• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Minyak Atsiri Rimpang Jahe (Zingiberis officinalis rhizome) Menggunakan Metode Destilasi Stahl

N/A
N/A
Indri Dwi

Academic year: 2024

Membagikan "Penetapan Kadar Minyak Atsiri Rimpang Jahe (Zingiberis officinalis rhizome) Menggunakan Metode Destilasi Stahl"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2021/2022

PRAKTIKUM III

PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI

Nama Mahasiswa : Indri Dwi Novianty

NIM : 1908010161

Nama Asisten Praktikum : Khairunnisa Nanda Aulia

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERT

(2)

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM III PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI

1. Identitas Bahan

No. Tanaman Asal Kandungan Kimia Khasiat

a. Nama Indonesia : Rimpang Jahe

Nama Ilmiah : Zingiberis officinalis rhizome Famili : Zingiberaceae

oleoresin,aseton, metanol, seskuiterpen, zingiberen, zingiberol

Karminativa Stimulansia Diaforetika

Menurunkan glukosa darah sampai kolesterol antioksidan

Anti inflammasi Analgesik Atikarsinogenik 2. Bagian-bagian Alat Destilasi Stahl

No Nama Bagian Alat Fungsi

1. Pemanas Sumber panas

2. Labu alas bulat Tempat menampung simplisia yang akan didestilasi dan penyari

3. Still head Penyalur gas/uap yang akan masuk ke kondensor 4. Thermometer Mengukur suhu uap zat yang akan didestilasi

(3)

6. Water in Tempat masuknya air pendingin 7. Water out Tempat keluarnya air pendingin 8. Labu destilat Menampung hasil destilasi

9. vakum Mengeluarkan udara.

10. Still receiver Menyalurkan hasil destilasi dari kondensor 11. Pengontrol panas Mengatur panas

12. Pengaduk Mengaduk

13. Heat plate Memanaskan bahan

14. Heating bath Memanaskan sampel agar tidak terkena sumber panas langsung

15. Simplisia dan air Sampel yang akan didestilasi dan penyari 16. Cooling bath Mendinginkan destilat

(4)

3. Prinsip Destilasi Stahl

Perbedaan titik didih dari senyawa dalam suatu campuran. Senyawa yang memiliki titik didih paling rendah akan menguap terlebih dahulu kemudian apabila didinginkan akan mengembun dan menetes sebagai destilat

4. Prosedur Kerja Praktikum 1. Proses Destilisasi

Jahe yang sudah dicuci bersih, lalu dipotong membujur dengan ukuran kurang lebih 7-8 mm

Masukan potongan jahe kedalam labu alas bulat

Menambahkan aquades sebanyak 200 ml

Meletakan labu alas bulat dalam mantle heater

Kemudian hubungan labu alas bulat dengan kondesor dan penampung berskala

Setelah sample masuk dalam labu alas bulat dan seperangkat alat destilasi stahl sudah terpasang, atur suhu nya sebesar 110°C

Tunggu beberapa saat sampai air dan minyak pada sampel menguap. Air dan minyak yang sudah menguap akan menuju kondesor untuk didinginkan. Selanjutnya akan terbentuk 2

lapisan dimana bagian bawah adalah air dan bagian atas adalah minyak atsirinya

Setelah menunggu, pisahkan air dari minyak atsiri 2. Uji Organoleptis

Setelah diperoleh minyak atsiri lakukan uji organoleptis meliputi warna, rasa, dan bau

Kemudian catat hasil dari warna, rasa, dan bau tersebut

Kemudian lakukan penetapan kadar minyak atsiri dan lakukan perbandingan hasil dengan literature

Perhitungan kadar minyak atsiri dilakukan dengan rumus Kadar = Volume minyak atsiri : bobot bahan segar (gram) x 100%

(5)

3. Uji KLT

Pertama yaitu membuat dase gerak toluene dan etil asetat dengan perbandingan (97:3).

