LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PEMISAHAN DAN ANALISIS INSTRUMENTAL
PERCOBAAN 2
PENETAPAN KADAR PARACETAMOL TEKNIS DAN BERMEREK SECARA HPLC
Disusun oleh :
Nama : Elisabeth Wulan Rani Tambunan
NIM : 221444003
Kelas/Kelompok : A/2
Dosen Pengampu:
Natalia Diyah Hapsari, S.Pd., M.Pd., P.hD.
Asisten Dosen:
1. Arnoldus Danang Subakti Watutiba 2. Lestari Setyaningsih Rambu Hapat
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SEMESTER GENAP 2023/2024
PERCOBAAN 2
PENETAPAN KADAR PARACETAMOL TEKNIS DAN BERMEREK SECARA HPLC
A. Judul Praktikum
Penetapan Kadar Paracetamol Teknis dan Bermerek Secara HPLC B. Hari dan Tanggal
Jumat, 5 April 2024 C. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui prinsip kerja analisis dengan HPLC 2. Menentukan kadar pada obat paracetamol D. Landasan Teori
High performance liquid chromatography (HPLC) adalah metode pemisahan kromatografi elusi cair yang paling banyak digunakan. Pada umumnya teknik ini digunakan oleh kimiawan untuk memisahkan dan mendeterminasi senyawa organik, anorganik, ataupun biologis. Prinsip dasar HPLC adalah metode yang memanfaatkan pemisahan unsur-unsur dalam sampel berdasarkan perbedaan dalam afinitas terhadap fase diam dan fase gerak. Unsur-unsur yang berbeda akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda melalui fase diam, dapat memungkinkan pemisahan dan deteksi unsur (Mayefis et al., 2023). Tipe-tipe KCKT diklasifikasikan berdasarkan mekanisme separasi atau jenis fase stasioner yang digunakan. Tipe-tipenya yaitu kromatografi partisi, kromatografi adsorpsi, kromatografi pertukaran ion, kromatografi eksklusi ukuran, kromatografi afinitas, dan kromatografi kiral (Brotosudarmo et al., 2019).
Metode ini menggunakan teknik kromatografi, dimana fase gerak yang digunakan merupakan pelarut cair. Namun kebutuhan pelarut yang mempunyai kadar kemurnian sangat tinggi yang dapat menyebabkan biaya operasionalnya sangat mahal dan instrumennya juga sudah mahal [ CITATION Won13 \l 1033 ].
Sementara itu, fase diam yang digunakan bersifat padat, berpori, dan material aktif permukaan dalam bentuk partikel kecil atau pendukung padat yang dilapisi lapisan tipis cairan. Untuk HPLC fase normal, fase diam lebih polar daripada fase gerak.
Maka dapat disimpulkan kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut [ CITATION Roh19 \l 1033 ]. Selain itu terdapat detektor bagi HPLC yang dapat mendeteksi senyawa yang telah dipisahkan kolom. Detektor
HPLC dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu detektor universal yang dapat mendeteksi zat secara umum tetapi tidak bersifat spesifik dan tidak seletif, maka detektor yang spesifik sehingga akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif yaitu detektor UV-VIS, detektor fluoresensi, dan elektrokimia[ CITATION Nin231
\l 1033 ].
E. Alat dan bahan 1. Alat
a. Gelas kimia b. Pipet tetes
c. Batang pengaduk d. Kaca arloji e. Neraca analitik f. Labu ukur g. Galas ukur h. Mortal dan alu i. Instrumen HPLC j. Syringe filter 2. Bahan
a. Paracetamol b. Metanol c. Akuades F. Prosedur Kerja 1. Fase gerak
2. Pembuatan larutan uji
Akuades dan metanol dicampurkan dengan perbandingan 1:1.
Timbang dan serbukkan tablet parasetamol hingga diperoleh 5 mg.
