogis, maka sebaiknya evaluasi itu tidak dilakukan.
Kemanfaatan ini diukur dari aspek waktu, biaya, dan fasilitas yang tersedia maupun jumlah siswa yang akan mengikutinya.
berdasarkan prinsip umum diatas, maka diperlukan perhatian dan ketelitian terhadap kegiatan evaluasi. Hal ini bertujuan agar pelaksanaan evaluasi pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan
maksimal dan yang paling penting kemampuan peserta didik secara signifikan dapat diketahui.
d. Model Evaluasi Pembelajaran
Model evaluasi pembelajaran merupakan variasi evaluasi yang telah digagas oleh para ahli untuk menjadi contoh atau ragam bagi para pendidik dalam pelaksanaan evaluasi dengan mempertimbangkan keselarasan dengan tujuan dan fungsi supaya dapat terlaksana secara efektif dan maksimal.
Terdapat berbagai macam model evaluasi seperti ringkasan model evaluasi dibawah ini:37
1) Model Kirkpatrick
Model evaluasi yang dikembangkan oleh kirk patrick ini telah mengalami beberapa penyempurnaan, dengan hasil redefinisinya tentang evaluasi empat program yang meliputi reaction, learning, behavior, dan result.
2) Model CIPP
Model evaluasi CIPP merupakan singkatan dari context, Input, Process, and Product. Model ini pertama kali di ciptakan dan populerkan oleh Stufflebeam pada tahun 1965 yang berpandangan bahwasannya tujuan penting evaluasi ialah bukan membuktikan, akan tetapi memperbaiki.
3) Model Wheel
37 Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik Dan Calon Pendidik (Yogakarta: Pustaka Pelajar, 2019), 173-194
Evaluasi model wheel merupakan evaluasi yang berbentuk roda yang memanifestasikan usaha evaluasi yang secara kontinuitas berkaitan dan berkelanjutan. Evaluasi ini diciptakan oleh Beebe pada tahun 2004. Evaluasi ini bertujuan mengetahui tingkat keberhasilan program yang telah dilaksanakan.
Sistematika pelaksanaan program ini dimulai dari analisa peserta didik atau menentukan pencapaian. Kemudian merancang tujuan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan peserta didik.
Dilanjutkan pemilihan metode dan materi pembelajaran.
Kemudian pelaksanaan pembalajaran dan diakhiri dengan evaluasi.
4) Model Discrepancy atau Provus
Istilah dalam model evaluasi discrepancy berasal dari bahasa inggris yang berarti kesenjangan. Istilah lain dari model ini ialah provus yang diambil dari nama penciptanya Malcolm Provus.
Model ini berangkat dari asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan, hal yang harus di komparasikan ialah antara harapan dan realitas pelaksanaan sehingga mengetahui ada tidaknya kesenjangan.
5) Model Countenance
Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi, yaitu description dan judgement dan membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan, yaitu ante cedent (context),
transaction (process) dan outcomes. Stake me ngatakan bahwa apabila kita menilai suatu program pendidikan, kita melakukan perbandingan yang relatif antara program dengan program yang lain, atau perbandingan yang absolut yaitu membandingkan suatu program dengan standar tertentu.
Penekanan yang umum atau hal yang penting dalam model ini adalah bahwa evaluator yang membuat penilaian tentang program yang dievaluasi. Stake mengatakan bahwa description di satu pihak berbeda dengan judgement di lain pihak. Dalam model ini antecendent (masukan) fransaction (proses) dan outcomes (hasil) data di bandingkan tidak hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan antara tujuan dengan keadaan yang sebenarnya, tetapi juga dibandingkan dengan standar yang absolut untuk menilai manfaat program.
6) Model Brinkerhoff
Dalam evaluasi model ini, evaluasi ditujukan kepada berbagai dimensi dari sistem maupun program yang sedang dikembangkan, tidak hanya dari hasil semata. Proses evaluasi mencakup perbandingan antara performance dengan kriteria, baik kriteria yang sifatnya mutlak maupun relatif. Evaluasi tidak hanya berakhir dengan suatu deskripsi mengenai sistem maupun program yang bersangkutan, tetapi juga menuntut adanya judgement sebagai kesimpulan dari hasil evaluasi. Hasil evaluasi
digunakan sebagai bahan atau input bagi pengambilan keputusan dalam rangka penyempurnaan sistem/program maupun penyimpulan mengenai ke baikan, keberhasilan, maupun efektivitas sistem maupun program yang bersangkutan secara keseluruhan.
5. Pembelajaran Kitab
Menurut Gus dur dalam kutipan buku milik Sinta Nuriyah menjelaskan, Pesantren sebagai sebuah sistem mempunyai empat unsur penting yang saling terkait. Unsur pesantren yang pertama adalah kiai sebagai pengasuh, pemilik dan pengendali pesantren. Kiai adalah unsur yang paling utama dan menentukan dibanding unsur lainnya. la adalah orang yang paling bertanggung jawab meletakkan sistem yang ada di pesantren, sekaligus menentukan maju dan tidaknya sebuah pesantren.
Unsur yang kedua adalah santri, yaitu murid yang belajar pengetahuan keislaman kepada kiai. Mereka adalah: sumber daya manusia yang tidak saja mendukung keberadaan pesantren, tetapi juga menopang intensitas pengaruh kiai dalam masyarakat. Unsur ketiga adalah pondok, yaitu sebuah sistem asrama, termasuk di dalamnya masjid yang disediakan oleh kiai untuk mengakomodasi para santri. Unsur keempat adalah kitab yang berisi bermacam-macam mata pelajaran dan pengetahuan yang diajarkan kiai kepada para santri dan masyarakat. Kitab merupakan sarana terpenting dalam dunia pesantren, karena kitab inilah yang membedakan antara sistem pendidikan pesantren dengan non-pesantren.
Kitab-kitab yang diajarkan dipesantren memiliki standar yang sama.
Kesamaan kitab-kitab yang dipelajari inilah yang pada akhirnya membentuk sistem nilai dan kultur yang sama dalam komunitas pesantren.38
Kitab kuning sebagai salah satu komponen utama dan mendasar dalam pesantren sehingga perlu adanya pengorganisiran dalam bentuk pembalajaran. Pembelajaran merupakan pengaturan, pengarahan dan pengorganisiran lingkungan belajar supaya dapat mendorong peserta didik untuk melakukan proses belajar. Dalam pembelajaran tidak akan lepas dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Pembelajaran kitab merupakan salah satu hal penting khususnya dipesantren.
Hal ini dipertegas dengan adanya PMA No. 13 Tahun 2014 tentang pendidikan Keagamaan Islam Pasal 5 menjelaskan bahwa “Pesantren wajib memiliki unsur-unsur pesantren yang salah satunya adalah pengajian atau kajian kitab kuning atau dirasah islamiyah dengan pola mu’allimin. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama telah turut serta dalam upaya pengembangan pesantren dalam bentuk dukungan regulasi, bantuan sarana dan prasarana serta kegiatan pengembangan.
Kegiatan pengembangan tersebut yaitu pelaksanaan Musabaqah Qiraatil Kutub (Lomba Baca Kitab Kuning), serta adanya bantuan berupa kitab-
38 Sinta Nuriyah Abdurrahman wahid, Pesantren, Tradisi dan Kebudayaan.(Yogyakarta: LKIS.
2019), 1-2