Jenuhkan chamber selama beberapa saaat untuk menghilangkan upa air/gas yang tersisa dan membuat eluene memenuhi chamber sehingga proses evaluasi berjalan lebih optimal

Siapkan fase diam lempeng silica gel 60 f254 dengan ukuran (3x10) cm. Beri batas atas dan batas bawah pada lempeng dengan ukuran batas bawah 1,5 cm dan batas akhir 0,5

cm dari tepian lempeng

Masukan fase diam kedalam oven dengan suhu 110°C untuk mengaktifkan gugus silanol pada lempeng silica

Totolkan sampel dan pembanding menggunakan micropippate dengan ukuran 5µL dengan jarak antara sampel dan pembandingh adalah 1 cm

Selanjutnya fase diam yang sudah dioven dimasukan pada chamber yang sudah dijenuhkan dengan dase gerak kemudian tunggu elusi sampai pada batas atas lempeng

KLT

Setelah elusi selesai, ambil plat klt dan kering anginkan

Amati pada sinar UV 254 nm dan tandai bercak

Semprot menggunakan anisaldehid asam sulfat

Panaskan lempeng pada suhu 100°C selama 5-10 menit

Amati pada sinar tampak. Tandai bercak dan catat nilai Rf. Lakukan perbandingan dengan hasil yang tercantum pada Farmakope Herbal Indonesia

5. Penetapan Kadar Minyak Atsiri

No Pengamatan Hasil

1. Bobot bahan segar 100 gram

2. Volume minyak atsiri 0,3 mL

3. Kadar = volume minyak atsiri

bobot bahan segar (gr) 𝑥 100%

0,3 mL

100 gramx 100%

= 0,3%

(6)

4. Kadar minyak atsiri berdasarkan literatur = tidak kurang dari 0,80 %

Pustaka : Kadar minyak atsiri yang didapatkan pada praktikum kali ini tidak sesuai dengan literature karena kurang dari 0,80 % (FHI Edisi II Tahun 2017)

(7)

5. Identifikasi Piperin dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis Gambar lempeng KLT

Keterangan : Fase Diam : Silica gel 60 F254

Fase Gerak :

Toluene:etil asetat (93:7)

Deteksi :

UV 254 nm, +pereaksi anisaldehid asam sulfat pada sinar tampak

Nama Bahan Rf*

Deteksi Warna

UV 254 nm UV 366 nm

pereaksi anisaldehid asam

sulfat + sinar tampak

A

Minyak atsiri jahe

0,65 cm

Hijau Biru sampai biru kehitaman

Merah keunguan

B

Pembanding eugenol 1%

0,65 cm

Hijau Biru sampai biru kehitaman

Merah keunguan

(8)

*

Perhitungan Rf dilampirkan Rf = jarak bercak / jarak elusi - A (Minyak Sari Jahe)

Rf= 5,2 cm / 8 cm = 0,65 cm - B (Pembanding Eugenol 1%)

Rf = 5,2 cm / 8 cm = 0,65 cm

Kesimpulan Identifikasi KLT :

Dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai Rf sampel minyak atsiri jahe hasilnya sama dengan Rf pembanding eugenol 1% yang hasil nilai Rfnya sama-sama menghasilkan nilai 0,65 cm, maka bisa dikatakan bahwa minyak sari jahe mengandung eugenol.

6. Pembahasan

Pada praktikum kali ini yang berjudul Penetapan Kadar Minyak Atsiri yang memiliki tujuan pada akhir praktikum diharapkan mahasiswa dapat memahami prinsip ekstraksi minyak atsiri dengan metode Stahl dan memahami prinsip penetapan kadar minyak atsiri dan identifikasi kandungan minyak atsiri dengan metode Kromatografi Lapis Tipis.

