LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
BAB VI UTILITAS
VI.1 Pengadaan dan Kebutuhan Air VI.1.1 Unit Penyediaan Air
1. Sumber Air
Kebutuhan air PT. Petrokimia Gresik diperoleh dari dua sumber air, yaitu IPA Gunungsari yang memanfaatkan bahan baku air dari sungai Brantas dan IPA Babat yang memanfaatkan bahan baku air dari sungai Bengawan Solo.
Water Intake Gunungsari-Surabaya
750 m3/jam
Water Intake Babad-Lamongan
2000 m3/jam
LTW
RCW
Lime Softener
Unit
LTW
Water Treatment Demin Plant = 70 m3/jam Portable Water = 5 m3/jam
Asam Sulfat & Ut. III Asam Phospate Gypsum & AlF3
ZA II T-6530 Service water Pabrik I
Utilitas I Pabrik III
TK-1201 15000 m3
TK-3951 15000 m3
TK-10 5000 m3
LTW 300 m3/jam
350 m3/jam
Gambar VI.1 Water Treatment Plant A. Water Intake Gunungsari
Air pengolahan IPA Gunungsari didistribusikan ke Gresik sepanjang 22 km dengan pipa berdiameter 14 inchi, kemudian ditampung di tangki berkapasitas 720 m3/jam. Softwater ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan air pendingin, air proses, air demineralisasi, umpan air boiler, dan air minum. Spesifikasi air pengolahan IPA Gunungsari:
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
Jenis : Softwater
pH : 9-10
Total hardness : Max. 100 ppm sebagai CaCO3
Turbidity : Max 3 ppm Residual Chlorine : 0,2-0,5 ppm Kapasitas : 720 m3/jam B. Water Intake Babat
Air pengolahan IPA Babat didistribusikan ke Gresik sepanjang 60 km dengan pipa berdiameter 28 inchi, kemudian ditampung di tangki berkapasitas 2.500 m3/jam. Hardwater ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan service water dan hydrant water. Spesifikasi air pengolahan IPA Babat:
Jenis : Hardwater
pH : 7,5-8,3
Total hardness : Max. 200 ppm sebagai CaCO3
Turbidity : Max 3 ppm Residual chlorine : 0,4-1 ppm Kapasitas : 720 m3/jam 2. Pre-Treatment
Tahapan proses pengolahan air di Babat dan Gunungsari secara umum adalah sebagai berikut :
a. Penghisapan
Tahap ini menggunakan penghisapan yang dilengkapi dengan pompa vakum untuk mengalirkan air dari sungai ke stasiun pemompa air.
Pemakaian sistem ini disebabkan ketinggian air tidak tetap.
b. Penyaringan
Tahap ini menggunakan course and fine screen yang berfungsi untuk menyaring kotoran sungai berukuran besar yang terpompa.
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
c. Pengendapan
Pengendapan dilakukan dengan cara memakai settling pit untuk mengendapkan partikel-partikel yang tersupensi dalam air. Faktor yang mempengaruhi proses ini antara lain adalah laju alir dan waktu tinggal.
d. Flokulasi dan koagulasi
Tahap ini bertujuan untuk mengendapkan suspense partikel koloid yang tidak terendapkan karena ukurannya sangat kecil dan muatan listrik pada permukaan partikel yang menimbulkan gaya tolak menolak antara partikel koloid. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan penambahan koagulan yang dapat memecahkan kestabilan yang ditimbulkan oleh muatan listrik tersebut. Partikel-partikel koloid yang tidak stabil tersebut akan saling berkaitan sehingga terbentuk flok dengan ukuran besar dan mudah terendapkan.
e. Clarifier
Tahap ini dilakukan dengan memakai alat pulsator untuk mendapatkan flok yang terbentuk pada proses flokulasi dan koagulasi pada zona – zona pengendapan di alat tersebut.
f. Filtrasi
Tahap ini dilakukan dengan menggunakan saringan pasir silika untuk menyaring padatan tersuspensi. Semakin banyak partikel padatan tertahan difilter, pressure drop akan semakin besar. Hal ini menyebabkan naiknya level air. Pada batas tertentu filter perlu dibersihkan agar operasi berlangsung normal. Pembersihan filter dilakukan dengan backwash.
g. Penampungan
Tahap penampungan dan pemompaan dilakukan dengan pompa centrifugal.
Pada tahap ini juga diinjeksikan klorin untuk membunuh bakteri di sepanjang perpipaan, baik dari IPA Gunungsari maupun dari IPA Babat, ke Gresik.
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
VI.1.2 Unit Pengolahan Air 1. Demineralized Water Unit
Demineralized Water Unit berfungsi untuk menghilangkan garam-garam terlarut dalam Lime Treatment Water dari Lime Softening Unit. Lime Softening Unit (LSU) berfungsi untuk menurunkan hardness air (terutama garam Ca dan Mg) dari Water Intake Gunungsari dan Water Intake Babat dengan pengikatan oleh penambahan larutan kapur dan polyelectrolyte dalam alat cyrculator clarifier.
2. Service Water/Clarified Water (CLW)
Hard Water yang telah melewati penyaringan kotoran dari sungai (klarifikasi) dapat digunakan sebagai service water, yaitu air yang digunakan untuk keperluan service pabrik yang tidak berhubungan dengan proses, seperti mencuci peralatan, menyiram limbah-limbah, dan lain-lain.
