FAWĀTIH AL-SUWAR
Dosen Pemandu : Dr. H. Muhammad Amin Shahib, Lc., M.Ag.
Makalah Oleh : SRIWAHYUNI (80400225031)
DIRASAH ISLAMIYAH KONSENTRASI BAHASA DAN SASTRA ARAB PROGRAM PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2024
i
i
KATA PENGANTAR
Assalāmu´alaikum Warahmatullāhi Wabarakātuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Studi Qur’an yang berjudul
“Fawātih al-Suwar” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam juga semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, sang manajer sejati Islam yang selalu bercahaya dalam sejarah hingga saat ini.
Dalam pembuatan makalah ini, tentu tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pemandu Bapak Dr. H. Muhammad Amin Shahib, Lc., M.Ag. yang telah membimbing penulis selama ini. Tentunya makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Āmīn Yā Rabbal Ālamīn.
Wassalamu’alaikum Warahmatullāhi Wabarakātuh.
Gowa, 18 Oktober 2024
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan ... 2
BAB II FAWĀTIH AL-SUWAR ... 3
A. Pengertian Fawātih al-Suwar ... 3
B. Macam-Macam Fawātih al-Suwar ... 4
C. Pendapat Para Ulama Tentang Huruf Hijaiah Fawātih al-Suwar ... 8
BAB III PENUTUP ... 13
A. Kesimpulan ... 13
B. Saran ... 13
DAFTAR PUSTAKA ... 15
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an memiliki peranan sangat penting dalam agama Islam dan kehidupan sehari-hari umat Islam. Selain sebagai sumber hukum dan pedoman hidup bagi umat Islam, Al-Qur’an juga menjadi penguat iman, karena dengan membaca dan memahaminya dapat meningkatkan iman dan ketakwaan seorang Muslim. Maka sangat penting bagi seorang Muslim untuk mempelajari ilmu Al-Qur’an. Salah satu pembahasan dalam ilmu Al- Qur’an yakni “Fawātih al-Suwar”.
Kitab suci Al-Qur’an memuat 114 surah panjang dan pendek, yang turun dalam periode Mekah dan Madinah. Apabila diringkaskan, maka 114 surah itu mempunyai bentuk-bentuk tersendiri dalam ayat permulaannya.
Masing-masing dimulai dengan bunyi ayat-ayat yang berbeda satu sama lain.1
Bila kita buka lembaran-lembaran kitab suci Al-Qur’an dan kita perhatikan dengan sungguh-sungguh, kita dapat melihat beberapa corak ragam permulaan masing-masing surah. Terdapat dua puluh sembilan buah di antara surah-surah itu dimulai dengan huruf potong yang digandeng menjadi satu, dua, tiga, empat, dan lima. Ini lebih menarik perhatian lagi, karena tidak pernah cara seperti ini dikenal bangsa Arab sebelumnya. Cara ini menunjukkan betapa orisinilnya Al-Qur’an itu diterima Rasulullah SAW dari Allah SWT tanpa ada sedikitpun keraguan
1 Mardan, Al-Qur’an: Subuah Pengantar (Gowa: Gunadarma Ilmu, 2018), h.105.
2
bahwa Al-Qur’an itu memang betul-betul berasal daripada-Nya, bukan bikinan Muhammad sendiri.2
Pembahasan mengenai pembukaan surah-surah Al-Qur’an dengan huruf-huruf terpotong inilah yang menarik perhatian ahli tafsir.
Pembahasan ini masuk ke dalam salah satu aspek makna yang dibicarakan dalam “yang tersurat” dan “yang tersirat”. Yang tersurat dalam kaitannya dengan huruf-huruf yang terpenggal tidak memberikan makna.
Maksudnya, ia tidak mempunyai pengertian langsung maupun tidak langsung. Tidak disangsikan bahwa inilah yang mendorong para ulama untuk menjadikan huruf-huruf tersebut sebagai “yang mutasyābih”, yang hanya diketahui Allah. Mereka membaca ayat tersebut berdasar ta’wil terhadap pengertian mutasyabih sebagai ayat permulaan bukan sebagai
‘athaf.3
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Fawātih al-Suwar?
