BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi/ego dari diri yang bersangkutan atau disekitarnya. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap.
Berduka adalah respons alamiah pada seseorang yang mengalami kehilangan.
Dukacita adalah suatu proses kompleks yang normal meliputi respons dan perilaku emosional fisik, spiritual, sosial, dan intelektual ketika individu, keluarga, dan komunitas memasukkan kehilangan yang actual, adaptif, atau dipersepsikan kedalam kehidupan mereka sehari-hari. Apabila seseorang tidak dapat melewati keadaan berduka setelah mengalami kehilangan yang sangat besar maka individu akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius. Untuk mengatasi atau mencegah depresi dari berduka yang dialami klien, maka dibutuhkaan berbagai upaya dari keluarga, tim kesehatan ataupun lingkungan sosial klien.
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut.
Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan.
Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga- perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian.
B. Tujuan 1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami tentang konsep dasar berduka dan asuhan keperawatan yang benar pada pasien jiwa dengan masalah keperawatan berduka.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari berduka b. Untuk mengetahui etiologi dari berduka c. Untuk mengetahui apa saja jenis berduka d. Untuk mengetahui tahapan dari proses berduka e. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari berduka
f. Untuk mengetahui strategi penatalaksanaan dari berduka
g. Mengetahui konsepan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan berduka yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Berduka (grieving) merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Hal ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing-masing orang g-masing orang dan didasarkan dan didasarkan pada pengalaman pengalaman pribadi, pribadi, ekspetasi ekspetasi budaya, dan budaya, dan keyakinan keyakinan spiritual spiritual yang dianutnya.
dianutnya. Sementara itu, istilah kehila tara itu, istilah kehilangan (bereavement) mencakup berduka dan berkabung (mourning), yaitu perasaan di dalam dan reaksi keluar orang yang ditinggalkan. Berkabung adalah periode penerimaan terhadap kehilangan dan berduka. Hal ini terjadi dalam masa kehilangan dan sering dipengaruhi oleh kebudayaan atau kebiasaan. (Aziz Alimul, 2014)
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. Stroebe dan Stroebe (1987) dalam Moyle & Hogan, 2006 menganggap berduka sebagai situasi objektif dari seorang individu yang baru saja mengalami kehilangan dari sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada. Berduka mengacu pada respons emosional terhadap kehilangan ini, termasuk beberapa reaksi psikologis dan fisik.
Definisi lain menyebutkan bahwa berduka, dalam hal ini dukacita adalah proses kompleks yang normal yang mencakup respons dan perilaku emosi, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual ketika individu, keluarga, dan komunitas menghadapi kehilangan aktual, kehilangan yang diantisipasi, atau persepsi kehilangan ke dalam kehidupan mereka sehari- hari.
Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa berduka merupakan suatu reaksi psikologis sebagai respon kehilangan sesuatu yang dimiliki yang berpengaruh terhadap perilaku emosi, fisik, spiritual sosial maupun intelektual seseorang. Berduka sendiri merupakan 3 respon yang normal yang respon yang normal yang dihadapi setiap orang dalam setiap orang dalam menghadapi kehilang adapi kehilangan yang dirasakan.
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Dalam Hidayat (2012), faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah sebagai berikut :
a. Faktor genetik
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga dengan riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan, termasuk dalam menghadapu perasaan kehilangan.
b. Faktor fisik
Individu dengan fisik, mental, serta pola hidup yang teratur cenderung mempuny ung mempunyai kemampuan dalam puan dalam mengatasi stres yang stres yang lebih tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan jasmani.
c. Faktor mental
Individu yang mengalami gangguan jiwa, terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan pesimis, pesimis, selalu dibayangi dibayangi masa depan peka dalam mengahadapi mengahadapi situasi situasi kehilangan.
d. Pengalaman kehilangan di masa lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang dicintai pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa.
e. Struktur kepribadian
Individu dengan konsep diri negatif dan perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri rendah dan tidak objektif terhadap stres yang dihadapi
2. Faktor Prespitasi
Ada beberapa stresor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan. Stresor ini dapat berupa stresor yang nyata ataupun imajinasi individu itu sendiri, seperti kehilangan biopsikososial yang meliputi kehilangan harga diri, pekerjaan, seksualitas,
posisi litas, posisi dalam masyaraka dalam masyarakat, milik pribadi (harta benda, dan lain-lain)
Berikut beberapa stresor kehilangan tersebut : a. Kehilangan kesehatan
b. Kehilangan fungsi seksualitas c. Kehilangan peran dalam keluarga d. Kehilangan posisi dalam masyarakat
e. Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai f. Kehilangan kewarganegaraan
3. Etiologi berduka menurut PPNI 2016 yaitu : a. Kematian keluarga atau orang yang berarti
b. Antisipasi kematian keluarga atau orang yang berarti
c. Kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status bagian tubuh, hubungan sosial) d. Antisipasi kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh,
hubungan sosial)
C. Jenis Berduka
Jenis Berduka Dalam Hidayat (2012), grieving (berduka) adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi bersamaan dengan kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun kematian. Sedangkan istilah bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan selama individu melewati rekasi atau masa berkabung (mourning ).