3. Soft Water
Sebagian hard water yang sudah disaring kotorannya kemudian melewati Lime Softening Unit. Tugas utama dari Lime Softening adalah mengolah hard water dari tangki menjadi soft water dengan penambahan larutan kapur, tawas dan polyelectrolite dalam dua buah circulator clarifier. Soft water adalah air yang sudah dikurangi kadar kalsium dan magnesium di dalamnya, air ini kemudian akan diproses lagi untuk digunakan sebagai process water atau sebagai umpan ke boiler. Dalam unit ini, larutan kapur soda abu dan polyelectrolite akan ditambahkan pada hard water sehingga Ca bikarbonat dan Mg bikarbonat yang larut dalam air berubah menjadi Ca karbonat dan Mg karbonat yang tidak larut dan mengendap dengan reaksi:
Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 → 2CaCO3 + 2H2O
Mg((HCO3)2 + 2Ca(OH)2 → 2CaCO3 + Mg(OH)2 + 2H2O 4. Demin Water Unit
Unit ini diperlukan untuk mengubah soft water menjadi air bebas mineral/air demin. Air bebas mineral ini dimanfaatkan untuk air proses dan air umpan boiler. Air bebas mineral adalah yang bebas dari mineral seperti ion
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
positif (Ca2+, Mg2+, Na+) dan ion negatif (Cl- ,SO43-, PO43- , dan lain-lain) yang dapat merusak alat dan mengganggu proses. Deskripsi umum proses pengolahan air di unit demineralisasi adalah air dari tangki melalui pompa disaring dengan quartzite filter lalu dialirkan ke cationic exchanger melalui nozzle-nozzle, kemudian air tersebut dialirkan kebagian atas degasifier (untuk menghilangkan kadar CO2 dan O2). Dari bagian bawah degasifier, air dipompa melalui nozzle ke bagian atas anionic exchanger kemudian air dialirkan ke mixed exchanger. Air produk dari mixed exchanger sebagian besar langsung dipakai sebagai air umpan di tangki.
5. Air Pendingin (Cooling Water/CW)
Cooling water dibutuhkan sebagai pendingin pada seluruh Plant Revamping. Cooling water disuplai dari dua unit Cooling Tower, yaitu 30-T- 6511 dan 30-T6521. Cooling Tower 30- T-6511 menyuplai kebutuhan air pendingin pada Unit PA (Asam Fosfat), sementara Cooling Tower 30-T-6521 menyuplai kebutuhan air pendingin pada unit proses/unit PG (Power Generation) dengan masing-masing berkapasitas 7200 m3/jam. Sementara kebutuhan air pendingin untuk unit Asam Fosfat dan Power Generation masing- masing adalah 5000 m3/jam.
Pengolahan air pendingin menggunakan sistem Open Circulating Cooling Water System, di mana air menyerap panas melalui heat exchanger hingga temperatur air meningkat. Air kemudian didinginkan kembali di dalam Cooling Tower menggunakan udara. Sebagian air akan menguap selama proses pendinginan berlangsung.
VI.2 Penyediaan Uap Air
Kebutuhan steam di Departemen Produksi IIIA dipenuhi oleh boiler unit batubara dan Waste Heat Boiler (WHB).
1. Waste Heat Boiler (WHB)
Air umpan yang digunakan pada unit WHB berasal dari demin water unit.
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
(sulphur furnace). Steam yang dihasilkan dari unit WHB dipanaskan kembali menjadi uap kering pada unit superheater. Kemudian, steam yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan extraction condensing turbine 17,5 MW.
Berikut karakteristik steam yang dihasilkan unit WHB.
Tabel VI.1 Karakteristik steam yang dihasilkan unit WHB SA plant No. Parameter Nilai
1 2 3
Tekanan Temperatur Laju alir
36 kg/cm2 2400°C 91 ton/jam 2. Boiler
Boiler berfungsi untuk menghasilkan steam yang akan digunakan untuk menggerakkan back pressure admission turbine 12,5 MW. Boiler menghasilkan steam dengan menggunakan panas hasil pembakaran batu bara. Berikut merupakan karakteristik steam yang dihasilkan boiler unit batu bara dapat dilihat pada tabel di bawah
Tabel VI.2 Karakteristik steam yang dihasilkan boiler unit batu bara No. Parameter Nilai
1 2 3
Tekanan Temperatur Laju alir
36 kg/cm2 400°C 91 ton/jam
VI.3 Pengadaan dan Kebutuhan Listrik
Listrik pada disuplay dari Service Unit/Utilitas III di wilayah Pabrik III atau dari GTG (Gas Turbine Generator) di wilayah Pabrik III dengan tegangan 6 KV.
GTG berjalan dengan kapasitas normal 15 MW (desain optimum 26,5 MW dan desain maksimal 32 MW). Pada operasi normal, GTG menggunakan bahan bakar gas alam dari Pulau Kangean, Madura sebesar 7-8 MMSCFD. Apabila terjadi penurunan gas, GTG akan pindah secara otomatis ke bahan bakar solar. Service unit dilengkapi dengan satu buah back up diesel berkapasitas 1 MW. Gas buang yang dihasilkan GTG memiliki kalori yang cukup tinggi sehingga digunakan untuk
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
menghasilkan steam pada Waste Heat Boiler, dengan fasilitas additional firing dengan bahan bakar gas alam. Pasokan listrik sebesar 6 KV akan didistribusikan untuk:
a. 6 KV : Untuk motor di atas 150 KW : MC 5101-1, MC 5302 AB, MC 5603 b. 380 V : Untuk motor-motor di bawah 150 KW
c. 220 V : Untuk instrument dan penerangan.
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
VII.1 Secara Umum
Setiap industri kimia selalu memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi.
Mesin-mesin, bahan kimia, ataupun kecerobohan individu dapat menyebabkan sebuah kecelakaan. Oleh sebab itu memerlukan jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan perusahaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus mutlak dilaksanakan di dalam perusahaan sebagai usaha untuk mencegah dan mengendalikan kerugian yang diakibatkan dari adanya kecelakaan, kebakaran, kerusakan harta benda perusahaan dan kerusakan lingkungan serta bahaya-bahaya lainnya.
Sehubungan dengan hal di atas, Keselamatan dan Kesehatan Kerja diterapkan di PT. Petrokimia Gresik sebagai usaha menjabarkan UU No. 1 tahun 1970 dan peraturan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja lainnya guna melakukan perlindungan terhadap semua aset perusahaan baik sumber daya manusia maupun faktor produksi lainnya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja sudah terintegrasi di dalam semua fungsi perusahaan, baik fungsi perencanaan, produksi dan pemasaran serta fungsi-fungsi lainnya yang ada di dalam perusahaan.