2. Apa Saja macam-macam Fawātih al-Suwar?
3. Bagaimana Pendapat Para Ulama Tentang Huruf Hijaiyyah Fawātih al- Suwar?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dari Fawātih al-Suwar 2. Mengetahui Macam-macam Fawātih al-Suwar
3. Mengetahui Pendapat Para Ulama Tentang Huruf Hijaiah Fawātih al- Suwar
2 Mardan, Al-Qur’an: Subuah Pengantar, h. 105.
3 Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Qur’an Kritik Terhadap Ulumul Qur’an (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), h. 233-234.
3
BAB II
FAWĀTIH AL-SUWAR
A. Pengertian Fawātih al-Suwar
Secara etimologi istilah fawātih al-suwar terdiri dari dua kata yaitu fawātih dan al-suwar. Kata fawātih adalah jamak dari kata fātihah, isim muannats dari faith yang berasal dari kata fataha yang berarti permulaan.
Di dalam Lisan al-‘Arabi kata fatihat al-syay’i berarti awwaluh atau permulaannya.4 Adapun kata al-suwar adalah bentuk jamak dari kata al- surah. Kata surah oleh al-Jawhari diartikan sebagai manzilah atau tempat yaitu tempat yang terputus dari yang lainnya.5
Jadi, “Fawātih al-Suwar” berarti pembukaan-pembukaan surah, karena posisinya berada di awal surah-surah dalam Al-Qur’an.6 Fawātih al- Suwar adalah bagian-bagian Al-Qur’an yang terletak di permulaan surah dari surah-surah Al-Qur’an, yang digunakan oleh Allah SWT dalam memulai suatu surah, baik dalam bentuk huruf-huruf potong, maupun dalam bentuk kalimat.7 Istilah lain dari fawātih al-suwar adalah awāil al- suwar (awal-awal surah).8
Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa corak ragam permulaan masing-masing surah. Selain yang dimulai dengan ayat yang berisikan pujian dan pensucian zat Allah dengan lafal-lafal yang amat memikat perhatian, tidak kurang pula jumlahnya ayat-ayat yang dimulai dengan cara
4 Ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab, juz II, Cet. I, (Beirut: Dar Shadir, t.th), h. 539.
5 Ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab, juz IV, Cet. I, h. 386.
6 Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 102.
7 Mardan, Al-Qur’an: Subuah Pengantar, h. 103.
8 Rusydi Khalid, Mengkaji Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Makassar: Alauddin University Press, 2011), h. 76.
lain. Ada dengan panggilan atau seruan kepada orang-orang beriman atau manusia banyak, ada dengan pernyataan sumpah Allah yang ditandai dengan huruf waw, dam seterusnya.9
Salah satu yang dimaksud fawātih al-suwar adalah huruf-huruf mu’jamah atau hijaiyah yang terletak di awal beberapa surat Al-Qur’an seperti alif-lām-mīm, hā-mīm, nūn, dan sebagainya.10 Semua bentuk ini memberi pesan tertentu yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang memahami tafsir Al-Qur’an.11
B. Macam-Macam Fawātih al-Suwar
Banyak ulama telah melakukan kajian mendalam tentang pembukaan surah-surah Al-Qur’an, seperti Ibnu Abi Al-Asba’ yang menulis sebuah kitab tentang bab ini, yaitu Kitab Al-Khawātir al-Sawānih ī Asrār Al-Fawātih. Ia mencoba menggambarkan tentang beberapa kategori dari pembukaan-pembukaan surah yang ada di dalam surah Al-Qur’an.
