• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akidah akhlak pada materi indahnya Al-Asmaa Al-Husna kelas IV MIN 10 Aceh besar

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akidah akhlak pada materi indahnya Al-Asmaa Al-Husna kelas IV MIN 10 Aceh besar"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

165

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akidah akhlak pada

materi indahnya Al-Asmaa Al-Husna kelas IV MIN 10 Aceh besar

Salmawati1*

Diterima: 8 Juni 2020 Disetujui: 30 Juni 2020

Abstract

The purpose of this study was to improve the activities and learning outcomes of the Islamic creed on the beauty of al-asmaa al-husna through the type of make a match cooperative learning model class IV MIN 10 Aceh Besar in the academic year 2018/2019. The learning model used in this classroom action re- search is a make a match type of cooperative learning model. The subjects of this classroom action re- search were students in class IV MIN Aceh Besar. The number of students is 25 students with 13 male students and 12 female students. This class action research was conducted in the 2018/2019 school year.

This class action research was conducted in a period of 3 months, from July 2018 to September 2018 in odd semester. The methodology of this research is classroom action research consisting of two cycles and each cycle consists of two meetings. In each cycle consists of planning, implementation, observation and reflection. The research procedure consisted of pre-research, planning cycle one, implementing cycle one, observing cycle one, reflection cycle one, planning cycle two, implementing cycle action two, observing cycle two and reflection cycle two. Data collection techniques were performed using tests, observation of teacher skills, observation of student activities and student questionnaire responses. Test scores are car- ried out at the end of each lesson in each cycle using the question instrument (written test). Observation data is done by looking at student activity and teacher skills in the learning process. Student response data obtained through a questionnaire. Data were analyzed using percentage descriptive statistics. The results showed that: 1) an increase in completeness of student learning outcomes from 52% in pre-study in- creased to 68% in the first cycle and increased to 92% in the second cycle. 2) Teacher skills have in- creased from 76% and increased to 88% 3) Student learning activities have increased from 76.67% and increased to 93.33%, 4) Positive student responses to teaching and learning activities using the make type cooperative learning model a match. Then it can be concluded that through the application of the make a match type of cooperative learning model increases the activities and learning outcomes of the Morals of the fourth grade students of MIN 10 Aceh Besar in the year

Keywords: Learning outcomes, cooperative learning model type make a match, Akidah Akhlak Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Akidah Akhlak pada indahnya al-asmaa al-husna melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match kelas IV MIN 10 Aceh Besar tahun pelajaran 2018/2019. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV MIN Aceh Besar. Jumlah siswa adalah 25 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 13 orang dan perempuan 12 orang. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2018/2019. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam kurun waktu 3 bulan yaitu dari bulan Juli 2018 sampai dengan bulan September 2018 pada semester Ganjil. Metodologi penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Prosedur penelitian terdiri dari pra penelitian, perencanaan siklus satu, pelaksanaan tindakan siklus satu, pengamatan siklus satu, refleksi siklus satu, perencanaan siklus dua, pelaksanaan tindakan siklus dua, pengamatan siklus dua dan refleksi siklus dua. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes, observasi keterampilan guru, observasi aktivitas siswa dan angket respon siswa. Nilai tes yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus dengan menggunakan instrument soal (tes tertulis). Data observasi

(2)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

166 dilakukan dengan melihat keaktifan siswa dan keterampilan guru dalam proses pembelajaran. Data respon siswa diperoleh melalui angket. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari 52% pada pra penelitian meningkat menjadi 68% pada siklus I dan meningkat menjadi 92% pada siklus II. 2) Keterampilan guru mengalami peningkatan dari 76% dan meningkat menjadi 88% 3) Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari 76,67% dan meningkat menjadi 93,33%, 4) Respon siswa positif terhadap kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Akidah Akhlak siswa kelas IV MIN 10 Aceh Besar tahun pelajaran 2018/2019.

Kata Kunci: Hasil belajar, model pembelajaran kooperatif tipe make a match, Akidah Akhlak

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Proses peningkatan pembelajaran di sekolah ditentukan oleh banyak hal. Proses pembelajaran suatu mata pelajaran akan efektif bagi siswa jika guru memiliki pengetahun tentang objek yang akan diajarkan supaya dalam menyampaikan materi tersebut penuh dengan dinamika dan inovatif. Guru merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Cukup beralasan men- gapa guru mempunyai pengaruh dominan terhadap kualitas pembelajaran, sebab guru adalah sutradara dan sekaligus aktor dalam proses tersebut. Kompetensi profesional yang dimiliki guru sangat dominan mempengaruhi kualitas pembelajaran. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita sekarang ini adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghub- ungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi.

