Projek Pengantar Ekonomi Mikro Rangkuman Keseluruhan Materi
Disusun oleh:
Nama (NIM)
PROGRAM STUDI STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2024
1. Ekonomi Mikro
a. Definisi ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam mengelola sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas.
Fokusnya adalah pada bagaimana memilih dan menggunakan sumber daya tersebut secara efisien.
b. Ekonomi dibagi menjadi dua cabang utama
Makroekonomi: Mempelajari perekonomian secara keseluruhan, termasuk inflasi, pengangguran, dan kebijakan fiskal.
Mikroekonomi: Mempelajari perilaku individu dan perusahaan dalam membuat keputusan ekonomi, seperti perilaku konsumen dan produsen.
c. Masalah utama dalam ilmu ekonomi adalah kelangkaan (scarcity). Kelangkaan terjadi karena kebutuhan manusia tidak terbatas sementara sumber daya yang tersedia terbatas. Masalah ini mengarah pada kebutuhan untuk membuat pilihan mengenai apa yang akan diproduksi, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang dan jasa tersebut diproduksi.
d. Ekonomi mikro didasarkan pada beberapa prinsip dasar, antara lain:
Efisiensi: Menghasilkan barang dan jasa dengan biaya terendah dan memaksimalkan manfaat.
Efektivitas: Menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
e. Ilmu ekonomi menggunakan metode ilmiah untuk menguji hipotesis dan membuktikan teori. Metode ini meliputi:
- Pengamatan: Mengumpulkan data dari dunia nyata.
- Analisis Kuantitatif: Menggunakan data statistik untuk menganalisis fenomena ekonomi.
- Analisis Kualitatif: Menggunakan metode induksi untuk memahami konteks dan implikasi dari data yang dikumpulkan.
f. Ilmu ekonomi modern dimulai dengan karya Adam Smith "An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations" pada tahun 1776. Sejak itu, ekonomi telah berkembang menjadi disiplin ilmu yang kompleks dengan berbagai cabang dan teori.
g. Ekonomi mikro digunakan untuk menganalisis berbagai masalah ekonomi, seperti:
Perilaku Konsumen: Bagaimana individu memutuskan untuk membelanjakan pendapatan mereka.
Perilaku Produsen: Bagaimana perusahaan memutuskan apa dan bagaimana memproduksi barang dan jasa.
Pasar dan Harga: Bagaimana harga ditentukan melalui interaksi antara penawaran dan permintaan.
Implementasi:
Dalam kebijakan pemerintah, ekonomi mikro digunakan untuk merancang regulasi yang memastikan pasar berfungsi dengan efisien dan adil. Misalnya, kebijakan subsidi dapat dirancang untuk mendukung produsen kecil atau kebijakan pajak untuk
mengurangi konsumsi barang-barang yang merugikan kesehatan masyarakat seperti rokok.
Contoh Kasus:
Seorang petani memutuskan berapa banyak tanaman jagung yang harus ditanam berdasarkan harga jagung di pasar dan biaya produksi. Petani ini mempertimbangkan faktor-faktor seperti harga pupuk, cuaca, dan permintaan jagung di pasar lokal. Jika harga jagung tinggi dan biaya produksi rendah, petani mungkin memutuskan untuk menanam lebih banyak jagung.
2. Teori Permintaan
a. Permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan jumlah yang menunjukkan jumlah suatu barang yang ingin dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga untuk suatu periode tertentu. Permintaan mencerminkan posisi keseimbangan konsumen yang mempertimbangkan berbagai tujuan untuk mencapai utilitas maksimum dengan pendapatan yang tersedia.
b. Permintaan terhadap suatu komoditas dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
- Harga Komoditas Itu Sendiri
- Harga Komoditas Lain yang Berhubungan - Pendapatan
- Cita Rasa Masyarakat - Perkiraan di Masa Depan
c. Hukum permintaan menyatakan bahwa jika harga suatu barang atau jasa meningkat, jumlah barang atau jasa yang diminta akan menurun, dan sebaliknya, jika harga menurun, jumlah yang diminta akan meningkat, ceteris paribus (dengan asumsi faktor-faktor lain tetap). Ini menggambarkan hubungan negatif antara harga dan jumlah yang diminta.
d. Kurva permintaan
Dengan menggunakan grafik kurva permintaan ini, perusahaan akan melihat dengan tepat terkait permintaan konsumen pada suatu produk dengan harga tertentu, apakah meningkat atau menurun. Ketika harga produk mengalami kenaikan, permintaan jumlah produk tersebut akan menurun, sehingga kamu dapat melihat kurva dalam grafik. Bila kurva berbentuk mendatar, dapat diartikan keadaan ini terjadi perbedaan antara harga dan kuantitas permintaan yang sangat tipis. Maka, titik harga tersebut sudah berhasil untuk memperoleh permintaan produk. Kurva permintaan juga sering dianggap sebagai alat ukur terhadap kesediaan konsumen membayar suatu produk yang diinginkan. Adanya sifat
responsif dari konsumen akan memberikan gambaran bagi perusahaan terkait produknya bisa diterima oleh pasar atau tidak.
e. Fungsi permintaan adalah Dx=f (P x , P y , I, preferensi) dimana - Dx adalah jumlah barang x yang diminta
- xPx adalah harga barang x - yPy adalah harga barang lain
- I adalah pendapatan, dan preferensi adalah selera konsumen.
f. Elastisitas permintaan mengukur seberapa sensitif jumlah yang diminta terhadap perubahan harga. Ini bisa dihitung dengan rumus:
g. Barang substitusi adalah barang yang bisa menggantikan satu sama lain. Jika harga barang substitusi naik, permintaan untuk barang tersebut akan naik.
h. Barang komplementer adalah barang yang digunakan bersama-sama. Jika harga barang komplementer naik, permintaan untuk barang tersebut akan turun.
