• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan model problem based learning (pbl) disertai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "penerapan model problem based learning (pbl) disertai"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DISERTAI VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X

SMAN 2 KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA

Widya Agustina1, Rina Widiana2, Diana Susanti2

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat awidya728@gmail.com

ABSTRACT

The low learning outcomes of biology students of class X SMAN 2 Koto Baru Dharmasraya District. The learning process is done by teachers only using lecture method. This study aims to find out the application of Problem Based Learning model (PBL) along with video on the biology of students in grade X SMA N 2 Koto Baru Dharmasraya Regency. This type of research is experimental research, using Randomized Control Group Posttest only Design design. The population of this study is the students of grade X SMA N 2 Koto Baru Dharmasraya District. Results are assessed from the coadtive, affective and psychomotor domains. The results of research on the domain of cognitive shows that titung 1.92> ttabel 1.67 which means the hypothesis accepted. In the affective domain is tcount 1.54 <ttabel 1.67 which means the hypothesis is rejected. The optimum value of the psychomotor domain is tcount 1.95> ttable 1.67 which means the hypothesis is accepted. Pbl can incres the learning outcomes of cognitive, and psychomotor aspek on material environment pollution in class X SMAN 2 Koto Baru Dharmasraya Regency.

Keywords : Result of learning, environment pollution, learning outcomes affective, coognitive and Psychomotor Domain

PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan sua- tu sistem, yang terdiri atas komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pem- belajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pem-

belajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 19 Juli 2016. Guru mengalami beberapa masalah pada proses pembelajaran yaitu, guru telah melakukan metode ceramah dan diskusi namun siswa kurang bersemangat dalam belajar dan hanya mengandalkan penjelasan guru tanpa belajar terlebih dahulu,

(2)

siswa kebanyakan diam. Saat diberi kesempatan bertanya kepada guru atau memberi jawaban dari pertanyaan guru hanya beberapa siswa yang menjawab atau mau bertanya. Ketika diberi test atau tugas, jawaban siswa hampir sama dan terkadang dengan bahasa yang sama persis, disini dapat diketahui bahwa beberapa siswa masih meng- andalkan contekan temannya dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.

Berdasarkan pada hasil obser- vasi siswa kurang bersemangat untuk mendalami materi yang diajarkan, dapat dilihat dalam proses pembela- jaran dimana siswa kurang berpar- tisipasi sehingga hanya sebagian siswa saja yang berani mengeluarkan idenya untuk bertanya tentang materi. Siswa juga kurang berminat dalam membaca materi yang akan diajarkan karena terlalu banyak konsep dalam pembelajaran biologi, namun beberapa materi yang dianggap mudah oleh siswa dan siswa kurang memperhatikan, sehi- ngga hasil yang didapat tidak maksimal. Materi tersebut adalah pencemaran lingkungan, karena hal

tersebut sangat dekat dengan siswa, namun dari materi tersebut terdapat beberapa komponen yang dianggap sulit atau pemahan yang keliru yaitu, terjadinya peristiwa rumah kaca, peristiwa hujan asam dan berbagai usaha untuk melestarikan lingku- ngan.

Kebanyakan siswa memiliki nilai dibawah KKM (Kreteria Ketun- tasan minimal). KKM yang ditetap- kan di SMAN 2 Koto Baru Kabupaten Dharmasraya adalah 75.

Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian III Semester 2 kelas X SMAN 2 Koto Baru Tahun Pelajaran 2015/2016. Adapun nilai rata-rata ulangan harian III pada materi Pencemaran Lingkungan, siswa kelas X1=72.82, X2=68.04, X3=67.95, X4=67.05.

Untuk mengatasi permasa- lahan tersebut diperlukan alternatif pemecahan masalah, salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir siswa (pena- laran, komunikasi dan koneksi) dalam pemecahan masalah adalah PBL (problem Based learning).

Menurut Tan (2003 dalam Rusman,

(3)

2011) Model Problem Based Learning (PBL) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja klompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinam- bungan. Menurut Arends (2013:101) seluruh siswa berpartisipasi dalam pembelajaran Problem Based Lear- ning (PBL) ketika mereka mempela- jari konten akademis dan keteram- pilan memecahkan masalah dengan terlibat dalam situasi yang nyata.

