• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR LENGAS TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR LENGAS TANAH"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN KADAR LENGAS TANAH

Oleh:

Golongan I/Kelompok 2B

1. Helmi Faghi Setiawan (161510501113) 2. Imam Maliki (161510501114) 3. Gene Gressia (161510501119)

LABORATORIUM FISIKA DAN KONSERVASI TANAH PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PE RT ANI AN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan bentuk tubuh muka bumi yang berdimensi tiga. Berdasarkan asal-usul pembentukannya, tanah merupakan hasil alihrupa (transformasi) dan alihtempat (translokasi) dari zat mineral dan organik yang telah berlangsung dan dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga terbentuk tubuh alam yang memiliki morfologi tertentu. Tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman dan tempat hidup dari berbagai macam mikroorganisme, tempat berjangkarnya akar tanaman, penyeedia hara dan air bagi tanaman. Tanah juga dapat didefinisikan sebagai tubuh alam bebas dipermukaan bumi yang terdiri dari bahan mineral, organik, air, dan udara yang tersusun dalam horison tanah akibat kerja gaya-gaya alam. Pembentukan tanah berasal dari hasil batu-batuan yang melapuk. Batuan ini kemudian bercampur dengan jasad hewan dan tumbuhan serta makhluk hidup lain yang tumbuh dan berkembang didalam maupun diatasnya.

Perubahan sifat tanah yang tampak ke arah lateral ataupun vertikal disebut sebagai morfologi tanah. Pembentukan tanah dipengaruhi oleh lima faktor. Faktor tersebut diantaranya ialah bahan induk, iklim, organisme hidup, topografi, dan waktu. Manusia juga masuk sebagai faktor pembentuk tanah di bidang pertanian. Aktivitas manusia untuk mengolah tanah merupakan salah satu contoh kegiatan yang mempengaruhi proses pembentukan tanah. Bahan oganik pada tanah, lingkungan, dan waktu merupakan faktor pembentuk dan penentu dari genesa tanah. Adanya variasi faktor-faktor pembentuk tanah tersebut mengakibatkan perbedaan morfologi pada tanah. perbedaan ini dipengaruhi oleh sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Tumbuhan dapat hidup dengan baik jika tanah memiliki sifat fisika, kimia, dan biologi yang baik.

Analisis sifat fisik, kimia, dan biologi tanah dapat dilakukan dengan pengambilan contoh (sampel) tanah. Pengambilan sampel tanah untuk analisis, harus mempertimbangkan berbagai hal. Tanah yang memiliki sifat dan ciri yang paling mewakili tanah pada umumnya yang nantinya akan dianalisis. Pengambilan

(3)

2

sampel tanah pada praktikum kali ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan tanah utuh atau tanah tidak terusik (undisturbed soil), dan tanah tanah biasa atau tanah terusik (disturbed soil). Pengambilan sampel tanah digunakan untuk mengetahui sifat-sifat tanah. Kelengasan tanah merupakan sifat fisik tanah. kadar lengas yang semakin tinggi menunjukkan kandungan air yang semakin tinggi yang dapat diikat oleh tanah.

Kadar lengas merupakan kemampuan tanah untuk mengikat air yang dikatakan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi kadarnya maka semakin tinggi pula ketersediaan air pada tanaman. Penghitungan kadar lengas sangat penting bagi kegiatan pertanian. Kadar lengas pada tanah tentu terkait erat dengan sifat fisik dari tanah. tanah yang mengandung banyak air memungkinkan untuk tanaman yang sering membutuhkan banyak air. Penghitungan kadar lengas yang sesuai dapat mengetahui tanaman yang cocok untuk ditanam berdasarkan kadar lengas yang terkandung dalam tanah.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami kadar lengas tanah dengan menggunakan metode kadar lengas kering angin dan kadar lengas kapasitas lapang

2. Mengetahui dan memahami hubungan antara kadar lengas dengan sifat fisik tanah

(4)

3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia memiliki dua musim yang berbeda, yaitu kemarau dan penghujan. Pergantian musim di Indonesia juga mempengaruhi kadar lengas yang ada dalam tanah. Perbedaan musim ini memiliki kapasitas ketersediaan air yang berbeda. Pergantian kadar lengas saat musim hujan ke musim kemarau merupakan suatu respon dalam respon hidrologi. Kadar lengas juga dapat berubah mengikuti adanya ketersediaan air dalam tanah (Feng, et al., 2014).