Berikut ini beberapa jenis berduka menurut Hidayat (2012) : a. Berduka normal
Terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan. Misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik diri dari aktivitas untuk sementara.
b. Berduka antisipatif
Proses ‘melepaskan diri’ yang muncul sebelum yang muncul sebelum kehilangan kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai akan memulai proses perpisahan dan ahan dan menyelesaikan berbagai urusan di dunia sebelum ajalnya tiba.
c. Berduka yang rumit
Dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu tahap kedukaan tahap kedukaan normal. Masa normal. Masa berkabung seolah-olah tidak berkabung seolah-olah tidak kunjung kunjung berakhir berakhir dan dapat mengancam mengancam hubungan hubungan orang yang bersangkutan bersangkutan dengan orang lain.
d. Berduka tertutup
Kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka. Contohnya, kehilangan pasangan karena AIDS, anak yang mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin.
D. Tahapan Proses Berduka
Proses kehilangan terdiri atas lima tahapan, yaitu penyangkalan (denial), marah (anger), penawaran (bargaining), depresi (depression), dan penerimaan (acceptance) atau sering disebut dengan DABDA. Setiap individu akan melalui setiap tahapan tersebut, tetapi cepat atau lamanya sesorang melalui bergantung pada koping individu dan sistem dukungan sosial yang tersedia, bahkan ada stagnasi pada satu fase marah atau depresi.
a. Tahap Penyangkalan (Denial)
Reaksi awal seorang individu ketika mengalami kehilangan adalah tidak percaya, syok, diam, terpaku, gelisah, bingung, mengingkari kenyataan, mengisolasi diri terhadap kenyataan, serta berperilaku seperti tidak terjadi apa-apa dan pura-pura senang.
b. Tahap Marah (Anger)
Tahap kedua seseorang akan mulai menyadari tentang kenyataan kehilangan. Perasaan marah yang timbul terus meningkat, yang diproyeksikan kepada orang lain atau benda di sekitarnya. Reaksi fisik menunjukkan wajah memerah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, dan tangan mengepal.
c. Tahap Penawaran (Bargaining)
Setelah perasaan marah dapat tersalurkan, individu akan memasuki tahap tawar- menawar. Ungkapan yang sering diucapkan adalah "....seandainya saya tidak melakukan hal tersebut... mungkin semua tidak akan terjadi..." atau "misalkan dia tidak memilih pergi ke tempat itu pasti semua akan baik-baik saja", dan sebagainya.
d. Tahap Depresi
Tahap depresi merupakan tahap diam pada fase kehilangan. Pasien sadar akan penyakitnya yang sebenarnya tidak dapat ditunda lagi. Individu menarik diri, tidak mau berbicara dengan orang lain, dan tampak putus asa. Secara fisik, individu menolak makan, susah tidur, letih, dan penurunan libido. Fokus pikiran ditujukan pada orang- orang yang dicintai.
e. Tahap Penerimaan (Acceptance)
Tahap akhir merupakan organisasi ulang perasaan kehilangan. Fokus pemikiran terhadap sesuatu yang hilang mulai berkurang. Penerimaan terhadap kenyataan kehilangan mulai dirasakan, sehingga sesuatu yang hilang tersebut mulai dilepaskan secara bertahap dan dialihkan kepada objek lain yang baru.
Seorang individu yang telah mencapai tahap penerimaan akan mengakhiri proses berdukanya dengan baik. Jika individu tetap berada di satu tahap dalam waktu yang sangat lama dan tidak mencapai tahap penerimaan, disitulah awal terjadinya gangguan jiwa.
