• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN SOSIAL DAN PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PERENCANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PEMETAAN SOSIAL DAN PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PERENCANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

2023: 3(1): 1-10

https://ojs.uho.ac.id/index.php/JIPPM doi: http://dx.doi.org/10.56189/jippm.v3i1.35478

CONTACT (Iskandar Zainuddin Rela) [email protected] Vol 3. No 1. Februari 2023

PEMETAAN SOSIAL DAN PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PERENCANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Iskandar Zainuddin Rela

* Corresponding Author : [email protected] To cite this article:

Rela.I,Z. (2023). Pemetaan Sosial dan Partisipasi Stakeholder dalam Perencanaan Program Pemberdayaan Masyarakat. JIPPM (Jurnal Ilmiah Penyuluhan dan Pengembangan Masyarakat), Vol.3,No.1: Hal.1-10.

Doi : http://dx.doi.org/10.56189/jippm.v3i1.35478

Received: 12 29, 2022; Accepted: 01 25, 2023; Published: 02 30, 2023 ABSTRACT

Community empowerment programs that are effective, right on target, and provide solutions to community problems are programs planned based on data and information in the field and designed in a participatory manner by involving stakeholders. This research aims to discover local communities' issues and phenomena, mainly social, economic, and environmental, through social mapping studies and design community empowerment programs for sustainable development. The method used in this research is descriptive. Data collection techniques are carried out using the Rapid Rural Appraisal (RRA) method with household survey techniques, Focus group Discussions (FGDs), and semi-structured interviews. They involve three villages affected by mining activities, which are recipients of CSR funds. From the results of the analysis and discussion obtained, information that the level of stakeholder participation in the identification of issues for community empowerment is a high-level category. This is shown in their involvement in the process of FGD activities.

Identified issues and community empowerment programs include agriculture, animal husbandry and fisheries, health, public infrastructure, education and human resources, social and religious areas, and youth organizations. Strategic issues as a reference in implementing sustainable community empowerment programs are encouraging the improvement of the regional economy and community income, developing agriculture, livestock, and fisheries, sustainable community empowerment programs based on stakeholder recommendations, strengthening institutions and partnerships, and developing infrastructure and improving essential health services.

Keywords: social mapping, stakeholder participation, community empowerment, CSR

PENDAHULUAN

Hadirnya perusahaan pertambagan nikel dan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Sulawesi Tenggara telah memberikan dampak terhadap aspek kehidupan masyarakat lokal, perubahan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan sangat signifikan dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah. Dampak yang diperoleh masyarakat cukup beragam, baik dampak positif maupun negatif. Dampak yang terjadi harus dikelola secara bersama-sama sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Setiap perusahaan memiliki misi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah operasi kegiatannya. Bentuk kegiatan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), bentuk program ini meliputi bentuk carity, philantropi dan Community Development pemberdayaan masyarakat. Ketiga bentuk program ini memberikan perubahan kepada masyarakat lokal untuk dapat lebih meningkatkan keberdayaan mereka dan kesejahteraan hidup masyarakat sekitar (Iskandar, Awang, & Ramli, 2019; Iskandar & Ramli, 2019;

Rela et al., 2020, 2021).

Kesejahteraan masyarakat dapat terwujud apabila masyarakat tersebut berdaya, mereka harus memiliki partispasi yang tinggi, kapasitas dan kemampuan beradaptasi yang perlu didukung dengan modal alam dan

(2)

Rela I Z. e-ISSN: 2775 - 7145

modal infrastruktur baik itu melalui pemerintah maupun swasta. Untuk memberdayakan masyarakat, maka hal utama yang diketahui adalah apa potensi dan kebutuhan masyarakat, sehingga program yang didesain sesuai dengan sasaran atau permasalahan tersebut. Humaedi et all (2020) menyatakan bahwa pemetaan sosial adalah sebuah proses kegiatan untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi masyarakat, dapat menjadi alat untuk merancang program pemberdayaan masyarakat.

Pemetaan sosial merupakan suatu proses untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sosial masyarakat di suatu wilayah atau kelompok tertentu. Pemetaan sosial dapat didefinisikan sebagai "upaya untuk menjelaskan dan mengidentifikasi struktur sosial, sistem kelembagaan dan individu serta masalah dan kebutuhan mereka dalam unit sosial tertentu, serta sumber daya dan kapasitas sumber daya dan kapasitas dari unit sosial tersebut (Rudito & Famiola, 2013). Gunawan (2018) mendefinisikan bahwa pemetaan sosial merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk memahami kondisi sosial masyarakat lokal. Kegiatan ini penting untuk perencanaan pembangunan karena setiap masyarakat memiliki kondisi sosial berbeda yang kemudian menyebabkan masyarakat memiliki masalah dan kebutuhan yang berbeda pula. Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat yang oleh Twelvetrees (1991) didefinisikan sebagai “the process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actions.” Salah satu bentuk atau hasil akhir pemetaan sosial biasanya be¬rupa suatu gambaran wilayah yang sudah diformat sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu informasi mengenai karakteristik masyarakat atau masalah sosial. Pemetaan sosial memiliki peranan yang sangat penting dalam memahami masalah sosial, meningkatkan efektivitas program sosial, mendorong partisipasi masyarakat dan meningkatkan kolaborasi antar stakeholder dalam mengatasi masalah sosial. Oleh karena itu, pemetaan sosial menjadi pilihan dalam membuat program.