Guru harus mempunyai terobosan atau berani menerapkan metode, strategi yang baru, sehingga kelas tidak terlihat fakum dan peserta didik tidak merasa bosan. Dengan menerapkan model pembelaja- ran baru, siswa dapat lebih bersemangat dalam belajar, aktif dalam kelas baik bertanya, memberikan ide/gagasan, dan lebih berinteraksi lagi dengan lingkungannya (sesama siswa, guru maupun masyarakat).

Mata pelajaran Akidah Akhlak adalah mata pelajaran yang sebagian besar berhubungan dengan hal-hal yang abstrak, sehingga pemilihan metode atau strategi pembelajaran yang tepat sangat penting. Untuk itulah kreatifitas guru mata pelajaran akidah akhlak dalam menerapkan metode pembelajaran dan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan sesuai menjadi sangat penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga makna dari materi pelajaran ini dapat dengan mudah dicerna oleh siswa.

Kenyataan di lapangan, hasil belajar siswa di sekolah MIN 10 Aceh Besar pada materi indahnya al- asmaa al-husna masih rendah. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil ujian tengah semester yang diberikan kepada siswa kelas IV, yang berjumlah 25 siswa, sebanyak 13 siswa (52%) tidak mampu mendapatkan nilai 70 sebagai batas KKM sehingga harus mengikuti remidiasi. Pada umumnya proses pelaksanaan belajar mengajar akidah akhlak di sekolah MIN 10 Aceh Besar, proses pembelajarannya lebih sering diartikan sebagai pendidik menjelaskan materi pelajaran dan siswa mendengarkan secara pasif. Sehing- ga materi yang disampaikan oleh guru kurang mengena dalam diri peserta didik dan tidak dapat ber- tahan dalam jangka waktu yang lama.

Beberapa beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran Akidah Akhlak tersebut, yaitu: siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru, siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran karena metode yang digunakan cenderung membuat peserta didik jenuh seperti:

menghafal, dan mencatat. Guru sebagai pendidik berfungsi sebagai pemicu keberhasilan siswa. Guru harus mengelola kelas dengan baik dengan menerapkan model-model pembelajaran yang membuat siswa tidak bosan dan lebih aktif dalam pembelajaran. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut dan untuk lebih meningkatkan pemahaman konsep serta sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Adapun model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan (Miftahul , 2013:135).

(3)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

167 Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam pembelajaran Akidah Akhlak pada materi indahnya al-asmaa al-husna. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan aktiitas siswa

1.2. Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Akidah Akhlak siswa kelas IV MIN 10 Aceh Besar tahun pelajaran 2018/2019.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Akidah Akhlak pada materi indahnya al-asmaa al-husna siswa kelas IV MIN 10 Aceh Besar tahun pelajaran 2018/2019.

2 . Metode Penelitian

2.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Sardiman (2011:21), “Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa-raga, psikofisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Bedasarkan pendapat ahli lain, Belajar merupakan perubahan pada diri individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya, maupun karakteristik seseorang sejak lahir (Trianto, 2009: 16). Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis jelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Perubahan itu mungkin merupakan suatu penemuan informasi atau penguasan suatu keterampilan yang sudah ada, mungkin pula bersifat penambahan dari informasi atau pengetahuan atau keterampilan yang telah ada. Menurut Trianto (2009: 17),

“Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya”.

Menurut pendapat Sagala (2010: 64). Pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis, melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis jelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Pembelajaran selalu mempunyai hubungan, dengan arti perubahan pada diri siswa, baik perubahan yang meliputi keseluruhan tingkah laku ataupun hanya terjadi pada beberapa aspek dari kepribadian siswa.

Dengan kata lain, pembelajaran merupakan suatu rangkaian proses belajar mengajar yang diakhiri dengan perubahan tingkah laku, karena hampir setiap tingkah laku yang diperlihatkan adalah hasil pembelajaran.

2.2 Aktivitas Guru dan Siswa

Menurut Dimiyati dan Mudijono (2002:114), “Aktivitas guru merupakan kegiatan yang dilakukan guru selama proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru mempunyai tugas untuk memberikan pengetahuan (cognitive), sikap dan nilai (alfective), dan keterampilan (psychomotor) kepada siswa”. Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis jelaskan bahwa aktivitas guru merupakan kegiatan yang dilakukan guru selama pembelajaran. Aktvitas pembelajaran yang perlu diperhatikan guru agar menciptakan suasana belajar yang efektif. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai aktivitas guru dalam pembelajaran sebagai suatu proses dinamis dalam segala fase dan perkembangan siswa. Aktivitas siswa merupakan aktivitas dalam proses belajar mengajar adalah rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar (Dimiyati dan Mudijono, 2002:114).