E. Tanda dan gejala
Terdapat beberapa sumber yang menjelaskan mengenai tanda dan gejala yang sering terlihat pada individu yang sedang berduka. Menurut Buglass (2010), tanda dan gejala berduka melibatkan empat jenis reaksi, meliputi:
a. Reaksi perasaan, misalnya kesedihan, kemarahan, rasa bersalah, kecemasan, menyalahkan diri sendiri, ketidakberdayaan, mati rasa, kerinduan
b. Reaksi fisik , misalnya sesak, mual, hipersensitivitas terhadap suara dan cahaya, mulut kering, kelemahan
c. Reaksi kognisi, misalnya ketidakpercayaan, kebingungan, mudah lupa, tidak sabar, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, ketidaktegasan
d. Reaksi perilaku, misalnya, gangguan tidur, penurunan nafsu makan, penarikan sosial, mimpi buruk, hiperaktif, men penarikan sosial, mimpi buruk, hiperaktif, menangis.
Tanda dan gejala menurut PPNI 2016 : 1. Mayor :
a) Subjektif a. Merasa sedih
b. Merasa bersalah atau menyalahkan orang lain c. Tidak menerima kehilangan
d. Merasa tidak ada harapan b) Objektif
a. Menangis
b. Pola tidur berubah
c. Tidak mampu berkonsentrasi 2. Minor :
a) Subjektif
a. Mimpi buruk atau pola mimpi berubah b. Merasa tidak berguna
c. Fobia b) Objektif
a. Marah
b. Tampak panik
c. Fungsi imunitas terganggu F. Pathway
G. Penatalaksanaan
Belum terdapat penatalaksanaan medis pada klien dengan masalah psikososial kehilangan dan berduka. Kehilangan dan berduka merupakan peristiwa yang umum terjadi dikehidupan sehari-hari. Kehilangan dan berduka berkaitan dengan kondisi sosial seseorang dengan kesehatannya akibat dari kahilangan dan berduka. Perlu dukungan dari orang-orang terdekat terutama keluarga untuk melewati fase kehilangan agar tidak berdampak serius. Perlu pendampingan yang baik agar dapat menimbulkan ketenangan bagi klien dalam beradaptasi menerima kehilangan dan berduka.
BAB III
ASKEP PADA PASIEN BERDUKA
Kasus : Berduka
Seorang perempuan berusia 55 tahun dirawat di ruang saraf RSU. Pasien dibawa keluarga ke RS karena jatuh dari kamar mandi dan tidak bisa bergerak. Saat ini pasien sudah dirawat 1 minggu dan sudah mampu komunikasi. Saat dilakukan pengkajian tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 88 x /menit, pernapasan 22 x/menit, suhu 36,7oC. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan hemiparese sinisitra dengan kekuatan 1, parase nervus VII sinistra dan XII dextra. Pasien mengalami kelemahan pada anggota tubuh bagian kiri dengan kekuatan otot sebesar : ekstremitas kanan 5555/5555 sedangkan ekstremitas kiri 3333/3333. Pasien menyalahkan diri sendiri dan cenderung menyesal karena senang makan ikan asin dan gorengan. Pasien tidak dapat beraktivitas seperti dulu lagi seperti menjaga warung , pergi ke pasar, menjaga cucu dan pergi ke pengajian. Klien masih tampak tegang saat berinteraksi, konsentrasi kurang, mulut tampak kering, tampak bersedih dan lemas.
Keluarga mengatakan pasien menjadi malas makan dan susah tidur karena kejadian ini.
Pasien mengalami berduka situasional karena efek negatif serta peristiwa kehilangan sekunder akibat penyakit yang dialami klien, yaitu kehilangan fungsi tubuh yang dialami klien.
A. Pengkajian
1. IDENTITAS PASIEN
Inisial : Ny. D (P) Tanggal pengkajian : 16-03-2024 Umur : 55 Tahun
2. ALASAN MASUK
Keluarga mengatakan pasien menjadi malas makan dan susah tidur. Pasien mengalami berduka situasional karena efek negatif serta peristiwa kehilangan sekunder akibat penyakit yang dialami klien, yaitu kehilangan fungsi tubuh yang dialami klien.
Klien masih tampak tegang saat berinteraksi, konsentrasi kurang, mulut tampak kering, tampak bersedih dan lemas. Pasien tidak dapat beraktivitas seperti dulu lagi seperti menjaga warung , pergi ke pasar, menjaga cucu dan pergi ke pengajian
3. FAKTOR PREDISPOSIS
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu? Pasien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya
2. Pengobatan sebelumnya? -
3. Aniaya fisik : Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik terhadap dirinya dan tidak pernah melakukan aniaya fisik pada orang lain.
