PENDAHULUAN
Latar Belakang
- Rumusan Masalah
- Faedah Penelitian
Kemudian anggota Polres Fakfak meminta masyarakat menurunkan Bendera Bintang Kejora, namun tidak dihiraukan oleh masyarakat yang tergabung dalam OPM. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana makar dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora dengan senjata tajam? Bagaimana penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana makar pengibaran bendera Bintang Kejora bersenjatakan senjata tajam di pusat Kota Fakfak (analisis putusan Pengadilan Negeri Fakfak nomor: .56/Pid.B/2020 /PN ffk).
Tujuan Penelitian
Definisi Operasional
Jika melihat aturan hukum dalam KUHP saat ini, maka perbuatan makar tingkat tinggi diatur dalam Pasal 104, Pasal 106, dan Pasal 107. Pasal 104 KUHP berbunyi: “Pengkhianatan dengan maksud membunuh atau memakzulkan Presiden atau wakil presiden kebebasannya atau merampas kekuasaan presiden atau wakil presiden untuk memerintah, diancam dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara untuk jangka waktu paling lama dua puluh tahun.” Jika dicermati, pasal 104 menjelaskan bahwa unsur makar dalam pasal ini bersifat membunuh, merampas kemerdekaan presiden, menghilangkan kemampuan presiden atau wakil presiden. Pasal 106 berbunyi: “Pengkhianatan dengan maksud agar seluruh wilayah negara atau sebagian jatuh ke tangan musuh atau agar sebagian negara memisahkan diri dari yang lain, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama. " dua puluh tahun."
Keaslian Penelitian
Mahasiswa Universitas Hasanuddin dengan Judul “Tinjauan Hukum Tindak Pidana Makar Dalam Kasus Pengibaran Bendera Bintang Kejora (Studi Putusan No.1303/Pid.B/2019/PN.Jkt.Pst.)” Skripsi ini merupakan penelitian normatif yang mengarah bertujuan untuk menganalisis tindakan pengibaran bendera Bintang Kejora dan orasi seruan referendum pemisahan Papua dari NKRI pada saat demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan pemuda Papua apakah merupakan tindakan makar, dan menganalisis pertimbangan hukum atas tindakan tersebut. hakim dalam putusan Nomor 1303/Pid.B/2019/PN.Jkt.Pst.
Metode Penelitian
- Jenis dan Pendekatan Penelitian
- Sifat Penelitian
- Sumber Data
- Alat Pengumpul Data
Pendekatan perundang-undangan merupakan pendekatan yang dilakukan dengan menelaah seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang sedang ditangani. Seperti permasalahan dalam penelitian ini yaitu penegakan hukum terhadap tindak pidana makar pengibaran bendera Bintang Kejora (analisis putusan nomor 56/Pid.B/20 20/PN Ffk). Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-undangan, berita acara, keputusan pengadilan, dan dokumen resmi pemerintah.
Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah peraturan perundang-undangan dan keputusan pengadilan. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang terdiri atas; buku hukum, jurnal hukum yang memuat asas-asas dasar (hukum), pandangan para ahli hukum (doktrin), hasil penelitian hukum, kamus hukum, ensiklopedia hukum. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku-buku hukum, pandangan para ahli hukum dan karya tulis berupa tesis, disertasi dan jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
Bahan hukum tersier yaitu bahan penelitian yang menjelaskan bahan hukum primer dan sekunder (buku teks non hukum, kamus bahasa dan ensiklopedia). Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi bibliografi, yaitu studi mengenai informasi tertulis tentang hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas.15 5. Dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, digunakan metode analisis kualitatif, 16 yaitu dengan menentukan cara menafsirkan bahan hukum yang telah diolah.
Tujuan penggunaan metode penafsiran ini adalah untuk menafsirkan hukum, apakah bahan hukum khususnya bahan hukum primer mengandung kesenjangan norma hukum, antinomi norma hukum, dan ketidakjelasan norma hukum.