Partisipasi stakeholder sangat penting karena melibatkan mereka yang terkait langsung dalam suatu kegiatan atau program. Paritisipasi stakeholder sangat penting karena dapat meningkatkan keterlibatan dan dukungan, memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan, meminimalkan risiko dan meningkatkan keberhasilan, meningkatakan akuntabilitas dan transparansi dan memperkuat hubungan antara stakeholder. Oleh karena itu, stakeholder harus dilibatkan dalam setiap tahap kegiatan atau program untuk memastikan kesukesan dan keberhasilannya. Friedmann & Douglass (1978) mendefinisikan stakeholder merupakan kelompok dan individu yang dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan dari sebuah program. Stakeholders juga diartikan sebagai mereka yang memiliki kepentingan dan keputusan tersendiri, baik sebagai individu maupun wakil kelompok. Partisipasi stakeholder merupakan keikusertaan berbagai stakeholder dalam proses pencapaian tujuan yang diawali dengan tahapan perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi (Sumardika, 2022).

Pemberdayaan adalah proses untuk memberikan kekuatan dan keterampilan kepada individu atau kelompok agar mereka dapat mengambil control atas hidup mereka sendiri dan meningkatkan kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Pemberdayaan sangat penting karena dapat meningkatkan partisipasi dan kemandirian, meningkatkan kesetaraan dan keadilan, meningkatkan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, pemberdayaan harus menjadi prioritas dalam setiap upaya pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan, dinamis, secara sinergis mendorong keterlibatan semua potensi yang ada secara evolutive dengan keterlibatan semua potensi yang ada pada saat ini, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuh bertahan dan mengembangan diri secara mandiri baik dibidang ekonomi, sosial, agama dan budaya (Damanik, 2019).

Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembanguan ekonomi yang merangkum nilai-nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam pembangunan yang bersifat people-centered, participatory, empowerment and sustainable (Chambers, 1995). Maryani & Nainggolan (2019) menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat ialah proses pembangunan yang membuat masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial dalam memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut pula berpartisipasi. Arti pentingnya pemberdayaan masyarakat adalah menciptakan kemandirian, agar masyarakat mampu berbuat, memahami serta mengaplikasikan dalam berbagai kegiatan pembangunan (Mangowal, 2013).

Pembangunan berkelanjutan diperlukan karena lingkungan hidup kita semakin terancam oleh berbagai masalah seperti perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan keterbatasan sumber daya alam. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara untuk memastikan bahwa kebutuhan manusia saat ini terpenuhi tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Perlu dilakukan pembangunan berkelanjutan agar dapat melestarikan sumber daya alam, meningkatkan kualitas hidup,

(3)

Rela I Z. e-ISSN: 2775 - 7145

mengurangi kemiskinan, meningkatkan stabilitas sosial dan meningkatkan ketahanan ekonomi. Pembangunan berkelanjutan sangat penting untuk memastikan keberlanjutan hidup manusia di bumi ini. Dengan mempertimbangkan dampak dari tindakan kita pada lingkungan hidup dan kesejahteraan manusia, pembangunan berkelanjutan dapat membantu mencapai keseimbangan antara kebutuhan manusia dan keberlangsungan lingkungan hidup yang sehat, aman dan nyaman. Suryono (2001) mengatakan bahwa sustainability sebagai suatu pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa merugikan generasi di masa yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Tujuan pembangunan berkelanjutan adalah diarahkan untuk mengelola sumberdaya alam yang dimiliki secara bijaksana (Tay & Rusmiwari, 2019).

Pembangunan yang berkelanjutan pada hakekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang (Salim, 1990).

Kecamatan Routa memiliki luas 2388,58 km2, dengan jumlah penduduk sebanyak 3.107 jiwa. Kecamatan Routa berada di dua wilayah perbatasan yaitu Sulawesi tengah dan Sulawesi Selatan. Kecamatan memiliki sumberdaya alam yang cukup melimpah, memiliki cadangan nikel dan perkebunan kelapa sawit.

Keberlansungan operasional perusahaan ke depan sangat ditentukan sejauhmana perusahaan memberikan kontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai penerima dampak.

Kesejahteraan masyarakat dapat dicapai apabila ada perhatian bagi stakeholder untuk melakukan pemberdayaan dan dukungan pemerintah maupun swasta. Kegiatan pemberdayaan akan dapat dicapai apabila dilakukan perencanaan secara baik dan partisipatif. Perencanaan program perlu data dan informasi agar menjawab permasalahan yang ada di masyarakat. Kajian untuk memperoleh data yang detail dan mendalam dan dapat melibatkan stakeholder adalah melalui pemetaan sosial. Pemetaan Sosial bertujuan untuk memahami dan mendapatkan gambaran utuh kondisi sosial masyarakat lokal. Metode pemetaan sosial yang dapat digunakan survei, rapat FGD dan wawancara mendalam (Gunawan &Sutrisno, 2021; Arnu, 2020).

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran isu-isu tentang kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan untuk perencanaan program pemberdayaan masyarakat dan bagaimana srategis program pemberdayaan masyarakat sebagai solusi dalam memecahkan masalah yang berkembang selama keberadaan perusahaan di wilayah studi serta merancang bagaimana bentuk program. Panelitian fokus pada tiga desa terdekat dengan wilayah pertambangan nikel.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di tiga desa (Desa Lalomerui, Desa Walandae dan Kelurahan Routa) di Kecamatan Routa Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi dan mendalam mengenai kejadian berbagai fenomena atau isu-isu yang diteliti (Hamzah, 2021)). Fokus penelitian adalah terkait kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan.

Pengumpulan data tidak sepenuhnya dipandu oleh teori tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Data yang digunakan adalah data primer yang didapatkan langsung dengan metode Rapid Rural Appraisal (RRA) dengan teknik survei rumah tangga, FGD dan wawancara semi struktur.