Implementasi:
Perusahaan menggunakan teori permintaan untuk menetapkan harga produk mereka.
Dengan memahami bagaimana konsumen akan bereaksi terhadap perubahan harga, perusahaan dapat memaksimalkan pendapatan. Misalnya, perusahaan mungkin menawarkan diskon selama periode penjualan untuk meningkatkan jumlah barang yang terjual.
Contoh Kasus:
Ketika harga daging sapi naik, konsumen mungkin akan membeli lebih sedikit daging sapi dan beralih ke daging ayam sebagai alternatif. Jika harga daging sapi meningkat dari Rp100.000 per kg menjadi Rp150.000 per kg, dan konsumen mengurangi pembelian dari 5 kg menjadi 3 kg, ini menggambarkan hubungan negatif antara harga dan kuantitas yang diminta.
3. Penawaran
a. Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang bersedia dan mampu ditawarkan oleh penjual pada berbagai tingkat harga dalam periode tertentu. Penawaran dipengaruhi oleh harga barang dan faktor-faktor lain yang diasumsikan tetap (ceteris paribus).
b. Berikut hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan:
- Ketika harga naik, jumlah barang yang ditawarkan akan meningkat (hukum penawaran).
- Ketika harga turun, jumlah barang yang ditawarkan akan menurun.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran:
- Harga Barang Itu Sendiri (PA) - Harga Barang Lain (PB)
Jika barang substitusi, PB naik → QA naik.
Jika barang komplementer, PB naik → QA turun.
- Harga Input (Pi):
Pi naik → biaya produksi meningkat → QA turun.
Pi turun → biaya produksi menurun → QA naik.
- Teknologi (T) - Ekspektasi (E) d. Kurva penawaran
Kurva penawaran bisa bergerak dan bergeser. Pergerakan ini disebabkan adanya perubahan barang yang ditawarkan dan karena beberapa faktor lain. Seperti adanya pengaruh biaya produksi, teknologi produksi, jumlah produsen, ekspektasi produsen,harga barang/jasa, keuntungan yang diinginkan produsen, ketersediaan input dan subsidi dan pajak.
Implementasi:
Produsen menggunakan teori penawaran untuk merencanakan produksi. Dengan mengetahui bagaimana perubahan harga akan mempengaruhi jumlah barang yang mereka tawarkan, produsen dapat membuat keputusan yang lebih baik tentang skala produksi dan investasi.
Contoh kasus:
Jika harga gandum meningkat, petani mungkin akan menanam lebih banyak gandum karena mereka mengharapkan keuntungan yang lebih tinggi. Misalnya, ketika harga gandum naik dari Rp3.000 per kg menjadi Rp4.000 per kg, seorang petani mungkin memutuskan untuk meningkatkan produksi dari 1.000 kg menjadi 1.500 kg.
4. Elastisitas
a. Elastisitas mengukur seberapa responsif perubahan jumlah barang yang diminta atau ditawarkan terhadap perubahan variabel tertentu, seperti harga, pendapatan, atau harga barang lain.
b. Elastisitas terhadap penawaran:
Klasifikasi elastisitas terhadap penawaran:
- εs = 0 (Inelastis sempurna) - εs < 1 (Inelastis)
- εs = 1 (Unitary) - εs > 1 (Elastis)
- εs = ∞ (Elastis Sempurna) c. Elastisitas terhadap permintaan:
Klasifikasi elastisitas terhadap permintaan:
- εd = 0 (Inelastis sempurna) - εd < 1 (Inelastis)
- εd = 1 (Unitary) - εd > 1 (Elastis)
- εd = ∞ (Elastis Sempurna) d. Elastisitas silang
Angka elastisitas silang dan jenis barang
- Barang komplementer, elastisitas silangnya negatif - Barang substitusi, elastisitas silangnya positif e. Elastisitas pendapatan
Angka elastisitas pendapatan dan jenis barang - Barang superior, elastisitas pendapatan positif - Barang inferior, elastisitas pendapatan negatif f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas:
- Barang kebutuhan vs kemewahan - Tersedianya substitusi
- Proporsi harga barang terhadap pendapatan konsumen - Waktu
Implementasi:
Perusahaan menggunakan konsep elastisitas untuk strategi penetapan harga. Jika permintaan suatu produk elastis, penurunan harga dapat menyebabkan peningkatan signifikan dalam jumlah yang terjual, meningkatkan total pendapatan.
Contoh kasus:
Jika permintaan bensin tidak berubah secara signifikan meskipun harga naik, bensin memiliki permintaan yang inelastis. Misalnya, ketika harga bensin naik dari Rp10.000 per liter menjadi Rp12.000 per liter, dan jumlah yang diminta hanya turun dari 100 liter menjadi 98 liter, ini menunjukkan bahwa permintaan bensin tidak terlalu sensitif terhadap perubahan harga.
5. Efek Pendapatan dan Subtitusi
Efek pendapatan dan efek substitusi adalah konsep dalam teori ekonomi yang menjelaskan pengaruh perubahan harga barang terhadap perilaku konsumen:
- Efek substitusi: Terjadi ketika perubahan harga suatu barang membuat barang tersebut relatif lebih murah atau mahal dibanding barang lain. Konsumen cenderung mengganti konsumsi barang yang lebih mahal dengan yang lebih murah untuk mempertahankan utilitas.