Untuk menghadirkan situasi yang nyata dengan mengingat keter- batasan waktu dalam pembelajaran, maka diperlukan media yang tepat untuk tercapainya tujuan pembela- jaran. Salah satu media yang tepat untuk menghadirkan situasi yang nyata adalah video. Menurut Pras- towo (2011: 301) yang menyatakan bahwa video termasuk dalam kate- gori bahan ajar audio visual atau bahan ajar padang dengar. Bahan ajar Audio visual dan auditif. Materi auditif di tunjukan untuk merangsang

indera pendengaran. Dengan kom- binasi dua materi ini, pendidik dapat men-ciptakan proses pembelajaran yang lebih berkualitas, karena komu- nikasi berlangsung lebih efektif.

Penelitian ini bertujuan untuk Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Penerapan Model Pro- blem Based Learning (PBL) Disertai Video lebih berpengaruh dari pada penerapan Motode Ceramah dan diskusi terhadap Hasil Belajar Bio- logi Siswa kelas X SMA di SMA Negeri 2 Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilak- sanakan pada bulan Mei 2017 pada kelas X semester II tahun pelajaran 2016/2017 di SMA Negeri 2 Koto Baru Kabupaten Dharmasraya. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Eksperi-men. Penelitian ini menggunakan rancangan Ran- domized Control-Group Posttest Only Design.

Sesuai dengan masalah yang diteliti dan metode yang digunakan, dibutuhkan dua kelas yaitu kelas

(4)

kontrol dan kelas eksperimen.

Teknik pengambilan sampel dengan Purposive Sampling dengan langkah-

langkah sebagai berikut ini.

a) Mengumpulkan nilai rata-rata UH 1 semester II biologi siswa kelas X SMAN 2 Koto Baru Kabupaten Dharmasraya tahun pelajaran 2016/2017.

b) Menghitung nilai rata-rata UH 1 semester II biologi kelas X tahun pelajaran 2016/2017.

c) Mengambil dua kelas yang memiliki rata-rata yang sama atau mendekati sama yang akan menjadi kelas sampel penelitian.

Setelah mendapatkan dua kelas sampel kemudian dilakukan pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan cara diundi, maka yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas X3 dan kelas kontrol adalah X 2

Instrumen penelitian yang di- gunakan dalam penelitian ini adalah penilaian kompetensi sikap, penge- tahuan dan keterampilan. Peni-laian kompetensi sikap berupa lembaran

observasi, penilaian kom-petensi pengetahuan dilakukan berupa soal objektif dan penilaian kompetensi keterampilan pada kelas eksperimen membuat laporan hasil diskusi, sedangkan kelas kontrol membuat resume hasil diskusi. Teknik analisa data yang digunakan pada penilaian kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan berdasarkan Permen- dikbud No 104 2015. Penilaian kom- petensi Afektif, koognitif dan Psiko- motor melalui uji hipotesis (Sudjana, 2005: 239) dan skor rerata yang di- konversikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh data hasil be- lajar biologi siswa pada kedua kelas sampel yang terdiri dari tiga ranah yaitu ranah afektif, ranah kognitif, dan ranah psikomotor.

(5)

Tabel 1. Tabel Skor Dan Predikat Hasil Belajar Untuk Setiap Kompetensi Kompetensi Uji Hipotesis Keterangan Koognitif Kelas ekperiment > Kelas

Kontrol 1,92 > 1,67

Thitung > Ttabel

Hipotesis diterima Afektif Kelas ekperiment > Kelas

Kontrol 1,54 < 1,67

Thitung < Ttabel

Hipotesis ditolak Psikomotor Kelas ekperiment > Kelas

Kontrol 2,20 > 1,67

Thitung > Ttabel Hipotesis diterima 1. Ranah Koognitif

Dari hasil uji-t didapatkan thitung

=1,92 dan ttabel = 1,67 dengan demikian thitung > ttabel, maka hipotesis diterima.

Hasil Penilaian Ranah Koognitif Pada Kelas Eksperimen Dan Kontrol dapat dilihat dari grafik berikut.

Gambar 1. Rata-Rata Nilai Koognitif Rata-Rata Kelas Ekspe- rimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan persentase ketun- tasan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yaitu sebesar 75% dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL), terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen, hal ini didukung oleh pendapat Destalia (2014:222) menjelaskan bah-wa pembelajaran menggunakan mo-del Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aspek koognitif adan psikomotor. Nilai standar yang ditetapkan oleh sekolah dimata pela- jaran Biologi adalah 75. Jadi pada kelas ekperimen bahan pelajaran yang diajarkan sudah dikuasai oleh peserta didik dengan nilai rata-rata 76,15.