Tanggung jawab pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan merupakan kewajiban seluruh karyawan maupun semua orang yang berada di dalam lingkungan PT. Petrokimia Gresik. Keberhasilan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja didasarkan atas kebijaksanaan pengolahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diambil oleh pimpinan perusahaan yang di antaranya adalah:
1. Komitmen Top Managemen 2. Kepemimpinan yang tegas
3. Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di dalam struktur organisasi perusahaan
4. Sarana dan prasarana yang memadai
5. Integrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada semua fungsi perusahaan
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
6. Dukungan semua karyawan dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Sasaran pencapaian pengolahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah nihil kecelakaan (Zero Accident) yang disertai adanya produktivitas tinggi sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai secara optimal
VII.2 Kebijakan K3 (Safety Policy)
PT. Petrokimia Gresik bertekad menjadi perusahaan pupuk dan petrokimia kelas dunia yang mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta pelestarian lingkungan hidup dalam setiap kegiatan operasionalnya. Sesuai dengan nilai-nilai dasar tersebut, direksi PT. Petrokimia Gresik menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut (26 Oktober 2001 / PS 00.0001):
1. Direksi berusaha untuk selalu meningkatkan perlindungan K3 bagi setiap orang yang berada di tempat kerja serta mencegah adanya kejadian dan kecelakaan yang dapat merugikan perusahaan
2. Perusahaan menetapkan UU No. 1/70, Peraturan Menteri No. 05/MEN/1996 serta peraturan dan norma di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
3. Setiap pejabat bertanggung jawab atas dipatuhinya K3 oleh setiap orang yang berada di unit kerjanya
4. Setiap orang yang berada di tempat kerja wajib menerapkan
VII.3 Filosofi Dasar Penerapan K3
1. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas
2. Setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu adanya jaminan keselamatan
3. Setiap sumber-sumber produksi harus digunakan secara aman dan efisien 4. Pengurus/pimpinan perusahaan diwajibkan memenuhi dan menaati semua
syarat-syarat dan ketentuan keselamatan kerja yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
5. Setiap orang yang memasuki tempat kerja diwajibkan menaati semua persyaratan keselamatan kerja
6. Tidak terjadi kecelakaan
VII.4 Tujuan dan Sasaran K3
Tujuan dari pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman, efisien, dan produktif.
Sasaran dari pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain:
1. Memenuhi Undang – Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 2. Memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05 / PERMEN / 1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 3. Mencapai nihil kecelakaan.
VII.5 Dasar Pelaksanaan K3
1. Pada masa konstruksi (1967 –1972)
Dasar Hukum : Veiligheads Reglementtahun1910 Misi : Menerapkan sistem kerja yang aman Tujuan : Memenuhi Standart Quality Performance 2. Pada masa produksi (1972 –sekarang)
Dasar Hukum : UU No. 1 tahun 1970 dan peraturan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Misi : Integrasi K3 didalam semua fungs iperusahaan
Tujuan : Mencapai tujuan perusahaan dan mengembangkan usaha disertai Nihil Kecelakaan (Zero Accident)
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
VII.5.1 Organisasi Struktural
Organisasi K3 Struktural dibentuk agar dapat menjamin penerapan K3di PT. Petrokimia Gresik sesuai dengan Undang-undang No. 1/70 serta peraturan K3 lainnya dan penerapan K3 dapat dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga tercapai kondisi yang aman, nyaman dan produktif. Organisasi struktural yang membidangi K3 adalah Bagian K3 dan bertanggung jawab kepada Departemen Lingkungan &
K3.
DIREKSI Kebijakan K3 di Perusahaan
KAKOMP/KASAT/SEKPER KADEP/KARO/KABID
Bertanggung jawab:
1. Penerapan K3 secara efektif 2. Menciptakan kultur K3
3. Pengawasan K3
KABAG/KASI
Bertanggung jawab:
1. Program & Operasional 2. Penerapan peraturan K3
3. Pengawasan K3
KARU/PELAKSANA
Bertanggung jawab:
1. Penerapan K3 di unit kerja 2. Ketaatan pelaksanaan K3
BADAN K3
Bertanggung jawab:
1. Penerapan K3 di unit kerja 2. Ketaatan pelaksanaan K3 P2K3
Bertanggung jawab:
1. Pengawasan dan pembinaan K3 di perusahaan
DEP/BIRO PENGELOLA
1. K3 2. Lingkungan
3. Keamanan Bertanggung jawab:
1. Penerapan K3 2. Pengembangan K3 3. Pengawasan pelaksanaan K3
di perusahaan
Gambar VII.1 Struktur Organisasi K3 PT. Petrokimia Gresik Tugas K3:
1. Menjamin pelaksanaan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 dan peraturan Peraturan K3 di tempat kerja.
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
3. Melakukan pembinaan K3 kepada setiap orang yang berada di tempat kerja.
4. Menjamin tersedianya Alat Pelindung Diri (APD) bagi karyawan sesuai dengan bahaya kerja di tempat kerjanya masing-masing.
5. Membuat dan merencanakan program kesehatan kerja dan gizi kerja karyawan.
6. Pemeriksaan lingkungan kerja.
VII.5.2 Organisasi Non Struktural
1. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) Dibentuk sebagai pemenuhan Bab VI Pasal 10 Undang-Undang No. 1/1970, sebagai wadah kerjasama antara pimpinan perusahaan dan tenaga kerja dengan tugas menangani aspek K3 secara strategis di perusahaan
2. Sub P2K3 adalah organisasi yang dibentuk di unit kerja untuk menangani aspek K3 secara teknis di Unit Kerja Kompartemen
3. Safety Representative dibentuk sebagai perwakilan K3 di unit-unit kerja yang bersangkutan sebagai usaha mempercepat pembudayaan K3, melakukan peningkatan K3, dan menjadi model K3 di unit kerjanya.