Air merupakan kebutuhan paling penting yang harus terpenuhi untuk menunjang kelancaran metabolisme tanaman. Air juga terdapat didalam tanah. Salah satu kemampuan tanah adalah mengikat air yang ada didalam tanah. Kemampuan itulah yang dinamakan lengas tanah. Menurut Achmad dan Putra (2016) lengas tanah merupakan air yang mengisi pada sebagian atau keseluruhan pori tanah. Keberadaan lengas tanah sangat dipengaruhi oleh tekanan osmosis, gaya gravitasi dan daya ikat tanah. Faktor yang mampu mempengaruhi keberadaan air tanah adalah besarnya curah hujan dan air yang mampu meresap kedalam tanah. Menurut Prijono dan Laksmana (2016) faktor lain yang mempengaruhi kadar lengas tanah adalah perbedaan vegetasi, karakter tanah dan sistem pengolahan tanah.

Kadar lengas tanah juga sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada suhu yang tinggi maka laju penguapan air dalam tanah akan meningkat secara cepat, hal inilah yang akan mengakibatkan berkurangnya air yang ada dalam tanah (Santosa, et al., 2015). Berkurangnya air tanah mengakibatkan menurunnya kadar lengas tanah yang mampu menyebabkan tanaman berada pada kondisi cekaman kekeringan. Pada kondisi kekeringan tanaman akan kesulitan dalam mengambil unsur hara yang terdapat di dalam tanah, hal inilah yang akan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terganggu (Kusumastuti, 2013).

Mennurut Holzman et al, (2013) ketersediaan air pada lahan akan sangat mempengaruhi kelancaran metebolisme tanaman sehingga kemampuan tanah untuk bisa mengikat air sangat penting. Pada tanah yang berbeda, kadar lengas dari tanah tersebut juga akan berbeda pula antara tanah satu dengan tanah lainnya.

(5)

4

Salah satu contoh adalah kadar lengas pada lahan gambut. Pada lahan gambu kadar lengasnya sangat tinggi apabila dibandingkan dengan kadar lengas pada tanah mineral. Kemampuan lahan gambut dalam memegang air memiliki arti penting di dalam pengolahan lahan gambut untuk dijadikan usaha budidaya tanaman (Noor, 2001).

Kadar lengas tanah bisa juga dicerminkan dengan bagaimana keadaan tanaman yang tumbuh ditempat itu. Pada keadaan lengas yang baik tanaman akan tumbuh dengan normal karena kebutuhan airnya tercukupi (Gulton et al.,2013). Hasil produksi dari suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh dua hal yaitu kapasitas lapang dan cekaman tanah. Kapasitas lapang merupakan suatu kondisi ketersediaan air terbaik dimana air tersedia tidak berlebihan (Huang et al., 2014). Menurut Bartlet, et al.., (2015) lengas tanah dan runoff dapat terbentuk secara acak ataupun secara instan bergantung pada tinggi rendahnya loncatan dari curah hujan. Curah hujan di Indonesia seringkali mengalami kenaikan dan penurunan tidak menentu. Curah hujan yang selalu meninggi juga pernah terjadi. Tinggi rendahnya data loncatan curah hujan yang ada di Indonesia mempengaruhi terbentuknya kadar lengas tanah. pengukuran kadar lengas tanah dilakukan saat tanah berada dalam kondisi kering angin ataupun saat kapasitas lapang dengan cara penjenuhan.