- Efek pendapatan: Muncul akibat perubahan harga yang memengaruhi daya beli konsumen. Penurunan harga meningkatkan daya beli, sedangkan kenaikan harga menurunkan daya beli.
a. Prinsip dasar
- Untuk barang normal, penurunan harga akan meningkatkan jumlah barang yang dibeli karena efek substitusi dan pendapatan.
- Efek substitusi: Membuat konsumen berpindah ke barang yang lebih murah, bergerak sepanjang kurva indiferen.
- Efek pendapatan: Penurunan harga meningkatkan daya beli, memungkinkan konsumen berpindah ke kurva indiferen yang lebih tinggi.
b. Grafis
Penjelasan grafik:
Grafik ini menggambarkan efek substitusi dan efek pendapatan akibat penurunan harga barang 1 (q1). Penurunan harga membuat barang 1 relatif lebih murah dibanding barang 2 (q2), sehingga terjadi efek substitusi, yaitu pergeseran konsumsi dari titik A ke B pada kurva indiferen awal (U0). Pada titik B, konsumsi barang 1 meningkat karena konsumen mengganti konsumsi barang 2 dengan barang 1 tanpa mengubah tingkat utilitas. Selain itu, penurunan harga meningkatkan daya beli konsumen, menghasilkan efek pendapatan. Efek ini tercermin dari pergeseran konsumsi dari titik B ke C, di mana konsumen dapat membeli lebih banyak barang dan mencapai tingkat utilitas yang lebih tinggi (kurva U1). Kombinasi dari kedua efek ini menghasilkan total efek harga, yaitu pergeseran konsumsi dari A ke C, dengan peningkatan konsumsi barang 1 dari A1 ke C1. Dalam grafik ini, barang 1 adalah barang normal, karena konsumsinya meningkat seiring peningkatan daya beli.
c. Efek total
Jenis Barang Efek Subtitusi Efek Pendapatan Efek Total
Normal Negatif Negatif Negatif
Inferior Negatif Positif Negatif
Giffen Negatif Positif Positif
Efek total = Efek substitusi + Efek pendapatan d. Efek silang
Perubahan harga suatu barang (P1 ) dapat mempengaruhi jumlah barang lain (𝑄2) yang dikonsumsi atau diminta disebut efek silang (cross effect).
Jika 𝑃1 naik, maka:
• Efek substitusi : O𝐴2 − 𝑂𝐶2 = 𝐴2𝐶2 (selalu positif selama indifference curve convex)
• Efek pendapatan: O𝐶2 − 𝑂𝐵2 = 𝐶2𝐵2(negatif untuk barang normal) Implementasi:
Ekonom menggunakan konsep efek pendapatan dan substitusi untuk memahami pola konsumsi. Misalnya, perubahan harga suatu barang pokok dapat mempengaruhi konsumsi barang-barang lain, yang penting untuk analisis kebijakan sosial dan ekonomi.
Contoh Kasus:
Jika harga beras naik, efek pendapatan dapat menyebabkan konsumen merasa lebih miskin dan mengurangi konsumsi barang lainnya, sementara efek substitusi dapat mendorong mereka untuk membeli lebih banyak mie instan sebagai pengganti.
Misalnya, jika harga beras naik dari Rp10.000 per kg menjadi Rp15.000 per kg, seorang konsumen mungkin mengurangi konsumsi beras dari 10 kg menjadi 7 kg dan meningkatkan konsumsi mie instan dari 5 bungkus menjadi 8 bungkus..
6. Utilitas
a. Utilitas adalah tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dari mengonsumsi sejumlah barang atau jasa tertentu. Konsumen cenderung memilih kombinasi barang dan jasa yang memberikan nilai kepuasan tertinggi sesuai dengan keterbatasan anggaran (budget constraint). Dalam ilmu ekonomi, utilitas digunakan untuk memahami bagaimana konsumen membagi sumber daya yang terbatas di antara berbagai kebutuhan dan keinginan.
b. Prinsip dasar teori utilitas
- Marginal Utility (MU) adalah tambahan kepuasan yang diperoleh dari konsumsi tambahan satu unit barang.
- Diminishing Marginal Utility yaitu kepuasan tambahan dari konsumsi barang semakin berkurang seiring meningkatnya jumlah barang yang dikonsumsi.
- Equal Marginal Principle yaitu kondisi ketika konsumen mencapai keseimbangan ketika rasio utilitas marginal terhadap harga setiap barang yang dikonsumsi adalah sama.
c. Hubungan utilitas dan permintaan
Fungsi Permintaan Marshallian: Permintaan barang sebagai fungsi dari harga barang dan pendapatan konsumen, dengan asumsi pendapatan tetap.
Fungsi Permintaan Hicksian: Permintaan barang yang meminimalkan pengeluaran untuk mencapai tingkat utilitas tertentu.
d. Untuk menentukan konsumsi optimal, konsumen menggunakan metode Lagrange, yang melibatkan fungsi utilitas dan kendala anggaran. Penyelesaian persamaan ini menghasilkan fungsi permintaan barang berdasarkan harga barang dan pendapatan.
e. Pendekatan marginal utility atas perilaku konsumen
Penjelasan:
- jika harga barang adalah Px, maka tingkat kepuasan maksimal konsumen tercapai ketika konsumsi sebesar X1 (titik A).
- dengan harga yang sama, bila konsumsi dilakukan sebesar X3, maka kepuasan konsumen tidak akan maksimal (titik B), karena konsumen masih bisa mengkonsumsi lebih banyak (sebesar garis yang menghubungkan B dan A).