A. Pembentukan P2K3 dan Sub P2K3 Dasar pembentukan:
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Bab VI Pasal 10
Tentang: Pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Permen Naker No.PER-04/Men/1987
Tentang: P2K3 serta tata cara penunjukkan Ahli K3 (AK3) 3. Permen Naker No. PER-05/MEN/1996
Tentang: Sistem Manajemen K3 Tujuan:
1. Meningkatkan budaya K3
2. Meningkatkan tanggung jawab K3 kepada Pimpinan Unit Kerja 3. Mengembangkan dalam pengelolaan dan penerapan K3 di perusahaan.
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
Struktur Organisasi P2K3:
Ketua : Direktur Produksi
Wakil Ketua : Management Representative (MR) Sekretaris I : Manager K3
Sekretaris II : Kabag Keselamatan dan Kesehatan Kerja Anggota tetap:
1) Manager Keamanan 2) Manager Personali
3) Manager Pemadam Kebakaran Anggota biasa : Semua Pejabat Eselon I dan II Tugas dan tanggung Jawab:
1. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3):
a. Mengembangkan kerja sama saling pengertian dan partisipasi aktif antara pimpinan perusahaan dengan setiap orang di tempat kerja, dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Menyelenggarakan pembinaan dan pengawasan bagi setiap orang di tempat kerja dalam usaha pencegahan kecelakaan, kebakaran dan pencemaran lingkungan (tempat) kerja.
c. Mengembangkan kerja sama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja dengan lembaga pemerintah dan/atau lembaga lainnya untuk pengembangan dan peningkatan dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Petrokimia Gresik.
d. Menyelenggarakan sidang P2K3 secara periodik.
2. Sub Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SP2K3):
a. Membuat Program K3 untuk meningkatkan kesadaran K3 di unit kerjanya.
b. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan K3 di unit kerjanya.
c. Melakukan pemeriksaan K3 yang mencakup kondisi yang tidak aman, sikap yang tidak aman, kebersihan lingkungan kerja, dan estetika.
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
d. Melaksanakan identifikasi bahaya, penilaian risiko, menerapkan Job Safety Analisis (JSA), dan Job Safety Observation (JSO).
e. Melaksanakan rapat K3 pada bulan berjalan untuk membahas aspek K3 di unit kerjanya.
f. Melaksanakan tindak lanjut hasil temuan pemeriksaan dan rapat K3 di masing-masing unit kerjanya.
g. Melaporkan temuan K3 yang mempunyai potensi bahaya tinggi pada sidang P2K3.
B. Struktur Organisasi Sub Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SP2K3) :
Ketua : General Manager per masing-masing unit kerja setempat.
Wakil Ketua : Kabag masing-masing unit kerja yang ditunjuk.
Anggota kerja :
1) Semua Manager unit Kerja setempat.
2) Semua kabag unit kerja setempat.
3) Semua safety representative unit setempat 4) Staf K3 unit kerja setempat.
C. Objek Pengawasan P2K3 :
1) Sikap kerja yang dapat membahayakan.
2) Keadaan yang dapat membahayakan.
3) Kebersihan lingkungan kerja.
D. Safety Representative
Safety Representative adalah merupakan komite pelaksana K3 yang mempunyai tugas untuk melaksanakan dan menjabarkan kebijakan K3 perusahaan serta melakukan peningkatan-peningkatan K3 di unit kerja yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. SKPTS No.
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
0254/08/TU.04.02/36/SK/2004 Tanggal :10 Agustus 2004 tentang SAFETY REPRESENTATIVE, berisi sebagai berikut:
1. Struktur Organisasi
Anggota Tetap : Pejabat Eselon V sampai dengan Eselon I Pembina Manager di masing-masing Unit Kerja.
Pengawas : Kabag/Eselon III Di masing-masing Unit Kerja.
Anggota Bergilir : Karyawan Eselon IV/V/Pelaksana yang ditunjuk masing-masing unit kerja.
2. Tugas dan tanggung jawab
a. Menjadi teladan pelaksanaan K3 di unit kerjanya.
b. Berperan aktif:
1. Menegakkan peraturan K3 di unit kerjanya
2. Memberikan teguran dan/atau saran kepada setiap orang yang melakukan penyimpangan/pelanggaran peraturan dan prosedur K3 yang ditetapkan pimpinan perusahaan.
3. Melakukan safety patrol/pemeriksaan K3 di unit kerjanya secara mandiri atau gabungan bersama Tim Sub P2K3 yang mencakup sikap dan kondisi yang tidak aman, pemeriksaan lingkungan kerja, estetika dan aspek K3 lainnya, secara rutin.
4. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebersihan, keindahan, kenyamanan dan menjaga kerapian baik di dalam maupun di luar gedung di unit kerjanya.
5. Mencatat semua temuan dan secara rutin membuat laporan kegiatan sesuai dengan prosedur pelaporan dan pemantauan K3.
6. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tindak lanjut setiap temuan K3 di unit kerjanya.
7. Berperan aktif:
A. Di dalam upaya pencegahan kecelakaan, kebakaran, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan di unit kerjanya.
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
B. Melakukan pengawasan pemakaian sepeda static (crosstrainer) yang ada di unit kerjanya.
8. Menghadiri undangan Rapat Sub P2K3 dan/atau rapat-rapat K3 yang diadakan oleh Sub P2K3 atau unit kerjanya.
9. Sebagai Unit Bantuan Penanggulangan Kebakaran dan Penanggulangan Keadaan Darurat Pabrik di unit kerjanya dan/atau di seluruh kawasan perusahaan.
10. Sebagai unit bantuan Pengamanan Perusahaan di Unit Kerjanya.
11. Memantau fasilitas K3:
A. Kotak P3K dan kelengkapan isinya serta memberikan saran pengisiannya.
B. Alat Pemadam Api Ringan yang ada di unit kerjanya serta memberikan saran penggantian apabila tidak layak digunakan.
C. Penempatan bendera petunjuk evakuasi.
12. Sebagai pembawa bendera evakuasi yang ada di unit kerjanya untuk tindakan evakuasi ke Assembly Point pada saat terjadi kondisi darurat.