4. Aniaya seksual: Klien mengatakan tidak pernah menjadi korban pelecehan seksual dan tidak pernah melakukan pelecehan seksual
5. Penolakan : Klien memiliki hubungan baik dan diterima keluarga 6. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Tidak ada 4. FAKTOR PRESIPITASI
1. Apakah klien putus obat?-
2. Apakah klien mengkonsumsi NAPZA? –
3. Apakah klien mengalami peristiwa atau kejadian yang tidak menyenangkan dalam 6 bulan terakhir? Keluarga pasien mengatakan pasien dibawa keluarga ke RS karena jatuh dari kamar mandi dan tidak bisa bergerak.
B. Pola Kesehatan Fungsional (Data Fokus)
1. Pola persepsi dan pemeliharaan Kesehatan
Menjelaskan tentang pola yang dipahami pasien tentang kesehatan &
bagaimana kesehatannya dikelola :
a. Persepsi klien tentang kesehatan diri
- Sebelum sakit : klien mengatakan kesehatan diri itu penting.
- Selama dirawat : klien mengatakan kesehatan diri itu penting.
b. Pengetahuan dan persepsi klien tentang penyakit dan perawatannya - Sebelum sakit : klien mengatakan hanya penyakit ringan saja yang ia
ketahui perawatannya seperti asam diare, flu dan batuk
- Selama dirawat : klien mengatakan tidak mengetahui perawatan apa yang diperlukan untuk penyakitnya saat ini.
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan (gizi /makanan yang kuat pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri, imunisasi, dll )
- Sebelum sakit : klien mengatakan makan-makanan 4 sehat 5 sempurna, mandi 2x sehari, rajin gosok gigi, melakukan imunisasi lengkap sejak bayi.
- Selama dirawat : klien mengatakan tidak nafsu makan, mandi 1x sehari.
d. Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan (apa yang dilakukan pasien bila sakit, kemana pasien biasa berobat bila sakit)
- Sebelum sakit : klien mengatakan bila sakit yaitu minum obat dan istirahat, serta berobat ke klinik dekat rumah atau langsung kerumah sakkit.
- Selama dirawat : klien mengatakan selama dirawat ini dirinya cemas dan merasa tidak dirinya tidak berguna.
e. Kebiasaan hidup (konsumsi obat-obatan/ jamu, konsumsi alkohol, konsumsi rokok, konsumsi kopi, kebiasaan berolahraga)
- Sebelum sakit : klien mengatakan tidak minum kopi, tidak pernah mengkonsumsi alcohol, rokok, maupun obat-obatan.
- Selama dirawat : klien mengatakan selama dirawat masih sama tidak pernah mengkonsumsi kopi, alcohol maupun rokok dan obat-obatan.
f. Faktor sosioekonomi yang berhubungan dengan kesehatan (penghasilan, asuransi/ jaminan kesehatan, keadaan lingkungan tempat tinggal).
- Sebelum sakit : klien mengatakan ekonomi keluarganya stabil, keadaan lingkungan tempat tinggalnya baik dan menyenangkan.
- Selama dirawat : klien mengatakan saat ini selama dirawat dirinya tidak mengetahui tentang ekonomi ataupun social dilingkungan rumahnya.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
a. Pola makan (frekwensi, porsi makan, jenis makanan yang biasa dimakan) - Sebelum sakit : klien mengtakan makan 3x sehari, jenis makanan
yang biasa dikonsumsi adalah ikan asin dan gorengan
- Selama dirawat : klien mengatakan makan 3x sehari, tetapi hanya ½ porsi
b. Apakah keadaan sakit saat ini mempengaruhi pola makan/ minum:
klien mengatakan iya mempengaruhi.
c. Makanan yang disukai pasien, adakah makanan pantangan/
makanan tertentu yang menyebabkan alergi, adakah makanan yang dibatasi : makanan yang disukai klien adalah sayur dan ikan, klien tidak pantangan makan yang menyebabkan alergi.
d. Adakah keyakinan atau kebudayaan yang dianut yang mempengaruhi diet: klien mengatakan tidak ada.
e. Kebiasaan mengkonsumsi vitamin/obat penambah nafsu makan (jumlah yang dikonsumsi setiap hari, sudah berapa lama): klien mengatakan tidak pernah.
f. Keluhan dalam makan
1) Adakah keluhan anoreksia nervosa, bulimia nervosa: klien mengatakan tidak ada.
2) Adakah keluhan mual/ muntah (jika muntah berapa jumlahnya):
klien mengatakan tidak ada.