TINJAUAN PUSTAKA
- Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana
- Tinjauan Umum Tentang Pidana Makar
- Tinjauan Tentang Pengibaran Bendera Bintang Kejora
- Tinjauan Tentang Penggunaan Senjata Tajam
Karena kesalahan merupakan salah satu unsur tindak pidana, maka asas kesalahan tidak dapat dipisahkan dari tindak pidana. Jika tindak pidana terpenuhi maka pertanggungjawaban pidana pun terpenuhi, hanya saja orang yang melakukan tindak pidana tersebut, belum tentu akan dihukum. Para ahli hukum pidana yang menganut teori monist melihat pertanggungjawaban pidana dilihat dari terpenuhinya rumusan suatu tindak pidana, yang terdiri dari sikap mental pelaku dan sifat melawan hukum dari perbuatan tersebut. Simons menyatakan bahwa unsur-unsur tindak pidana (strafbaar feit) adalah unsur obyektif dan unsur subyektif 19. Unsur obyektif meliputi: perbuatan orang tersebut, akibat yang terlihat dari perbuatan itu, mungkin ada keadaan-keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu. seperti dalam Pasal 281 hukum pidana, bersifat umum atau.
Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan bahwa hakikat larangan yang dirumuskan adalah dilakukannya suatu perbuatan tertentu. Rumusan tindak pidana formil tidak mensyaratkan dan/atau tidak mensyaratkan timbulnya akibat tertentu dari perbuatan itu sebagai syarat selesainya perbuatan pidana itu, melainkan semata-mata atas perbuatan itu. Demikian pula pelaksanaan suatu tindak pidana materiil tidak bergantung pada luasnya perbuatan yang dilakukan, melainkan bergantung sepenuhnya pada keadaan-keadaan yang memungkinkan timbulnya akibat-akibat yang dilarang itu.
KUHP tidak menyebutkan pengertian Makar, kecuali dalam KUHP disebutkan bahwa perbuatan tertentu dapat dianggap sebagai tindak pidana Makar dan harus dilakukan oleh pelaku pada awal pelaksanaan hingga tindak pidana yang mengakibatkannya. harus, untuk menyelesaikan. 23 Sebagaimana tercantum dalam pasal 87 KUHP. Pasal-pasal dalam KUHP yang mengatur tentang tindak pidana makar terkadang dianggap sebagai alat untuk membungkam sikap kritis masyarakat terhadap pemerintah. Maraknya tindak pidana makar di Indonesia khususnya di wilayah Papua tidak lepas dari adanya konflik atau gejolak sosial, hukum, dan politik di dalam negeri.
Senjata tajam mempunyai beberapa nama tersendiri yang mempunyai arti netral, yang digunakan misalnya parang, golok, pisau, nama netral.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengaturan Tindak Pidana Makar Dalam Peraturan Perundang – Undangan
Pengaturan hukum tindak pidana makar tingkat tinggi di Indonesia dapat dilihat dari beberapa tahapan yang dialami Indonesia. Tahapan-tahapan tersebut memuat tentang instrumen-instrumen hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah sehubungan dengan tindak pidana makar. Tahapan tersebut memuat kondisi sosial, hukum, dan politik yang mempengaruhi pengaturan tindak pidana makar.
Oleh karena itu, rumusan mengenai tindak pidana makar dalam kejahatan keamanan negara yang sebelumnya telah dirumuskan dalam WVS juga digunakan oleh pemerintah Indonesia. Terlihat bahwa pada tahap pertama, pengaturan tindak pidana makar di Indonesia telah dipengaruhi oleh undang-undang yang mengatur tentang kejahatan keamanan negara yang telah dirumuskan sebelumnya dalam WvS, sehingga pada selanjutnya pada tahap kedua, instrumen hukum yang digunakan pemerintah mengenai tindak pidana makar adalah undang-undang no. 20 Tahun 1946 tentang hukuman penjara.
Peraturan mengenai tindak pidana makar tingkat tinggi mengalami perubahan dalam perkembangannya sesuai dengan kondisi negara kesatuan Republik Indonesia. Penerapan hukum pidana terhadap tindak pidana makar yang dilakukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kabupaten Jayawijaya. Indonesia merupakan negara hukum dan demokrasi dimana Hak Asasi Manusia (HAM) bagi warga negara sangat menentukan efektifitas pengaturan tindak pidana makar di Indonesia.