Masukkan dalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan 50 mL fase gerak berupa akuades : metanol dengan perbandingan (1:1).
3. Pembuatan larutan standar
Fase gerak diencerkan hingga mencapai tanda batas.
Filtrat tersebut diencerkan hingga tanda batas dan digunakan sebagai larutan uji.
Larutan sampel dianalisis menggunakan HPLC
Standar Paracetamol disediakan sebagai larutan induk (100 ppm).
Lakukan pengenceran larutan induk sebanyak 5-6 kali pengenceran sehingga diperoleh larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda-beda pada volume 10 mL. Konsentrasi 10, 15, 20, 25, 30 ppm.
Larutan standar dianalisis menggunakan HPLC.
Sebelum dimasukkan ke dalam HPLC, larutan terlebih dahulu disaring menggunakan syringe filter.
Scan panjang gelombang untuk mengetahui absorbansi tertinggi.
Sampel dianalisis menggunakan HPLC hingga membentuk kurva standar.
G. Data Pengamatan a) Larutan standar
1) 10 ppm Perc
.
Ret. Tim Area Height Mask
1 1.202 3592 512
2 1.365 2824 492 V
3 1.644 227124 24497 V
4 2.073 580715 55482 SV
5 2.603 1093 136 T
815347 81120
2) 15 ppm Perc
.
Ret. Tim Area Height Mask
1 1.205 2095 304
2 1.374 2725 450 V
3 1.663 219971 23442 V
4 2.095 1324437 123781 V
5 - - - -
Total 1549228 147977 -
3) 20 ppm Perc
.
Ret. Tim Area Height Mask
1 1.195 2949 422
2 1.395 2734 453 V
3 1,642 210928 22907 V
4 2.010 1664109 155859 SV
5 2602 21113 2319 T
Kurva standar berisi luasan dari larutan standar yang ingin dianalisis.
Muncul 5 titik dari hasil uji analisis larutan standar menggunakan HPLC.
1901833 181960 - 4) 25 ppm
Perc .
Ret. Tim Area Height Mask
4 2,071 2198424 208581 V
5) 30 ppm Perc
.
Ret. Tim Area Height Mask
4 2,073 2631909 250565 V
b) Sampel
Area Waktu Jenis Sampel
856419 2,072 Mersi
936389 2,074 Trifa
H. Pembahasan
Percobaan kedua pada praktikum dasar-dasar pemisahan dan analisis instrumental dengan topik penetapan kadar paracetamol teknis dan bermerek secara HPLC. High performance liquid chromatography (HPLC) adalah metode pemisahan kromatografi elusi cair yang paling banyak digunakan. Prinsip dasar HPLC adalah metode yang memanfaatkan pemisahan unsur-unsur dalam sampel berdasarkan perbedaan dalam afinitas terhadap fase diam dan fase gerak. Unsur- unsur yang berbeda akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda melalui fase diam, dapat memungkinkan pemisahan dan deteksi unsur (Mayefis et al., 2023).
Komponen dasar HPLC yaitu wadah fase gerak (akuades dan metanol), pompa untuk mengalirkan fase gerak, alat memasukkan sampel (suntikan untuk mengijeksi sampel), kolom HPLC (dilengkapi dengan thermostat), detektor UV- VIS, wadah penampung buangan fase gerak, tabung penghubung, dan kompuer atau integrator untuk mengolah data sinyal sehingga diperoleh suatu kromatogram [ CITATION Roh19 \l 1033 ]. Dimana wadah fase gerak harus bersih dan lembab (inert). Sebelum fase gerak digunakan, praktikan melakukan degassing (penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, karena adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama saat dipompa dan detektor hingga akan
mengganggu analisis saat membuat pelarut untuk fase gerak. Jadi dengan adanya partikel yang kecil dapat terkumpul dalam suntikan, sehingga dapat mengakibatkan kekosongan pada suntikan tersebut, maka harus melakukan saringan terlebih dahulu untuk menghindari partikel-partikel kecil. Larutan disaring untuk menghilangkan pengotor dalam reagen yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem kromatografi. Pompa yang digunakan untuk HPLC adalah pompa yang inert terhadap fase gerak. Pompa yang umumnya digunakan yaitu gelas baja tahan karet, batu nilam, dan teflon. Sebaiknya pompa yang digunakan yaitu memberikan tekanan sampai 500 psi dan dapat mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom dengan menggunakan alat penyuntik, alat ini terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi keluk sampel (loop) internal atau eksternal. Kolom KCKT dibagi menjadi 2 jenis, yaitu kolom analitik dan kolom preparative[ CITATION Gan07 \l 1033 ]. Detektor KCKT yang digunakan yaitu detektor UV-VIS, karena detektor ini yang spesifik sehingga akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif.