(6)

5

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Sains Tanah Acara 4 dengan Judul “Penetapan Kadar Lengats Tanah” dilaksanalan pada hari Jumat, 3 November 2017 pukul 08.50 – 10.30 WIB dan bertempat di Laboratorium Fisika dan Konservasi TAnah, Jurusan Tanah, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

1. Alumunium foil 2. Oven

3. Timbangan analitis 4. Eksikator

5. Ring sampel tanah

3.2.2 Bahan

1. Sampel tanah kering angin

2. Sampel tanah tidak terusik dalam ring sample (undisturbed soil)

3.3 Pelaksanaan Praktikum 3.3.1. Kadar Lengas Kering Angin

1. Menentukan berat alumunium foil (a gram)

2. Mengambil contoh tanah kering angin dan memasukkan kedalam alumunium foil kemudian menimbang beratnya (b gram)

3. Memasukkan alumunium foil yang berisi tanah (no.2) ke dalam oven dengan suhu 100-105oC selama 4 jam

4. Mengeluarkan dari oven dan memasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit kemudian menimbang (c gram)

3.3.2. Kadar Lengas Kapasitas Lapang

(7)

6

2. Meniriskan tanah pada alas pengatus hingga tidak ada tetesan air selama 6-48 jam jika tanah telah jenuh

3. Mengambil bagian tanah dalam ring dan memasukkan kedalam alumunium foil yang telah terukur beratnya (a gram)

4. Menimbang tanah dalam alumuniium foil (b gram) 5. Mengoven pada suhu 100-105oC selama 4 jam

6. Mengeluarkan sampel dalam alumunium dari oven dan memasukkan kedalam eksikator selama 15 menit kemudian menimbangnya

3.4 Variabel Pengamatan 1. Persentase kadar lengas

Pengamatan kadar lengas dilakukan setelah dioven selama 24 jam. Kadar lengas pada tanah diukur dengan perhitungan :

KL (%) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 (105)oC Berat air x 100% = (𝑐−𝑎 )(𝑏−𝑐) x 100%

3.5 Analisis Data

Analisis data pada pengamatan ini menggunakan analisis statistika kuantitatif.

(8)

7

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Diagram 1. Perbandingan presentase kadar lengas setiap lapisan

Terdapat empat lapisan tanah yang mana tiap lapisan memiliki kadar lengas tersendiri, untuk lapisan 3 dan lapisan 4 memang terlihat hampir sama namun hal tersebut salah. Antara lapisan 3 dan lapisan 4 kadar lengas lapisan 4 lebih besar sedikit daripada lapisan 3. Kadar lengas lapisan-lapisan tersebut dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah tiap lapisannya. Dasarnya kadar lengas adalah kemampuan tanah mengikat air, dengan penggunaan tanah kering oven maka tanah menjadi sangat sensitif dan deiperoleh kadar lengas seperti diagram 1. diatas.

4.2 Pembahasan

Sampel tanah yang digunakan pada praktikum adalah tanah entisol. Tanah entisol sendiri adalah tanah yangbaru berkembang atau bisa dibilang tanah muda. Tanah ini terbentuk dari akumulasi-akumulasi tanah disekitarnya sehingga tertumpuk dan menjadi tanah entisol. Tanah ini belum banyak mengalami perkebangan terbukti bahwa tanah entisol tidak memilki horison B dan horison E

0,00% 2,00% 4,00% 6,00% 8,00% 10,00% 12,00% 14,00% 16,00% 18,00%

Lapisan 1 Lapisan 2 Lapisan 3 Lapisan 4

Kadar Lengas Tanah (%)

Lapisan tanah

10,28% 10,13%

16,18% 15,15%

(9)

8

yang menandakan tanah tersebut telah terbentuk dan menjadi tanah yang solid. Karakteristik yang paling kentara adalah kelembaban serta pH tanah sering berubah-ubah, hal tersebut dikarenakan tanah entisol sangat mudah teroksidasi oleh udara sekitar.

