KORUPSI DAN INTEGRITAS
Korupsi
Disebut kejahatan luar biasa karena dari segi korupsi mempunyai dampak negatif yang dapat membahayakan bangsa dan negara. Korupsi merupakan tindak pidana yang tidak hanya dapat merugikan bangsa dan negara, namun juga dapat merugikan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Faktor penyebab korupsi
Adanya kondisi seseorang mengalami tekanan pada aspek finansial berpotensi membuka ruang untuk mengambil jalan pintas, termasuk melakukan korupsi. Biaya politik yang besar dari sistem pemilihan langsung menciptakan peluang terjadinya korupsi.
Tindak Pidana Korupsi dalam Peraturan
21 Tahun 2001, yang dimaksud dengan suap, pengembalian, atau pengembalian seorang pejabat atau orang lain selain pejabat yang bertugas menjalankan jabatan publik secara terus-menerus dalam suatu jangka waktu dengan sengaja melakukan penggelapan atau memberi izin kepada orang lain untuk mengambil atau menggelapkan atau membantu pelaksanaan jabatannya. perbuatan uang atau surat berharga yang dipegang karena jabatannya. Unsur yang termasuk gratifikasi adalah pejabat atau pejabat yang menerima gratifikasi berkaitan dengan jabatannya dan tidak sesuai dengan kewajibannya.
Modus Korupsi
Seiring berjalannya waktu, pemberian tip sudah menjadi kebutuhan bagi para penguasa yang tanpa menyadari bahwa gratifikasi diberikan sesuai permintaan, gratifikasi tersebut telah berubah menjadi pemerasan. Sebaliknya, dengan memberi tip, pejabat atau pihak berwenang merasa berkewajiban untuk menyadari pesan tersirat di balik pemberian tip.
Integritas
Singkatnya, 'integritas' adalah sikap tegas, kuat dan berani untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral dan keyakinan subjek tentang apa yang menjadi kewajiban moral untuk dilakukan. Nilai sederhana dapat diartikan sebagai sikap yang tidak berlebihan terhadap sesuatu atau suatu benda serta mementingkan manfaat dan tujuannya.
Korupsi dan Integritas
Integritas yang dimiliki masyarakat dalam melaksanakan pekerjaannya dapat mencegah terjadinya korupsi pada suatu lembaga atau organisasi. Dengan kualitas integritas yang dimiliki, secara bertahap besar kemungkinan korupsi sebagai penyakit sosial di Indonesia dapat diatasi atau dikurangi.
HAKIKAT PENYEBAB KORUPSI
Faktor Penyebab Korupsi di Indonesia
Rata-rata PNS yang terlibat kasus korupsi berpendidikan tinggi, dan pendidikan tinggi seharusnya mencegah mereka terlibat korupsi.Kats dan Hans berpendapat bahwa peran akademisi terkesan paradoks. Salah satu sanksi pidana yang lebih lemah dibandingkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
Teori Penyebab Korupsi
Dari segi kredibilitas, upaya pemberantasan korupsi yang hanya fokus pada pembangunan moral sudah tidak bisa dipercaya lagi. Korupsi lebih mungkin terjadi jika sistem yang ada lemah, namun sebaliknya korupsi tidak akan terjadi jika sistem sudah terorganisir dengan baik.
DAMPAK MASIF KORUPSI
- Pendahuluan
- Dampak Korupsi terhadap Ekonomi
- Penurunan Produktivitas
- Penurunan Pendapatan Negara dari
- Peningkatan Hutang Negara
- Penurunan Pertumbuhan Ekonomi dan
- Ketimpangan Pendapatan
- Dampak Korupsi terhadap Sosial dan
- Dampak Korupsi terhadap Birokrasi
- Matinya Etika Sosial
- Birokari Tidak Efisien
- Hilangnya Fungsi Pemerintah
- Dampak Korupsi terhadap Penegakan Hukum
- Dampak Korupsi terhadap Politik
- Dampak Korupsi terhadap Pertahanan dan
- Dampak Korupsi terhadap Lingkungan
Kembangkan gaya manajemen yang selalu berubah yang meminimalkan risiko bagi orang-orang yang terlibat dalam korupsi “kecil” dan mendapat dukungan dari tokoh politik, namun dipandang oleh masyarakat luas sebagai program yang adil dan masuk akal untuk situasi yang ada. Agenda reformasi utama yang diamanatkan bangsa Indonesia adalah pemberantasan korupsi, tindakan ini sudah mengakar dan menjadi bahaya tersembunyi yang semakin menggerogoti perilaku masyarakat.
TIPOLGI KORUPSI
Jenis-jenis Tindak Pidana Korupsi
Jenis tindak pidana korupsi menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2001 meliputi perbuatan.