- demikian juga saat konsumsi sebesar X2, kepuasan maksimal tidak akan tercapai (titik D), karena konsumen mengeluarkan pengorbanan yang lebih besar (titik E) daripada yang ia dapatkan (selisihnya sebesar garis yang menghubungkan D dengan E)
- jika harga barang naik dari Px menjadi Px, maka untuk mencapai tingkat kepuasan maksimal konsumen mesti mengurangi konsumsi dari XI menjadi X4 (titik F)
f. Dari contoh diatas bisa disimpulkan bahwa total kepuasan maksimal (maximum total utility) hanya akan tercapai ketika konsumsi unit terakhir dari suatu barang (yang juga adalah harga unit terakhir suatu barang atau Px) mencapai titik yang sama dengan tambahan kepuasan maksimal dari konsumsi unit terakhir tersebut (bersinggungan dengan kurva marginal utility atau MUx).
g. Persamaan
Apabila lebih dari 1 maka
Implementasi:
Perusahaan dan pemasar menggunakan teori utilitas untuk merancang produk dan strategi pemasaran yang menarik bagi konsumen. Dengan menawarkan produk
yang memberikan utilitas tinggi, perusahaan dapat meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan.
Contoh Kasus:
Seorang konsumen memilih antara membeli es krim atau cokelat dengan anggaran terbatas, dan mereka akan memilih kombinasi yang memberikan kepuasan terbesar.
Jika konsumen memiliki Rp50.000 dan harga es krim adalah Rp10.000 dan harga cokelat adalah Rp5.000, konsumen mungkin membeli 3 es krim dan 4 cokelat jika kombinasi tersebut memberikan kepuasan maksimal dibandingkan kombinasi lainnya.
7. Perilaku Konsumen
a. Perilaku konsumen berkaitan dengan bagaimana individu atau kelompok membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Dalam teori ekonomi, ini mencakup pemahaman mengenai preferensi konsumen, keseimbangan konsumsi, serta pengaruh pendapatan dan harga terhadap pilihan konsumen.
b. Preferensi Konsumen Preferensi konsumen merujuk pada bagaimana konsumen membuat pilihan antara berbagai barang dan jasa yang berbeda berdasarkan kepuasan yang mereka peroleh dari konsumsi. Preferensi ini dapat diukur melalui dua pendekatan utama:
- Pendekatan Kardinal: Mengukur utilitas secara kuantitatif dalam satuan yang disebut util. Misalnya, seorang konsumen bisa mendapatkan 10 util dari konsumsi baju dan 20 util dari sepatu.
- Pendekatan Ordinal: Mengutamakan perbandingan daripada pengukuran langsung. Konsumen hanya membuat urutan preferensi dari barang-barang tanpa harus memberi nilai numerik.
c. Konsep Utility
Dalam teori konsumen, utility menggambarkan tingkat kepuasan yang diperoleh dari konsumsi barang atau jasa:
- Total Utility (TU): Jumlah total kepuasan yang diperoleh dari konsumsi semua barang.
- Marginal Utility (MU): Tambahan kepuasan yang diperoleh dari mengonsumsi satu unit tambahan barang. Hukum Gossen I menyatakan bahwa MU cenderung menurun seiring dengan peningkatan jumlah konsumsi suatu barang (diminishing marginal utility).
d. Keseimbangan Konsumen
Keseimbangan konsumen terjadi ketika seorang konsumen memaksimalkan kepuasan yang diperoleh dari kombinasi barang-barang yang mereka beli, di bawah batasan anggaran. Keseimbangan ini dicapai dengan menyamakan MU per satuan uang dari setiap barang yang dikonsumsi. Hukum Gossen II menegaskan bahwa konsumen akan membagi pendapatan mereka sedemikian rupa sehingga MU per satuan uang untuk semua barang yang dikonsumsi sama.
e. Kurva Indiferen dan Price Line
Kurva Indiferen (Indifference Curve): Merupakan representasi grafis dari kombinasi dua barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama kepada konsumen. Sifat- sifat dari kurva indiferen antara lain berbentuk cekung (disebabkan oleh diminishing marginal rate of substitution), tidak saling berpotongan, dan semakin jauh dari titik asal, semakin tinggi kepuasannya.
f. Interaksi Kurva Indiferen dan Price Line
Keseimbangan konsumen tercapai ketika kurva indiferen bersinggungan dengan garis harga. Pada titik ini, tingkat kepuasan maksimum tercapai dengan anggaran yang tersedia. Titik ini mencerminkan pilihan konsumsi yang optimal, di mana rasio marginal substitusi (MRS) antara dua barang sama dengan rasio harga barang tersebut.
g. Keseimbangan konsumen adalah kondisi dimana konsumen telah memilih kombinasi barang atau jasa yang memberikan tingkat kepuasan maksimum dengan mempertimbangkan anggaran yang dimiliki. Indifference Curve sendiri sebenarnya merupakan gambaran mengenai preferensi (keinginan) konsumen, sedangkan Budget Line menggambarkan kemampuan konsumen. Keseimbangan konsumen dapat dicapai dengan menggunakan prinsip kondisi optimal, yaitu konsumen akan memilih kombinasi barang atau jasa yang berada pada titik sentuh antara Indifference Curve (kurva indiferen) dan Price Line (garis anggaran). Titik sentuh ini menunjukkan bahwa konsumen telah mengalokasikan pendapatannya secara efisien untuk memperoleh kepuasan maksimum. Contohnya pada gambar di bawah ini
Sebagai catatan, jika Indifference Curve dan Price Line saling berpotongan, maka titik perpotongan tersebut bukanlah titik optimum bagi konsumen. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh Gambar berikut ini.