3) Bagaimana kemampuan mengunyah dan menelan: klien mengatakan kemampuan mengunyah dan menelan baik, tidak ada gangguan.
g. Adakah penurunan berat berat badan dalam 6 bulan terakhir (bagaimana BB dan TB pasien sebelum dan selama dirawat)
- Sebelum sakit : klien mengatakan BB 58 kg dan TB 159 cm.
- Selama dirawat : klien mengatakan tidak ada perubahan BB dan TB.
h. Pola minum (frekwensi dan jumlah cairan yang dikonsumsi, jenis minuman yang biasa diminum)
- Sebelum sakit : klien mengatakan setiap hari minum air putih 5x sehari dengan total 1500 ml.
- Selama dirawat : klien mengatakan selama dirawat minum air putih 3x sehari dengan total 800 ml.
i. Bila pasien terpasang infuse berapa cairan yang masuk dalam sehari Tidak terpasang infuse.
j. Adanya keluhan demam
Klien mengatakan tidak ada keluhan demam.
3. Pola eliminasi
a. Eliminasi feses
1) Pola BAB (frekwensi, waktu, warna, konsistensi, penggunaan pencahar/enema, adanya keluhan diare/konstipasi)
Sebelum sakit : 3x seminggu, warna kuning, konsistensi padat, tidak ada keluhan diare.
Selama dirawat : 1x seminggu, warna kuning, konsistensi padat, tidak ada keluhan diare.
2) Adakah perubahan dalam kebiasaan BAB (terpasang kolostomi/ileostomy) : tidak ada.
b. Pola BAK (frekwensi, waktu, warna, jumlah)
Sebelum sakit : 5-6x sehari, warna kuning cerah, jumlah 750 ml Selama dirawat : tidak ada perubahan
4. Pola aktifitas dan latihan a. Kegiatan dalam pekerjaan
Sebelum sakit : klien mengatakan aktif dalam segala kegiatan.
Selama dirawat : klien hanya berdiam diri di kamar.
b. Olahraga yang dilakukan (jenis dan frekwensi)
Sebelum sakit : klien mengatakan sering bermain bulu tangkis 1x seminggu.
Selama dirawat : klien hanya berdiam diri di kamar.
c. Kesulitan /keluhan dalam aktifitas
- Pergerakan tubuh : tidak ada keluhan.
- Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaian, bersolek, makan, dll) : tidak ada keluhan.
- Berhajat (BAK/BAB) : tidak ada keluhan
- Keluhan sesak nafas setelah melakukan aktifitas : tidak ada keluhan.
- Mudah merasa kelelahan : tidak ada keluhan 5. Pola Istirahat dan Tidur
a. Kebiasaan tidur (Waktu tidur, lama tidur dalam sehari) Sebelum sakit :klien mengatakan tidur 8 jam/hari Selama dirawat : klien mengatakan susah untuk tidur
b. Kesulitan tidur (mudah terbangun, sulit memulai tidur, insomnia, dll) Sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada keluhan sulit tidur
Selama dirawat : klien mengatakan sulit tidur karena tidak bisa lupa ats kehilangan orang yang dicintai
6. Pola Kognitif dan Perseptual Sensori
a. Keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensasi (penglihatan, pendengaran)
Sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada keluhan.
Selama dirawat : klien mengatakan tidak ada keluhan.
b. Kemampuan kognitif (kemampuan mengingat, bicara dan memahami pesan yang diterima, pengambilan keputusan yang bersifat sementara) Sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada gangguan.
Selama dirawat : klien mengatakan tidak ada gangguan.
c. Kesulitan yang dialami (sering pusing, menurunnya sensitifitas terhadap nyeri dan panas/dingin)
Sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada kesulitan.
Selama dirawat : klien mengatakan tidak ada kesulitan.
d. Persepsi terhadap nyeri dengan menggunakan pendekatan P,Q,R,S,T.
Sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada keluhan nyeri.
Selama dirawat : klien mengatakan tidak ada keluhan nyeri.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
a. Persepsi diri: klien mengatakan ingin kembali mengikuti pengajian yang ada di kampungnya, ingin kembali solat tepat waktu, meningkatkan doanya, dan melaksanakan apa yang diperintahkan Tuhan YME.
b. Status emosi: bagaimana perasaan klien saat ini, apakah perilaku non verbal sesuai dengan perilaku verbalnya: klien mengatakan cemas dan takut saat bertemu orang tuanya.
c. Konsep diri:
a) Citra diri/body image : Klien mengatakan kini dirinya sering pulang malam, jarang berangkat kuliah, jarang solat, tidak pernah mengikuti pengajian, sekarang sering melepas jilbabnya ketika pergi
b) Identitas : klien mengatakan seorang mahasiswa semester 2, klien mengatakan senang menjadi seorang perempuan.