Bentuk-bentuk Perbuatan Korupsi
Jenis – Jenis Perbuatan Korupsi
Korupsi material adalah korupsi yang berkaitan dengan manipulasi di bidang perekonomian dan menyangkut kepentingan umum, yang meliputi 1) manipulasi keuangan dan keputusan-keputusan yang membahayakan perekonomian sering berkarakter korupsi; (b) Kondisi ini sering diterapkan pada kesalahan pengambilan keputusan pejabat di bidang perekonomian publik; c) Pembayaran terselubung dalam bentuk hadiah, biaya hukum, pekerjaan, bantuan kepada kerabat, pengaruh sosial atau hubungan yang mengancam kepentingan dan kesejahteraan umum, dengan atau tanpa tersirat pembayaran uang, biasanya dianggap korupsi. Oleh karena itu, korupsi yang menyangkut masalah suap, yaitu yang berkaitan dengan manipulasi di bidang perekonomian dan yang menyangkut bidang kepentingan umum, adalah korupsi yang bersifat materil. Korupsi dalam jabatan melibatkan penjualan suara dalam keputusan atau keputusan legislatif, administratif atau yudikatif yang melibatkan pemerintah.
Modus-Modus Korupsi
Tujuan pendidikan antikorupsi adalah: pembentukan pengetahuan dan pemahaman mengenai berbagai bentuk korupsi dan aspek-aspeknya. Ada tiga model penyelenggaraan pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai antikorupsi yang dapat diterapkan di sekolah, yaitu; Kelebihan model ini adalah seluruh guru bertanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai antikorupsi pada siswa.
HANCURNYA KEADABAN BANGSA
Redupnya Masa Depan Bangsa
- Hilangnya keinginan untuk berbuat yang
- Pragmatisme dan primordialisme
- Kerja tanpa Visi
Pendidikan antikorupsi merupakan upaya pengendalian dan pemberantasan korupsi yang berupa upaya umum untuk mendorong generasi mendatang agar mengembangkan sikap penolakan tegas terhadap segala bentuk korupsi. Penanaman nilai-nilai antikorupsi dalam pendidikan antikorupsi juga dapat dilaksanakan secara terpadu pada semua mata pelajaran. Kelemahan model ini adalah pemahaman dan persepsi terhadap nilai-nilai antikorupsi yang akan ditanamkan harus jelas dan sama bagi seluruh guru.
PENGERTIAN ANTIKORUPSI
Pengertian Antikorupsi
Tentang pencegahan, bagaimana meningkatkan kesadaran individu bahwa itu bukan korupsi, dan bagaimana menghemat uang dan barang milik negara. Menyempurnakan peraturan perundang-undangan yang ada untuk mengantisipasi perkembangan korupsi dan menutup celah hukum atau karet gelang yang sering digunakan pelaku korupsi untuk menghindari hukum; Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pemerintah yang paling mudah mengarah pada korupsi dan meninjau undang-undang dan prosedur administrasi terkait;
Nilai-Nilai Antikorupsi
- Kejujuran
- Tanggung Jawab
- Keberanian
- Keadilan
- Keterbukaan
- Kedisiplinan
- Kesederhanaan
- Kerja keras
- Kepedulian
Nilai keberanian dalam kehidupan sekolah dan kampus dapat diwujudkan melalui indikator berani mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan, berani membela kebenaran dan keadilan, betapapun pahitnya, dan berani mengakui kesalahan. Nilai keadilan dalam kehidupan sekolah dan kampus dapat diwujudkan melalui sikap dan perilaku tidak memilih teman dalam pergaulan, memuji teman yang berprestasi, dan tidak meremehkan atau mempermalukan teman. Wujud kehidupan disiplin dalam kegiatan sekolah dan kampus, antara lain mempelajari sesuatu dengan cermat, mengerjakan sesuatu berdasarkan perencanaan yang matang, dan menyelesaikan tugas tepat waktu.
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
- Pengertian Pendidikan Antikorupsi
- Tujuan Pendidikan Anti Korupsi
- Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi
- Peran Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan antikorupsi merupakan tindakan pengendalian dan pemberantasan korupsi yang berupa upaya umum untuk mendorong generasi mendatang agar mengembangkan sikap penolakan tegas terhadap segala bentuk korupsi. Pendidikan antikorupsi melalui jalur pendidikan lebih efektif karena pendidikan merupakan proses perubahan sikap mental. yang terjadi pada seseorang dan melalui jalur tersebut lebih sistematis dan terukur yaitu perubahan perilaku antikorupsi. Pendidikan antikorupsi melalui jalur pendidikan lebih efektif, karena pendidikan merupakan suatu proses perubahan sikap mental yang terjadi pada diri seseorang dan melalui cara tersebut lebih sistematis dan mudah diukur yaitu perubahan perilaku antikorupsi.
BUDAYA ANTIKORUPSI
Transparansi
Transparansi dalam konteks budaya antikorupsi dapat dimaknai sebagai keterbukaan akses terhadap informasi publik berupa kebijakan dan keputusan yang diambil pemerintah untuk masyarakat. Hal ini membantu menjaga kepercayaan masyarakat dan meningkatkan partisipasinya dalam memberikan pendapat yang konstruktif agar kebijakan tersebut terarah. diambil. Hal ini sejalan dengan pernyataan Kierkegaard bahwa tujuan akhir transparansi adalah upaya menjaga integritas pemerintahan: “Pemerintahan yang baik harus dilihat sebagai sesuatu yang harus dilakukan. Hal ini membantu membatasi ruang lingkup pelaku korupsi, meningkatkan akuntabilitas pemerintah dan lembaga publik, membangun kepercayaan publik, dan meningkatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan.
