PENDIDIKAN YANG
BERPIHAK PADA MURID
Sebuah Perwujudan Pemikiran Ki Hajar Dewantara sesuai dengan Konteks Diri Murid dan Sosial Budaya di daerah asal
Setiya Rina Endah Susilaningsih CGP Angk. 9 Kab. Pacitan
Mengenal Dasar- Dasar Pemikiran
Ki Hajar Dewantara
Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara berfokus pada :
Bagaimana menjadi manusia merdeka?
Apa itu Pembelajar Merdeka?
“Pembelajar Merdeka” adalah pembelajar
yang dapat menginternalisasi semboyan “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun
Karsa, Tut Wuri Handayani”.
Asas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam
masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan。
Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin.
Sedangkan
Pendidikan(opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala
kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik
sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Dasar Dasar Pendidikan yang Menuntun
KHD menjelaskan bahwa tujuan
pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan
Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai
‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang
‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’
agar anak dapat menemukan
kemerdekaannya dalam belajar. 。
Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
Kodrat Zaman
kodrat zaman
berkaitan dengan
“isi” dan “irama”
Kodrat Alam
Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan
“bentuk” lingkungan di mana anak berada
Kekuatan Sosio Kultural
Kekuatan sosio-kultural menjadi proses ‘menebalkan’
kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar.
Pendidikan bertujuan untuk menuntun
(memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya untuk menjadi manusia seutuhnya. Jadi anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa.
Dalam Cipta; dapat mengenali, memahami dan menyimpulkan budaya lokal daerahnya, Dalam Rasa; perubahan hati terhadap budaya yang dilakukan atau dilihatnya, Dalam Karsa; Kehendak, kemauan /dorongan alami dari dalam diri untuk melakukannya
Cipta, Rasa dan Karsa
dalam Pemikiran KHD
Budi Pekerti
Cipta, Rasa dan Karsa melahirkan Budi Pekerti
Budi Pekerti menurut KHD merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau
kemauan sehingga menimbulkan tenaga (Keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya).
Pentingnya Budi Pekerti di Sekolah
Murid membutuhkan tuntunan yang dapat menumbuhkan budi
pekerti yang baik dalam kehidupannya. Melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya
(kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain. Selain itu dapat membentuk kepribadian, karakter, watak dan akhlak yang baik serta terpuji.
Bagaimana Budi Pekerti
dikontekstualkan di sekolah?
1. Melalui kegiatan Pembelajaran 2. Melalui Pembiasaan
3. Melalui Tata Tertib Sekolah
4. Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
Sabtu Santun
pembelajaran berbahasa jawa
Permisi/nuwun sewu: lewat depan guru, masuk kantor
guru, kelas lain
Salim
menyambut kehadiran guru
Kotak dosa;
denda berbicara kotor/saru
Beberapa Contoh Penerapan Budi Pekerti Sesuai Konteks Sosio Kultural Jawa yang Dapat Diterapkan di Sekolah
Terima Kasih
Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa,
Tut wuri handayani (Ki Hajar Dewantara}