Pada fase terbalik (reverse phase) memiliki komponen fase diam (silika C18) yang bersifat kurang polar sementara fase gerak (metanol:akuades) memiliki sifat yang polar, sehingga memiliki kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut. Maka dapat melarutkan senyawa polar karena sesuai pada prinsip like dissolve like (Mayefis et al., 2023).
Metode analisis yang digunakan pada larutan standar yaitu menggunakan metode kurva standar. Kurva standar adalah metode penyiapan beberapa larutan standar paracetamol dengan konsentrasi dan absorbansi yang bebeda dengan spektrofotometri UV-Vis. Maka kurva standar digunakan untuk menentukan konsentrasi berdasarkan metode yang memberikan jenis regresi agar dapat diukur secara proporsional terhadap standar yang diketahui jumlahnya. Kurva ini melibatkan konsentrasi yang mencakup keseluruhan kisaran yang dilakukan saat percobaan dan parameter khusus yang diukur (luas area) (Santosi et al., 2020).
Kurva standar didasarkan pada hukum Lambert, Dimana grafik konsentrasi dengan luas area akan membentuk suatu garis lurus. Sedangkan kurva kalibrasi untuk memudahkan praktikan mengetahuo konsentrasi suatu senyawa dalam sampel yang akan dihitung menggunakan persamaan regresi y = ax + b. Pada persamaan tersebut
y adalah luas area, a adalah intersep, x adalah konsentrasi, dan b adalah slope [CITATION Yog15 \l 1033 ].
Saat praktikum ini hal yang dilakukan praktikan yaitu pembuatan fase gerak, pembuatan larutan uji, dan pembuatan larutan standar. Pada pembuatan fase gerak, akuades dan metanol dicampurkan dengan perbandingan 1:1, maka kedua larutannya sama-sama sebanyak 50 mL. Pada pembuatan larutan uji, hal pertama yang dilakukan yaitu tablet parasetamol dihaluskan menggunakan mortal dan alu, dan ditimbang hingga diperoleh 5 mg. Lalu serbuk paracetamol dimasukkan ke dalam labu ukur berukuran 50 mL. Kemudian 50 mL fase gerak (metanol:akuades) ditambahkan. Setelah semuanya sudah dimasukkan, labu ukur dikocok selama 10 menit agar semuanya dapat tercampurkan dengan sempurna (Sari et al., 2019). Fase gerak diencerkan hingga mencapai tanda batas. Kemudian filtrat diencerkan hingga tanda batas dan digunakan untuk larutan uji. Sebelum dianalisis menggunakan HPLC, larutan di saring terlebih dahulu menggunakan syringe filter untuk menghilangkan pengotor atau partikel-partikel yang akan mengganggu saat proses pada instrumen HPLC (Notario et al., 2022). Setelah itu, larutan sampel akan dianalisis menggunakan HPLC.