Pembagian karakter pembukaannya adalah sebagai berikut: Pertama, pujian terhadap Allah SWT yang dinisbahkan kepada sifat-sifat kesempurnaan Tuhan. Kedua, dengan menggunakan huruf-huruf hijaiah, yang terdapat dalam dua puluh sembilan surah. Ketiga, dengan menggunakan kata seru (ahrūfun nidā) yang terdapat dalam sepuluh surah. Keempat, kalimat berita yang terdapat dalam dua puluh tiga surah.
Kelima, dalam bentuk sumpah yang terdapat dalam lima belas surah.12
9 Mardan, Al-Qur’an: Subuah Pengantar, h. 105.
10 Baharuddin HS, Ayat-ayat Su istis dalam Tafsir ruh al-ma’ani karya al-alusi (Makassar:
Alauddin Press, 2011), h. 148.
11 Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an, h. 102.
12 Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1998), h. 62.
5
Menurut Badruddin Muhammad Al-Zarkasyi, Allah SWT telah memberikan pembukaan terhadap kitab-Nya dengan sepuluh macam bentuk dan tidak ada satu surah pun yang keluar dari sepuluh macam pembukaan itu. Pernyataan ini dikuatkan oleh Al-Qasthalani dalam penjelasan di bawah ini:13
1. Pembukaan dengan pujian kepada Allah, ada dua macam, yaitu:
a) Menetapkan sifat-sifat terpuji dengan menggunakan (a) hamdalah, yang terdapat pada lima surah, yaitu Al-Fatihah, Al-Anʽam, Al-Kah i, Saba, dan Fathir; (b) menggunakan lafal “tabārak” yang terdapat dalam dua surah, yaitu Al-Furqan dan Al-Mulk.
b) Mensucikan Allah dari sifat-sifat negatif dengan menggunakan lafal tasbih yang terdapat pada tujuh surah, yaitu Al-Israˋ, Al-A’la, Al-Hadid, Al-Hasyr, Al-Shaff, Al-Jumʽah, dan Al-Taghabun.
2. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus, terdapat dalam dua puluh sembilan surah dengan memakai empat belas huruf tanpa diulang, yakni:
ي ه ن م ل ك ق ع ط ص س ر ح ا
Penggunaan huruf-huruf tersebut dalam pembukaan surah-surah Al- Qur’an disusun dalam empat belas rangkaian, yang terdiri atas kelompok berikut ini:
a) Kelompok sederhana, yakni pembukaan yang hanya satu huruf, terdapat pada tiga surah, yakni
ص
(Surah Shad),ق
(Surah Qaf), danن
(Surah Al- Qalam.b) Kelompok yang terdiri atas dua huruf, terdapat sepuluh surah, yakni
ﻢﺣ
(surah Gha ir, Fushshilat, Al-Syura, Al-Zukhruf, Al-Dukhan, Al-Jatsiyah, dan
13 Supiana & Karman, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), h. 172.
Al-Ahqaf),
ﻪﻃ
(surah Thaha),ﺲﻃ
(surah Al-Naml), danﺲ
(surahYasin).
c) Kelompok yang terdiri atas tiga huruf, terdapat pada dua belas surah, yakni
ﻢلا
(surah Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Ankabut, Al-Rum, Luqman, dan Sajdah);رلا
(surah Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim, dan Al-Hijr); danﻢﺴﻃ
(surah Al-Syuʽara dan Al-Qashash).
d) Kelompok yang terdiri atas empat huruf, terdapat dua surah, yakni
رملا
(surah al-Ra’d) dan
صملا
(surah Al-A’raf).e) Kelompok yang terdiri atas lima huruf, terdapat dua surah yakni
صع هك
(surah Maryam) dan
ﻖﺴﻋ ﻢﺣ
(surah Al-Syura).143. Pembukaan dengan panggilan. Nida ini ada tiga macam, terdapat pada sembilan surah yakni sebagai berikut:
a) Nida untuk Nabi dengan term
نلا اهيأ ا
pada surah Al-Ahzab, Al-Tahrim, dan Al-Thalaq.b) Nida untuk Nabi dengan term
لمزملا اهيأ ا
pada surah Al-Muzammil.c) Nida untuk Nabi dengan term
رثدملا اهيا ا
pada surah Al-Mudatstsir.d) Nida untuk orang-orang beriman dengan term
اونمآ نيذلا اهيأ ا
padasurah Al-Maidah, Al-Hujurat, dan Al-Mumtahanah.
e) Nida untuk orang-orang secara umum dengan term
سانلا اهيأ ا
padasurah Al-Nisa dan Al-Hajj.