Untuk memaksimalkan kepuasannya, konsumen diharuskan mencapai IC yang tertinggi yang mungkin diraihnya dengan anggaran yang dimiliki. Jika konsumen memilih kombinasi konsumsi di titik A atau B, maka titik tersebut belumlah optimal. Titik A dan B berada di IC2, di mana kedua titik tersebut memiliki level kepuasan lebih rendah dari titik E yang berada di IC1. Jadi kesimpulannya, keseimbangan konsumen tercipta di titik E pada IC1 yang merupakan IC tertinggi yang bersentuhan dengan Price Line.
h. Kasus Barang Giffen Barang giffen adalah barang inferior yang melekat dalam pikiran manusia pada masa-masa sulit. Kondisi seperti ini jarang terjadi dan kondisinya berlawanan dengan hukum permintaan yang berlaku umumnya. Arti barang giffen disini adalah barang yang dimana terjadi kenaikan harga justru menyebabkan terjadinya kenaikan permintaan. Menurut Hicks setidaknya ada 3 syarat utama agar suatu barang dapat dikatakan sebagai barang giffen:
1. Barang tersebut harus tergolong barang inferior yang memiliki efek pendapatan negatif yang kuat
2. Efek substitusi yang dimiliki harus kecil sehingga tidak beralih membeli barang lain
3. Porsi pendapatan yang digunakan untuk membeli barang inferior harus besar.
i. Grafik barang Giffen
Gambar di atas menunjukkan perilaku konsumsi barang Giffen, di mana saat harga barang A naik (dari PL₁ ke PL₃), konsumen justru meningkatkan konsumsi barang A (dari A₁ ke A₃), yang merupakan karakteristik khas dari barang Giffen.
1. Sumbu X (A) mewakili kuantitas barang A.
2. Sumbu Y (B) mewakili kuantitas barang B.
3. Kurva IC (Indifference Curve): IC₁ dan IC₂ mewakili kurva indiferen yang menunjukkan kombinasi barang A dan B yang memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi konsumen. Semakin jauh kurva dari titik asal (O), semakin tinggi tingkat kepuasannya.
4. Price Line (PL): Garis PL₁, PL₂, dan PL₃ menunjukkan kombinasi barang A dan B yang dapat dibeli konsumen dengan anggaran tertentu. Ketika harga barang A berubah, garis anggaran bergeser. - PL₁ adalah garis anggaran awal. - PL₂ adalah garis anggaran setelah harga barang A turun. - PL₃ adalah garis anggaran ketika harga barang A naik.
5. Titik-titik Z₁, Z₂, dan Z₃ - Z₁ adalah titik keseimbangan awal, saat konsumen mengonsumsi barang pada kombinasi A₁ dan B₁. - Z₂ adalah titik keseimbangan setelah harga barang A turun, konsumen seharusnya mengonsumsi lebih banyak barang A (A₂) dan lebih sedikit barang B (B₂). - Z₃ adalah titik keseimbangan setelah harga barang A naik, tetapi dalam kasus barang Giffen, konsumen justru mengonsumsi lebih banyak barang A (A₃) dan lebih sedikit barang B (B₃), meskipun harga A meningkat.
Implementasi:
Perusahaan menggunakan analisis perilaku konsumen untuk mengidentifikasi kebutuhan dan preferensi konsumen. Dengan memahami perilaku konsumen, perusahaan dapat mengembangkan produk dan layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasar dan meningkatkan strategi pemasaran.
Contoh Kasus:
Seorang konsumen mungkin memutuskan untuk membeli ponsel baru karena fiturnya lebih canggih dibandingkan dengan ponsel lama yang mereka miliki.
Misalnya, jika konsumen melihat bahwa ponsel baru memiliki kamera yang lebih baik, daya tahan baterai yang lebih lama, dan fitur-fitur tambahan yang menarik, mereka mungkin memutuskan untuk mengalokasikan sebagian dari anggaran mereka untuk membeli ponsel tersebut meskipun harganya lebih tinggi.
8. Teori Produksi a. Pengertian
Produksi adalah salah satu aktivitas ekonomi yang berperan penting dalam menciptakan hasil akhir atau output dari suatu proses yang melibatkan penggunaan berbagai masukan atau input. Proses ini melibatkan langkahlangkah yang kompleks dan terstruktur, di mana input digabungkan dan diolah dengan cara tertentu untuk menghasilkan barang atau jasa. Tujuan dari kegiatan produksi ini adalah untuk meningkatkan nilai guna atau nilai tambah dari barang atau jasa yang dihasilkan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara lebih efektif.
Dengan demikian, produksi tidak hanya sekadar proses transformasi input menjadi output, tetapi juga proses penciptaan nilai yang memberikan manfaat ekonomi bagi produsen, konsumen, dan masyarakat luas.
b. Fungsi Produksi
Fungsi produksi menggambarkan hubungan teknis antara faktor produksi (input) dan hasil produksi (output). Fungsi ini menunjukkan bagaimana kombinasi input seperti modal, tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi menghasilkan output tertentu. Secara matematis, hubungan ini ditulis sebagai:
Y = f (𝑋1 , 𝑋2 , 𝑋3 , …, 𝑋𝑛)
Dimana : Y adalah output, 𝑋1, 𝑋2, 𝑋3, …, 𝑋𝑛 adalah faktor produksi
Fungsi produksi juga digunakan untuk menganalisis efisiensi dan mengukur bagaimana perubahan input memengaruhi output. Hal ini membantu perusahaan dalam mengelola sumber daya, mengoptimalkan biaya, dan merencanakan strategi peningkatan produktivitas.
c. Input
Segala sesuatu yang diperlukan perusahaan sebagai bagian dari proses produksi.