Gambar 1. Saat menyaring menggunakan syringe filter
Pada pembuatan larutan standar, hal pertama yang dilakukan praktikan yaitu standar paracetamol disediakan untuk larutan induk (dibuat 100 ppm). Lalu pengenceran dilakukan dengan larutan induk sebanyak 5 kali pengenceran hingga diperoleh larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda-beda pada volume 10 mL. Konsentrasi yang didapati yaitu 10,15, 20, 25, 30 ppm. Sebelum dimasukkan ke dalam alat HPLC, larutannya disaring terlebih dahulu menggunakan tabung suntikan dan syringe filter 0,45 μm. Larutan disaring agar pengotor dapat dihilangkan, apabila masih adanya pengotor maka akan mengganggu proses pada
HPLC dan panjang gelombang yang keluar pada komputer akan tidak sempurna dan tidak stabil (Notario et al., 2022). Selanjutnya larutan yang sudah tidak terkontaminasi dimasukkan ke dalam alat HPLC dengan cara diinjeksi. Kemudian akan keluar scan panjang gelombang yang akan menggambarkan absorbansi tertinggi. Selanjutnya dari hasil kromatogram didapati luas area dari masing-masing konsentrasi. Sehingga membentuk kurva standar yang berisis luasan dari larutan standar yang dianalisis. Terdapat 5 titik muncul dari hasil uji analisis larutan standar dengan menggunakan HPLC.
Gambar 2. Larutan standar pada konsentrasi 10,15,20,25,30
HPLC memiliki fungsi untuk mengukur atau menganalisa kadar bahan aktif pada suatu sampel obat, makanan, bahan herbal, dan sebagainya. Adapun cara kerja instrumen HPLC ini, yaitu dimulai dari menyalakan instrumen dengan disambungkan pada sumber listrik. Lalu PC, pompa, dan detektor UV dinyalan dan software pada kromatogram (komputer) di aktifkan. Kemudian setelah masuk pada software (LabSolutions) dan icon dipaling atas ditekan dua kali, ditunggu hingga bunyi beep dari alat HPLC. Lanjut pada analisis sampel, dengan cara mengklik icon new, lalu data acquisition diklik dan mengisi waktu yang dibutuhkan untuk analisis dan LC Stop Time diisi. Kemudian menu pump diis dengan mode low pressure gradient dan laju alir eluen/fase gerak yang digunakan diisi, serta tekanan maksimal yang dibutuhkan diisikan. Kemudian klik icon open method file, lalu dipilih file yang sudah ada dan icon open diklik, serta di download dengan mengisi menu detektor seperti dicentang untuk memasukkan suhu/temperatur yang dibutuhkan dan panjang gelombang diisi sesuai yang dibutuhkan. Kemudian purging pada pompa dilakukan, dengan cara membuka kran pada pompa ke arah kiri dan tombol purge ditekan. Proses ini ditunggu hingga purging selesai, jika sudah selesai kembali kran ditutup ke arah kanan. Lalu baseline dilakukan dengan cara menu method diklik, baseling check parametrs akan muncul dan dipilih. Larutan standar dan sampel sudah siap dianalisis.
Selanjutnya klik start single run, nama sampel diisi menjadi “paracetamol”.
Lalu icon folder diklik dengan diberi nama file “Larutan standar 10 ppm”, praktikan menekan tombol ok setelah semua terisi. Sementara itu, larutran dimasukkan ke dalam suntikan dan dipastikan tidak ada gas di dalamnya. Karena jika ada gas atau gelembung didalam suntikan akan memengaruhi proses pada kromatogram. Kemudian suntikan dimasukkan ke lubang injector. Untuk membuka, knop diputar ke arah kanan dan segera diinjek dengan cepat (Notario et al., 2022). Setelah selesai diinjek langsung ditutup dengan memutar knop ke arah yang berlawanan. Kemudian praktikan menekan icon start pada kromatogram dan ditunggu hingga proses analisis selesai. Hasil pengukuran (output data) akan langsung tertampil pada layer.