13. Mengikuti pelatihan K3 yang dilaksanakan oleh perusahaan.
E. Aktivitas K3 untuk Mencapai Nihil Kecelakaan Kegiatan yang dilakukan:
1. Penerapan SMK3 sesuai dengan Peraturan Menteri No.5/MEN/1996 2. Pelatihan dan penyegaran K3 seluruh karyawan sesuai dengan jenjang
jabatannya
3. Pengawasan peraturan K3 4. Pemeriksaan P2K3
5. Promosi K3 dengan Pagging System 6. Penerapan Surat Ijin Keselamatan Kerja
7. Pembagian APD setiap karyawan sesuai dengan bahaya kerjanya 8. Pemasangan safety sign dan poster K3
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
9. Kampanye bulan K3
10. Investigasi kecelakaan untuk pelaporan dan penyelidikan kecelakaan kerja 11. Membentuk dan mengefektifkan Safety Representative Audit SMK3
internal dan eksternal
12. Pemeriksaan dan pemantauan gas-gas berbahaya
13. Pelatihan Penanggulangan Keadaan Darurat Pabrik atau STDL 14. Pembinaan K3 tenaga bantuan
15. Pembinaan K3 bagi pengemudi dan pembantu pengemudi B3 16. Pembinaan K3 untuk mahasiswa kerja praktik
17. Membuat rencana dan program kesehatan kerja karyawan 18. Meningkatkan gizi kerja karyawan
19. Memeriksa lingkungan kerja
20. Pemeriksaan kebersihan tempat kerja
F. Peran Aktif Pimpinan Unit Kerja 1. Menjadi Safety Man di unit kerjanya 2. Membudayakan K3 di unit kerjanya
3. Mengevaluasi bahaya kerja di unitnya dan mencari solusi terbaik 4. Membuat Job Safety Analysis dan Job Safety Observation (JSA/JSO) 5. Melakukan kontrol proaktif dan reaktif terhadap kondisi dan sikap yang
membahayakan serta kebersihan lingkungan kerja
6. Mengevaluasi kebutuhan alat pelindung diri yang sesuai dengan bahaya kerja di unit kerjanya serta melakukan pengawasan pemakaiannya
7. Mengawasi dan melaksanakan peraturan, prosedur dan ketentuan K3 di unit kerjanya.
VII.6 Evaluasi Kinerja K3 1. Frequency Rate
Ukuran yang digunakan menghitung atau mengukur tingkat kekerapan
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
2. Severity Rate
Ukuran yang digunakan menghitung atau mengukur tingkat Keparahan kecelakaan kerja untuk setiap juta jam kerja orang
3. Audit SMK3
Sistem penilaian program dan kinerja K3 di perusahaan dengan pokok sasaran:
a. Manajemen Audit
Menilai pelaksanaan K3 di perusahaan b. Physical Audit
Penilaian perangkat keras di unit kerja.
VII.7 Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri bukan merupakan alat untuk melenyapkan bahaya di tempat kerja, namun hanya merupakan usaha untuk mencegah dan mengurangi kontak antara bahaya dan tenaga kerja sesuai dengan standar kerja yang diizinkan.
Pengertian dari Alat Pelindung Diri adalah:
1. Alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja
2. Cara terakhir perlindungan bagi tenaga kerja setelah upaya menghilangkan sumber bahaya tidak dapat dilakukan
Penyediaan alat pelindung diri ini merupakan kewajiban dan tanggung jawab bagi setiap pengusaha atau pimpinan perusahaan sesuai dengan UU No. 1 tahun1970.
Jenis-Jenis alat pelindung diri (APD) antara lain : 1. Topi keselamatan (safety head)
Untuk melindungi kepala terhadap benturan, kemungkinan tertimpa benda- benda yang jatuh, melindungi bagian kepala dari kejutan listrik ataupun terhadap kemungkinan terkena bahan kimia yang berbahaya. Digunakan selama jam kerja di daerah instalasi pabrik.
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
2. Alat pelindung mata (Eye Goggle)
Untuk melindungi mata terhadap benda yang melayang, geram, percikan, bahan kimia dan cahaya yang menyilaukan. Digunakan ditempat-tempat:
a. Di daerah berdebu
b. Menggerinda, memahat, mengebor, membubut, dan memfrais
c. Di mana terdapat bahan kimia yang berbahaya termasuk asam atau alkali d. Pengelasan
3. Alat pelindung muka
Untuk melindungi muka dari dahi sampai batas leher.
a. Pelindung muka yang tahan terhadap bahan kimia yang berbahaya (warna kuning). Digunakan di mana terhadap atau handle bahan asam atau alkali b. Pelindung muka terhadap pancaran panas (warna abu-abu)
c. Digunakan di tempat kerja di mana pancaran panas dapat membahayakan karyawan
d. Pelindung muka terhadap pancaran sinar ultra violet dan inframerah 4. Alat pelindung telinga
Untuk melindungi telinga terhadap kebisingan di mana bila alat tersebut tidak dipergunakan dapat menurunkan daya pendengaran dan ketulian yang bersifat tetap. Digunakan:
a. Ear Plug
Digunakan di daerah bising dengan tingkat kebisingan sampai dengan 95 dB
b. Ear Muff
Digunakan di daerah bising dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 95 dB
5. Alat pelindung pernafasan
Untuk melindungi hidung dan mulut dari berbagai gangguan yang dapat membahayakan karyawan. Terdiri dari:
a. Masker kain
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
b. Masker dengan filter untuk debu
Digunakan untuk melindungi hidung dan mulut dari debu dan dapat menyaring debu pada ukuran rata-rata 0,6 mikron sebanyak 98%
c. Masker dan filter untuk debu dan gas
Digunakan untuk melindungi hidung dan mulut dari debu dan gas asam, uap bahan organik, fumes, asap dan kabut. Dapat menyaring debu pada ukuran rata- rata 0,6 mikron sebanyak99,9% dan dapat menyerap gas/uap/fumes sampai 0,1% volume atau 10 kali konsentrasi maksimum yang diizinkan d. Masker gas dengan tabung penyaring (canister filter)
Digunakan untuk melindungi mata, hidung, mulut dari gas/uap/fumes yang dapat menimbulkan gangguan pada keselamatan dan kesehatan kerja. Syarat pemakaian:
1) Tidak boleh untuk pekerjaan penyelamatan korban atau dipergunakan di ruangan tertutup
2) Tidak boleh digunakan bila kontaminasi gas tidak dikenal atau didaerah dengan kontaminasi lebih dari 1% untuk ammonia
3) Konsentrasi oksigen harus di atas 16%
4) Tabung penyaring yang dipergunakan harus sesuai dengan kontaminasi gas/uap/fumes
e. Masker gas dengan udara bertekanan dalam tabung (self containing breathing apparatus)
Digunakan untuk melindungi mata, hidung dan mulut dari gas / uap / fumes yang dapat menimbulkan gangguan keselamatan dan kesehatan karyawan.