4. Pembukaan dengan kalimat berita, ada dua macam, yaitu:
a) Kalimat nomina, terdapat pada sebelas surah, yaitu surah Al-Taubah, Al- Nur, Al-Zumar, Muhammad, Al-Fath, Al-Rahman, Al-Haqqah, Nuh, Al-Qadr, Al-Qari´ah, dan Al-Kautsar.
14 Mardan, Al-Qur’an: Subuah Pengantar, h. 108.
7
b) Kalimat verba, terdapat pada dua belas surah, yaitu Al-Anfal, Al-Nahl, Al- Qamar, Al-Mu’minun, Al-Anbiya, Al-Mujadalah, Al-Maʻarij, Al-Qiyamah, Al- Balad, ʻabasa, Al-Bayyinah, dan Al-Takatsur.
5. Pembukaan dengan huruf sumpah, terdapat lima belas surah, yaitu: Al- Shaffat, Al-Zhariyat, Al-Thur, Al-Najm, Al-Mursalat, Al-Naziʻat, Al-Buruj, Al-Thariq, Al-fajr, Al-Syams, Al-Layl, Al-Dhuha, Al-Tin, Al-ʻAdiat, dan Al- ʻAshr.15
6. Pembukaan dengan syarat, ada dua macam dan digunakan dalam tujuh surah, yakni Surah Al-Takwir, Al-In ithar, Al-Insyiqaq, Al-Waqiʻah, Al- Muna iqun, Al-Zalzalah, dan Al-Nashr.
7. Pembukaan dengan kata kerja perintah. Berdasarkan penelitian para ahli, ada sekitar enam kata kerja perintah yang menjadi pembukaan surah-surah Al-Qur’an, yaitu pada surah Al-ʻAlaq, Al-Jin, Al-Ka irun, Al- Ikhlash, Al-Falaq, dan Al-Nas.
8. Pembukaan dengan pertanyaan, ada dua macam, yaitu:
a) Pertanyaan positif, yaitu pertanyaan dengan menggunakan kalimat positif.
Pertanyaan dalam bentuk ini digunakan pada 4 surah, yaitu surah Al-Dahr, Al-Naba, Al-Ghasyiyah, dan Al-Maun.
b) Pertanyaan negatif, yaitu pertanyaan dengan menggunakan kalimat negatif, yang terdapat pada surah Al-Insyirah dan Al-Fil.
9. Pembukaan dengan doa, terdapat pada tiga surah, yaitu surah Al- Muthaf i in, Al-Humazah, dan Al-Lahab.
10. Pembukaan dengan alasan, terdapat dalam surah Al-Quraisy.
Selanjutnya Al-Suyuthi mengatakan, pembukaan dengan doa dapat saja dimasukkan ke dalam pembagian Al-Khābar, begitu juga pembukaan