Masyarakat, tokoh masyarakat dan kepala desa menjadi target survei rumah tangga dan wawancara mendalam. Sedagkan peserta FGD yang dilibatkan adalah masyarakat, unsur aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh pendidikan, camat beserta jajarannya, dan stakeholder di tingkat Kecamatan Routa dan Instansi terkait di Kabupaten Konawe. Analisis data melalui proses reduksi dan klasifikasi data, langkah ini digunakan untuk menyaring data mentah serta memilih data yang relevan dengan fokus penelitian, memilah data dan informasi berdasarkan tema dan isu yang ditemukan, kemudian keempat, penyajian data, pada tahap ini, data dideskripsikan berdasarkan tema dan tahap kelima adalah penarikan kesimpulan.

HASIL PENELITIAN Kondisi Masyarakat di Wilayah Penelitian

Perekonomian dan Mata Pencaharian

Karakteristik yang menonjol dari wilayah penelitian adalah banyaknya lahan pertanian, dan tingkat populasi yang rendah. Akibatnya rumah tangga harus terus-menerus mengoptimalkan input tenaga kerja yang tersedia dalam kegiatan pertanian mereka secara musiman. Selain mengusahakan tanaman perkebunan komersil seperti merica dan nilam (sebelumnya coklat), sebagian penduduk juga memelihara ternak besar khususnya sapi dan

(4)

Rela I Z. e-ISSN: 2775 - 7145

unggas. Beberapa keluarga Toraja juga memelihara kerbau yang digunakan untuk menarik beban, khususnya hasil hutan seperti kayu, rotan dan damar.

Kelembagaan dan Politik

Kelembagaan yang dominan dan berpengaruh cukup besar dalam proses pengambilan keputusan di sebagian besar desa desa di wilayah Kecamatan Routa adalah aparat pemerintah kecamatan, maupun kelurahan dan desa. Namun demikian, kepemimpinan para “orang tua” dari masing-masing suku (Tolaki, Toraja dan Bugis) masih berperan besar, khususnya dalam pelaksanaan ritual adat masing-masing. Para orang tua tersebut diwadahi dalam lembaga tradisional yang disebut “puutobu” oleh masyarakat setempat. Urusan yang menyangkut penentuan hari baik perkawinan, pembukaan lahan, pendirian rumah, kematian dan ritual adat lainnya merujuk pada petunjuk orang tua atau puutobu tersebut.

Selain kelembagaan pemerintah dan adat, peran para patron juga cukup besar khususnya dalam penyebaran informasi pasar dan hal-hal lain menyangkut perkembangan teraktual dalam interaksi masyarakat dengan aktivitas perekonomian di luar Routa. Peran patron cukup besar, karena dalam situasi tertentu dimana masyarakat membutuhkan bantuan finansial, patron menjadi satu-satunya tempat bagi masyarakat untuk memperoleh bantuan, mengingat tidak tersedianya lembaga keuangan seperti bank di Routa. Kelembagaan formal lainnya adalah kelompok pemuda, wanita, kelompok tani, namun tidak cukup siknifikan mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Routa.

Partai politik yang ada di Routa umumnya hanya berperan dalam waktu-waktu tertentu menjelang pilkada yang berlangsung di wilayah Sulawesi Tenggara. Seperti menjelang pemilihan anggota legislatif, Bupati maupun Gubernur. Masih sulitnya aksesibilitas dan jauhnya jarak antara pusat pemerintahan kabupaten maupun Provinsi, menyebabkan pengaruh aktivitas politik sangat lemah. Peran klan keluarga tertentu dari masing- masing suku Tolaki, Toraja dan Bugis masih nampak lebih dominan dibandingkan pengaruh partai politik formal di wilayah Routa.

Infrastruktur dan Pelayanan Publik

Posisi Routa yang terletak di daerah terpencil, menyebabkan jangkauan dan perhatian pemerintah juga terbatas, hal ini berkorelasi terhadap minimnya fasilitas infrastruktur dan pelayanan publik di wilayah ini. Hingga saat ini misalnya sarana listrik oleh PLN dan air bersih yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat belum tersedia di Routa. Akibatnya sebagian besar masyarakat berupaya secara swadaya untuk dapat menikmati pelayanan listrik, baik dengan memanfaatkan sungai yang ada (mikrohidro) maupun tenaga diesel.

Demikian pula dengan air bersih, masyarakat bergotong-royong membangun sarana air bersih dengan sistem gravitasi atau memanfaatkan sungai yang mengalir melintasi sebagian wilayah kecamatan ini. Seperti halnya listrik dan air bersih, sarana komunikasi juga masih sangat terbatas di Routa, hanya satu provider (XL) yang menyediakan layanan telepon itupun dengan jaringan yang tidak stabil.

Minimnya perhatian pemerintah menyebabkan prasarana dasar yang telah dinikmati di wilayah lain di Sulawesi Tenggara, masih belum tersedia di Routa. Tersedia sebuah puskesmas di Kecamatan Routa, namun baik petugas kesehatan maupun sarana pendukung dan obat-obatan sangat terbatas, tenaga dokter sangat jarang ada di Routa. Sarana pendidikan, hanya terdapat gedung SD di semua Desa. Sedangkan SMP dan SMA masing-masing hanya ada satu unit untuk seluruh kecamatan. Namun sarana pendidikan yang ada tersebut masih sangat minim tenaga pengajar maupun sarana pendukung seperti perpustakaan, laboratorium ataupun alat peraga lainnya, yang harusnya tersedia.