Input tetap ini biasanya berupa modal seperti pabrik, mesin, peralatan, lahan. Modal pada periode ini jumlahnya tetap dan tidak mempengaruhi banyaknya output produksi. Jangka panjang merujuk pada kurun waktu di mana seluruh input berubah. Semua input pada jangka panjang adalah input variabel. Produksi jangka pendek menggunakan satu input variabel (asumsi input lainnya tetap).
d. Output
Pada produksi jangka panjang, skala hasil menjadi faktor penting dalam peningkatan output. Terdapat tiga jenis return to scale yang mempengaruhi hubungan antara input dan output. Pertama, increasing return to scale terjadi ketika peningkatan input dua kali lipat menghasilkan output yang lebih dari dua kali lipat, menunjukkan efisiensi skala yang lebih besar. Kedua, constant return to scale terjadi ketika penambahan input secara proporsional menghasilkan peningkatan output dalam jumlah yang sama, sehingga persentase perubahan input dan output seimbang. Ketiga, decreasing return to scale terjadi ketika peningkatan input tidak diikuti dengan peningkatan output yang sebanding, menunjukkan penurunan efisiensi seiring dengan peningkatan skala usaha besar yang sulit dikelola.
e. Produk total
merupakan jumlah total dari semua hasil produksi dalam periode tertentu. Produk total akan berubah sesuai dengan banyaknya faktor produksi variabel yang digunakan. Kurva yang menunjukkan hubungan antara produksi total dengan satu
faktor produksi variabel sedangkan faktor lainnya dianggap tetap adalah kurva produksi atau Total Product (TP).
f. Produksi Rata-Rata Produksi rata-rata atau Average Product (AP) adalah jumlah total produksi yang dibagi dengan faktor produksi yang digunakan selama proses produksi. Produksi rata-rata dinotasikan dengan fungsi sebagai berikut :
Sehingga produksi rata-rata merupakan jumlah rata-rata produksi oleh setiap tenaga kerja. Sehingga dari fungsi diatas dapat digambarkan kurva produksi rata-rata sebagai berikut :
g. Produksi Marginal
Produksi marginal atau Marginal Product (MP) adalah tambahn total hasil produksi yang diakibatkan oleh pertambahan jumlah faktor produksi variabel yang digunakan. Sehingga jika dituliskan dalam persamaan, akan menjadi sebagai berikut:
Implementasi:
Produsen menggunakan teori produksi untuk mengoptimalkan proses produksi mereka. Dengan memahami hubungan antara input dan output, produsen dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya produksi, sehingga meningkatkan profitabilitas.
Contoh kasus:
Sebuah pabrik mobil menggunakan tenaga kerja, mesin, dan bahan baku untuk memproduksi mobil. Fungsi produksi pabrik menunjukkan hubungan antara input dan output mobil. Misalnya, jika pabrik meningkatkan jumlah tenaga kerja dari 100 menjadi 150 dan output mobil meningkat dari 200 menjadi 300 unit, pabrik dapat menganalisis efisiensi produksi mereka dan menentukan apakah penambahan tenaga kerja memberikan skala ekonomi yang diinginkan.
9. Teori Biaya
a. Biaya adalah semua pengeluaran yang dapat diukur dengan uang, baik yang telah, sedang maupun yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk. Semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi disebut biaya produksi. Biaya dianggap sebagai faktor penting untuk menentukan harga jual produk.
b. Explicit cost
Explicit Cost (EC) adalah semua pengeluaran yang tampak nyata dikeluarkan oleh pengusaha untuk memperoleh faktor produksi dan juga bahan mentah yang diperlukan dalam aktivitas produksi.
c. Implisit Cost
Implisit Cost (IC) adalah semua taksiran biaya atas faktor produksi yang dimiliki sendiri oleh perusahaan dan ikut digunakan dalam proses produksi yang dimiliki oleh perusahaan.
d. Accounting Profit
Accounting Profit atau laba akuntansi adalah pendapatan bersih yang didapatkan oleh sebuah perusahaan dengan perhitungan mengurangi semua biaya yang didapatkan dari pendapatan kotor.
Rumus:
πAcc = TR - EC e. Economic profit
Economic Profit atau laba ekonomi merupakan laba teoritis yang dihasilkan perusahaan setelah mengurangi semua biaya, termasuk biaya peluang, dari pendapatan yang diperoleh dalam periode waktu tertentu
Rumus:
πEc = TR - EC - IC f. Sunk cost
Sunk cost adalah biaya dengan potensi kecil atau bahkan tidak berpotensi sama sekali menghasilkan keuntungan di masa depan. Besar kecilnya sunk cost adalah salah satu indikator keberhasilan perusahaan dalam menerapkan efisiensi. Semakin kecil rasio biaya pengorbanan dan keuntungan, maka semakin kecil pula biaya sunk cost-nya.
g. Fixed cost
Fixed Cost atau biaya tetap merupakan biaya produksi yang tidak terpengaruh oleh perubahan jumlah produksi. Biaya tetap juga dinamakan overhead cost. Bentuk grafik biaya tetap akan berupa grafik lurus disebabkan jumlah biaya tetap yang digunakan tidak terpengaruh oleh perubahan jumlah produksi.