15 Mardan, Al-Qur’an: Subuah Pengantar, h. 107.
dengan pujian seluruhnya dapat dimasukkan ke dalam jenis Al-Khābar kecuali surah Al-A’la dapat dimasukkan ke dalam bagian Al-Amr dan ayat yang didahului dengan subhana dapat mengandung Al-Amr dan Al- Khabar.16
C. Pendapat Para Ulama Tentang Huruf Hijaiah Fawātih al-Suwar Menurut Al-Suyuthi, huruf-huruf hijaiah Fawātih al-Suwar masuk ke dalam kajian mutasyābihāt.17 Para ulama berbeda pendapat dalam memahami dan menafsirkannya. Pertama, kelompok yang meyakininya sebagai rahasia Tuhan dan hanya dapat diketahui oleh Allah SWT. Al- Suyuthi memandang pendapat ini sebagai pendapat yang dipilih. Abū
Bakar diriwayatkan pernah berkata:
وأ نآرقلا ه و باتك ل ا
روﺴلا لئ
Terjemahnya:
“Setiap Kitab memiliki rahasia, dan rahasia Al-Qur’an adalah permulaan-permulaan suratnya”18
Kedua, kelompok yang memandang huruf-huruf pada awal surah mengandung pengertian yang dapat dipahami manusia. Karena itu, penganut pendapat ini memberikan pengertian dan penafsiran pada huruf-huruf tersebut.
1. Menurut ahli tafsir
Menurut Ibn ‘Abbas, berdasarkan riwayat Ibn Abi Hatim, huruf- huruf itu menunjukkan nama Tuhan. Alif lām mīm, yang terdapat dalam surah Al-Baqarah, ditafsirkan dengan Anā Allah A’lam (Akulah
16 Jalaluddin suyuthi, Al-Itqan i Ulum Al-Qur’an (Damaskus: Dar Al-Fikr, 1979), h. 106.
17 Jalaluddin suyuthi, Al-Itqan i Ulum Al-Qur’an jilid II, h. 6.
18 T.M. Hashbi Ash-Shiddiqie, Ilmu-ilmu Al-Quran, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 123.
9
Tuhan Yang Mahatahu). Alif lām ra’ ditafsirkan dengan Ana Allah ara (Akulah Tuhan yang Maha Melihat). Juga menurutnya Alif lām ra’ dan Hā mīm merupakan ejaan al-rahmān yang dipisahkan. Dalam mengomentari Kāf hā yā ain shād, ia berkata, “kāf berarti karīm (Pemurah), hā berarti hādī (Pemberi Petunjuk), yā berarti hakīm (Bijaksana), ain berarti ʻalīm (Maha Mengetahui), dan shād berarti shādiq (Yang Mahabenar).”19
Menurut Sayyid al-Quthub, huruf-huruf itu mengingatkan kenyataan bahwa Al-Qur’an disusun dari huruf-huruf yang lazim dikenal dari bangsa Arab, yaitu tujuan Al-Qur’an pertama kali diturunkan. Dalam pandangannya pula, misteri dan kekuatan huruf- huruf itu, terletak pada kenyataan bahwa meskipun huruf-huruf itu begitu lazim dan sangat dikenal, manusia tidak akan dapat menciptakan diksi dan gaya yang sama dengannya untuk membuat kitab seperti Al-Qur’an. Pendapat lain adalah bahwa huruf-huruf itu berfungsi sebagai tanbīh (peringatan), seperti terungkap dalam pendapat Ibn Katsı̄r, al-Thabarı̄, dan Rasyı̄d Ridhā dalam tafsirnya masing-masing.20
Jalāluddı̄n al-Suyūthı̄ mengatakan bahwa Al-Qur’an tidak menggunakan kata-kata peringatan (tanbīh) yang biasa digunakan di dalam bahasa Arab. Al-Quran menggunakan alif sebagai kata peringatannya yang belum pernah digunakan sama sekali sehingga lebih terkesan bagi pendengarnya.21