Sarana transportasi juga masih sangat minim, seluruh wilayah Kecamatan Routa hanya dihubungkan oleh jalan tanah. Hanya akses dari Danau Towuti ke desa Parudongka, Tirawonua dan Routa, yang relatif kondisi jalannya sudah dilapisi oleh batu atau kerikil, sehingga merupakan jalan yang sedikit lebih baik. Perbaikan jalan ini sebagian besar di lakukan secara swadaya. Namun sarana jalan yang menghubungkan ke tiga desa tersebut dengan Desa Tanggola, Puuwiwirano dan Walandawe masih dalam kondisi yang memerlukan persyaratan khusus bagi kendaraan roda 4 untuk dapat menjangkau wilayah tersebut. Akibatnya masyarakat hanya dapat menggunakan kendaraan roda 2, itupun di saat tertentu sangat sulit dijangkau bahkan pada musim penghujan, terkadang Desa-Desa tersebut terisolir, tidak dapat dijangkau selama beberapa hari.

(5)

Rela I Z. e-ISSN: 2775 - 7145

Sarana ekonomi seperti lembaga perbankan tidak tersedia di Routa. Kondisi ini mengakibatkan masyarakat menjadi lebih konsumtif walaupun dengan maksud untuk menumpuk aset yang sewaktu-waktu dapat dijual kembali. Namun kebanyakan aset tersebut ketika dijual kembali, nilainya menjadi turun sehingga merugikan masyarakat. Ketiadaan lembaga perbankkan, juga mengakibatkan masyarakat tergantung kepada patron atau bos, disituasi finansial yang sulit. Hingga saat ini pasar juga tidak tersedia di Routa, sehingga masyarakat umumnya mengalami kesulitan untuk mendapatkan input produksi maupun menjual hasil produksinya.

Partisipasi Stakeholder dalam indentifikasi isu dan program untuk Perencanaan Program Pemberdayaan Masyarakat.

Partispasi stakeholder yang dinilai adalah kehadiran stakeholder saat pertemuan FGD, kegiatan FGD dilakukan ditingkat desa dan Kecamatan dan Kabupaten. Sebanyak 20 stakeholder yang berpatisipasi dalam kegiatan FGD.

Tabel 1. Tingkat Partispasi Stakeholder dalam FGD Terkait Isu Sosial dan usulan Program Pemberdayaan Masyarakat

No Stakeholder Tingkat Partisipasi Temuan Isu/Usulan Program 1 Guru dan kepala sekolah  Tinggi  Mutu pendidikan (beasiswa,

perpustakaan dan buku, tambahan honor guru, dan pembangunan gedung sekolah)

2 Kepala Desa  Tinggi  Akses jalan dan jembatan, bantuan

bibir lada, percetakan sawah,

 CSR pemberdayaan masyarakat

3 Tokoh Agama  Sedang  Insentif guru mengaji dan honor

iman mesjid

4 Tokoh Masyarakat  Sedang  Pengharagaan terhadap nilai budaya

dan agama

5 Perawat dan Bidan Desa  Tinggi  Jumlah tenaga medis kurang

 Fasilitas mobil ambulans 6 Pegawai Pertanian (penyuluh)  Tinggi  Pengaktifan kelompok tani

7 Tokoh pemuda  Tinggi  Beasiswa

 Fasilitas kepemudaan/karang taruna

 Pengharagaan budaya lokal

8 Camat  Tinggi  Masjid dan sedung serbaguna

9 Polres Routa  Tinggi  Keamanan, narkoba dan criminal

10 Danramil  Tinggi  Keamanan dan ketertiban, kriminal

11 Dinas Pertanian  Tinggi  Pengembangan bendungan

 Pengembangan tanaman hortikultura

12 Dinas kehutanan  Tinggi  Status lokasi IUP dan pabrik,

 Batas-batas IUP

 Klaim lahan

13 Dinas kesehatan  Tinggi  Tenaga media

 Pencemaran disungai

 Penaganan sampah 14 Dinas tenaga kerja  Tinggi  Proporsi tenaga kerja lokal di

perusahaant

15 Bappeda dan Litbang  Tinggi  Koordinasi program

18 Pers dan Media  Tinggi  CSR

19 Masyarakat  Tinggi  Pupuk dan benih, bantuan

perternakan

20 Lembaga Sosial  Tinggi  Program kewirausahaan, fasilitasi

paket C (Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2022)

(6)

Rela I Z. e-ISSN: 2775 - 7145

Jenis Isu/Usulan program program untuk Pemberdayaan Masyarakat

Dalam mengidentifikasi isu atau permasalahan serta need assessment terkait usulan program pemberdayaan masyarakat telah dilakukan melalui survei rumah tangga, FGD dan wawancara. Need Assessment dilakukan melalui diskusi dengan stakeholder dalam bentuk FGD di masing-masing desa. FGD tersebut telah melibatkan pemerintah desa, tokoh masyarakat, tokoh perempuan, pemuda dan kelompok masyarakat lainnya. Usulan stakeholder dari masing-masing desa tersebut dapat diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 2. Temuan Isu/Usulan Program dari Stakeholder di Desa Lalomerui

No Isu/Usulan Program Tema

1  Bantuan pendidikan baik secara formal maupun non formal

 Penambahan tenaga pengajar dan insentif dari perusahaan

 Penambahan fasiltas gedung SD dan SMP

 Peningkatan kualitas guru SD dan SMP

 Bantuan beasiswa untuk studi lanjut bagi siswa yang memiliki prestasi dan kurang mampu