Rumus:
FC = Qfi × Pfi h. Variabel Cost
Biaya variabel adalah biaya yang meningkat atau menurun sesuai dengan volume produksi atau penjualan.
Rumus:
VC = Qvi × Pvi i. Total Cost
Total cost (biaya total) adalah jumlah semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi sejumlah output tertentu.
Rumus:
TC = FC + VC j. Marginal Cost
Marginal cost (biaya marjinal) adalah biaya tambahan yang dikeluarkan untuk memproduksi satu unit tambahan dari suatu barang atau jasa. Marginal Cost dirumuskan:
𝑀𝐶 △𝑇C/△𝑄 = k. Average Fixed Cost
Average fixed cost (biaya tetap rata-rata) adalah biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan dibagi dengan jumlah output yang dihasilkan. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan tingkat produksi, seperti sewa gedung atau gaji manajemen. Average fixed cost dirumuskan:
AFC = FC/Q
l. Average Variable Cost
Average Variable Cost (Biaya variabel rata-rata) adalah biaya variabel total dibagi dengan jumlah produksi. Biaya variabel adalah biaya yang berubah seiring dengan perubahan tingkat produksi.
AVC = TVC/Q j. Average Total Cost
Average Total Cost (Biaya total rata-rata) adalah biaya total dibagi dengan jumlah produksi. Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel.
ATC = TC/Q k. Grafik
- Average Fixed Cost
Ciri-ciri Grafik AFC:
● Selalu Menurun: Kurva AFC selalu menurun dari kiri ke kanan. Artinya, semakin banyak jumlah produksi (output), maka biaya tetap rata-rata per unit akan semakin kecil.
● Bentuk Kurva: Kurva AFC berbentuk hiperbola, semakin mendekati sumbu X, kurva akan semakin mendatar, tetapi tidak pernah menyentuh sumbu X.
- Average Variable Cost
Ciri-ciri Grafik:
● Bentuk Kurva AVC: Kurva AVC berbentuk U. Artinya, pada awalnya AVC menurun seiring peningkatan produksi, kemudian mencapai titik minimum, dan setelah itu mulai naik kembali.
● Bentuk Kurva MC: Kurva MC juga berbentuk U, tetapi umumnya lebih curam dibandingkan kurva AVC. Kurva MC memotong kurva AVC pada titik terendah AVC.
● Hubungan AVC dan MC:
1. Ketika MC berada di bawah AVC, maka AVC akan menurun. Ini karena biaya tambahan untuk memproduksi satu unit tambahan (MC) lebih kecil daripada biaya rata-rata sebelumnya, sehingga rata-rata biaya keseluruhan akan turun.
2. Ketika MC berada di atas AVC, maka AVC akan naik. Ini karena biaya tambahan untuk memproduksi satu unit tambahan (MC) lebih besar daripada biaya rata-rata sebelumnya, sehingga rata-rata biaya keseluruhan akan naik.
3. MC memotong AVC pada titik terendah AVC. Artinya, ketika biaya marginal sama dengan biaya variabel rata-rata, maka biaya variabel rata-rata berada pada titik minimumnya.
Implementasi:
Perusahaan menggunakan teori biaya untuk menentukan harga produk dan strategi produksi. Dengan memahami struktur biaya, perusahaan dapat menetapkan harga yang kompetitif dan mengoptimalkan skala produksi untuk memaksimalkan keuntungan.
Contoh kasus:
Sebuah restoran harus mempertimbangkan biaya tetap seperti sewa dan biaya variabel seperti bahan makanan saat menentukan harga menu. Misalnya, jika restoran memiliki biaya tetap sebesar Rp10.000.000 per bulan dan biaya variabel sebesar Rp20.000 per porsi, mereka harus menentukan harga menu yang dapat menutupi biaya
10. Pasar Persaingan Sempurna
a. Definisi Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna merupakan model pasar yang paling klasik dan sering dipergunakan dalam analisis ekonomi. Model ini telah dianggap sebagai teori dan banyak digunakan untuk memprediksi kondisi ekonomi. Pembahasan mengenai model ini telah ada sejak era Adam Smith dalam bukunya "Wealth of Nations”. Edgeworth, dalam karyanya "Mathematical Physics" (1881), adalah orang pertama yang secara sistematis dan jelas mengelaborasi definisi persaingan sempurna.
Pada intinya, pasar persaingan sempurna dimaknai sebagai pasar yang memiliki banyak penjual dan pembeli, dengan produk yang ditawarkan bersifat homogen (identik), sehingga baik pembeli maupun penjual tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi harga. Dengan kata lain, baik pembeli maupun penjual berperan sebagai "Price Taker".
b. Ciri ciri pasar persaingan sempurna - Perusahaan adalah pengambil harga.
- Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk pasar.
- Menghasilkan barang serupa.
- Terdapat banyak perusahaan di pasar.
- Pembeli mengetahui pengetahuan sempurna tentang pasar.
c. Kelebihan dan kekurangan pasar persaingan sempurna
● Kelebihan
1. Pembeli sangat mengetahui harga pasar sehingga sangat kecil terjadi kerugian atau kekecewaan.
2. Konsumen merasa sejahtera, karena bebas memasuki pasar.
3. Terdapat persaingan murni, karena barang yang diperjualbelikan homogen.
4. Harga cenderung stabil karena keadaan pasar dapat diketahui sebelumnya.
5. Mudah memilih atau menentukan barang yang diperjualbelikan.
6. Barang yang diproduksi dapat diperoleh dengan ongkos yang serendah- rendahnya.
● Kekurangan
1. Hanya terdapat satu atau dua industri atau pasar yang mendekati persaingan sempurna, sedangkan sektor yang lain banyak ketidaksempurnaan.