2. Menurut ahli teologi dan tasawuf
19 Jalaluddin suyuthi, Al-Itqan i Ulum Al-Qur’an, h. 9-11.
20 Muhammad Nur Abduh, Pengantar Ulum Al-Qur’an, (Makassar: Alauddin University Press, 2014), h. 102.
21 Jalaluddin suyuthi, Al-Itqan i Ulum Al-Qur’an, h. 11.
Kelompok teolog biasanya menafsirkan Al-Qur’an untuk melegitimasi doktrin-doktrin mereka. Begitu pula, dalam penjelasan rahasia-rahasia huruf Al-Qur’an ini. Syiah, misalnya, berpendapat bahwa apabila pengulangan dalam kelompok huruf itu dibuang, terbentuklah sebuah pernyataan:
ّﻖﺣ ﻋ ّ ﻋ طا
(jalan yang ditempuh ‘Ali adalah kebenaran yang harus kita pegang). Tampaknya, penafsiran itu dimunculkan untuk memperlihatkan begitu kuatnya posisi ‘Ali dalam keimanan mereka.22Ulama Sunni, dengan kecenderungan teologi pula, mambantaj pendapat Syiʻah. Mereka kemudian mengubah pernyataan ulama Syiʻah tersebut menjadi:
ةّنﺴلا عم كق ﻃ ّحص
(telah benar jalanmu dengan mengikuti sunnah), kata al-sunnah itu dimunculkan untuk memperlihatkan kebenaran aliran teologi Ahlu sunnah wal- jamaʻah.233. Menurut kalangan orientalis
Noldeke, seorang orientalis Jerman adalah orang yang pertama kali mengemukakan dugaan bahwa huruf-huruf itu merupakan penunjukan nama-nama para pengumpulnya. Misalnya, sin sebagai kependekan nama Saʻid bin Waqqash; mim merupakan kependekan nama Mughirah; nun sebagai kependekan nama ‘Utsman bin ‘Affan; hā sebagai kependekan dari nama Abu Hurairah. Ia kemudian mengemukakan pendangan bahwa huruf-huruf itu merupakan symbol yang tidak bermakna, mungkin merupakan tanda-tanda magis
22 Subhi Shalih, Mabahits i ‘Ulum Al-Qur’an, (Beirut: Dar Al-‘Ilm li Ai-Malaya, 1988), h.
237.
23 Subhi Shalih, Mabahits i ‘Ulum Al-Qur’an, h. 237.
11
atau tiruan-tiruan dari tulisan kitab samawi yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.24
Hirscfeld juga mengemukakan pendapat di atas. Hanya saja, ia berbeda dalam menjelaskan nama-nama sahabat yang disingkat pada huruf-huruf itu. Misalnya, untuk ‘Utsman bin ‘Affan, ia mengemukakan huruf mīm, sedangkan untuk Mughirah adalah huruf alif lām mīm.25
Sebagai ayat mutāsyābihāt, tentu saja penafsiran terhadap huruf- huruf itu tidak akan berhingga atau tak ada batasnya. Apa yang dikemukakan di atas hanyalah penakwilan-penakwilan individu yang sangat diwarnai berbagai orientasi dan kecenderungan yang tidak menutup kemungkinan untuk diktritik.
Subhi Shalih, umpamanya mencoba mengkritik penafsiran- penafsiran yang telah dikemukakan di atas. Untuk kelompok ahli tafsir, ia mempertanyakan huruf qaf umpamanya ditafsirkan dengan singkatan nama Allah al-Qadīr, bukan al-Qahhār atau al-Quddūs atau al-Qawī. Dan huruf-huruf lainnya.26
Untuk kelompok teolog, Ibn Hajar al-Ashqalānı̄ mengkritik orang- orang Syiʻah dan Sunni yang menafsirkan rahasia huruf-huruf itu dengan Ilmu Hisab yang dikenal dengan sebutan add abi jadd. Ia menegaskan bahwa cara pemahaman itu batal dan tidak dapat dipegang. Hal ini karena ada sebuah riwayat yang berasal dari Ibn ‘Abbas yang menyebutkan larangan penggunaannya dan memasukkannya ke dalam ilmu sihir yang tidak mempunyai dasar dalam syariat.27
24 W. Montgomery Watt, Bell’s Introduction to the Quran, Edinburgh University Cress, h.
64.