Syarat pemakaian:
1) Digunakan didaerah dengan konsentrasi oksigen kurang dari16%
2) Digunakan bilamana kontaminasi tidak bisa diserap dengan pemakaian tabung penyaring (kontaminasi > 1%)
3) Dapat dipergunakan untuk penyelamatan korban 4) Waktu pemakaian 30 menit
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
5) Masker gas dengan udara tekan yang dibersihkan (Supplied air respirator)
f. Masker gas dengan udara dari blower yang digerakkan tangan (a hand operate dblower)
Digunakan untuk melindungi mata, hidung, mulut dari gas/uap/fumes yang dapat menimbulkan gangguan pada keselamatan dan kesehatan karyawan.
Syarat pemakaian:
1) Dapat digunakan di daerah yang kadar oksigennya kurang 2) Kontaminasi gas/uap/fumes yang tinggi
3) Dapat dipergunakan terus menerus sepanjang blower diputar di mana pengambilan udara blower harus dari tempat yang bersih, bebas dari kontaminasi
6. Alat Pelindung kepala
Jenis-jenis alat pelindung kepala:
a. Kerudung kepala (Hood)
Digunakan untuk melindungi seluruh kepala dan bagian muka terhadap kotoran bahan lainnya yang dapat membahayakan maupun yang dapat mengganggu kesehatan karyawan.
b. Kerudung kepala dengan alat perlindungan nafas
Digunakan di daerah kerja yang berdebu, terdapat gas/uap/fumes yang tidak lebih dari 1% volume atau 10 kali dari konsentrasi maksimum yang diizinkan.
c. Kerudung kepala anti asam atau alkali
Digunakan untuk melindungi seluruh kepala dan bagian muka dari percikan bahan kimia yang bersifat asam atau alkali.
7. Sarung tangan
Digunakan untuk melindungi tangan terhadap bahaya fisik, kimia dan listrik.
a. Sarung tangan kulit, dipakai bila bekerja dengan benda yang kasar, tajam b. Sarung tangan asbes, digunakan bila bekerja dengan benda yang panas
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
d. Sarung tangan karet, digunakan bila bekerja dengan bahan kimia yang berbahaya, korosif dan iritatif
e. Sarung tangan listrik, digunakan bila bekerja dengan kemungkinan terkena bahaya listrik
8. Sepatu Pengaman
Untuk melindungi kaki terhadap gangguan yang membahayakan karyawan di tempat kerja.
a. Sepatu keselamatan
Digunakan untuk melindungi kaki dari benda yang keras atau tajam, luka bakar karena bahan kimia yang korosif, tertembus benda tajam dan untuk menjaga agar seseorang tidak jatuh terpeleset oleh air/minyak
b. Sepatu karet
Digunakan untuk melindungi kaki terhadap bahan kimia yang berbahaya c. Sepatu listrik
Digunakan apabila bekerja dengan kemungkinan terdapat bahaya listrik 9. Baju Pelindung
Untuk melindungi seluruh bagian tubuh terhadap berbagai gangguan yang dapat membahayakan karyawan.
a. Baju pelindung yang tahan terhadap asam atau alkali(warna kuning) digunakan untuk melindungi seluruh bagian tubuh terhadap percikan bahan kimia yang berbahaya baik asam maupun alkali
b. Baju pelindung terhadap percikan pasir digunakan untuk melindungi seluruh bagian tubuh terhadap percikan pasir pada saat membersihkan logam dengan semprotan udara
VII.8 Keselamatan Pabrik
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang telah berkembang dengan pesat memberikan manfaat yang nyata dalam kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. Bidang industri merupakan aplikasi kemajuan manusia ke depannya.
Pada saat revolusi berlangsung perundangan yang berlaku hanyalah hukum-hukum
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
kebiasaan atau pandangan umum, tanpa adanya undang-undang khusus yang melindungi dan memberikan jaminan keselamatan kepada para pekerja. Selain jaminan pada para pekerja, keselamatan dari pabrik itu sendiri juga harus diperhatikan demi kelancaran produksi dipabrik PT. Petrokimia Gresik.
Keselamatan Pabrik ini meliputi:
a. Penyimpanan bahan-bahan kimia untuk proses produksi b. Peralatan-peralatan apabila terjadi kebakaran
VII.9 Klasifikasi Bahaya
Klasifikasi bahaya menurut Frank E. Bird Jr.:
1. Bahaya Kelas A
Suatu keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya cidera tetap, meninggal atau kehilangan bagian badan, bahkan kerugian yang besar terhadap perusahaan, baik dari segi peralatan, bangunan, bahkan keuntungan. Contoh:
Reaktor, tangki atau vessel bahan berbahaya dan beracun apabila pada kondisi over pressure, temperatur berlebih dan terjadi pecahan dapat mengakibatkan peledakan, kebakaran, dan pencemaran.
2. Bahaya Kelas B
Suatu keadaan yang mempunyai potensial untuk menyebabkan cedera yang bersifat cacat sementara atau kerusakan harta yang berupa kehancuran kurang parah dibandingkan kelas A. Contoh: Tumpahan B3 yang dapat terjadi karena kelengahan sehingga menimbulkan kebakaran dan pencemaran lingkungan dengan skala sedang.