2. Terdapat faktor eksternal yang tidak diperhitungkan dalam posisi kesejahteraan optimum konsumen.
3. Tidak ada barang substisusi karena bersifat homogen.
d. Fungsi Permintaan Perusahaan
Fungsi permintaan merupakan sebuah representasi yang menyatakan bahwa jumlah barang yang diminta tergantung pada harga, pendapatan dan preferensi.
● Analisis pasar menghasilkan harga (P) a. Ada permintaan pasar
b. Ada penawaran pasar
Keseimbangan akan menghasilkan harga yang berlaku.
e. Sifat khusus fungsi permintaan
Fungsi permintaan bersifat negatif. Artinya, jika nilai p bertambah, maka nilai q akan berkurang, begitu juga sebaliknya. Hingga suatu saat nilai p akan menyentuh titik tertinggi (harga maksimal), titik q akan menyentuh titik terendah (barang tidak ada), sebaliknya, q akan menjadi barang bebas jika titik p mencapai titik terendahnya (harga 0 atau gratis).
f. Total Revenue (TR), Marginal Revenue (MR), dan Average Revenue (AR)
Penentuan Output pada kondisi Keuntungan Maksimum:
π = TR − TC dimana
π = Profit; TR = Total Revenue; TC = Total Cost TR = PQ ⇒ TR = f(Q)
TC = FC + VC ⇒ VC = f(Q) ⇒ TC = f(Q) Oleh karena itu:
π = TR(Q) − TC(Q)
g. Pajak dalam pasar persaingan sempurna akan meningkatkan biaya produksi dan harga barang yang ditawarkan, tetapi tidak akan mengubah fungsi permintaan.
Hal ini akan menyebabkan keseimbangan pasar berubah, dengan harga yang lebih tinggi dan kuantitas yang sama. Pajak berperan sebagai tambahan biaya bagi perusahaan dan dibagi ke dalam dua jenis: pajak khusus (specific tax) dan pajak borongan (lump sum tax).
h. Pasar persaingan sempurna merupakan karakteristik utama pasar yang ditandai dengan banyaknya pembeli dan penjual, serta adanya barang homogen yang membuat setiap pelaku pasar bertindak sebagai price taker. Dalam konteks ini, perusahaan berusaha memaksimalkan keuntungan dengan menyamakan pendapatan marjinal (MR) dan biaya marjinal (MC). Dalam jangka pendek, perusahaan dapat mengalami keuntungan atau kerugian, namun dalam jangka
panjang, mekanisme pasar akan menyesuaikan diri sehingga semua perusahaan mendapatkan keuntungan normal. Kurva penawaran industri dalam jangka panjang dapat bervariasi berdasarkan kondisi eksternal, seperti economies of scale, constant cost, dan diseconomies of scale, yang mempengaruhi biaya rata- rata jangka panjang (LAC). Proses ini menciptakan keseimbangan di mana harga akan beradaptasi dengan biaya produksi, sehingga menciptakan efisiensi dalam alokasi sumber daya.
Implementasi:
Dalam pasar persaingan sempurna, harga dan jumlah barang ditentukan oleh pertemuan antara penawaran dan permintaan, tanpa ada satu pihak pun yang dapat mempengaruhi harga. Setiap perusahaan yang beroperasi di pasar ini adalah penerima harga (price taker), yang berarti mereka harus menerima harga pasar yang ditentukan oleh kekuatan pasar. Produk yang dijual bersifat homogen, artinya tidak ada perbedaan antara barang yang dijual oleh satu penjual dengan penjual lainnya, sehingga konsumen tidak memiliki preferensi terhadap penjual tertentu. Di pasar persaingan sempurna, perusahaan akan berproduksi sampai biaya marginal (MC) mereka sama dengan harga pasar.
Dalam jangka panjang, perusahaan akan memperoleh keuntungan normal, yakni keuntungan yang cukup untuk menutupi biaya eksplisit dan implisit, tanpa memperoleh keuntungan ekonomi ekstra. Keuntungan yang lebih tinggi atau kerugian yang lebih besar akan mendorong perusahaan untuk keluar atau masuk pasar, sehingga harga dan jumlah barang akan kembali pada keseimbangan yang menguntungkan bagi semua pihak.
Contoh Kasus:
Misalkan di sebuah desa terdapat banyak petani yang menanam padi dan menjualnya di pasar lokal. Semua petani ini menjual padi dengan kualitas yang sama, sehingga konsumen tidak membedakan produk mereka. Harga padi ditentukan oleh pasar berdasarkan permintaan dan penawaran. Harga pasar padi adalah Rp5.000 per kilogram, yang juga merupakan harga yang diterima setiap petani. Biaya marginal (MC) untuk memproduksi padi bagi setiap petani adalah Rp4.500 per kilogram, sehingga mereka akan terus memproduksi padi selama harga pasar lebih tinggi dari biaya marginal. Jika ada terlalu banyak petani yang memasuki pasar dan menyebabkan pasokan berlebih, harga padi akan turun, menekan keuntungan petani. Sebaliknya, jika ada petani yang keluar karena kerugian, harga padi akan naik kembali. Pada akhirnya, pasar akan mencapai keseimbangan di mana semua petani memperoleh keuntungan normal—tidak ada yang memperoleh keuntungan berlebih atau merugi, dan harga padi stabil pada level yang mencerminkan biaya produksi jangka panjang.