25 W. Montgomery Watt, Bell’s Introduction to the Quran, h. 63.
26 Subhi Shalih, Mabahits i ‘Ulum Al-Qur’an, h. 240-241.
27 Subhi Shalih, Mabahits i ‘Ulum Al-Qur’an, h. 237-238.
Untuk kelompok su i, Subhi Shahih mengkritik bahwa penafsiran- penafsiran itu hanya merupakan syathahat shu iyyah (ungkapan- ungkapan su istik) yang hanya berlaku bagi kalangan mereka saja karena bertolak dari perasaan dan peristilahan mereka. Oleh karena itu, tafsiran- tafsiran mereka tidak dapat dijadikan penafsiran mu’tamad. Kelompok arientalis pun, lanjutnya, telah menafsirkannya dengan fakta-fakta yang tidak betul.28
Atas dasar kritikan-kritikan itu, huruf Al-Qur’an terbuka bagi penafsiran baru yang tentu saja berdasarkan argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan.29
28 Subhi Shalih, Mabahits i ‘Ulum Al-Qur’an, h. 239.
29 Muhammad Nur Abduh, Pengantar Ulum Al-Qur’an, h. 106
13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Fawātih al-Suwar adalah bagian-bagian Al-Qur’an yang terletak di permulaan surah dari surah-surah Al-Qur’an, yang digunakan oleh Allah SWT dalam memulai suatu surah, baik dalam bentuk huruf- huruf potong, maupun dalam bentuk kalimat.
2. Ada sepuluh macam bentuk fawātih al-suwar, yakni: (1) Pembukaan dengan pujian kepada Allah, (2) Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus, (3) Pembukaan dengan panggilan, (4) Pembukaan dengan kalimat berita, (5) Pembukaan dengan huruf sumpah, (6) Pembukaan dengan syarat, (7) Pembukaan dengan kata kerja perintah, (8) Pembukaan dengan pertanyaan, (9) Pembukaan dengan doa, dan (10) Pembukaan dengan alasan.
3. Para ulama berbeda pendapat dalam memahami dan menafsirkannya.
Pertama, kelompok yang meyakininya sebagai rahasia Tuhan dan hanya dapat diketahui oleh Allah SWT. Kedua, kelompok yang memandang huruf-huruf pada awal surah mengandung pengertian yang dapat dipahami manusia.
B. Saran
Penulis sadar dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Bukan suatu kekeliruan apabila penulis ingin mengemukakan beberapa saran yang mudah-mudahan bermanfaat bagi kemajuan Pendidikan pada umumnya.
Adapun saran yang penulis ajukan yakni, peneliti diharapkan mengkaji lebih banyak sumber maupun referensi yang terkait dengan konsep sunnah hadis agar hasil penelitiannya dapat lebih baik lagi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Muhammad Nur. Pengantar Ulum Al-Qur’an. Makassar: Alauddin University Press. 2014.
Abu Zaid, Nasr Hamid. Tekstualitas Al-Qur’an Kritik Terhadap Ulumul Qur’an.
Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. 2005.
Ash-Shiddiqie, T.M. Hasbi. Ilmu-ilmu Al-Quran. Jakarta: Bulan Bintang. 1970.
Chirzin, Muhammad. Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. 1998.
Hermawan, Acep ‘Ulumul Qur’an. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011.
Baharuddin. Ayat-ayat Su istis dalam Tafsir ruh al-ma’ani karya al-alusi.
Makassar: Alauddin Press. 2011.
Khalid, Rusydi. Mengkaji Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Makassar: Alauddin University Press. 2011.
Manzhur, Ibn. Lisan al-‘Arab. juz II. Cet. I.Beirut: Dar Shadir. t.th.
Mardan. Al-Qur’an: Subuah Pengantar. Gowa: Gunadarma Ilmu. 2018.
Shalih, Subhi Mabahits i ‘Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar Al-‘Ilm li Ai-Malaya. 1988.
Supiana & Karman. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Islamika. 2002.
Suyuthi, Jalaluddin. Al-Itqan i Ulum Al-Qur’an. Damaskus: Dar Al-Fikr. 1979.
Watt, W. Montgomery. Bell’s Introduction to the Quran, Edinburgh University Cress.