2.3 Pengertian model pembelajaran

Secara khusus istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan. Dalam pegertian lain, “model” juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya. (Toeti dan Udin, 1997:78). Menurut Dimiyati dan Mudijono (2002:157), Pembelajaran (Learning) adalah proses interaksi peserta didik dengan

(4)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

168 pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis jelaskan bahwa model pembelajaran adalah bantuan yang diberikan peserta didik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dari peserta didik dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat interaksi yang tinggi untuk pembelajaran, belajar kelompok, mengajar dan presentasi. Model pembelajaran (models of teaching models of learning) merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain.

2.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match.

Model pembelajaran kooperatif tipe make a match dikembangkan oleh Lorna Currant, yaitu suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan. Model ini juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkat kelas. (Miftahul , 2013:135).

Menurut Lie (2004:56), model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual sehingga siswa dapat belajar dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe make a match merupakan suatu model pembelajaran yang mengajak peserta didik mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan.

2.5 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe make a match siswa diarahkan untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/ soal sebelum batas waktunya, yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Dalam model pembelajaran ini siswa lebih aktif dari pada guru. Menurut Sagala (2011:43), menyatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah sebagai berikut:

a.) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian)

b.) Setiap peserta didik mendapatkan satu buah kartu

c.) Setiap peserta didik memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

d.) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.

(soal/jawaban)

e.) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin

f.) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.

g.) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

h.) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.

i.) Kesimpulan.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerjasama diantara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menciptakan kondisi yang menyenangkan sehingga bisa memberi motivasi siswa untuk belajar pelajaran Akidah Ahklak. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah model pembelajaran yang inovatif yang bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match.

Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing masing. Menurut Huda (2013:253), Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif Tipe Make A Match.adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.

adalah sebagai berikut:

1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik;

2) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenagkan;

3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

(5)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

169 4) Meningkatkan motivasi belajar siswa;efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk

tampil presentasi; dan

5) Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.

b. Kekurangan model model pembelajaran kooperatif Tipe Make A Match.

Kekurangan model model pembelajaran kooperatif Tipe Make A Match. adalah sebagai berikut:

1) Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang;

2) Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya;

3) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan;

4) Guru harus hati-hati dan bijaksana saat member hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu; dan

5) Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.

Berdasarkan pendapat diatas, model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang aktif, menyenangkan, dan menarik dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran klasikal. Siswa tidak hanya diam, tetapi siswa terlibat secara aktif sepanjang proses pembelajaran. Sementara itu, kekurangan model pembelajaran kooperatif make a match dapat diantisipasi dengan mempersiapkan secara matang sebelum menerapkan model kooperatif. Persiapan yang matang dapat mengurangi kendala atau kesulitan dalam penerapan model kooperatif. Guru perlu memahami penerapan model pembelajaran kooperatif sebelum diterapkan dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai secara optimal

3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Hasil Penelitian Siklus I

Kegiatan perencanaan yang dilakukan pada siklus I adalah peneliti mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yaitu:

a. Membuat RPP dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

b. Membentuk kelompok, siswa dibagi ke dalam dua kelompok yaitu satu kelompok yang me- megang kartu soal dan satu kelompok lagi yang memegang kartu jawaban.

c. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang materi indahnya al-asmaa al-husna disesuaikan dengan indikator yang ingin dicapai pada siklus I.

d. Menyusun soal-soal tes pada siklus I untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa.

e. Menyusun instrumen penelitian berupa lembar pengamat keterampilan guru, aktivitas siswa dan respon siswa dalam pembelajaran.

f. Pelaksanaan Tindakan (Action) .

Setelah semua rencana penelitian dipersiapkan, penulis dalam hal ini bertindak sebagai guru melaksanakan pembelajaran di kelas yang diamati oleh pengamat yaitu Ibu Rahmiati, S.Pd.I dengan subjek penelitian kelas IV-A MIN 10 Aceh Besar. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan pada tanggal Senin, 23 Juli 2018 pukul 08.15-09.25 sesuai perencanaan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran dengan waktu 2 x 35 menit. Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini diawali dengan pertemuan pertama yang dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2018 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2018. Observasi Analisis Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Model Pem- belajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division).