3. Bahaya Kelas C
Suatu keadaan yang mempunyai potensial untuk menyebabkan terjadinya cedera atau perusakan harta tetapi bukan kehancuran. Contoh: Tumpahan B3 yang disebabkan adanya kebocoran atau overflow tangki, vessel, dan lain-lain sehingga menimbulkan kebakaran dan pencemaran lingkungan dengan skala kecil.
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
BAB VIII
UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH
VIII.1 Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan limbah cair unit terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1. Lime Handling
Gambar VIII.1 Lime Handling
Bahan masuknya yaitu kapur powder kandungan CaO aktif 70% kemasan karung plastik sebanyak 50 kg. Prosesnya yaitu kapur dalam kemasan karung plastik sebanyak 50 kg di salurkan menggunakan belt conveyor kemudian masuk ke bag Opener lalu menuju ke Drag Conveyor kemudian Silo dan akhirnya masuk ke Lorry Tank.
Product berupa kapur powder dikirim ke unit :
a. Effluent Treatment untuk menetralkan air limbah pabrik b. Cement Retarder untuk penetralan butiran/granul
c. Serpihan plastik seperti kantong kapur dibuang ke scrap area
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
2. Primary effluent treatment Section
Gambar VIII.2 Primary Effluent Treatment
Semua air buangan yang bersifat asam dinetralkan dengan menambahkan lime milk. Sesudah di-treatment, neutralized, dan clarified, air akan digunakan kembali sebagai air proses pada gypsum dan AlF3 plant. Untuk selanjutnya slurry yang terdiri dari CaF2 dan Ca3(PO4)2 dikirim ke filtration Section. Semua air buangan yang tercemar oleh asam masuk pada no.1 pH adjusting tank (TK- 6611) yang akan dinetralkan satu tingkat dengan injeksi lime milk. Neutralized water kemudian secara overflow mengalir ke no.2 pH adjusting tank (T-6612) yang mana proses netralisasi bila perlu dilanjutkan lagi dengan penambahan injeksi lime milk. Pengaruh dari proses netralisasi ini akan terbentuk partikel- partikel kecil dengan komposisi utamanya adalah CaF2 dan Ca3(PO4)2.
Polimer diinjeksikan masuk coagulation tank (TK 6614) dengan pompa P- 6616 AB. Pada unit ini terjadi proses penggumpalan dari partikel- partikel kecil menjadi gumpalan –gumpalan yang lebih besar. Slurry kemudian overflow ke thickener (D-6615) yang berfungsi untuk memisah menjadi clear water dan thickened slurry. Clearwater akan overflow ke treated water pit (D-6616) dan dipompa kembali ke gypsum dan AlF3 plant dengan treated water pump (P- 6614AB). Thickened slurry dikirim ke filtration Section dengan desludge pump
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
ketika waste water karena beberapa hal jumlahnya melebihi batas sehingga diperlukan kelancaran pengiriman ke filtration. Excess water ini akan dikirim ke Excess water storage Section.
3. Secondary effluent treatment Section
Gambar VIII.3 Secondary Effluent Treatment I
Gambar VIII.4 Secondary Effluent Treatment II
Pada secondary effluent treatment section, air bersih yang masih tercemar oleh Fluorine dan lain-lain akan dihilangkan dengan penambahan alumunium.
Kondisi air setelah keluar dari secondary treatment telah diperhitungkan bahwa kandungan zat-zat yang bisa menyebabkan pencemaran akan lebih kecil lima
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
kali dari nilai standard yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah Indonesia.
Kualitas air yang dihasilkan dari secondary effluent treatment ini telah diperhitungkan secara ekonomis dalam pengelolaannya dan sudah dianggap cukup ekonomis mengingat bahwa air tersebut masih akan mengalami proses pengecekan pada dillution Section.
Section ini dimaksudkan menerima filtrat dari filtration section dan mengambil P, F-, dan N dengan metode koagulasi dan sedimentasi. Untuk mengambil fluorine dengan metode koagulasi dan sedimentasi dilakukan dengan penambahan Ca2+ dan Al3+ , fluorin direaksikan dengan penambahan beberapa chemical dalam solid yang sukar larut dalam air. Seperti diketahui CaF2 sukar terurai menjadi Ca2+dan F dan terbentuk dengan penambahan Ca2+. Metode ini kemudian dipakai untuk fluorin treatment. sebagai garam Ca(OH)2
disuplay dari primary effluent treatment section.
Ca2++ 2F → CaF2
Kelarutan CaF2 4,9x10-11 (mol/L)3, dengan penambahan Ca2+ konsentrasi F- akan berkurang. Sebenarnya konsentrasi F- ini akan sukar berkurang dengan penambahan air dan memberikan garam Ca2+ secara berlebihan karena bentuk CaF2 merupakan koloid dalam liquid. Ini sudah lama diketahui bahwa penggunaan alum atau garam-garam Al yang lain sebagai koagulan, fluorin dapat diambil tetapi mekanisme pengambilannya masih belum jelas karena ada suatu pendapat yang menyatakan bahwa Al dan F sulit membentuk garam Na3AlF6, dan F yang lain di absorbsi flok Al(OH)3 dan mengendap bersama sama. Menggunakan Al3+ sehingga derajat treatment yang lebih tinggi perlu diakukan tetapi adsoprsi merupakan faktor utama dan Al3+ berlebih perlu diberikan untuk mengurangi konsentrasi F ini, berarti bahwa penurunan konsentrasi F seperti yang diinginkan juga konsentrasi raw water yang tinggi sangat tidak ekonomis. Oleh karena itu dilihat dari segi ekonomi konsentrasi Foutlet didesain 10 mg/L. Dengan cara yang sama untuk F sebagian P bereaksi dengan Ca2+ menjadi kalsium fosfat (CaHPO4.2H2O, Ca(H2PO4)2) dan sebagian
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
dikirim ke filtration Section di dehidrasi. Dalam waste water mengandung pula SO42- ini berarti mempercepat terjadinya CaSO4.2H2O. Dengan penambahan Ca2+ dimaksudkan untuk menurunkan kecepatan terjadinya CaSO4.2H2O.
