YULIANA FENA KALIGIS 2024210003 AK 41
PEMERIKSAAN AKUNTANSI TUGAS PERTEMUAN KE 4
1. JELASKAN KARATERISITK BUKTI AUDIT YANG HARUS DI PERHARIKAN OLEH AUDITOR
Jawab :
a) Ketepatan Bukti
Ketepatan bukti adalah ukuran kualitas bukti, yakni relevansi dan reliabilitasnya dalammemenuhi tujuan audit atas golongan transaksi saldo- saldo akun dan pengungkapan yang bersangkutan. Apabila bukti dipandang sangat tepat, maka akan sangat membantu auditor dalammendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar
b) Relevansi Bukti
Bukti harus relevan dengan tujuan audit yang harus diuji terlebih dahulu oleh auditorsebelum dapat dikatakan sebagai bukti yang tepat. Relavansi menjadi masalah dalam kaitannyadengan tujuan audit. Karena terkadang ada bukti yang relevan dengan suatu tujuan audit dan adajuga yang tidak relevan dengan tujuan lainnya.
c) Reliabilitas Bukti
Reliabilitas berkaitan dengan seberapa jauh bukti ini dapat dipercaya. Sama sepertirelevansi, apabila tingkat reliabiliasnya tinggi, maka bukti ini akan sangat membantu auditordalam meyakini bahwa laporan keuangan telah di sajikan secara wajar. Reliabilitas tergantungpada apakah bukti telah memenuhi karakteristik – karakteristik berikut :
*Independensi pembuatan bukti
*Efektivitas pengendalian internal klien
*Pengetahuan langsung auditor
*Kualifikasi individu pemberi informasi
*Tingkat objektivitas
*Ketepatan waktu
d) Kecukupan Bukti
Kecukupan ini berkaitan dengan kuantitas atau seberapa banyak bukti audit yang harusdiperoleh. Kuantitas bukti audit ini dipengaruhi oleh penilaian auditor tentang risiko kesalahanpenyajian material dan juga oleh kualitas bukti audit itu sendiri. Ada dua factor yang menentukanketepatan ukuran sampel dalam audit yaitu ekspektasi auditor tentang kesalahan penyajian danefektivitas pengendalian internal dalam organisasi klien.
2. JELASKAN PEREBEDAAN AUDIT PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBTANSTIF
Jawab :
Ada dua pengujian utama, yakni pengujian pengendalian, dan pengujian substantif.
Pengujian pengendalian merupakan pengujian terhadap struktur pengendalian intern. Pengujian substantif merupakan pengujian terhadap saldo akun dari laporan keuangan.
Ada dua pengujian yang dapat dipilih auditor yaitu : a. Primarily substantive approach
Ketika auditor memilih pendekatan ini maka ditekankan pada pengujian substantif. Tahap- tahap dalam melakukan metode ini adalah:
1. Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman struktur pengendalian intern.
2. Menetapkan risiko pengendalian berdasar pengujian pengenalian yang dilakukan dalam menghimpun pemahaman struktur pengenalian intern.
3. Menentukan kemunkinan dapat tidaknya dilakukan pengurangan lebih terhadap tingkat resiko penegnalian yang telah dilakukan.
4. Melaksanakan pengujian pengenalian tambahan untuk memperoleh bukti tambahan.
5. Melakukan revisi atau menetapkan kembali risiko pengenalian berdasar bukti tembahan.
6. Melakukan dikumentasi atas penetapan risiko pengendalian.
7. Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat risiko penegndalian yang telah ditetapkan tersebut, untuk mendukung tingkat pengujian substantif yang direncanakan auditor.
8. Merancang pengujian substantif.
b. Lower assessed level of control risk approach
Bila auditor memilih lower assessed level of control risk approachmaka ditekankan pada pengujian pengendalian. Ada beberapa tahap dalam pendekatan ini, yaitu:
1. Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman struktur pengendalian intern.
2. Merencanakan dan melaksanakan pengujian pengendalian.
3. Menetapkan risiko pengendalian.
4. Melakukan dokumentasi atas penetapan risiko pengendalian.
5. Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat risiko pengendalian yang telah ditetapkan trersebut, untuk mendukung tingkat pengujian substantif yuang direncanakan auditor.
6. Merancang pengujian substantif.
Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap rancangan dan pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian intern. Pengujian pengendalian ini memfokuskan diri pada tigas hal, yaitu (a). Bagaimana pengendalian-pengendalian diterapkan? (b.) Sudahkan diterapkan secara konsisten sepanjang tahun? (c). Siapa yang menerapkan pengujian pengendalian?
Ada dua tipe pengujian pengendalian yaitu:
a. Concurrent tests of control yaitu pengujian pengendalian yang dilaksanakan auditor seiring dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien.
b. Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan (additional or planned tests of control) yaitu pengujian yang dilaksanakan auditor selama pekerjaan lapangan.
Ada empat prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian, yaitu:
1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan klien.
2. Pengamatan terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya.
Delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian substantif, yaitu:
a. Pengujian pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas mereka.
b. Pengamatan atau observasi terhadap personel dalam melaksanakan tugas mereka.
c. Menginspeksi dokumen dan catatan.
d. Melakukan penghitungan kembali atau reperforming.
e. Konfirmasi f. Analisis
g. Tracing atau pengusutan h. Vouching atau penelusuran.
Tipe pengujian substantif yangd apat digunakan, yaitu:
a. Pengujian detail saldo
Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahapan, yaitu:
1. Menilai materialitas dan risiko bawaaan suatu akun 2. Menetapkan sisiko pengendalian
3. Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis
4. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit secara keseluruhan.
b. Pengujian detail transaksi
Pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan:
a. Ketepatan autorisasi transaksi akuntansi klien.
b. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transasksi tersebut dalam jurnal
c. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut ke dalam buku besar dan buku pembantu
Apabila auditor mempunyai keyakan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dan diposting secara tepat, maka auditor dapat menyakini bahwa saldo total buku besar adalah tepat. Pengujian detail transaksi terutama dilakukan dengan tracing dan voucing.
c. Prosedur analitis
Ada empat kegunaan prosedur analitis, yaitu:
1. Untuk memperoleh pemahaman menegnai bisnis dan industry klien.
2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya.
3. Untuk mendeteksi ada tidaknya keslahan dalam laporan keuangan klien.
4. Untuk menentukan dapat tidaknya dilakukan pengurangan atas pengujian audit detail.
Auditor tidak perlu melakukan pengujian detail transaksi dan pengujian detail akun apabila:
a. Hasil prosedur analitis sesuai dengan yang diharapkan auditor.
b. Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk suatu asersi adalah tinggi.
Efektivitas dan efisiensi yang anallistis dalam mendeteksi kemungkinan terjadi salah saji material, tergantung pada faktor verikut:
a. Sifat asersi
b. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
c. Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan.
d. Ketepatan harapan.
Luas pengujian substantif
Semakin rendah tingkat resiko deteksi yang dapat diterima, semaki banyak bukti yang diperlukan. Auditor dapat mengubah jumlah bukti yang harus dihimpun dengan cara mengubah luas pengujian substantif yang dilakukan.
Dual-Purpose Test
Dual purpose test adalah suatu prosedur pengujian yang sekaligus dimaksudkan untuk melakukan pengujian pengendalian dan pengujian subtanstif. Contoh dual-purpose test adalah reperformance.
Sumber : Prof.Dr.Abdul Halim, M.B.A., Akt. (2008). Auditing 1. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.