 Bantuan gedung perpustakaan dan buku

Pendidikan dan sumberdaya manusia

2  Bantuan modal usaha

 Bantuan tenaga pendampingan,

 Bantuan fasilitas pendukung dibidang: pertanian, perikanan dan peternakan

Pemberdayaan petani

3  Pembenahan sarana ibadah

 Perbaikan jalan desa

 Penyediaan Infrastruktur telekomunikasi dan internet (wifi)

Infrastruktur umum dan ITC 4  Penambahan tenaga medis

 Insentif tenaga medis rendah

 Pembangunan TPS

Pelayanan dan fasilitas kesehatan (Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2022)

Tabel 3. Temuan Isu/Usulan Program dari Stakeholder di Desa Walandawe

No Isu/Usulan Program Tema

1  Pembangunan jalan dan jembatan

 Pembangunan gedung serbaguna di desa

 Pembangunan kantor desa

Peningkatan Infrastruktur umum 2  Peningkatan jumlah guru

 Pemberian bantuan beasiswa

 Pendidikan non formal berupa pelatihan untuk kebutuhan perusahaan (PT.SCM)

Mutu kuliatas pendidikan

3  Kebutuhan pupuk dan bibit tanaman Lada

 Pelatihan budidaya ikan tawar

 Pembinaan petani dalam budidaya sayur-sayuran

Pemberdayaan petani 4  Penambahan tenaga medis

 Pengadaan fasilitas kesehatan (mobil ambulans) Pelayanan kesehatan 5  Perbaikan masjid

 Tambahan insentif imam masjid Pemberdayaan bidang keagamaan

(Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2022)

Tabel 4. Temuan Isu/Usulan Program dari Stakeholder di Kelurahan Routa

No Isu/Usulan Program Tema

1  Perbaikan jalan (jalan aspal)

 Pembangunan jembatan Walande-Routa Infrastruktur Umum

2  Fasilitasi Pendidikan (pengadaan guru, insentif dari perusahaan

 Bantuan beasiswa untuk siswa sampai ke jenjang sarjana

 Program kewirausahaan rumah tangga

 Program pendiidikan paket C

Fasilitas dan kualitas mutu pendidikan

(7)

Rela I Z. e-ISSN: 2775 - 7145

No Isu/Usulan Program Tema

3  Penyuluhan pertanian (komoditas merica)

 Bantuan pengembagan Peternakan (sapi, dan budidaya)

 Penyuluhan Perikanan (budidaya ikan air tawar)

 Pembinaan kelompok tani

Pemberdayaan Petani

4  Bantuan pembangunan masjid

 Insentif guru ngaji dan imam masjid Pemberdayaan bidang keagamaan 5  Penambahan tenaga medis

 Penambahan insentif tenaga medis

 Pengadaan mobil operasioal kesehatan

 Pembangunan TPS

Pelayanan dan Infrastruktur Kesehatan 6  Pembinaan dan pengadaan fasiliitasi kegiatan karang taruna Pembinaan Karang Taruna (Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2022)

Berdasarkan hasil survey dan dan wawancara kepada stakeholder yang berada di Desa Walandawe, Kelurahan Routa dan Desa Lalaomerui, maka dirumuskan beberapa program strategis sebagai acuan dalam menentukan arah kebijakan dan strategi pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat berkelanjutan sebagai berikut.

Mendorong Peningkatan Perekonomian Daerah dan Pendapatan Masyarakat

Dalam membangun landasan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan dibutuhkan upaya sistematis melalui:

(1) regulasi pembangunan ekonomi daerah yang jelas dan konsisten; (2) daya dukung infrastruktur ekonomi; (3) optimalisasi sumber daya; (4) koordinasi dan sinergi lintas sektor serta pemangku kepentingan baik pemerintah, swasta, LSM/ormas, perguruan tinggi dan lain-lain; (5) jaringan dan akses pasar; serta (6) budaya entrepreneur dengan budaya kerja yang tinggi.

Permasalahan ketimpangan pendapatan dalam masyarakat perlu diminimalisasi dengan memberikan insentif terhadap beberapa sektor unggulan yang memiliki daya ungkit ekonomi tinggi melalui upaya mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap industri ekstraktif atau tambang dengan mendorong pengembangan sektor pertanian, perikanan dan perkebunan. Disamping itu, membuka kesempatan kerja dan usaha yang luas dengan membangun kemandirian serta menghindari budaya bantuan atau kompensasi.

Permasalahan lain menyangkut iklim usaha yang berpengaruh terhadap investasi disebabkan hal-hal berikut; (1) rendahnya sumber daya manusia lokal untuk jenis pekerjaan yang propesional sehingga sangat tertinggal dalam bersaing dengan pekerja dari luar (2) masih rendahnya kualitas sarana pendukung teknologi informasi yang menunjang ketepatan dan kecepatan pengambilan keputusan, seperti fasilitas telepon, internet dan lain-lain; (3) masih terbatasnya sarana dan prasarana publik yang mempermudah akses terhadap pusat pelayanan ekonomi, faktor jalan menjadi masalah serius, sehingga ini menjadi perhatian bagi para pihak.

Pengembangan Pertanian, Peternakan, dan Perikanan

Potensi bidang pertanian yang dapat mendorong kesejahteraan ekonomi masyarakat khususnya di Desa Walandawe, Routa dan Tirawonua adalah pengembangan tanaman lada dan bidang perikanan dan perternakan.

Saat ini, usaha pertanian, perikanan air tawar dan peternakan, sebagian besar dilakukan dengan budidaya secara tradisional. Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan pertanian diantaranya.

 Rendahnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat tentang konsep agribisnis secara terpadu, perlu informasi terkait dengan teknologi dan budidaya pertanian (lada dan coklat) dan budidaya padi sawah dan ladang;

 Rendahnya pengetahuan tentang budidaya air tawar;

 Kurang berfungsinya kelembagaan kelompok tani;

 Ada kecenderungan masyarakat malas bekerja;

 Terbatasnya sarana dan prasarana usatani;

 Banyak lahan produktif (lahan pekarangan dan lahan kebun) tidak diolah dengan alasan kurangnya modal, kurang pengetahuan;

 Rendahnya pendampingan dari penyuluh pertanian dalam pemberian dan fasilitasi informasi pasar;

 Banyak lahan potensial untuk lahan persawahan yang belum dimanfaatkan.

(8)

Rela I Z. e-ISSN: 2775 - 7145

Terkait pengembangan pertanian secara umum, diperlukan kesadaran dari seluruh pemangku kepentingan agar fokus melakukan pemberdayaan dengan melakukan penataan regulasi, sistem produksi, akses pasar dan kelembagaan secara terpadu. Kerjasama kemitraan bersama pemerintah, PT. SCM dan masyarakat mampu membangun landasan yang kuat

Penyuluhan dan pendampingan teknis pertanian, perikanan, pengorganisasian petani, meningkatkan peran Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Konawe, serta Komite Penyuluhan Daerah sesuai amanat Undang-undang RI No. 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Kehutanan;

 Meningkatkan hasil pertanian melalui penyedian modal, peralatan dan mesin pertanian dan input pertanian;

 Peningkatan efektifitas pemanfaatan hasil studi pertanian dan pemanfaatan teknologi pertanian. Hasil riset pertanian dapat segera ditindaklanjuti melalui kebijakan daerah, intervensi program dan alokasi pembiayaan yang memadai, dan informasi pasar dan industri;

 Potensi pertanian hortikultura cukup besar untuk dikembangkan dengan keanekaragaman tanaman buah (pomology), bunga (florikultura), sayuran (olerikultura), tanaman obat, dan tanaman taman (landscape) yang dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat atau petani;

 Perkebunan yang didominasi tanaman merica yang masih menggunakan pola tradisional menimbulkan persoalan budidaya dan informasi harga. Pada gilirannya berdampak pada lemahnya kualitas biji lada, harga pasar dalam menghadapi para pedagang di daerah lainnya;

 Pengembangan perikanan budidaya ikan air tawar dengan melakukan penataan dan memanfaatkan lahan potensial yang ada.

 Pengembangan lahan pertanian melalui pemetaan dan cetak lahan untuk persawahan.

Pengembangan Infrastruktur dan Fasilitasi Publik di Desa/kelurahan

Keberadaan infrastruktur pendukung kesejahteran sosial dan ekonomi, masyarakat di lokasi penelitian sangat diperlukan seperti: perbaikan jalan, jembatan, jalan usahatani, air bersih, saluran irigasi, pengelolahan sampah, pembangunan masjid, pembangunan dan rehab polindes, rehab dan pembangunan sekolah, dan Gedung TPQ dan lain- lain. Potensi pertanian di kecamatan cukup menjanjikan untuk dikembangkan, namun kondisi jalan dibeberapa desa yang sangat memprihatinkan dan sulit ditempuh karena masih jalan tanah dan rawan longsor sewaktu musin hujan.

Mewujudkan kerjasama berbagai pihak dalam mendukung penyediaan infrastuktur baik pemerintah daerah dan masyarakat agar secara bertahap dapat mendorong laju pertumbuhan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya. Disamping masing dihadapi permasalahan lain terkait pembebasan sejumlah lahan, sumber daya manusia yang terbatas, dan pendanaan masih belum optimal.

Mutu dan Daya Saing Pendidikan

Permasalahan mutu dan daya saing pendidikan di Desa Walandawe, Kelurahan Routa dan Desa Tirawonua adalah perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak baik masyarakat, pemerintah dan swasta. Besarnya dukungan pemerintah daerah melalui komitmen anggaran yang cukup pada kenyataannya belum secara optimal mendorong peningkatan mutu dan daya saing pendidikan. Terkait upaya peningkatan mutu dan daya saing pendidikan, Pemerintah Kabupaten Konawe memprioritaskan pada pencapaian target tingkat kelulusan siswa mulai dari SD, SLTP, dan SLTA.

Upaya lain yang perlu didorong, yaitu beasiswa kepada siswa atau mahasiswa berprestasi untuk mengikuti jenjang pendidikan S1, S2 dan S3 melalui kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi terbaik. Beasiswa didasarkan hasil pemetaan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang menunjang visi misi pemerintah untuk masa yang akan datang.

 Upaya pengembangan kapasitas masyarakat melalui pendidikan informal yang bertujuan peningkatan pengetahuan dan keterampilan;

 Terbatasnya jumlah guru tenaga pendidik di setiap desa;

 Terbatasnya kompetensi guru dalam melaksanakan metodologi dan model pembelajaran modern;

 Banyaknya guru (PNS/Honorer) yang belum tersertifikasi;

(9)

Rela I Z. e-ISSN: 2775 - 7145

 Masih terbatasnya penggunaan Information and Communications Technology (ICT) untuk kegiatan pembelajaran dikarenakan kemampuan sekolah dalam menyediakan sarana dan prasarana pendukung serta kapasitas guru;

 Belum optimalnya perpustakaan dan pusat sumber belajar (PSB) karena keterbatasan tenaga administrasi dan pustakawan;

 Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang belum memenuhi SPM pendidikan (Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005);

 Upaya pengembangan pendidikan terintegrasi dengan life skills belum dilakukan;

 Daya saing sekolah masih rendah;

 Banyaknya siswa yang kurang mampu;

 Banyaknya mahsiswa yang berprestasi namum tidak cukup biaya untuk meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi

.