Gambar 3. Alat HPLC
Fase gerak atau eluen pada umumnya yaitu campuran pelarut yang bercampur. Fase gerak yang digunakan dalam praktikum ini yaitu metanol dan akuades. Metanol dan akuades digunakan karena paracetamol yang bersifat semi polar dapat larut dalam metanol dan akuades yang bersifat polar, sehingga paracetamol dapat terbawa pada saat pencucian [ CITATION Gan07 \l 1033 ].
Sedangkan fasa diam yang digunakan ialah C18 dengan panjang 15 cm yang bersifat non polar dan merupakan hasil reaksi antara silika dan alkilklorosilana, dimana gugus alkilnya (R) yaitu n-oktadesil. C18 terikat pada fasa pendukung yaitu silika. Fasa diam yang digunakan dalam HPLC harus tahan terhadap tekanan tinggi, apabila digunakan struktur dengan pori yang besar maka akan mudah untuk rusak.
Selain itu C18 memiliki kemampuan dalam memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, maupun tinggi dan berisi fase diam berupa silika gel (Sarmento et al., 2020).
Sampel yang dianalisis yaitu obat paracetamol teknis dan obat paractemol bermerek mersi dan trifa. Paracetamol digunakan karena bersifat semi polar sehingga dapat mudah terbawa melewati fasa diam bersama dengan fasa geraknya (Sartika et al., 2015). Selain itu paracetamol memiliki harga yang relatif rendah dan mudah didapatkan. Disesuaikan dengan tujuan pada praktikum untuk mengetahui mutu berdasarkan kadar paracetamol teknis dan paracetamol bermerek (Suprianto et al., 2020).
Kromatogram adalah kurva yang menggambarkan waktu dan tinggi puncak yang tercapai oleh senyawa dalam sampel yang dianalisis pada konsentrasinya.
Kromatogram pada paracetamol didapati saat konsentrasi 10 ppm diperoleh senyawa pada puncak waktu retensi yaitu 2,073 menit dengan luas areanya 580715 dan tinggi puncak 55382. Didapati saat konsentrasi 15 ppm diperoleh senyawa pada puncak waktu retensi yaitu 2,095menit dengan luas areanya 1324437dan tinggi puncak 123781. Didapati saat konsentrasi 20 ppm diperoleh senyawa pada puncak waktu retensi yaitu 2,070 menit dengan luas areanya 1664109 dan tinggi puncak 155859. Didapati saat konsentrasi 25 ppm diperoleh senyawa pada puncak waktu retensi yaitu 2,071 menit dengan luas areanya 2198474 dan tinggi puncak 208581.
Didapati saat konsentrasi 30 ppm diperoleh senyawa pada puncak waktu retensi yaitu 2,073 menit dengan luas areanya 2631909 dan tinggi puncak 250565. Pada larutan sampel didapati kromatogram sampel Merci pada saat konsentrasi 12 ppm, diperoleh senyawa pada puncak waktu retensi yaitu 2,073 menit dengan luas areanya 856419 dan tinggi puncak 81817. Pada larutan sampel didapati kromatogram sampel Trifa pada saat konsentrasi 12 ppm, diperoleh senyawa pada puncak waktu retensi yaitu 2,073 menit dengan luas areanya 936389 dan tinggi puncak 90025. Jika dibandingkan dengan kromatogram standar dan kromatogram sampel paracetamol bermerek, maka hadil dari kromatogram sampel sudah sesuai.
Hal ini dikarenakan puncak-puncak kromatogram senyawa pada paracetamol muncul dengan waktu retensi 2 menit. Saat pengenceran sampel paracetamol bermerek dengan volume 1,25 mL didalam 10 mL labu ukur digunakan kadar atau konsentrasi sampel sebanyak 12,5 ppm. Kadar ini sudah sesuai dengan kadar sampel yang diperoleh pada alat HPLC. Menurut Kemenkes RI (2014), sampel bermerek Mersi didapati 11,726 ppm dan pada sampel bermerek Trifa didapati 12,529 ppm. Tablet paracetamol mengandung tidak lebih dari 100% dan tidak
kurang dari 90%. Maka kadar paracetamol teknis dan bermerek masih berada pada rentang yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia V.