Jumlah Ca(OH)2 hanya bereaksi dengan F dan P dan NaOH sebagai sumber alkali direaksikan dengan alum dan ini untuk mengatur pH.
Al2(SO4)3 + 6NaOH → 2Al(OH)3 + 3Na2SO4
4. Filtration Section
Slurry yang berasal dari Primary dan Secondary effluent treatment Sectionakan dikirim ke filtration Section untuk dipisahkan menjadi air dan cake.
Dengan cara ini maka penanganan terhadap cake secara kuantitas akan lebih mudah. Slurry dengan konsentrasi solid rendah dialirkan dari thickener (D- 6615). Pipa yang dilalui dari Primary effluent treatment Section ke filtration Section sangat panjang dan harus dihindari adanya pengendapan di sepanjang pipa tersebut hingga menuju thickener (D-6640) pada filtration Section.
Alat untuk pemisahan terdiri dari dua belt filter (rotating drum filter).
Vacuum filter (Fil-6641 AB) mempunyai bentuk susunan yang mana filter cloth tersusun pada sekeliling permukaan dari drum yang disupport ke central shaft.
Masing-masing ruang kecil terpisah menjadi dua bagian daerah yaitu daerah filtrasi dan daerah dehidrasi. Masing- masing daerah dihubungkan ke vacuum pump (C6641 AB) untuk membuat vakum. Oleh sebab itu, pada saat drum berputar dan ruang- ruang kecil tersebut secara otomatis akan menunjang proses penyaringan dan cake yang agak tebal akan tertahan pada filter cloth dan ketika level cairan naik proses dehidrasikan dimulai. Filter cloth tidak selalu fix di peeling point , akan keluar dari drum dan setelah pencucian dengan water sprayer akan kembali lagi ke drum. Filter cloth akan dicuci setiap kali putar dan filter area harus selalu bersih untuk menambah laju dehidrasi. Jumlah pencucian filter cloth sebesar 150 liter/menit/filter atau 300 liter/menit atau 18 m3/jam untuk dua filter. Untuk menghemat water consumption, air cucian filter cloth akan di-treated di dalam coagulation sedimentation equipment untuk dipakai kembali. Di dalam coagulation sedimentation equipment, suspended solid (SS)
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
dari waste water diambil. Jumlah pencucian filter cloth = 150/min/fil. atau 300l/min = 18 m3/j untuk 2 filter, untuk menghemat water consumption, air cucian filter cloth akan ditreat di dalam coagulation sedimentation equipment untuk dipakai kembali.
5. Cushion Pond
Cushion Pond adalah kolam penampung acidic water, pada bagian dalam dilapisi lembaran plastik agar acidic water tidak penetrasi kedalam tanah dengan kapasitas 30000m3. Acidic Water inlet dari PA, CR & AlF3 Cushion Pond diisi jika proses penetralan pH air limbah di TK-6611 No.1 pH Adjusting Tank overload.
VIII.2 Pengolahan Limbah Gas
Limbah gas yang dihasilkan oleh PT. Petrokimia Gresik adalah gas SO2
yang tidak terkonversi menjadi gas SO3. Gas SO2 ini sangat berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Gas SO2 bila terhirup oleh manusia dalam kadar yang cukup besar (sekitar 7000 ppm) akan menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan dan dapat mengakibatkan kematian sedang SO2 dalam kadar rendah tidak menimbulkan dampak yang membahayakan, namun apabila gas ini terhirup secara kontinyu maka akan terakumulasi, sehingga akan mengakibatkan kematian.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran gas SO2, adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki Proses
Pada plant asam sulfat menggunakan cerobong yang tingginya sekitar 50 m dari Stuck. Tujuan dari desain cerobong yang tinggi ini adalah agar SO2 yang tidak terkonversi dan keluar dari stuck tidak terhirup oleh pekerja dan penduduk sekitarnya. Dengan penggunaan cerobong setinggi ini partikel berbahaya pada gas dapat teremisi lebih luas, sehingga konsentrasi gas berbahaya semakin berkurang. Dari pengujan yang dilakukan kadar gas tersebut masih di bawah nilai ambang batas yang ditentukan.
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
2. Perlindungan Terhadap para Pekerja
Untuk mengurangi pengaruh gas SO2 para pekerja diwajibkan memakai masker pelindung dari gas beracun. Selain itu para pekerja dididik minum susu tiap pagi yang berguna untuk menetralisir racun. PT. Petrokimia Gresik juga menyediakan fasilitas pemeriksaan kesehatan gratis seminggu 3X untuk memantau kesehatan para karyawan.
VIII.3 Pengolahan Limbah Padat
Limbah padat yang di hasilkan pada PT. Petrokimia Gresik ini berupa belerang belerang cair yang mengering (sulfur block) di sekitar tangki penyimpanan, Sulfur Compartemen dan lumpur hasil pengolahan limbah cair.
Sulfur block tersebut dikumpulkan, dan selanjutnya di jual ke Industri yang membutuhkannya.
VIII.4 Pengolahan Limbah B3
Limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Petrokimia Gresik ditangani secara khusus untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan yang akan disebabkan oleh limbah tersebut. Pengujian awal limbah dilakukan untuk menentukan apakah limbah yang dihasilkan tergolong ke dalam limbah B3 atau bukan. Limbah B3 yang dihasilkan Petrokimia Gresik bersumber utama dari limbah laboratorium dan limbah katalis bekas. Limbah B3 yang dihasilkan diolah di luar pabrik (off site treatment) oleh pihak ketiga dan sebagian yang masih bernilai ekonomi akan dijual. Pihak ketiga yang mengolah limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Petrokimia Gresik antara lain Pasadena, PPLI, TLI, PMI, dan lain-lain.