Akses dan Kualitas Layanan Kesehatan

Perubahan perilaku bukanlah hal yang mudah karena menyangkut sikap, perilaku yang berkaitan erat dengan kebiasaan masyarakat dalam suatu daerah. Berbagai upaya telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan cakupan perilaku, kebisaan, kemampuan dan potensi masyarakat dalam mewujudkan kemandirian dalam menjaga serta memelihara derajat kesehatanya masyarakat secara mandiri.

Upaya penyadaran terhadap pentingnya perilaku hidup sehat bagi masyarakat terkait erat dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat agar memiliki kemampuan mengakses layanan kesehatan berkualitas.

Peningkatan kapasitas melalui penyuluhan kesehatan, bantuan insentif bagi tenaga kesehatan serta membantu penyedian sarana dan prasarana kesehatan, memberikan layanan pengobatan gratis kepada masyarakat terdampak operasi dengan jumlah yang cukup signifikan. Lebih memberikan perhatian terhadap upaya preventif dan promotif dibanding layanan pengobatan melalui berbagai upaya sistematis melalui pendekatan kesehatan berbasis komunitas (community based health program). Program ini dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan program pemerintah daerah.

Penguatan Kelembagaan dan Kemitraan

Penguatan kapasitas merupakan langkah strategis untuk mengembangkan organisasi dan instrumen kelembagaan dalam masyarakat, seperti kepemimpinan, motivasi, arah, strategi, pengawasan, disiplin, desain struktur dan organisasi, sistem dan prosedur, kerjasama, serta pengelolaan risiko dan konflik. Disamping itu, resisten terhadap perubahan, lemahnya manajemen organisasi-kurang responsif terhadap perubahan merupakan faktor-faktor yang menyebabkan organisasi masyarakat tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai agent of change. Dengan kata lain, organisasi berbasis masyarakat perlu tumbuh dan berkembang dalam mendapatkan akses dan pengaruh terhadap pelayanan publik. Program strategis yang didorong SCM dalam berkontribusi terhadap penguatan kelembagaan kemitraan dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan kelompok rentan di wilayah terdampak operasi adalah dukungan terhadap optimalisasi peran pemerintah daerah, dukungan terhadap peningkatan partisipasi masyarakat, dukungan peran sosial dalam pengelolaan program CSR.

Pelestarian Seni, Budaya Lokal dan Nilai Agama

Masuknya pendatang yang bekerja di perusahaan (PT. SCM) akan ikut mempengaruhi variasi kelompok sosial yang ada selama ini. Saat ini stratifikasi sosial di masyarakat Routa di daerah operasi SCM, semakin beragam dan tidak lagi hanya terdiri dari pelapisan bangsawan dan non bangsawan melainkan ditambah kelompok pendatang. Kelompok pendatang, antara lain berasal dari suku Toraja, Bugis, Makkasar, Jawa dan beberapa suku lainnya yang jumlahnya kecil. Suku Tolaki dan Bugis yang dominan di wilayah operasi SCM.

Program pengembangan seni dan budaya diarahkan untuk memberikan perhatian kondisi budaya lokal melalui upaya pelestarian budaya dan pengembangan seni yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat, program yang dapat dilakukan melalui dukungan terhadap menguatnya kelembagaan lokal melalui fasilitasi kajian tentang sistem budaya dan kelembagaan adat lokal, fasilitasi peningkatan kapasitas kelembagaan adat lokal, mendorong penguatan kelembagaan atau forum lintas budaya; mendorong kerjasama

(10)

Rela I Z. e-ISSN: 2775 - 7145

lintas sektor dalam pengembangan budaya dan kelembagaan adat, memfasilitasi peningkatan kapasitas pelaku seni dan budaya, fasilitasi pegembagan nilai-nilai tolerasi beragama, pemberdayaan tokoh-tokoh agama dan fasilitasi pelayanan dalam bidan keagaamaan dan infrastruktur.

Program pemberdayaan masyarakat berdasarkan rekomendasi stakeholder dapat menjadi acuan untuk pembangunan berkelanjutan terkait penyelenggaraan upaya pemberdayaan di bidang ekonomi, pendidikan, kelembagaan kemitraan, sosial budaya dan seni, serta bidang infrastruktur. Untuk mencapai tujuang yang diharapkan, diperlukan dukungan dan partisipasi langsung semua pemangku kepentingan baik masyarakat maupun pemerintah. Sehingga program pemberdayaan berjalan sesuai yang diharapkan dan tepat sasaran.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan di bab sebelumnya mengenai pemetaan sosial dan partisipasi stakeholder dalam perencanaan program pemberdayaan masyarakat maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aspek pendidikan di wilayah studi masih sangat jauh dari standar yang diharapkan, baik dari aspek infrastruktur fasilitas penunjang maupun dari aspek kualitas sumber daya pendidik. Dalam upaya meningkatkan layanan pendidikan, maka langkah strategis yang dapat dilakukan tiga program yaitu 1) pembangunan infrastruktur dan fasiltas pendidikan; 2) peningkatan mutu pendidikan dan manajemen pendidikan.

2. Aspek kesehatan ditemukan kurangnya kesadaran masyarakat dan pemerintah dalam menjaga kesehatan masyarakat dan lingkungan, sehingga isu pokok pembangunan kesehatan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat adalah, yaitu: dukungan terhadap implementasi standar layanan kesehatan masyarakat, dukungan terhadap penambahan peningkatan SDM tenaga medis dan para medis seperti pelatihan tenaga medis dan para medis puskesmas, Pustu dan Posyandu, selain itu dukunan terhadap fasilitas dan infrastruktur kesehatan.