Kelengasan pada setiap lapisan menunjukkan kemampuan memegang air, semakin baik atau tinggi kelengasannya maka semakin tinggi pula tanah tersebut dapat memegang air. Lapisan paling luar umumnya mempunyai kadar lengas yang paling kecil karena langsung berhubungan dengan udara sekitar, mengingat bahwa tanah entisol sang trentan terhadap perubahan baik yang disebabkan udara, air, maupun pH. Kehilangan air yang cukup tinggi juga didapatkan pada lapisan pertama karena paparan sinar matahari menyebabkan tanah melakukan proses evaporasi yang berlebih sehingga air tanah pada permukaan banyak yang menguap.

Berbanding terbalik dengan lapisan 1 yang mempunyai daya ikat terhadap air rendah sehingga sangat mudah untuk kehilangan air, lapisan 3 atau 4 mempunyai kelengasan yang tinggi karena tempatnya yang sedikit didalam dibandingkan dengan lapisan pertama yang langsung berhubungan dengan lingkungan luar. Kelembaban yang tinggi serta struktur tanah yang padat menyebabkan lapisan tiga dan empat dapat memegang air lebih lama dibandingkan lapisan atasnya. Lapisan empat umumnya memiliki sifat fisika tanah yang keras dan susah untuk dilewati air. Sifat dari lapisan empat tersebut cenderung stabil dan mampu mengikat air dalam jumlah besar dan banyak.

Faktor lain yang memeengaruhi kelengasan tanah adalah kemiringan lahan dan pori tanah terebut. Tanah dengan pori-pori yang lebar dan banyak umumnya dapat melepaskan air dengan mudah dan sangat sulit untuk memegang air dalam jangka waktu yang lama sedangkan kemiringan lahan juga erat hubungannya dengan pori tanah. Pori tanah yang lebar dan memiliki kemiringan yang agak curam akan mengakibatkan tanah tersebut menjadi agak lunak dan dapat menyerap air dengan mudah berbeda halnya dengan tanah yang memiliki pori kecil dan kemiringan yang curam maka air dari atas akan sangat mudah menuju ke lembah.

(10)

9

Tinggi atau rendahnya kadar lengas dalam hal pertanian dapat dipengaruhi oleh pengolahan lahan sebelum tanam. Tanah yang sering diolah dan pengolahannya sendiri menggunakan alat-alat pertanian tanpa memikir residu yang ditimbulkan maka tanah tersebut sangat mudah kehilangan air karena penguapan yang berlebih. Tanah yang seperti itu juga sangat jelek dalam mengikat air karena pori tanah terbuka semua sehingga air mudah lolos. Berbeda halnya dengan tanah yang diolah hana seperlunya saja atau bahkan tidak diolah maka tanah tersebut kemampuan memegang air sangat baik dengan catatan tanah tersebut memang subur. Kecenderungan memegang air yang stabil dari tanah yang belum diolah dapat dilihat pada lahan persawahan dan lahan perkebunan yang memilki tingkat memegang air atau kelengasan tanah yang sangat berbeda dengan mengesampingkan lapisan bahan organik yang terkandung dalam tanah tersebut.

(11)

10

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tanah yang mampu mengikat air dan memiliki lapisan-lapisan utama dalam horison dapat meningkatkan kualitas dari tanaman yang ditanam.

2. Tanah entisol merupakan tanah muda dan belum banyak mengalami perubahan sehingga dalammasalah kelengasan tanah ini cenderung berubah-ubah.

3. Lapisan pertama adalah lapisan yang berhadapan langsung ke lingkungan luar sehingga kelengasannya berubah-ubah, berbeda halnya dengan tanah pada lapisan 2, , dan 4 yang cenderung stabil.