Minyak atsiri adalah zat yang berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak essensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Istilah essensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni tanpa pencemaran, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindung dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap. Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan berhubungan langsung dengan oksigen udara, ditutup rapat serta disimpan ditempat yang kering dan sejuk (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Pada praktikum kali ini, kita akan melakukan percobaan untuk mengetahui kadar minyak atsiri dalam jahe dengan metode destilasi Stahl. Alat Stahl merupakan

(9)

bagian dari metode penyulingan yang gunanya untuk mengisolasi dan memurnikan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap. Prinsip dasar dari destilasi dengan menggunakan alat Stahl adalah perbedaan titik didih dari zat-zat cair dalam campuran zat cair tersebut sehingga zat (senyawa) yang memiliki titik didih terendah akan menguap lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan mengembun dan menetes sebagai zat murni (destilat). Kelebihan dari destilasi uap Stahl ini adalah dapat menetapkan kadar minyak atsiri yang diperoleh secara langsung dengan mengukur volume minyak atsiri yang terukur pada alat. Destilasi uap Stahl merupakan metode yang sederhana dan menggunakan pelarut air karena air mempunyai titik didih lebih besar dari minyak atsiri sehingga pemisahan dengan destilasi dapat dilakukan.

Dalam penentuan kadar minyak atsiri dengan metode destilasi uap Stahl, hal yang pertama adalah jahe yang sudah dicuci dipotong membujur dengan ukuran yang sudah ditentukan untuk memperkecil ukuran partikel, sehingga minyak atsiri dapat keluar dengan lebih mudah dari sel dan untuk memperluas permukaan simplisia, sehingga semakin banyak simplisia yang berinteraksi dengan larutan penyari. lalu masukkan potongan jahe tersebut ke dalam labu alas bulat yang berfungsi sebagai tempat menampung simplisia yang akan didestilasi dan penyari lalu tambahkan aquades sebanyak 200 ml hingga seluruh simplisia dalam labu terendam atau 2/3 dari volume labu terendam , penambahan aquades bertujuan agar isolasi minyak atsiri yang terkandung di dalamnya dapat lebih optimal sehingga didapat jumlah minyak atsiri yang lebih banyak. Aquades dapat menembus ke dalam pori-pori sel dan membawa komponen yang terkandung di dalamnya untuk keluar.Lalu meletakkan labu alas bulat dalam mantel heater dan hubungkan labu alas bulat dengan kondensor dan penampung berskala.Setelah sampel masuk dalam labu alas bulat dan beberapa alat destilasi stahl selanjutnya atur suhu sebesar 1100C, dengan dilakukannya pemasanan larutan sampel (simplisia dengan aquadest) akan mendidih dan menghasilkan uap air, yang di dalamnya juga berisi minyak atsiri dan maka kepolaran akan menurun karena merenggangnya ikatan hidrogen antar molekul air sehingga momen dipolnya menurun dan kepolarannya pun menurun. Oleh karena itu, air dapat lebih mudah menarik

(10)

minyak atsiri dari sel tumbuhan. Air dan uap air akan menembus dinding sel dengan adanya panas, minyak atsiri akan terbawa oleh uap air. Pada pendinginan, minyak atsiri akan terkondensasi dan terpisah dari airnya. Penambahan aquades juga untuk melarutkan simplisia sehingga pemanasan terjadi merata, tidak hanya pada bagian bawah labu yang bisa menimbulkan kegosongan.Setelah itu, pisahkan air dari minyak atsirinya.Destilasi dihentikan hingga destilasi berjalan lambat tapi teratur.

Selanjutnya dilakukan uji organoleptis setelah diperolehnya minyak atsiri.Uji organoleptis meliputi warna, rasa dan bau. Menurut literatur FHI Edisi II Tahun 2017 warna simplisia jahe yaitu putih kekuningan terdapat warna kebiruan pada seratnya, lalu untuk rasanya pedas dan bau khas. Kemudian lakukan penetapan kadar minyak atsiri dan didapatkan hasil sebesar 0,3% , maka dapat disimpulkan kadar minyak atsiri yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur.Karena menurut literatur FHI Edisi II Tahun 2017 kadar minyak atsiri untuk rimpang jahe yaitu tidak kurang dari 0,80%.