Dari beberapa pasal yang memuat hak asasi manusia, yang berkaitan dengan pengaturan tindak pidana makar dalam konsep negara hukum dan demokrasi terdapat pada Pasal 28. senjata. Penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana makar pengibaran bendera bintang kejora dengan senjata tajam masuk.
Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Makar Atas
Dalam hal ini walaupun kesepakatan mengenai perbuatan makar yang dilakukan oleh pelaku belum dilaksanakan sepenuhnya, namun penyidik dalam hal ini dapat memperoleh hak untuk melakukan penyidikan sebagai upaya pencegahan apabila hendak melakukan tindak pidana makar dalam hal ini. kasus . perkaranya juga diatur dalam Peraturan Perundang-undangan. Ditambahkannya, berdasarkan perjanjian dianggap telah dilakukan tindak pidana makar secara lengkap, sehingga unsur-unsur tindak pidana makar itu sendiri terpenuhi.61. Dalam pembahasan penyidikan tindak pidana makar, maka harus ditinjau kembali makna tindak pidana makar.
Salah satu bentuk makar adalah pengibaran bendera Bintang Kejora dengan senjata tajam di pusat kota Fakfak, Papua. Upaya agar sebagian wilayah Indonesia menjadi negara yang merdeka dan berdaulat terlepas dari pemerintahan Indonesia 63 Dalam persidangan, kuasa hukum terdakwa melakukan pembelaan yang pada pokoknya terdakwa tidak melakukan tindak pidana atau tidak jelas-jelas melakukan makar sebagaimana didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum di Menyatakan bahwa Terdakwa ELI TIGTIGWERIA alias ELIA TIGTIGWERIA telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “baik sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh untuk melakukan, maupun yang turut serta melakukan suatu perbuatan makar dengan maksud untuk menundukkan negara tersebut seluruhnya atau sebagian kepada pemerintah asing atau dengan maksud memisahkan sebagian wilayah tersebut” sebagaimana diatur.
Dalam masa persidangan, Majelis Hakim memeriksa apakah terdakwa secara sah dan materil merupakan pelaku makar yang didakwakan kepadanya, kemudian unsur-unsurnya akan diperiksa lebih lanjut dengan pertimbangan hukum sebagaimana diuraikan di bawah ini. Menyatakan terdakwa Eli Tigtigweria alias Elia Tigtigweria terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ikut serta makar” sebagaimana dalam Dakwaan Pertama. Tindak pidana makar merupakan salah satu bentuk kejahatan yang berkaitan dengan masalah keamanan negara, dimana seseorang yang melakukan makar mempunyai banyak faktor yang mempengaruhi, salah satu faktor utamanya adalah perasaan tidak puas terhadap kekuasaan yang ada.
Penegakan hukum terhadap makar harus ditegaskan agar tidak terjadi makar berikutnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Makar dalam hukum pidana adalah perbuatan melakukan penyerangan dengan maksud membunuh, merampas kemerdekaan Presiden atau Wakil Presiden, dan menjadikannya tidak mampu memerintah. Alasan pelaku mengibarkan bendera Bintang Kejora karena saat itu ingin menyambut HUT OPM yang diperingati setiap tanggal 1 Desember untuk merayakan lahirnya Organisasi Papua Merdeka (OPM), dimana masyarakat Papua pada setiap perayaan HUT OPM yang tergabung dalam OPM mengibarkan Bendera Bintang Kejora sebagai simbol keinginan kemerdekaan Papua. Pasal 106 KUHP menghukum makar dengan maksud memisahkan diri dari suatu daerah atau negara dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
Namun, terdakwa Elia Tigtigweria hanya dijatuhi hukuman satu tahun penjara setelah ditinjau oleh Sidang Pengadilan. Hal ini disebabkan oleh beberapa kali pertimbangan oleh Majelis Hakim terhadap terdakwa selama persidangan berlangsung guna mengambil keputusan yang seadil-adilnya terhadap terdakwa Elia Tigtigweria.
Saran
Judicial review on treason articles of the criminal law: the perspective of legal interpretation and human rights.