Gambar 4. Kromatogram paracetamol 10 ppm
Gambar 5. Kromatogram paracetamol 15 ppm
Gambar 6. Kromatogram paracetamol 20 ppm
Gambar 7. Kromatogram paracetamol 25 ppm
Gambar 8. Kromatogram paracetamol 35 ppm
Gambar 9. Kromatogram paracetamol bermerek Merci
Gambar 10. Kromatogram paracetamol bermerek Trifa
Gambar 11. Kurva standar
5 10 15 20 25 30 35
0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000
f(x) = 99528.5 x − 310641.2 R² = 0.99
luas area vs konsentrasi
Konsetrasi
Luas Area
Dari kurva standar diatas didapati kesimpulan yaitu semakin besar konsentrasinya maka luas areanya semakin besar juga. Kesimpulannya yaitu semakin banyak konsentrasi maka semakin banyak juga senyawa yang ada atau senyawa yang turun dari kolomnya. Kurva standar atau kurva baku yang baik yaitu memiliki nilai lineritas R diatas 0,98 atau yang paling mendekati dengan angka 1[ CITATION Sup23 \l 1033 ].
I. Kesimpulan
Praktikan dapat mengetahui prinsip kerja analisis dengan HPLC dan menentukan kadar pada obat paracetamol. Dimana prinsip dasar HPLC adalah metode yang memanfaatkan pemisahan unsur-unsur dalam sampel berdasarkan perbedaan dalam afinitas terhadap fase diam dan fase gerak. Unsur-unsur yang
berbeda akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda melalui fase diam, dapat memungkinkan pemisahan dan deteksi unsur. Pada analisis larutan standar paracetamol digunakan lima konsentrasi yang berbeda, yaitu 10, 15, 20, 25, dan 30.
Pada kadar sudah sesuai dengan kadar sampel yang diperoleh pada alat HPLC.
Dimana sampel bermerek Mersi didapati 11,726 ppm dan pada sampel bermerek Trifa didapati 12,529 ppm. Tablet paracetamol mengandung tidak lebih dari 100%
dan tidak kurang dari 90%. Maka kadar paracetamol teknis dan bermerek masih berada pada rentang yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia V. Kurva standar yang didapati juga sudah sesuai dengan ideal lineritas yaitu R diatas 0,98.
J. Pertanyaan Pasca Praktek
1. Apa saja kelebihan dan kekurangan analisis kuantitatif menggunakan HPLC?
Jawab: Analisis kuantitatif memiliki kelebihan yaitu mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran dengan daya memisahkan yang tinggi.
Lalu dapat dihindari dengan terjadinya dekomposisi/kerusakan bahan analisis.
Kemudian digunakan dengan bermacam-macam detektor yang memiliki kepekaan yang tinggi. Selanjutnya kolom yang dapat digunakan kembali dan waktu analisis cukup singkat. HPLC dapat digunakan untuk isolasi zat yang tidak mudah menguap dan zat yang tidak stabil. Lalu menganalisis sampel yang kuantitasnya kecil dan dapat digunakan dalam suhu kamar. Sementara itu, analisis kuantitatif memiliki kelemahan yaitu alat HPLC cukup mahal dan sering kali larutan standar tertinggal diinjektor. Kemudian pada kolom dengan diameter rata-rata partikel fase diam dengan ukuran 5 dan 3 mikrometer sela- sela partikel lebih mudah tertutup oleh kotoran, maka harus lebih sering dicuci dan dijaga kemurniannya (Mayefis et al., 2023).