Tahap pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model pem- belajaran berbasis masalah (Problem based learning). Menurut Arends (2013: 113) ada lima tahapan pembelajaran pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning), tahap 1: Orientasi siswa pada masalah, tahap 2: mengorganisasikan siswa untuk belajar, tahap 3: membantu

Rata-Rata Nilai

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

76,15 72,29

Eksperimen Kontrol

(6)

penelitian klompok, tahap 4:

mengembangkan dan menyajikan laporan, tahap 5: menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah

Pada kelas kontrol dengan menerapkan pembelajaran model cera- mah dan diskusi ketuntasan hasil belajar peserta didik yaitu 45,83%.

Menurut Mudlofir dan Evi (2016: 73) salah satu kekurangan metode ceramah adalah kegiatan menjadi verbalisme karena proses penyaji-annya hanya guru yang banyak berbicara, peserta didik hanya mengandalkan kemampuan auditif. Permasalahannya peserta didik memiliki kemampuan yang tidak sama dalam menangkap materi pelajaran melalui pendengaran. Pada kelas kon- trol ketuntasan hasil belajar peserta didik hanya 72,29 berarti bahan yang diajarkan kurang dikuasai oleh peserta didik.

1. Ranah Afektif

Dari hasil uji-t didapatkan thitung

=1,54 dan ttabel = 1,67 dengan demikian thitung > ttabel, maka hipotesis ditolak.

Hasil Penilaian Ranah Afektif dapat dilihat dari grafik berikut.

Gambar 2. Rata-Rata Nilai Afektif Siswa pada Masing- masing Indikator.

Selama proses belajar pem- belajaran berlangsung penilaian ranah afektif ini dinilai oleh satu obsever.

Pada ranah afektif terdapat dua indikator penilain yaitu bertanggung jawab dan menghargai pendapat teman dalam proses pembelajaran Pada indi- kator menghargai nilai rata-rata yang didapatkan adalah 58,7 dan pada indikator bertanggung jawab adalah 58,3. Pada kelas eksperimen meng- gunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), sedangkan masalah yang dihadirkan untuk di diskusikan oleh peserta didik disajikan melalui media video, yang mana video tersebut disesuaikan dengan materi pembelajaran setiap pertemuan. Menu-

Menghargai Bertanggung jawab

Rata-Rata Nilai

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

58,7 58,3

47,2 47,2 eksperiment kontrol

(7)

rut Prastowo (2011: 301) yang menya- takan bahwa video termasuk dalam kategori bahan ajar audio visual atau bahan ajar padang dengar. Saat peserta didik tampil untuk diskusi sebagian besar dari peserta didik untuk bertanya dan mengeluarkan ide dan pendapatnya lebih banyak dari pada kelas kontol, meskipun belum secara keseluruhan, ini dikarnakan kebiasaan siswa yang monoton hanya mendengarkan saja.

Pada ranah afektif terdapat dua indikator penilain yaitu bertanggung jawab dan menghargai pendapat teman dalam proses pembelajaran Pada indikator menghargai nilai rata-rata yang didapatkan adalah 47,2 dan pada indikator bertanggung jawab adalah 47,2. Pada kelas kontrol dengan metode ceramah nampak bosan dan kurang memperhatikan saat diterang- kan siswa diam, namun saat ditanya kembali materi yang telah diterangkan siswa banyak diam, begitu pula saat di berikan kesempatan bertanya, hanya peserta didik tertentu yang bisa menjawab pertanyaan dan mau ber- tanya. Hal tersebut didukung pendapat Dharma (2008:14) salah satu kelema- han metode ceramah adalah sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa

sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.Walaupun ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin sisiwa itu paham.

Meski terdapat perbedaan nilai afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol, namun perbedaan tersebut tidak terlalu jauh. Sehingga hipotesis ditolak, karena tidak ada perbedaan yang signifikan, hal tersebut dipeng- aruhi dengan kebiasaan belajar peserta didik yang monoton. Hal tersebut didukung salah satu pendapat Arends (2013 :107) yaitu, model problem based learning (PBL) sangat sederhana dan mudah di pahami gagasan pokoknya, namun pelaksanaan efektif dari model tersebut lebih sulit.

2. Ranah Psikomotor

Dari hasil uji-t didapatkan thitung

=2,20 dan ttabel = 1,67 dengan demikian thitung > ttabel, maka hipotesis diterima.

Hasil Penilaian Ranah Afektif pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat dari grafik berikut.

(8)

Gambar 3. Rata-Rata Nilai Pisikomotor Siswa Pada Masing-masing Indikator.