Integritas
Dalam hal ini, pendidikan dan pelatihan mengenai integritas dan antikorupsi dapat membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya integritas. Instansi juga dapat menerapkan praktik bisnis yang transparan dan bertanggung jawab serta memastikan seluruh karyawan memahami dan menyetujui kode etik lembaga yang mencakup nilai-nilai integritas dan anti korupsi. Masyarakat, pemerintah, lembaga dan organisasi masyarakat sipil harus bekerja sama untuk memperkuat integritas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya integritas dalam upaya antikorupsi.
Akuntabilitas
Membangun budaya antikorupsi yang kuat memerlukan upaya dan komitmen yang kuat dari semua pihak. Ketika seseorang atau lembaga merasa harus bertanggung jawab atas tindakannya, mereka cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan dan bertindak dengan integritas.
Partisipasi
Hal ini dapat dilakukan melalui kampanye sosial, seminar, diskusi dan pengembangan program pelatihan. Hal ini dapat dilakukan dengan membuka ruang partisipasi dan... membuka informasi mengenai kebijakan dan program pemerintah. Dengan partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan dan pengawasan kebijakan, tindakan korupsi dapat dihindari dan kebijakan yang lebih transparan dan akuntabel dapat dihasilkan.
Keadilan
Nilai-nilai antikorupsi dapat ditanamkan melalui beberapa topik atau subtopik yang berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan. Hak untuk menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada aparat penegak hukum yang menangani kasus korupsi; Masyarakat juga mempunyai hak dan tanggung jawab untuk menyampaikan saran dan pendapat kepada penegak hukum atau Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai tindak pidana korupsi.
STRATEGI PEMBERANTASAN KORUPSI
Budaya Malu Sebagai Strategi Kebijakan Anti
John Braithwaite menyatakan bahwa publikasi dapat menjadi strategi ampuh untuk mempermalukan penulis. Dari berbagai pendapat para ahli di atas, tidak berlebihan jika mempertimbangkan mempermalukan pelaku kejahatan kerah putih sebagai salah satu cara untuk mengatasi fenomena tersebut. Terkait erat dengan rasa malu pada penulis, menarik untuk dikemukakan pandangan teoritis John Braithwaite.
Pendidikan Anti Korupsi Sebagai Strategi
- Model Terintegrasi dalam mata pelajaran
- Model di Luar Pembelajaran Melalui
- Model Pembudayaan, Pembiasaan Nilai
Gerakan bersama antikorupsi ini akan memberikan tekanan kepada aparat penegak hukum dan memberikan dukungan moral kepada KPK agar lebih semangat menjalankan tugasnya. Pemahaman nilai kehidupan antikorupsi pada peserta didik tidak hanya bersifat informasional-kognitif saja, namun diterapkan pada setiap mata pelajaran. Pembiasaan yang baik tidaklah mudah dan terkadang membutuhkan waktu yang lama untuk menanamkan nilai-nilai antikorupsi melalui pembiasaan pada peserta didik. Namun sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan juga sulit diubah.
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
Hak dan Tanggung Jawab Masyarakat
Pasal 4 menyatakan bahwa setiap orang, organisasi kemasyarakatan, atau lembaga swadaya masyarakat berhak memperoleh pelayanan dan jawaban dari penegak hukum atau KPK atas keterangan, usul, atau pendapat yang disampaikan kepada penegak hukum atau komisi. Penegak hukum atau komisi wajib memberikan jawaban lisan atau tertulis terhadap keterangan, usulan atau pendapat seseorang, organisasi masyarakat, atau lembaga swadaya masyarakat dalam jangka waktu paling lama. Dalam hal tertentu, penegak hukum atau komisi dapat menolak memberikan muatan informasi atau memberikan tanggapan terhadap usulan atau pendapat yang disampaikan oleh individu, organisasi masyarakat, atau lembaga swadaya masyarakat, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemberian Penghargaan
Firma Sulistiyowati, (2007), Pengaruh Kepuasan Gaji dan Budaya Organisasi Terhadap Persepsi Aparatur Pemerintah Daerah Terkait Tindak Pidana Korupsi, Jurnal Akuntansi dan Audit Indonesia, Volume 11, Nomor 1. IGM Nurdjana, (2009), Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi, Yogyakarta: Total Media. 2021) Memahami penafsiran pasal tindak pidana korupsi. Putu Ariesta Wiryawan dan Made Tjatrayasa, (2016), Analisis Hukum Penyebab Tindak Pidana Korupsi, Jurnal Kertha Wicara, Volume 5 Nomor 2.