5.2 Saran

Lebih ditegaskan lagi masalah hukuman yang telah dijatuhkan dan saat pengamatan harus benar-benar dipersiapkan sehingga hal-hal yang dapat mengganggu jalannya praktikum tidak terulang seperti laboratorium yang dikunci dan lain sebagainya.

(12)

11

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S. R, dan R. C. Putra. 2016. Pengolahan Lengas Tanah dan Laju Pertumbuhan Tanaman Karet Belum Menghasilkan Pada Musim Kemarau dan Penghujan. Warta Perkaretan. 35 (1) : 1-10.

Bartlett, M.S., E. Daly, J.J. McDonnell, A.J. Parolari, A Porporato. 2015. Stochastic Rainfall-Runoff Model with Explicit Soil Moisture Dinamics. Proc. R. Soc. A, 1 (3) : 1-26.

Feng, X., A. Porporato, I.R. Iturbe. 2015. Stochastic Soil Water Balance Under Seasonal Climates. Proc. R. Soc A, 6 (21) : 1-17.

Gaulton, R., F. M. Danson., F. A. Ramirez, and O. Gunawan. 2013. The Potential. Of Dual-Wavelength Laser Scanning for Estimating Vegetation Moisture Content. Remote Sensing of Environment. 32-39.

Holzman, M. E., R. Rivas, and M. C. Piccolo. 2013. Estimating Soil Moisture And The Relationship With Crop Yield Using Surface Temperature And Vegetation Index. International Journal of Applied Earth Observation and Geoinformation. 181-192.

Huang, M., Q. Wang., M. Zhang, and Q. Zhu. 2014. Prediction of Color and MoistureContent for Vegetable Soybean During Drying Using Hyperspectral Imaging Technology. Food Engineering. 24-30.

Kusumastuti, A. 2013. Aktivitas Mikroba Tanah, Pertumbuhan dan Rendeman Nilam (Pogostemon Cablin Benth) Pada Berbagai Aras Bahan Organik Serta Lengas Tanah di Ultisol. Pertanian Terapan. 13(2) : 78-84.

Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut : Potensi dan Kendala. Yogyakarta : Kanisius.

Prijono, S, dan M. T. S. Laksmana. 2016. Studi Laju Transpirasi Peltophorum

dassyrachis dan Gliricida Sepium Pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar

Serta Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. J-PAL. 7 (1) : 15-24.

Santosa, AZ. P. B., S. Notohadisuwarno, dan Soeprapto. 2015. Peranan Mulsa dan Pembenah Tanah pada Dinamika dan Pengawetan Lengas Tanah.

(13)

12 LAMPIRAN Data mentah

Kel Perlakuan Berat (Gram) Kadar lengas (%)

a b c

1 Lapisan 4 1,98 12,01 10,69 15,15%

2 Lapisan 3 1,9 11,88 10,49 16,8%

3 Lapisan 2 2,02 12,02 11,1 10,13%

4 Lapisan 1 2,24 12,21 11,28 10,28%

Perhitungan kelompok 2 lapisann 3

KL (%) =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 (105)oC Berat air x 100% = (11,88−10,49)(10,49−1,90 ) x 100

= (1,39)

(8,59 ) x 100

(14)

13 Tabel Acc dan Flowchart

(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

18 Dokumentasi

Gambar 1. Penimbangan tanah seberat 10 gram

(20)

19

Gambar 3. Memasukkan tanah yang telah ditimbang ke alumunium foil dan menimbangnya

(21)

20

Gambar 5. Pengeksikatoran tanah yang telah dioven

Gambar 6. Penimbangan tanah yang telah dieksikator

(22)

21 Literatur

Achmad, S. R, dan R. C. Putra. 2016. Pengolahan Lengas Tanah dan Laju Pertumbuhan Tanaman Karet Belum Menghasilkan Pada Musim Kemarau dan Penghujan. Warta Perkaretan. 35 (1) : 1-10.