c) Peran : klien mengatakan beperan menjadi anak pertama dalam keluarga dan menjadi seorang mahasiswa semester 2 aktif, selama dirawat klien jarang untuk masuk kuliah.
d) Ideal diri : klien mengatakan ingin kembali mengikuti pengajian yang ada di kampungnya, ingin kembali solat tepat waktu, meningkatkan doanya, dan melaksanakan apa yang diperintahkan Tuhan YME.
e) Harga diri : klien dirinya tidak berguna 8. Pola Mekanisme Koping
Menjelaskan tentang pola koping, toleransi terhadap stress dan support sistem.
a. Bagaimana pasien dalam mengambil keputusan (sendiri atau dibantu):
klien mengatakan mengambil keputusan sendiri.
b. Yang dilakukan jika menghadapi masalah (misal: memecahkan masalah , mencari pertolongan/beerbicara dengan orang lain, makan, tidur, minum obat-obatan, marah, diam dll): klien mengatakan meminta
pertolongan untuk memecahkan masalah dengan berkonsultasi dengan dokter/perawat.
c. Bagaimana upaya klien dalam menghadapi masalahnya sekarang: klien berkonsultasi dengan dokter dan perawat.
d. Menurut klien apa yang dapat dilakukan perawat agar pasien merasa nyaman: memberikan edukasi dan asuhan keperawatan yang mampu membantu gangguan dalam dirinya.
9. Pola Seksual-Reproduksi
a. Bagaimana pemahaman klien tentang fungsi seksual : klien mengatakan paham.
b. Adakah gangguan hubungan seksual disebabkan oleh berbagai kondisi (fertilitas, libido, ereksi, menstruasi, kehamilan, pemakian alat kontrasepsi): klien mengatakan tidak ada gangguan.
c. Adakah permasalahan selama melakukan aktifitas seksual (ejakulasi dini, impotent, nyeri selama berhubungan, perdarahan dll) terutama terkait dengan penyakit yang diderita : klien mengatakan belum pernah melakukan aktivitas seksual.
d. Pengkajian pada perempuan terutama pada klien dengan masalah tumor atau keganasan system reproduksi.
- Riwayat menstruasi (keteraturan, keluhan selama menstruasi) : klien mengatakan riwayat menstruasi teratur.
- Riwayat kehamilan (jumlah kehamilan, jumlah kelahiran, jumlah anak) : klien belum pernah hamil.
- Riwayat pemeriksaan ginekologi misal pap smear : klien belum pernah melakukan pemeriksaan.
10. Pola Peran-Berhubungan dengan orang lain
a. Kemampuan pasien dalam berkomunikasi (relevan, jelas, mampu mengekspresikan, mampu mengerti orang lain) : klien mampu dengan baik dalam menjalan komunikasi dengan orang lain.
b. Siapa orang yang terdekat dan lebih berpengaruh pada klien : klien mengatakan orang terdekatnya adalah temannya.
c. Kepada siapa klien meminta bantuan bila mempunyai masalah : klien cenderung memendam perasaannya sendiri dan apabila sudah merasa bingung klien langsung berkonsultasi dengan perawat.
d. Adakah kesulitan dalam keluarga (hubungan dengan orang tua, hubungan dengan saudara, hubungan perkawinan) : klien mengatakan sekarang ia sedang dimarahi dan diancam akan diusir oleh orang tuanya apabila masih berhubungan dengan pacarnya.
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
a. Bagaimana klien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaan.
Klien mengatakan selama berpacaran dengan Sdr. E, sekarang ia jarang solat, tidak pernah mengikuti pengajian, bahkan sekarang sering melepas jilbabnya ketika pergi bersama Sdr E.
b. Masalah yang berkaitan dengan aktifitasnya tersebut selama dirawat.
Klien mengatakan tidak ada masalah dan sudah mulai memperbaiki ibadahnya.
c. Adakah keyakinan atau kebudayaan yang dianut pasien yang bertentangan dengan kesehatan: klien mengatakan tidak ada.
d. Adakah pertentangan nilai/keyakinan/kebudayaan terhadap pengobatan yang dijalani: klien mengatakan tidak ada pertentangan nilai/keyakinan/kebudayaan dalam pengobatan.
C. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe) 1. Kesadaran : Composmentis
2. Penampilan : klien tampak tegang, konsetrasi kurang, tampak bersedih dan lemas 3. Tanda-tanda vital : TD 180/110 mmHg, nadi 88 x /menit, pernapasan 22 x/menit, suhu
36,7oC
4. Keluhan fisik : Pada pemeriksaan neurologis ditemukan hemiparese sinisitra dengan kekuatan 1, parase nervus VII sinistra dan XII dextra.
5. Pasien mengalami kelemahan pada anggota tubuh bagian kiri dengan kekuatan otot sebesar : ekstremitas kanan 5555/5555 sedangkan ekstremitas kiri 3333/3333.
D. Psikososial
1. Konsep diri
a. Gambaran diri : klien mengatakan tidak senang dengan tubuhnya karena kehilangan fungsi tubuhnya
b. Identitas diri : klien mengatakan puas sebagai perempuan c. Peran diri : klien menikmati perannya sebagai seorang ibu
d. Ideal diri : klien mengatakan ingin segera sembuh dari penyakitnya supaya cepat pulang
e. Harga diri : klien merasa sedih dengan kondisinya saat ini dan menyalahkan diri sendiri
Masalah keperawatan: Harga Diri Rendah E. Status Mental
1. Pembicaraan
Klien berbicara dengan mudah dimengerti tetapi masih tegang 2. Afek
Afek klien sesuai karena ada perubahan roman muka saat menceritakan sedih ataupun gembira
3. Interaksi selama wawancara
Saat diajak berbicara klien kooperatif 4. Proses / arus pikir
Pembicaraan mudah diajak berkomunikasi 5. Isi pikir
Isi pikirnya (obsesi) karena pasien ingin sembuh karena kehilangan fungsi tubuh 6. Memori
a. Gangguan daya ingat jangka panjang: Tidak memiliki masalah b. Gangguan daya ingat jangka pendek: Tidak memiliki masalah c. Gangguan daya ingat saat ini: Tidak memiliki masalah
7. Tingkat konsentrasi dan berhitung a. Mudah dialihkan: ya
b. Konsentrasi klien kurang
F. Analisa Data
Tgl/jam Data fokus Problem Etiologi TTD
16/03/2024 DS: Keluarga mengatakan pasien menjadi malas makan dan susah tidur karena kejadian ini. Pasien mengalami berduka situasional karena efek negatif, dan
mengalami peristiwa kehilangan sekunder akibat penyakit yang dialami klien, yaitu kehilangan fungsi tubuh yang dialami
DO:
- Pasien menyalahkan diri sendiri dan cenderung menyesal karena senang makan ikan asin dan gorengan
- Merasa tidak ada harapan karena tidak dapat
beraktivitas seperti dulu - konsentrasi kurang
- tampak bersedih dan lemas
Berduka (D.0081)
Kehilangan fungsi tubuh
16/03/2024 DS: Pasien menyalahkan diri sendiri dan cenderung menyesal karena senang makan ikan asin dan gorengan
DO:
Gangguan Citra Tubuh (D.0083)
Perubahan fungsi tubuh (penyakit)
- Kehilangan fungsi tubuh berubah
16/03/2024 DS: Pasien tidak dapat beraktivitas seperti dulu lagi seperti menjaga warung , pergi ke pasar, menjaga cucu dan pergi ke pengajian.