Menurut Kunandar (2013: 249) ranah psikomotor atau penilaian kom- petensi keterampilan merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima penga- laman belajar tertentu. Pada ranah psikomotor pada kelas eks-perimen terdapat tiga indikator penilain yaitu, (1) kelengkapan laporan diskusi, (2) kesesuaian isi laporan, (3) kerapian, kebersihan dan kejelasan dalam penu- lisan laporan. Pada indikator keleng- kapan laporan diskusi pada kelas eksperimen 70,8, pada indikator kese- suaian isi laporan diskusi pada kelas eksperimen 59,3 dan pada indikator

kerapian, kebersihan dan kejelasan dalam penulisan laporan diskusi pada kelas eksperimen 61,45. Hal ini didu- kung oleh pendapat Astuti (2015:76) model pembelajaran PBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada materi pencemaran ling- kungan. Hal tersebut dapat dilihat pada isi laporan siswa dalam mengiden- tifikasi masalah saat diskusi dikelas eksperimen.

Pada kelas kontrol juga terdapat tiga indikator penilain yaitu, (1) kelengka- pan Resume, (2) kesesuaian isi resume, (3) kerapian, kebersihan dan kejelasan dalam penulisan Resume. Pada indi- kator kelengkapan resume pada ke-las kontrol 38. Pada indikator keleng- kapan resume pada kelas kontrol 60.

Pada indikator kerapian, kebersihan dan kejelasan dalam penulisan resume pada kelas kontrol 41,32. Pada kelas kontrol banyak siswa yang diam saat pembelajaran dengan metode ceramah, kemudian guru memberi kepada peser- ta didik kesempatan untuk bertanya kepada guru dan berdiskusi dengan teman terdekatnya dalam pembuatan resume, namun peserta didik yang bertanya hanya satu atau dua orang saja dan yang lainnya banyak diam, hasil

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

78,3

59,03 61,45 38

60

41,32 Eksperi men Kontrol

Rata-Rata Nilai

Keleng kapan

Kesesu aian

Kebersihan dan kerapian

(9)

resume yang dibuat hanya sebatas ceramah dari guru. Hal tersebut didukung pendapat Dharma (2008:14) salah satu kelemahan metode ceramah yaitu, materi yang dikuasi siswa hanya sebagai hasil dari ceramah akan ter- batas pada apa yang diberikan guru.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning) dapat me- ningkatkan hasil belajar biologi siswa pada materi sistem pencemaran pada ranah kognitif dan psikomotor di kelas X SMAN 2 Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 2013. Belajar Untuk Mengajar. Jakarta: Salemba Humanika.

Arikunto, S. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Astuti, H. R. 2015. Penerapan Problem Based Learning pada Materi Pencemaran Lingkungan Untuk

Meningkatkan Kemampuan Siswa Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas X MIA 3 SMA N Surakarta. Jurnal pendidikan Vol. 7 No.3 Oktober 2015.

(Online). (Diakses 4 Sep- tember 2017)

Dharma, S. 2008. Strategi Pem- belajaran dan Pemilihannya.

Jakarta: Departemen Pen- didikan Nasional

Destalia, Lendy. 2014. Peningkatan Keterampilan Pemecahan Ma- salah dan Hasil Belajar Melalui Penerapan Pembelajaran Ber- basis Masalah (PBM) Dengan Metode Eksperimen pada Mate- ri Pencemaran Ling-kungan.

Jurnal pendidikan Vol. 3 No.4 November 2014. (Online) (Diakses 4 September 2017) Kunandar. 2013. Penilaian Autentik

(Penilaian Hasil Belajar Pe- serta Didik Berdasarkan Kuri- kulum 2013). Depok: Raja- grafindo Persada.

Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif Menciptakan Metode Pembela- jaran Yang Menarik Dan Menyenangkan. Yogjakarta: Di- va Press.

Rusman. 2011. Model-model Pembela- jaran. Jakarta: Rajawali.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika.

Bandung: Tarsito.

Referensi

Dokumen terkait

Keterangan: t = harga t yang dicari = rata-rata nilai tes darikelas eksperimen = rata-rata nilai tes darikelas kontrol = jumlah siswa kelas eksperimen = jumlah siswa kelas kontrol

Hal ini dapat dilihat dari rata- rata hasil belajar siswa dari kelas eksperimen yang menggunakan penerapan model pembelajaran Discovery Learning, yaitu 79,38 dan hasil belajar siswa