2. Selain paracetamol, berikan contoh mengenai sampel yang dapat dianalisis menggunakan reversed phase HPLC, disertai fase gerak dan fase diam yang digunakan!
Jawab: Selain paracetamol, sampel yang dapat dianalisis menggunakan reversed phase HPLC yaitu kadar pengawet natrium benzoat pada produk minuman berkarbonasi. Fase gerak yang digunakan dalam analisis ini yaitu dapar fosfat;metanol (95:5). Fase diam yang digunakan dalam analisis ini yaitu kolom oktadesilsilana pada partikel silika 5 µm, 4,6 mm x 25 cm (Rahmawati et al., 2014).
K. Daftar Pustaka
Brotosudarmo , T. P., Limantara, L., & Heriyanto. (2019). Kimia Analitik Instrumentasi. Jakarta: Salemba Empat.
Gandjar, I. G., & Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemenkes RI. (2014). Farmakope Indonesia V. Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Republik Indonesia.
Mayefis, D., Jannah, N. R., Nurhasnawati, H., Hernahadini, N., Marliza, H., Lestari, P., . . . Prabowo, H. (2023). Kimia Farmasi Kualitatif. Jambi: PT.
Sonpedia Publishing Indonesia.
Ningrum , D. M. (2023). Kimia Farrmasi. Yogyakarta: Samudra Biru.
Notario, D., Suwita, A., & Kelviyana. (2022). Analytical Method Validation of Sulfamethoxazole in Human Plasma and Urine by HPLC-PDA. Jurnal Sains dan Kesehatan, 4(1), 32-33.
Rahmawati , Kosman, R., Effendi, N., & Ismayani, N. (2014). Analisis Kadar Pengawet Natrium Benzoat Pada Produk Minuman Berkarbonasi dengan Metode HPLC. Jurnal As-Syifaa Farmasi, 06(02), 112-117.
Rohman , A. (2019). Analisis Farmasi dengan Kromatografi Cair. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Santosi, U., Setyaningsih, W., Ningrum, A., Ardhi, A., & Sudarmanto. (2020).
Analisis Pangan . Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press.
Sari, L., Budiman , A., & Pramono, R. (2019). Pengaruh Pengadukan terhadap Laju Reaksi dalam Pembelajaran Kimia. Jurnal Kimia, 67-75.
Sarmento , Z. L., Rangdi, O. S., Sena, B. M., & Dewi, K. N. (2020). Penetapan Kadar Parasetamol dan Kafein dengan Metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Journal of Applled Chemistry, 103.
Sartika, D., Wisnuwardhani, H. A., & Rusdi, B. (2015). Optimasi Metode Ekstraksi Fase Padat dan KCKT untuk Analisis Kuantitatif Bahan Kimia Obat
Parasetamol dan Deksametason dalam Jamu Pegal Linu. Prosiding Farmasi SPeSIA Unisba, 451-458.
Supardan , A. D. (2023). Pengaruh Jumlah Standar dan Nilai Konsentrasi Standar Logam terhadap Interferensi dan Linearitas Kurva Standar Pengukuran Kadar Logam Menggunakan Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectroscopy. Jurnal Sains Terapan, 13(1).
Suprianto, Syamsul, D., & Harfiansyah, M. D. (2020). Aplikasi Metode Penetapan Kadar Rutin Parasetamol PT. Kimia Farma, Tbk Secara HPLC pada Sediaan Tablet Generik dan Bermerek di Medan. Jurnal Indah Sains & Klinis, 1-4.
Wonorahardjo, S. (2013). Metode-metode Pemisahan Kimia. Jakarta : Akademia Permata .
Yoga, I. W. (2015). Penentuan konsentrasi optimum kurva standar antioksidan;
asam galat, asam askorbat dan trolox® terhadap radikal bebas DPPH (2, 2- diphenyl-1-picrylhydrazyl) 0,1 mM. In Prosiding Seminar Nasional FMIPA Undiksha, 316-321.
L. Lampiran