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Berdasarkan hasil penilaian pengamatan, diperoleh nilai dari hasil analisis data yang di akan dengan persentase pada tabel 4.3 adalah :

Tabel 4.3 Data Aktivitas Siswa Dalam PBM Siklus I

No Aktivitas Belajar Siswa Skor Pertemuan 1 Skor Pertemuan 2

Rata-rata

1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 3 4 3,5

2 Siswa memiliki keberanian untuk ber- tanya dan menjawab pertanyaan

4 4 4

3 Siswa antusias mengerjakan latihan soal

3 4 3,5

4 Siswa aktif dalam membahas soal-soal 4 4 4

(6)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

170 5 Siswa tertib mengerjakan soal secara

individu

4 4 4

6 Siswa mengikuti pembelajaran dengan aktif dan tertib

4 4 4

Jumlah 22 24 23

Rata-rata 3,67 4 3,83

Persentase 73,33% 80 % 76,67 %

Kategori Baik Baik Baik

Sumber : Hasil penelitian, 2018

Berdasarkan hasil analisis aktivitas siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada siklus I mencapai persentase 76,67% termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada kegiatan awal sudah baik karena aktivitas siswa dalam pem- belajaran dengan skor rata-rata setiap aspek yang diamati termasuk dalam kategori cukup baik dan baik.

3.2 Pembahasan Perbandingan Antar Siklus

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Berikut ini penulis akan membahas tentang peningkatan hasil belajar siswa, analisis data terhadap keterampilan guru dan aktivitas siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi indahnya al-asmaa al-husna di sekolah MIN 10 Aceh Besar. Sebelum mendapatkan kesimpulan atas keberhasilan penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Akidah Akhlak pada materi indahnya al- asmaa al-husna melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match kelas IV MIN 10 Aceh Besar tahun pelajaran 2018/2019, maka perlu adanya pembahasan lebih lanjut terhadap hasil penelitian dari setiap siklus yang dilaksanakan pada penelitian ini. Oleh karena itu, penulis paparkan pembahasan hasil pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang dilaksanakan dari siklus I sampai siklus II. Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan atas hasil tes belajar siswa yang dilanjutkan dengan refleksi pengamatan pada siklus tindakan. Berdasarkan hasil yang di peroleh dari pelaksanaan siklus I sampai ke siklus II maka dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Secara rinci dijelaskan di bawah ini:

1. Hasil Belajar Siswa

Pembelajaran Akidah Akhlak dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi indahnya al-asmaa al-husna di kelas IV-A telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Persentase hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 76%, meningkat pada siklus II yaitu sebesar 88%. Data Persentase hasil belajar siswa antar siklus dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini:

Tabel 4.12.

Data Hasil Persentase Hasil Belajar Siswa Antar Siklus No Kegiatan Tuntas Tidak

Tuntas

Jumlah Rata- rata

Persentase Hasil Belajar Siswa (%)

Ketercapaian Klasikal

(85%)

1. Pre-tes 15 10 1600 64 60% Belum Tuntas

2. Siklus I 19 6 1800 72 76% Belum Tuntas 3. Siklus II 22 3 2090 83,60 88% Tuntas

(7)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

171 Adapun rekapitulasi persentase peningkatan hasil belajar siswa siswa dapat di lihat pada gambar 4.1 berikut ini:

Gambar 4.1.

Persentase Hasil Belajar Siswa Sumber: Hasil Penelitian

Model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa disebabkan oleh karena guru telah memilih model pembelajaran yang membuat siswa menarik dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli yaitu, menurut Huda (2013:253), kelebi- han dari model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik dan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang di- pelajari. Selain itu pula hal yang mendukung peningkatan hasil belajar siswa diantaranya adanya keingi- nan siswa untuk menjawab pertanyaan dan memberikan tanggapan. Siswa yang berusaha menjawab dan memberikan tanggapan berarti menggunakan pikirannya untuk mempelajari sesuatu. Siswa yang ber- pikir dengan mencoba menjawab dan memberikan tanggapan, sudah dalam kondisi belajar. Dalam kon- disi ini guru telah berhasil mengorganisasi atau menciptakan suatu kondisi lingkungan yang baik untuk terjadinya belajar pada diri siswa.

3.3 Keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.

Keterampilan guru juga mengalami peningkatan dari siklus I sampai ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari persentase keterampilan guru siklus I yang diperoleh sebesar 76% dan meningkat pada siklus II yaitu 88%. Keterampilan guru dalam menyampaikan pelajaran telah sesuai dengan rencana yang disusun dan mencerminkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Adapun rekapitulasi keterampilan guru dapat di lihat pada grafik 4.2 berikut ini:

Gambar 4.2.

