• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM, PEMERIKSAAN PAJAK, DAN PENAGIHAN PAJAK, TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA KPP PRATAMA

N/A
N/A
Gemilang Makmur .P

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM, PEMERIKSAAN PAJAK, DAN PENAGIHAN PAJAK, TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA KPP PRATAMA"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

PerumusanMasalah

1. Apakah sistem self assesment berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran Lama Jakarta. 3. Apakah pemungutan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai di KPP Pratama Kebayoran Lama Jakarta?

TujuanPenelitian

2. Apakah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap pajak pertambahan nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran Lama Jakarta? 3. Untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan pajak atas penerimaan pajak pertambahan nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Kebayoran Lama Pratama.

Manfaat Penelitian

  • Definisi Pajak
  • Fungsi Pajak
  • Asas-asas Pemungutan Pajak
  • Sistem Pemungutan Pajak
  • Hak dan Kewajiban Petugas Pajak
  • Pengelompokan dan Jenis Pajak
  • Surat Pemberitahuan
  • Fungsi Surat Pemberitahuan

Merupakan sistem pemungutan yang memberikan kewenangan kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak, dengan ciri-ciri sebagai berikut: Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam jangka waktu tiga bulan sejak formulir pendaftaran diterima.

Pajak Pertambahan Nilai

  • Pengertian Penerimaan Pajak
  • Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
  • Subjek Pajak dari Pajak Pertambhan Nilai
  • Objek Pajak dari Pajak Pertambahan Nilai
  • Tarif Pajak Pertambahan NilaI
  • Mekanisme Pengenaan dan Perhitungan PPN
  • Kelebihan dan Kekurangan Pajak Pertambahan Nilai

Pelayanan dalam bidang kesehatan meliputi pelayanan dokter umum, dokter spesialis, dokter hewan, serta pelayanan medis dan keperawatan. Apabila dalam suatu Masa Pajak (masa yang sama dengan satu bulan) jumlah Pajak Keluaran lebih besar dari jumlah Pajak Masukan, maka selisihnya harus disetor ke Perbendaharaan. Apabila dalam suatu masa pajak jumlah Pajak Keluaran lebih kecil dari jumlah Pajak Masukan, maka selisihnya dapat dikembalikan (diminta) atau dikompensasikan pada masa pajak berikutnya.

Pelaporan perhitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak (SPT Masa PPN). Kerentanan ini timbul akibat pengkreditan, yaitu bantuan yang diterima dari pajak yang dibayarkan pengusaha pada bulan yang sama tanpa melalui prosedur administrasi perpajakan terlebih dahulu.

Self Assessment System

  • Pengertian Self Assessment System
  • Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
  • Prinsip Self Assessment System
  • Dimensi dari Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan kepada wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Dengan adanya sistem self-assessment, wajib pajak dapat mempunyai keyakinan penuh dalam menghitung, membayar dan melaporkan kewajiban pajaknya sendiri. Tingkat kesadaran membayar pajak didasarkan pada tingkat kepatuhan wajib pajak, yang didasari oleh tingginya kesadaran hukum dalam membayar pajak.

Dalam sistem wirausaha, fiskus memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, menyetor, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak harus dilakukan tepat waktu. Jika wajib pajak tidak membayar pajak yang terutang tepat waktu, ternyata fungsi penghitungan pajak yang terutang dilakukan oleh fiskus.

Pemeriksaan Pajak

  • Pengertian Pemeriksaan Pajak
  • Tujuan Pemeriksaan Pajak
  • Ruang Lingkup dan Kriteria Pemeriksaan Pajak
  • Produk Hukum Hasil Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan yang dilakukan sehubungan dengan pemenuhan hak atau kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Pemeriksaan rutin antara lain: Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan atau SPT Masa PPN yang menunjukkan kelebihan pembayaran yang tidak disertai dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) UU KUP. Wajib Pajak menyampaikan SPT masa pajak untuk kompensasi penyetoran PPN e. Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian sementara kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C dan Pasal 17D Undang-Undang KUP. F.

Pemeriksaan Khusus merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak berdasarkan hasil penilaian risiko baik secara manual maupun otomatis yang memberikan bukti ketidakpatuhan terhadap kewajiban perpajakan. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak selain yang dilakukan atas dasar verifikasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur tentang tata cara verifikasi.

Penagihan Pajak

  • Pengertian Penagihan Pajak
  • Dasar Tindakan Penagihan Pajak
  • Pengertian Tunggakan Pajak
  • Pengertian Pencairan Tunggakan Pajak
  • Mekanisme Pencairan Tunggakan Pajak

Tunggakan pajak adalah jumlah debitur pajak yang belum dibayar sejak diterbitkannya surat ketetapan pajak, dan jumlah debitur pajak yang belum dilunasi sebelumnya pada masa penagihan pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan. , Surat Keputusan Koreksi dan Keputusan Banding. Dari pengertian diatas maka pengertian tunggakan pajak menurut penulis adalah jumlah piutang pajak yang tidak dapat dibayar oleh wajib pajak dalam masa penagihan pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pembayaran dengan menggunakan Surat Setoran Pajak untuk menyelesaikan debitur pajak yang terdaftar dalam STP/SKPKB/SKPKBT/SC Pembatalan/SC Keberatan/Putusan Banding, sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah debitur pajak.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pencairan kewajiban pajak merupakan pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk membayar pajak yang terutang ke kas negara atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

Penelitian Terdahulu

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Menteri Keuangan mengatur tata cara penghapusan dan penetapan jumlah piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi, antara lain karena Wajib Pajak telah meninggal dunia dan tidak mempunyai warisan atau harta, wajib pajak badan. yang telah selesai proses kepailitannya, atau Wajib Pajak yang tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai subjek pajak dan hak pemungutan pajaknya telah habis. Melalui metode ini, dapat diperkirakan secara efektif jumlah pajak terutang yang akan dipungut atau dibayarkan. Penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa sistem wirausaha dan pemungutan pajak dengan cara akta wajib tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak.