Selanjutnya pengujian menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) . Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu metode kromatografi yang didasarkan pada prinsip like dissolve like. KLT dilakukan untuk uji kualitatif berdasarkan perbandingan nilai Rf sampel dan standar pembanding yang digunakan. Prinsip dari KLT ialah pemisahan yang terjadi didasarkan pada perbedaan distribusi dan migrasi senyawa dimana kecepatan distribusi tergantung pada interaksi antara senyawa dengan dua fase yang berbeda yaitu fase diam dan fase gerak. Senyawa yang terikat kuat oleh fase diam akan tertahan dan terelusi lebih lama dibandingkan dengan senyawa yang terikat lemah dimana senyawa yang terikat lemah akan lebih mudah terbawa oleh fase gerak dan terelusi pada plat.Menyiapkan fase gerak yang terdiri dari campuran toluena : etil asetat dengan perbandingan (97 : 3). Setelah menyiapkan fase gerak, lalu jenuhkan chamber dengan tujuan untuk mengaktifkan plat silika gel dan untuk menghilangkan kandungan air didalamnya, juga untuk menyamakan tekanan uap eluen dalam chamber agar dapat merata sehingga proses elusi dapat seragam kecepatannya dan penjenuhan dilakukan untuk mengoptimalkan proses pengembangan fase gerak.

(11)

Setelah itu siapkan fase diam berupa lempeng silica gel 60 F245 dengan ukuran 3 x 10 cm. Digunakan fase diam berupa lempeng silica gel 60 F254 karena fase diam tersebut cenderung lebih polar, fase diam tersebut memiliki makna ukuran pori silika gel yaitu 60 dan F nya yaitu terdapat bahan yang berflouresensi seperti seng silika teraktivasi mangan dan 254 nya menandakan panjang gelombang eksitasi bahan fluorescen yang ditambahkan atau berflouresensi pada panjang gelombang 254 nm.Lalu masukkan fase diam ke dalam oven dengan suhu 110°C.Tujuan fase diam dimasukkan ke dalam oven adalah karena adanya air dari atmosfer yang diserap oleh lempeng silika maka dari itu harus diovenkan agar tidak menutup sisi aktif dari lempeng silika.Selanjutnya, totolkan larutan dari bagian bawah lempeng sebesar 0,5 mikroliter atau sekecil mungkin. Fase diam yang sudah dioven dan sudah ditotolkan kemudian dimasukkan dalam chamber yang sudah dijenuhkan sebelumnya, dan dielusi hingga eluen mencapai batas atas plat (batas telah dibuat sebelum mulai penjenuhan).

Setelah elusi selesai, angkat plat KLT memakai penjepit dan dikering anginkan.Kemudian proses deteksi di bawah sinar tampak 254 nm dan 366 nm dan tandai bercaknya. Selanjutnya menggunakan pereaksi semprot anisaldehid asam sulfat, tujuan penyemprotan bercak yaitu untuk memperjelas warna noda yang nampak pada lempeng KLT.Kemudian dioven selama 5-10 menit untuk mengintensifkan warna pada lempeng KLT dan mempercepat reaksi antara sampel dengan anisaldehid asam sulfat kemudian dihitung nilai Rf nya untuk membandingkan hasil.

Warna yang dihasilkan oleh sinar UV 254 adalah hijau dan untuk sinar UV 366 nm menghasilkan warna biru kehitaman atau mendekati ungu.Warna yang dihasilkan oleh penyemprot anisaldehid asam sulfat yaitu merah keunguan.Sementara menurut literatur, Anisaldehid asam sulfat akan memberikan warna ungu pada sinar tampak.Pereaksi semprot anisaldehid-asam sulfat merupakan pereaksi yang bersifat destruktif karena pereaksi ini memecah senyawa pada plat KLT supaya dapat diamati oleh sinar tampak (Alegantina dkk., 2010). Dari hasil yang diperoleh saat praktikum agak sesuai dengan literatur, dimana jika suatu minyak atsiri disemprot menggunakan

(12)

pereaksi semprot anisaldehid akan menghasilkan warna ungu pada sinar tampak sementara hasil yang didapatkan yaitu berwana merah keunguan.

Nilai Rf yang diperoleh untuk sampel minyak atsiri jahe yaitu sebesar 0,65 cm dan untuk pembanding eugenol 1% didapatkan hasil sebesar 0,65 cm.Dapat disimpulkan bahwa nilai Rf sampel minyak atsiri jahe dan nilai Rf pembanding Eugenol 1% sama yaitu sebesar 0,65 cm dengan begitu pada sampel minyak atsiri jahe positif mengandung senyawa eugenol 1% .

7. Kesimpulan

1. Pada praktikum kali ini yang berjudul Penetapan Kadar Minyak Atsiri yang memiliki tujuan pada akhir praktikum diharapkan mahasiswa dapat memahami prinsip ekstraksi minyak atsiri dengan metode Stahl dan memahami prinsip penetapan kadar minyak atsiri dan identifikasi kandungan minyak atsiri dengan metode Kromatografi Lapis Tipis.

2. Metode yang digunakan pada penetapan kadar minyak atsiri pada jahe yaitu metode destilasi Stahl.

3. Menurut literatur FHI Edisi II Tahun 2017 warna simplisia jahe yaitu putih kekuningan terdapat warna kebiruan pada seratnya, lalu untuk rasanya pedas dan bau khas.

4. Kadar minyak atsiri yang didapatkan sebesar 0,3% , maka dapat disimpulkan kadar minyak atsiri yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur.Karena menurut literatur FHI Edisi II Tahun 2017 kadar minyak atsiri untuk rimpang jahe yaitu tidak kurang dari 0,80%.

5. Warna yang dihasilkan oleh sinar UV 254 adalah hijau dan untuk sinar UV 366 nm menghasilkan warna biru kehitaman atau mendekati ungu

6. Warna yang dihasilkan oleh penyemprot anisaldehid asam sulfat berwarna merah keunguan dan hal ini agak sesuai dengan literatur yang disebutkan dimana jika suatu minyak atsiri disemprot menggunakan pereaksi semprot anisaldehid akan menghasilkan warna ungu pada sinar tampak sementara hasil yang didapatkan

(13)

7. Nilai Rf yang didapatkan oleh sampel minyak atsiri jahe yaitu 0,65 cm maka nilai Rf sampel minyak atsiri jahe hasilnya sama dengan Rf pembanding eugenol 1% yang hasil nilai Rfnya sama-sama menghasilkan nilai 0,65 cm, maka bisa dikatakan bahwa minyak sari jahe mengandung eugenol.

8. Daftar Pustaka

Alegantina, S., A. Isnawati, dan I. Rooslamiati. 2010. Isolasi dan Identifikasi

Artemisinin dari Herba Artemisia annua L. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol.

38 (3) : 159-168

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi Kedua. Jakarta : Depkes RI

Gunawan, D dan Mulyani S. 2004. Ilmu Obat Alam.Penebar Swadaya : Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI RIMPANG JAHE EMPRIT (Zingiber officinale Rosc.) DAN UJI AKTIVITAS

Pada sampel rimpang jahe, juga dilakukan analisa minyak atsiri dan pengujian ini dianggap penting dikarenakan minyak atsiri diketahui memiliki beragam manfaat akan tetapi di

destilasi minyak atsiri dan mengetahui kadar air pada lada hitam, sehingga dapat. diketahui waktu yang efisien yang digunakan untuk penentuan kadar

Tugas Akhir ini berjudul “ PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI BUNGA CENGKEH DAN DAUN CENGKEH (Eugenia caryophyllata Tumberg) MENGGUNAKAN ALAT STAHL ”.. Tugas Akhir ini

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar minyak atsiri bunga dan daun cengkeh serta mutu minyak tersebut.. Penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan

- Untuk mengetahui metode yang sesuai pada penetapan kadar minyak

Kromatogram Minyak Atsiri Dari Rimpang Jerangau Yang Diperoleh Secara Hidrodestilasi Dengan Destilasi Ua 39 Gambar 4.3.Spektrum GC-MS Senyawa Kamfen Dari Minyak Atsiri

Diameter Hambat Minyak Atsiri Rimpang Ken- cur terhadap Jamur Trichophyton rubrum Isolasi minyak atsiri dari rimpang kencur meng- gunakan metode destilasi uap air,