Rekapitulasi Persentase Keterampilan guru Sumber: Hasil Penelitian

0,00%

50,00%

100,00%

Pre-test Siklus I Siklus II 52,00% 68,00%

92,00%

PERSENTASE HASIL BELAJAR SISWA

Pre-test Siklus I Siklus II

70,00%

75,00%

80,00%

85,00%

90,00%

Siklus I Siklus II 76,00%

88,00%

PERSENTASE KETERAMPILAN GURU

Siklus I Siklus II

(8)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

172 Keterampilan guru mengalami peningkatan disebabkan oleh karena guru telah mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai matei salat idain dari buku pegangan siswa maupun dari sum- ber lain. Siswa sangat antusias untuk bertanya dan memberikan pendapat yang berkaitan dengan materi.

Dalam pembelajaran pada saat guru meminta siswa untuk menempel gambar, siswa saling berebutan ingin maju ke depan untuk menempel gambar dan memberikan keterangan dan penjelasan pada gambar pada materi indahnya al-asmaa al-husna.

Selain itu, guru juga membimbing siswa yang pasif di kelas sehingga terlibat aktif di kelas dengan meminta siswa tersebut untuk mengurutkan media gambar. Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta dengan diterapkannya model pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli yang menyatakan bah- wa “Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey) bagi para siswanya dalam upaya mencapai kompetensi (Mulyasa, 2006:40).

3.4 Aktivitas Siswa dalam Melaksanakan Pembelajaran Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.

Aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I sampai ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari pada siklus I yang diperoleh sebesar 76,67% meningkat pada siklus II yaitu 93,33%. Hasil analisis menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model Make a Match, hal ini menunjukkan bahwa guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan model make a match.

Hal ini sesuai dengan pendapat ahli yaitu Asmani, (2011:211) yang menyatakan bahwa “Guru yang baik adalah guru yang sedikit bicara banyak diamnya”. Maksud dari pernyatan tersebut adalah guru hanya sebagai fasilisator saja sedangkan siswa yang harus lebih aktif melakukan berbagai aktivitas dalam pembelajaran baik dalam berdiskusi, kerja kelompok, bertanya dan melempar gagasan. Adapun rekapitulasi aktivitas siswa dapat di lihat pada grafik 4.3 berikut ini:

Gambar 4.3.

Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Sumber: Hasil Penelitian

Selama kegiatan pembelajaran, siswa semakin aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, hal ini terdapat pada siklus II pada kegiatan pembelajaran khususnya kegiatan inti sudah mencapai kategori sangat baik, dibandingkan pada pembelajaran siklus I kategori baik. Berdasarkan hasil pengamatan setelah semua siklus dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model make a match sudah efektif, kualitas pembelajaran dengan penggunaan model ini sudah sangat baik.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan hasil belajar Akidah Akhlak pada materi indahnya al-asmaa al-husna di kelas IV MIN 10 Aceh Besar Tahun Pelajaran 2018/2019.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan aktivitas siswa pada materi indahnya al-asmaa al-husna di Kelas IV MIN 10 Aceh Besar tahun pelajaran 2018/2019..

0,00%

50,00%

100,00%

Siklus I Siklus II 76,67% 93,33%

PERSENTASE AKTIVITAS SISWA

Siklus I Siklus II

(9)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

173 3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan keterampilan

guru Fikih pada materi indahnya al-asmaa al-husna di Kelas IV MIN 10 Aceh Besar tahun pelaja- ran 2018/2019.

4. Respon siswa positif terhadap terhadap kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

5. Daftar Pustaka

[1] Asmani, J.M.. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif,. Kreatif, Efektif dan Me- nyenangkan). Jogjakarta: Diva Press

[2] Dimyati dan Mudjiono, 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

[3] Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pela- jar.

[4] Kementrian Agama Republik Indonesia. 2013. Buku Siswa Akidah Ahklak Kelas IV. Jakarta:

Kementerian Agama RI.

[5] Lie, Anita. 2002. Coperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

[6] Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

[7] Musclish, Masnur. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta.

[8] Nasution, S. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

[9] Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

[10] Sardiman A. M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar, Bandung: Rineka Cipta.

[11] Sudjana, Nana . 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosda- karya.

[12] Sukamto, Toeti dan Udin Saripudin. 1997. Teori Belajar dan Model-Model. Pembelajaran. Ja- karta : Depdikbud

[13] Trianto. 2009. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

[14] Sudijono, Anas. 2005 Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

[15] Trianto. 2009. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Observasi yang dilakukan oleh observer (kolaborator) bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, yakni arti tata cara dan hikmah