3. Aspek ekonomi, isu pendapatan masyarakat miskin dan kelompok rentan di wilayah terdampak, Program strategis yang dapat dilakukan adalah peningkatan produktivitas pertanian, dukungan terhadap ketersediaan akses pasar dan dukungan terhadap peningkatan nilai tambah, serta dukungan saprodi Pertanian.

4. Penguatan kelembagaan dan kemitraan dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan kelompok rentan di wilayah terdampak operasi, Penguatan kelembagaan melalui optimalisasi peran pemerintah daerah dalam bentuk Forum Lintas Pemangku Kepentingan (FLP), penyelarasan program CSR dan RPJM, peningkatan kapasitas aparatur.

5. Tingginya heterogenitas masyarakat akibat banyaknya pendatang datang sebagai tenaga kerja luar menjadi tingginya potensi kriminalitas dan konflik. Program penyadaran melalui nilai-nilai agama oleh pemerintah dan tokoh masyarakat menjadi penting, selain itu perlu memberikan perhatian kondisi budaya lokal melalui upaya pelestarian budaya mendukung peningkatan kesejahteraan sosial.

REFERENCES

Chambers, R. (1995). Poverty and livelihoods: Whose reality counts? Environment & Urbanization, 7(1), 173–

204. https://doi.org/10.1177/095624789500700106

Damanik, S. E. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan Hutan. Uwais Inspirasi Indonesia.

Friedmann, J., & Douglass, M. (1978). Agropolitan development: towards a new strategy for regional planning in Asia. In Growth pole strategy and regional development policy (pp. 163–192). Elsevier.

Gunawan, W. (2018). Tahapan pembangunan masyarakat. Unpad Press.

Hamzah. (2021). Metode Penelitian Kualitatif: Rekonstruksi Pemikiran Dasar Natural Research Dilengkapi Contoh, Proses, dan Hasil 6 Pendekatan Penelitian Kualitatif. CV Literasi Nusantara Abadi.

Iskandar, Z. R., Awang, A. H., & Ramli, Z. (2019). An analysis of the community perceptions of well-being:

Special reference to nickel mining and processing industry. Management of Environmental Quality: An International Journal, 30(1), 211–226. https://doi.org/10.1108/MEQ-02-2018-0042

(11)

Rela I Z. e-ISSN: 2775 - 7145

Iskandar, Z. R., & Ramli, Z. (2019). Iskandar, Z. R., & Ramli, Z. (2019). An analysis of the community perceptions of well-being: Special reference to nickel mining and processing industry. Management of Environmental Quality: An International Journal, 30(1), 211–226.An analysis of the commu. Management of Environmental Quality: An International Journal, 30(1), 211–226.

Mangowal, J. (2013). Pemberdayaan Masyarakat Petani dalam Meningkatkan Pengembangan Ekonomi Pedesaan di Desa Tumani Kecamatan Maesaan Kabupaten Minahasa Selatan. Governance, 5(1).

Maryani, D., & Nainggolan, R. R. E. (2019). Pemberdayaan masyarakat. Deepublish.

Rela, I. Z., Awang, A. H., Ramli, Z., Taufik, Y., Md. Sum, S., & Muhammad, M. (2020). Effect of corporate social responsibility on community resilience: Empirical evidence in the nickel mining industry in Southeast Sulawesi, Indonesia. Sustainability (Switzerland), 12(4). https://doi.org/10.3390/su12041395

Rela, I. Z., Firihu, M. Z., Iswandi, M., Malek, J. A., Nikoyan, A., Nalepo, L., … Salahuddin, S. (2021). Formation of Farming Community Resilience Models for Sustainable Agricultural Development at the Mining Neighborhood in Southeast Sulawesi Indonesia. Sustainability, 13(2), 1–17.

Rudito, B., & Famiola, M. (2013). CSR (Corporate Social Responsibility). Bandung: Rekayasa Sains.

Salim, E. (1990). Konsep Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: Gramedia.

Sumardika, R. (2022). Partisipasi Stakeholder dalam Penanganan Anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak kota Banjarmasin. Cross-Border, 5(1), 291–307.

Suryono, A. (2001). Teori dan isu Pembangunan. Universitas Negeri Malang,(Malang: UM Press), 17, 1–12.

Tay, D. S. R., & Rusmiwari, S. (2019). Implementasi kebijakan pembangunan berkelanjutan. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (JISIP), 8(4), 217–222.

Twelvetrees, A. (1991). Social Planning Approaches to Community Work. Community Work, 98–139.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan partisipasi masyarakat di Desa

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Berbasis Peternakan dan Penggemukan Sapi (Studi Pada Program SABANSA Yayasan Bina Insan Kamil

Keterlibatan anggota kelompok simpan pinjam dalam penyelenggaraan belum tentu menentukan peningkatan taraf hidup anggota kelompok simpan pinjam pada semua kategori

Faktor internal responden merupakan faktor yang terdapat dalam diri responden, faktor tersebut mencakup ciri-ciri individu responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin,

Tema dari program KKN-PPM di desa Baluk adalah: Pemberdayaan dan Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan potensi desa berbasis Iptek menuju desa yang

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian dan Dampaknya pada Perilaku Petani Padi di Jawa Barat (Disertasi).. Learning society, Penyuluhan dan

Penelitian ini dilatar belakangi oleh masih terbatasnya kemampuan pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan dalam memberikan informasi dan penyuluhan

Keterlibatan anggota kelompok simpan pinjam dalam penyelenggaraan belum tentu menentukan peningkatan taraf hidup anggota kelompok simpan pinjam pada semua kategori