DO:
- Klien masih tampak tegang saat diajak berinteraksi
- Konsentrasi kurang - Lemas
Harga Diri Rendah Situasional (D.0087)
Perubahan pada citra tubuh
G. Diagnosa Keperawatan
1. Berduka b.d kehilangan fungsi tubuh (D.0081)
2. Gangguan Citra Tubuh b.d Perubahan fungsi tubuh (penyakit) (D.0083) 3. Harga Diri Rendah b.d Perubahan pada citra tubuh (D.0087)
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Berduka b.d kehilangan fungsi tubuh (D.0081) H. Intervensi Keperawatan
Tanggal Diagnosa
Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Planning
16/03/2024 Berduka b.d kehilangan fungsi tubuh (D.0081)
Tingkat Berduka (L.09094) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat berduka membaik dengan kriteria hasil :
- Verbalisasi
Dukungan Proses Berduka (l.09274)
Observasi
- Identifikasi kehilangan yang dihadapi
kehilangan meningkat
- Verbalisasi perasaan berguna meningkat - Verbalisasi perasaan
sedih menurun - Verbalisasi perasaan
bersalah atau menyalahkan menurun - Panik menurun - Pola tidur membaik
- Identifikasi proses berduka yang dialami
- Identifikasi sifat keterikatan pada benda yang hilang atau oaring yang meninggal Terapeutik
- Tujukan sikap menerima dan empati
- Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan
kehilangan - Motivasi untuk
menguatkan dukungan keluarga atau orang terdekat - Fasilitasi
melakukan kebiasaan sesuai dengan budaya, agama dan norma sosial
- Fasilitasi mengepresikan perasaan dengan cara yang nyaman
(mis. Membaca buku, menulis, menggambar atau bermain)
- Diskusikan strategi koping yang dapat digunakan
Edukasi
- Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap mengingkari, marah, tawar- menawar, depresi, dan menerima adalah wajar dalam menghadapi kehilangan - Anjurkan
mengindentifikasi ketakutan terbesar pada kehilangan - Anjurkan
mengekspresikan perasaan tentang kehilangan
Ajarkan melewati proses berduka secara bertahap
H. Implementasi
Hari/tgl/jam Dx. Kep Implementasi Respon TTD
16/03/2024 Berduka b.d kehilangan fungsi tubuh (D.0081)
- Identifikasi kehilangan yang dihadapi
- Identifikasi proses berduka yang dialami
S: pasien mengatakan ketika dirumah terjatuh dan tidak bisa bergerak sehingga kehilangan fungsi tubuh O: pasien tegang
- Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan
kehilangan
S: pasien mengatakan merasa sedih karena kehilangan fungsi tubuhnya
O: pasien tampak sedih dan lemas
17/03/2024 Berduka b.d kehilangan fungsi tubuh (D.0081)
- Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang terdekat
S: keluarga pasien
mengatakan bahwa mereka sanngat men support supaya pasien bisa sembuh lagi O: keluarga pasien tampak selalu ada di dekat pasien dan memberikan semangat
- Fasilitasi mengepresikan perasaan dengan cara yang nyaman (mis.
Membaca buku, menulis, menggambar atau bermain)
S: pasien mengatakan nyaman Ketika mengobrol saja Ketika mengungkapkan perasaan
O: pasien tampak antusias dan semangat Ketika mengekspresikan perasaannya 18/03/2024 Berduka b.d
kehilangan
- Anjurkan
mengindentifikasi
S: Pasien mengatakan jika tubuhnya tidak bisa gerak
fungsi tubuh (D.0081)
ketakutan terbesar pada kehilangan
maka tidak bisa jaga warung, ke pasar dan pengajian
O: pasien tampak sedih dan menundukkan kepala - Anjurkan
mengekspresikan perasaan tentang kehilangan
S: pasien mengatakan dengan mengekspresikan
perasaannya bisa lebih tenang O: pasien bercerita terus menerus
I. Evaluasi
Hari/tgl/jam Dx. Kep Evaluasi
16/03/2024 Berduka b.d kehilangan fungsi tubuh (D.0081)
S: Keluarga mengatakan pasien menjadi malas makan dan susah tidur karena kejadian ini. Pasien mengalami berduka situasional karena efek negatif serta peristiwa kehilangan sekunder akibat penyakit yang dialami klien, yaitu kehilangan fungsi tubuh yang dialami klien
O: Pasien masih tampak tegang saat berinteraksi, konsentrasi kurang, mulut tampak kering, tampak bersedih dan lemas
A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi
- Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang terdekat
17/03/2024 Berduka b.d kehilangan S: Pasien mengatakan jika sekarang sudah
fungsi tubuh (D.0081) sedikit demi sedikit makan dan sudah bisa tidur meskipun sering terbangun.
O: Pasien masih tampak sedikit tegang saat berinteraksi, konsentrasi sudah sedikit membaik, dan tampak lebih tenang
A: Masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi
- Anjurkan mengindentifikasi ketakutan terbesar pada kehilangan
- Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang kehilangan 18/03/2024 Berduka b.d kehilangan
fungsi tubuh (D.0081) S:
- Pasien mengatakan jika sekarang sudah bisa makan dan sudah bisa tidur
- Pasien mengatakan jika sekarang sudah menerima kehilangan atas fungsi tubuhnya
- Pasien mengatakan sudah bisa ikh las
O:
- Pasien tampak ceria - Pasien tampak tenang
- Pasien sudah tidak murung dan sedih lagi
A: Masalah teratasi P: Hentikan intervensi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi
tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P. &. (2006). ajar fundal mental keperawatan konsep, proses, dan praktik. Jakarta.
PPNI. (2016). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia ; Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta.
PPNI. (2016). Standart Luaran Keperawatan Indonesia ; Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta.
PPNI. (2016). Standart Luaran Keperawatan Indonesia ; Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta.