• Tidak ada hasil yang ditemukan

PORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH “PENETAPAN KONSISTENSI TANAH"

N/A
N/A
herlina purwayanti

Academic year: 2023

Membagikan "PORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH “PENETAPAN KONSISTENSI TANAH""

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

lOMoARcPSD|29250385

Downloaded by herlina purwayanti (herlina.purwayati@gmail.com)

Penetapan Konsistensi Tanah

Agriculture (Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university

(2)

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH

“PENETAPAN KONSISTENSI TANAH”

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. Ir. Rossyda Priyadarshini, MP

DISUSUN OLEH:

NADYA NAURAH SARI 21025010171

GOLONGAN D1

AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR SURABAYA

2022

(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 2

BAB I PENDAHULUAN ... 3

I. LATAR BELAKANG ... 3

II. TUJUAN ... 4

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA ... 5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 5

3.1 WAKTU DAN TEMPAT ... 7

3.2 ALAT DAN BAHAN ... 7

3.2.1 ALAT ... 7

3.2.2 BAHAN ... 7

3.3 CARA KERJA ... 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

4.1 HASIL PENGAMATAN ... 10

4.2 PEMBAHASAN ... 12

BAB V KESIMPULAN ... 14

5.1 KESIMPULAN ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 15

LAMPIRAN ... 17

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Dalam mengolah tanah dibutuhkan perlakuan yang tepat guna membantu tingkat keberhasilan penanaman. Pengolahan tanah sebagai media penanaman baiknya dilakukan dalam kondisi kapasitas air yang tepat, dimana tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah yang disebut dengan konsistensi tanah. Konsistensi tanah merupakan salah satu dari sifat fisik tanah lainnya yang memvisualkan tingkat ketahanan tanah ketika mendapatkan gaya atau tekanan eksternal dimana memvisualisasikan proses kerja gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antar partikel dan air) dengan kelembaban tanah. Tanah dengan konsistensi yang baik umumnya dapat dengan mudah diolah dan dijadikan media tanam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Penetapan konsistensi tanah dilakukan dalam tiga kondisi tanah yaitu, basah, lembab, dan kering. Pada kondisi basah, penetapan konsistensi tanah adalah dengan kadar air di atas kapasitas lapang (field capacity). Pada kondisi lembab, penetapan konsistensi tanah tingkat kadar air sama dengan kapasitas lapang. Sedangkan pada kondisi kering merupakan penetapan konsistensi tanah dengan kadar air kering udara. Saat keadaan lembab, konsistensi tanah dapat dibedakan ke dalam kondisi tanah gembur dimana dapat dengan mudah diolah dan kondisi tanah teguh dimana tanah sukar diolah. Dalam keadaan basah, konsistensi tanah dapat dibedakan dari kondisi plastis/elastis hingga kondisi tidak plastis/tidak elastis atau keadaan lekat hingga tidak lekat. Sedangkan dalam kondisi kering tanah dibedakan menjadi kondisi lunak dan keras.

Untuk mengetahui konsistensi pada sebuah tanah perlu dilakukan pengamatan, pengamatan tersebut dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Penetapan konsistensi tanah secara kualitatif mengenai prinsip penentuan ketahanan pada massa tanah terhadap remasan, tekanan, atau pijitan oleh tangan pada tingkat kadar air tanah. Sedangkan penetapan konsistensi tanah secara kuantitatif dilakukan dengan penentuan angka menurut Atteberg. Oleh karena itu, dibutuhkan pengamatan lebih lanjut mengenai penetapan konsistensi tanah yang

(5)

pada praktikum kali ini menggunakan metode kualitatif untuk menentukan ketahanan massa tanah terhadap remasan, tekanan, atau pijitan tangan.

II. TUJUAN

Adapun tujuan dari dilaksanakannya pengamatan praktikum pada

“Penetapan Konsistensi Tanah”, yaitu untuk menentukan ketahanan massa tanah terhadap remasan tekanan atau pijitan tangan.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Konsistensi tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah dimana menggambarkan sistem kerja gaya kohesi atau tarik menarik antar partikel dan gaya adhesi atau Tarik menarik antar partikel dan air dengan tingkat kelembaban tanah. Konsistensi tanah memperlihatkan penyatuan antara daya kohesi dari butir tanah dengan daya adhesi dari butir tanah dengan benda lain. Tanah dengan konsistensi gembur jauh lebih mudah untuk dilakukan pengolahan tanah secara mekanik maupun tradisional (Tewu et al., 2016). Penentuan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan kandungan air tanah, meliputi konsistensi basah, lembab, atau kering (Sanggu, 2019).

Konsistensi tanah pada kondisi basah merupakan penetepan konsistensi tanah pada kondisi air tanah pada kapasitas lapang (field capacity) (Raziah et al., 2019). Pada kondisi basah, konsistensi diukur dengan parameter kelekatan dan plastisitas. Konsistensi tanah dalam keadaan yang basah dibedakan menjadi kelekatannya dan plastisitasnya (Taisa, et al., 2021). Konsistensi basah berdasarkan kelekatan mulai dari tidak lekat sampai lekat, yaitu tidak lekat, agak lekat, lekat, dan sangat lekat (Karahan & Ersahin, 2016). Konsistensi tanah pada kondisi lembab dilihat berdasarkan tingkat kepadatannya. Pengukuran konsistensi tanah pada kondisi lembab yang dilihat berdasarkan tingkat kepadannya berupa tanah yang lepas, sangat remah, padat, sangat padat, atau padat sekali (Sanggu, 2019). Konsistensi tanah pada saat kondisi kering dilihat dan diukur berdasarkan tingkat kekerasannya. Tingkat kekerasan pada pengukuran konsistensi tanah kondisi kering, yaitu tanah yang lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras, atau keras sekali (Kuswara & Mutiara, 2018).

Plastisitas tanah adalah kemampuan tanah untuk menyesuaikan perubahan bentuk. Plastisitas merupakan kemampuan butir-butir tanah dalam menyesuaikan perubahan bentuk pada volume konstan tanpa retak-retak atau remuk (Jembise, et al., 2014). Faktor pembentukan plastistas tanah, yaitu kadar air tanah, bahan organik, dan liat. Indikator yang dapat menyebabkan nilai plastisitas setiap tanah berbeda-beda merupakan kandungan bahan organik, kadar air tanah, dan liat

(7)

(Setiadi, et al., 2016). Indeks plasitisitas merupakan parameter diukur dari selisih di antara batasan cair tanah (LL) dengan batasan plastisnya (PL). Indeks plasitisitas jika diukur semakin besar nilainya, maka semakin besar kondisi tanah dalam keadaan plastis. Oleh karena itu, semakin besar nilai ukuran dari indeks plasitisitas (IP) maka bangunan yang dibangun diatasnya semakin tidak kondusif karena sifat tanah yang plastis (Hermasyah & Zebua, 2020). Tingkat plastisitas disebut juga suatu indeks umum untuk mengambarkan kandungan liat dari suatu tanah. Tingkat plastisitas dapat dibedakan oleh keadaan fisik tanah melalui perubahan kadar air (Amara, 2021).

(8)

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 WAKTU DAN TEMPAT

Waktu pelaksanaan praktikum “Penetapan Konsistensi Tanah” dilakukan pada hari Jum’at tanggal 1 April 2022 pukul 09.00—10.40 bertempat di lahan pekarangan rumah di Jalan Kampung Peusar Kelurahan Binong, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.2 ALAT DAN BAHAN 3.2.1 ALAT

Pada praktikum kali ini terdapat alat-alat yang digunakan untuk mendukung berlangsungnya pengamatan praktikum, diantaranya: lempeng kaca, wadah untuk menampung sampel tanah, botol penyemprot, dan alat tulis.

3.2.2 BAHAN

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini, yaitu contoh tanah agregat utuh dan contoh tanah biasa

3.3 CARA KERJA

A. Penetapan Konsistensi Tanah (keadaan basah, lembab dan kering) 1. Dalam keadaan basah, konsistensi tanah dibagi 2:

1. Kelekatan (stickness) yang menunjukkan derajat adhesi tanah yang ditentukan dengan memijit tanah antara ibu jari dengan telunjuk.

Melihat daya lekatnya, dibagi menjadi:

1. Tidak melekat, apabila tidak ada tanah yang tertinggal pada ibu jari dan telunjuk.

2. Agak melekat, apabila kedua jari dilepaskan, sebagian tanah tertinggal pada salah satu jari.

3. Lekat, apabila kedua jari direnggangkan, tanah tertinggal pada kedua jari.

(9)

4. Sangat lekat, bila kedua jari direnggangkan, tanah melekat sekali sehingga sukar untuk dilepaskan.

2. Plastisitas (Plasticity): menunjukkan derajat kohesi tanah, berubah bentuk tanpa retak bila dipirit antara ibu jari dan telunjuk.

Ditentukan dengan memirit, menggelintir atau menekan massa tanah untuk merubah bentuknya; melihat dapat tidaknya dibuat gelintiran, dan mudah tidaknya berubah bentuk. Dibagi menjadi:

1. Tidak plastis, tak dapat berbentuk gelintiran tanah. Massa tanah mudah berubah bentuk.

2. Agak plastis, terbentuk gelintiran tanah. Massa tanah mudah berubah bentuk.

3. Sangat plastis : dapat terbentuk gelintiran tanah. Massa tanah tahan terhadap tekanan.

2. Dalam keadaan lembab (KA tanah berada diantara keadaan kering (titik layu) dan kapasitas lapang), penetapan konsistensi tanah dilakukan dengan meremas massa tanah pada telapak tangan. Dengan mengetahui ketahanan massa tanah terhadap remasan, dibagi menjadi:

1. Lepas : butir-butir tanah terlepas satu dengan lainnya. Tidak terikat dan melekat bila ditekan.

2. Sangat gembur : dengan sedikit tekanan, mudah bercerai, digenggam mudah menggumpal, melekat bila ditekan.

3. Gembur : bila diremas dapat bercerai, bila digenggam massa tanah menggumpal, melekat bila ditekan.

4. Teguh : Massa tanah tahan terhadap remasan, hancur dengan tekanan besar.

5. Sangat teguh : Massa tanah tahan terhadap remasan, tidak mudah berubah bentuk.

3. Dalam keadaan kering (KA kurang dari titik layu permanen).

Konsistensi tanah ditentukan dengan cara meremas/menekan massa tanah pada telapak tangan. Dengan melihat daya tahan tanah terhadap remasan dan tekanan telapak tangan konsistensi tanah dibagi menjadi:

1. Lepas : butir-butir tanah terlepas satu dengan lainnya. Tidak terikat.

(10)

2. Lunak : dengan sedikit tekanan antara jari tangan, tanah mudah tercerai menjadi butir kecil

3. Agak keras : agak tahan terhadap tekanan, massa tanah rapuh 4. Keras : tahan terhadap tekanan, massa tanah dapat dipatahkan

dengan tangan (tidak dengan jari)

5. Sangat keras : tahan terhadap tekanan, massa sukar dipatahkan dengan tangan

6. Sangat keras sekali : sangat tahan terhadap tekanan. Massa tanah tidak dapat dipecahkan dengan tangan.

(11)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN

No Gambar Keterangan

1

Gambar 1 sampel tanah kondisi kering

Menyediakan sampel tanah dalam kondisi kering sebagai bahan uji melihat daya tahan tanah terhadap remasan dan tekanan telapak tangan konsistensi tanah.

2

Gambar 2 sampel tanah kondisi kering dipirit

Sampel tanah kering dipirit/diremas. Pada sampel ini dihasilkan daya tahan terhadap remasan berupa lunak dengan sedikit tekanan antara jari tangan, tanah mudah tercerai menjadi butir kecil

3

Gambar 3 sampel tanah kondisi lembab

Menyediakan sampel tanah dalam kondisi lembab sebagai bahan uji mengetahui ketahanan massa tanah terhadap remasan.

(12)

No Gambar Keterangan 4

Gambar 4 sampel tanah kondisi lembab dipirit

Sampel tanah lembab dipirit/diremas. Pada sampel ini dihasilkan ketahanan tanah terhadap remasan adalah gembur, bila diremas dapat bercerai, bila digenggam massa tanah menggumpal, melekat bila ditekan.

5

Gambar 5 sampel tanah kondisi basah

Menyediakan sampel tanah dalam kondisi basah untuk menentukan konsistensi tanah menggunakan parameter kelekatan dan plastisitas.

6

Gambar 6 sampel tanah kondisi basah dibentuk bola

Sampel tanah dalam kondisi basah dapat dibentuk bola.

7

Gambar 5 sampel tanah kondisi basah dibentuk pita

Sampel tanah dalam kondisi basah dibentuk menjadi pipih atau pita. Sampel tanah ini menghasilkan plastisitas agak plastis, terbentuk gelintiran tanah. Massa tanah mudah berubah bentuk.

(13)

No Gambar Keterangan 8

Gambar 5 sampel tanah kondisi basah dipijit

Sampel tanah dalam kondisi basah dipijit menggunakan ibu jari dan jair telunjuk untuk melihat daya kelekatannya. Sampel tanah ini menghasilkan agak melekat, apabila kedua jari dilepaskan, sebagian tanah tertinggal pada salah satu jari.

4.2 PEMBAHASAN

Konsistensi tanah merupakan kedudukan bentuk fisik tanah yang berbutir halus pada kapasitas atau kadar air tertentu. Konsistensi tanah bergantung terhadap tarikan/dorongan antar partikel lempung di dalam tanah. Konsistensi tanah dipengerauhi oleh faktor-faktor, diantaranya kadar air, yang mana tanah dapat berbentuk cair, plastis, semi padat, dan padat (Panguriseng, 2018).

Umumnya tanah dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tanah terkohesif dan tak terkohesif. Tanah terkohesif yaitu tanah dengan karakter fisik selalu menerima pembasahan dan pengeringan yang menyatukan butiran tanah sehingga dibutuhkan usaha untuk memisahkannya dalam keadaan kering. Tanah tak terkohesif yaitu butiran terlapis setelah dikeringkan dan hanya melekat dalam kondisi basah akibat adanya gaya tarik butiran di dalam air (Dwiretnani, 2018).

Menurut (Ramandha, et al., 2021) , sebuah tanah yang memiliki konsistensi baik umumnya dapat dengan mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolahan tanah. Dengan demikian ditemukan tanah dalam kondisi lembab, basah, atau kering, maka sifat konsistensi tanah harus diesesuaikan dengan kondisi tanah tersebut. Tanah basah mengandung tiga komponen, yaitu butiran, air, dan udara. Tanah basah memiliki derajat kejenuhan 0,76 – 0,99. Tanah lembab mengandung dua unsur, yaitu butiran dan air. Tanah lembab memiliki derajat kejenuhan 0,26 – 0,50. Tanah kering mengandung dua unsur, yaitu butiran dan udara. Tanah kering memiliki derajat kejenuhan 0,00 (Panguriseng, 2018).

Pada praktikum ini, konsistensi tanah kering termasuk kategori lunak yang memiliki ciri mudah hancur. Hal ini sesuai (Kuswara & Mutiara, 2018) yang

(14)

menyatakan bahwa konsistensi kering kategori lunak memiliki ciri-ciri gumpalan tanah mudah sekali hancur jika diremas. Pada konsistensi lembab tanah termasuk dalam kategori gembur dengan ciri gumpalan mudah hancur. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sanggu, 2019) yang menyatakan bahwa konsistensi lembab kategori gembur memiliki ciri-ciri gumpalan tanah mudah hancur dengan menggunakan sedikit tekanan saat meremas.

Pada konsistensi basah tanah termasuk dalam kategori agak melekat dengan ciri sedikit melekat. Hal ini sesuai (Karahan & Ersahin, 2016) yang menyatakan bahwa konsistensi basah kategori agak lekat memiliki ciri-ciri tanah yang sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain. Pada konsistensi plastis tanah termasuk dalam kategori plastis dengan ciri dapat membentuk gulungan tanah. Hal ini sesuai dengan (Subramani & Udayakumar, 2016) yang menyatakan bahwa konsistensi plastis kategori plastis memiliki ciri-ciri tanah yang dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan memerlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.

Konsistensi tanah yang baik bagi pertanian adalah tanah dengan konsistensi gembur. Hal ini sesuai dengan (Margolang et al., 2014) yang menyatakan bahwa tanah yang ideal bagi pertanian adalah tanah lempung berdebu dengan konsistensi gembur yang dapat menyerap hara dengan baik. Konsistensi yang diperoleh dari praktikum konsistensi tanah adalah baik karena memiliki konsistensi gembur. Hal ini sesuai dengan (Sipahutar et al., 2018) yang menyatakan bahwa konsistensi gembur memiliki aerasi yang baik serta mudah menyerap hara dan tanah yang mudah diolah.

(15)

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

1. Konsistensi tanah merupakan kedudukan bentuk fisik tanah yang berbutir halus pada kapasitas atau kadar air tertentu bergantung terhadap tarikan/dorongan antar partikel lempung di dalam tanah.

2. Tanah yang memiliki konsistensi baik umumnya dapat dengan mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolahan tanah.

3. Terdapat tanah dalam kondisi lembab, basah, atau kering, maka sifat konsistensi tanah harus diesesuaikan dengan kondisi tanah tersebut.

4. Hasil praktikum menunjukkan tanah kering memiliki sifat lunak dengan sedikit tekanan antara jari tangan, tanah mudah tercerai menjadi butir kecil.

5. Tanah lembab memiliki sifat gembur, bila diremas dapat bercerai, bila digenggam massa tanah menggumpal, melekat bila ditekan.

6. Tanah basah memiliki sifat plastisitas agak plastis, terbentuk gelintiran tanah, massa tanah mudah berubah bentuk, dan agak melekat, apabila kedua jari dilepaskan, sebagian tanah tertinggal pada salah satu jari.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Amara, A. 2021. Kadar air tanah pada batasan plastis dan keadaan cair (uji batas plastis). J. Ilmu Teknik, 1 (3) : 1 – 7.

Dwiretnani, A. (2018). Stabilisasi Tanah Lempung Menggunakan Kerikil Untuk Meningkatkan Daya Dukung (CBR) Di Laboratorium Sebagai Bahan Timbunan. Jurnal Talenta Sipil, 41-49.

Hermasyah, & Zebua, F. (2020). Tinjauan Terhadap Sifat Plastisitas Tanah Lempung Yang Distabilisasi Dengan Limbah Cangkang Kerang. Journal of Civil Engineering, Building and Transportation, 31-38.

Jembise, R. A., Jansen, F., & Sompie, O. B. (2014). Penambahan campuran bentonit dan kaolin pada tanah pasir terhadap koefisien permeabilitas dengan kondisi plastisitas berbeda pada tingkat kepadatan maksimum.

Jurnal Ilmiah Media Engineering, 127-134.

Karahan, G., & Ersahin, S. (2016). Predicting Saturated Hydraulic Conductivity Using Soil Morphological Properties. Eurasian Journal of Soil Science.

Kuswara, S., & Mutiara, C. (2018). Evaluasi kesuburan tanah di Dusun Kekawii iii Desa Randotonda Kecamatan Ende Kabupaten Ende. AGRICA, 148- 149.

Margolang, R. D., Jamilah, J., & Sembiring, M. (2015). Karakteristik Beberapa Sifat Fisik, Kimia, Dan Biologi Tanah Pada Sistem Pertanian Organik.

Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 717-723.

Panguriseng, D. (2018). Dasar-Dasar Mekanika Tanah. Yogyakarta: Pena Indis.

Ramandha, M. R., Wiharso, D., Supriatin, S., & Salam, A. K. (2021).

Karakteristik

Morfologi Dan Beberapa Sifat Kimia Tanah Pada Lahan Pertanian Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz) Dan Kebun Campuran Di Desa Adipuro Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Agrotek Tropika, 91-102.

Raziah, R., Sufardi, & Arabia, T. (2019). Genesis dan klasifikasi tanah ultisol di lahan kering Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 640.

(17)

Raziah, Sufardi, & Arabia, T. (2019). Genesis dan Klasifikasi Tanah Ultisol di Lahan Kering Kabupaten Aceh Besar. JURNAL ILMIAH MAHASISWA PERTANIAN, 640.

Sanggu, F. R. (2019). Analisis Sifat Fisik Tanah di Desa Ndetu Ndora 1 Kecamatan Ende Kabupaten Ende. Agrica.

Setiadi, C., Lubis, K. S., & Marupaung, P. (2016). Evaluasi kadar air tanah, bahan organik dan liat serta kaitannya terhadap indeks plastisitas tanah pada beberapa vegetasi di Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun. Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 2420- 2427.

Sipahutar, & Subandi, B. (2018). Pengaruh Aplikasi limbah cair pabrik dari kolam aerob dan anaerob serta jenis tanah terhadap pertumbuhan bibit di Pre Nursery. Jurnal Agromast, 1-12.

Subramani, T., & Udayakumar, D. (2016). Experimental study on stabilization of clay soil using coir fibre. International Journal Of Application or Inovation in Engineering and Management, 192-204.

Taisa, R., Purba, T., Sakiah, Herawati, J., Junaedi, A. S., Hasibuan, H. S., . . . Firgiyanto, R. (2021). Ilmu Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Medan:

Yayasan Kita Menulis.

Tewu, R. W., Karamoy, L. T., & Pioh, D. D. (2016). Kajian Sifat Fisik dan Kimia Tanah Pada Tanah Berpasir di Desa Noongan Kecamatan Lawongan Barat. Jurnal Ilmiah Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi.

(18)

LAMPIRAN

Gambar sampel tanah kering dan lembab 4,52

Gambar sampel tanah basah yang dibentuk bola dan pita

Gambar pengujian kelekatan

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan faktor pembentuk tanah secara aktif adalah faktor yang menghasilkan energi yang bekerja pada massa tanah yaitu iklim dan makhluk hidup.

Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan.. Sebaliknya tanah yang banyak

Pengambilan contoh tanah agregat utuh dengan cara bongkahan tanah dimasukkan. ke dalam boks yang terbuat dari kotak seng, kotak kayu atau kantong

Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan, misalnya pada lokasi kebun

Tujuan praktikum ilmu tanah ini adalah untuk mengetahui tentang profil tanah, tekstur tanah, konsistensi tanah, kadar air tanah, kerapatan partikel dan massa tanah, keasaman

Pori tanah yang lebar dan memiliki kemiringan yang agak curam akan mengakibatkan tanah tersebut menjadi agak lunak dan dapat menyerap air dengan mudah berbeda

Dispersi tanah secara fisik oleh pukulan hujan berarti terlepasnya ikatan agregat tanah (struktur tanah) yang berarti pula mudah hanyut atau mudah terangkut bila

Pembuatan Penampang atau Profil Tanah Alat-alat yang diperlukan - Bor tanah tipe Belgia, bor tusuk, bor gambut, untuk menjajaki keadaan penampang tanah dengan menetapkan tekstur,