(23)

22

Santosa, AZ. P. B., S. Notohadisuwarno, dan Soeprapto. 2015. Peranan Mulsa dan Pembenah Tanah pada Dinamika dan Pengawetan Lengas Tanah.

Magrobis Journal. 15 (1) : 1-10.

Kusumastuti, A. 2013. Aktivitas Mikroba Tanah, Pertumbuhan dan Rendeman Nilam (Pogostemon Cablin Benth) Pada Berbagai Aras Bahan Organik Serta Lengas Tanah di Ultisol. Pertanian Terapan. 13(2) : 78-84.

(24)

23

Holzman, M. E., R. Rivas, and M. C. Piccolo. 2013. Estimating Soil Moisture And The Relationship With Crop Yield Using Surface Temperature And Vegetation Index. International Journal of Applied Earth Observation and Geoinformation. 181-192.

(25)

24

Gaulton, R., F. M. Danson., F. A. Ramirez, and O. Gunawan. 2013. The Potential. Of Dual-Wavelength Laser Scanning for Estimating Vegetation Moisture Content. Remote Sensing of Environment. 32-39.

(26)

25

Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut : Potensi dan Kendala. Yogyakarta : Kanisius.

(27)

26

Huang, M., Q. Wang., M. Zhang, and Q. Zhu. 2014. Prediction of Color and MoistureContent for Vegetable Soybean During Drying Using Hyperspectral Imaging Technology. Food Engineering. 24-30.

(28)

27

Prijono, S, dan M. T. S. Laksmana. 2016. Studi Laju Transpirasi Peltophorum

dassyrachis dan Gliricida Sepium Pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar

Serta Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. J-PAL. 7 (1) : 15-24.

(29)

28

Bartlett, M.S., E. Daly, J.J. McDonnell, A.J. Parolari, A Porporato. 2015. Stochastic Rainfall-Runoff Model with Explicit Soil Moisture Dinamics. Proc. R. Soc. A, 1 (3) : 1-26.

(30)

29

Feng, X., A. Porporato, I.R. Iturbe. 2015. Stochastic Soil Water Balance Under Seasonal Climates. Proc. R. Soc A, 6 (21) : 1-17.

Gambar

Diagram 1. Perbandingan presentase kadar lengas setiap lapisan
Gambar 1. Penimbangan tanah  seberat 10 gram
Gambar 3. Memasukkan tanah yang telah ditimbang ke alumunium foil dan  menimbangnya
Gambar 5. Pengeksikatoran tanah yang telah dioven

Referensi

Dokumen terkait

Kurva perbandingan frekuensi setiap sensor higrometer terhadap kadar air pada sampel tanah berbeda (Inceptisol dan Oxisol) ... Kurva hubungan kadar air tanah dengan

Hal ini terjadi jika suatu tanah memiliki tingkat kadar air yang tinggi dalam menyerap air tanah, maka kepadatan tanah menjadi rendah karena pori-pori di dalam

Hal ini terjadi jika suatu tanah memiliki tingkat kadar air yang tinggi dalam.. menyerap air tanah, maka kepadatan tanah menjadi rendah karena

Pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air).Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan

Faktor-faktor yang memengaruhi kadar air dalam tanah adalah banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung

Manfaat yang diperoleh dalam praktikum penetapan kadar air tanah pada beberapa jenis dan tipe tanah yang berbeda adalah didapatkannya pengetahuan dan data yang aktual tentang

Pada sampel ini dihasilkan daya tahan terhadap remasan berupa lunak dengan sedikit tekanan antara jari tangan, tanah mudah tercerai menjadi butir kecil 3 Gambar 3 sampel tanah

Disamping percampuran bahan mineral Kadar Air tanah atau kelembabam tanah merupakan salah satu variable kunci dalam proses hidrologi yang berperan penting dalam menentukan