Penelitian menyimpulkan bahwa Self Assessment System dan Inspektorat Pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak.

Hubungan Antar Variabel

  • PengaruhSelf Assessment System dengan Penerimaan
  • Pengaruh Pemeriksaan Pajak dengan Penerimaan
  • Pengaruh Penagihan Pajak dengan Penerimaan

Agar wajib pajak pada tahun pajak berikutnya dapat segera memperbaiki kesalahannya dan tidak mengulangi kesalahan yang sama dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian yang baik dapat mempengaruhi penerimaan pajak. Menurut Mardiasmo (2016:13) Penagihan pajak adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh fiskus karena wajib pajak tidak menaati ketentuan undang-undang perpajakan khususnya yang berkaitan dengan pembayaran pajak yang terutang, penagihan pajak meliputi kegiatan, tindakan, pengiriman surat. peringatan. , surat teguran, surat paksa, penyitaan, pelelangan, penahanan dan penyitaan. Jika wajib pajak tidak membayar pajaknya, maka harus dilakukan tindakan tegas untuk dapat melunasi utang pajaknya.

Hal ini tercermin dari kegiatan penagihan pajak terhadap wajib pajak yang tidak membayar utang pajaknya sesuai ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, upaya pemungutan pajak sangat penting untuk menunjang kinerja pemungutan pajak dan mempengaruhi penerimaan pajak.

METODOLOGI PENELITIAN

  • Desain Penelitian
  • Hipotesis
  • Variabel dan Skala Pengukuran
    • Variabel Penelitian
    • Skala Pengukuran
  • Metode Pengumpulan Data
  • Jenis Data
  • Populasi dan Sampel
  • Metode Analisis Data
    • Uji Statistik Deskriptif
    • Uji Asumsi Klasik
  • Uji Hipotesis
    • Uji Regresi Linier Berganda
    • Uji Statistik F (Uji Simultan)
    • Uji Signifikansi Parametik (Uji t)
    • Koefisien Determinasi (R2)

Tujuan pengujian hipotesis adalah untuk mengetahui pengaruh sistem self assesment, pengendalian pajak dan pemungutan pajak terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai. Dalam penelitiannya Trisnayati dan Jati (2015) menyatakan bahwa sistem self assesment berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai. Dalam penelitian ini kami menguji pengaruh variabel independen yaitu sistem self assessment, pengendalian pajak dan penagihan pajak terhadap penerimaan pajak.

Hasil Uji Parsial (Uji T) diketahui bahwa Self Assessment System tidak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Dampak Self Assesment System, Pengendalian Pajak dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan

KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama didirikan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia no. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pajak Bumi dan Bangunan (KPP BM), Bagian Pemeriksaan dan Kantor Penyidikan dan Kantor Pertimbangan serta pengamatan potensi perpajakan. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 946/KMK.01/1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak, KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama merupakan unit pelaksana teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Kantor Wilayah IV Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Raya II dan diklasifikasikan sebagai KPP tipe “A”. Kemudian berdasarkan pemberitahuan DJP nomor PENG-03/PJ.09/2007 tanggal 21 Juni 2007 bahwa KPP Jakarta Kebayoran Lama resmi beroperasi sebagai KPP Pratama mulai tanggal 12 Juni 2007.

KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama kini menjadi unit pelaksana teknis yang bertanggung jawab kepada Kepala Kanwil DJP Jakarta Selatan II sejak Oktober 2015. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama sebagai salah satu unit penyelenggara pelayanan publik senantiasa berupaya memberikan pelayanan sesuai standar pelayanan prima sesuai sistem administrasi perpajakan modern.

Visi dan Misi

Struktur Organisasi

Seksi Pelayanan bertugas menentukan dan menerbitkan produk perpajakan yang sah, menatausahakan dokumen dan berkas perpajakan, menerima dan memproses Surat Pemberitahuan, serta menerima surat-surat lainnya dan melakukan pendaftaran Wajib Pajak. Bagian Penagihan bertugas melakukan penatausahaan piutang pajak, penangguhan dan angsuran kewajiban perpajakan, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, dan penyimpanan dokumen penagihan. Seksi Penyuluhan Pajak mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak untuk mendukung perluasan, orientasi dan pengawasan terhadap Wajib Pajak baru, seperti dan konsultasi perpajakan. .

Departemen Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas melaksanakan proses penyelesaian permohonan Wajib Pajak, usulan koreksi surat pajak, pemberian bimbingan dan nasehat teknis perpajakan kepada Wajib Pajak, serta usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan. Bagian Pengawasan dan Konsultasi masing-masing mempunyai tugas melakukan pemantauan kepatuhan terhadap kewajiban perpajakan Wajib Pajak, penyusunan Profil Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan pemberian nasihat kepada Wajib Pajak.

Metode Analisis Data

  • Statistik Deskriptif
  • Uji Asumsi Klasik

Variabel Jumlah sistem penilaian diri selama periode pengamatan mempunyai nilai mean (rata-rata) sebesar 0,086 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,639. Variabel Jumlah Pemeriksaan Pajak selama periode pengamatan mempunyai nilai mean (rata-rata) sebesar 0,054 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,016. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.

Untuk mengetahui apakah suatu model regresi bebas dari multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat Tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10. Menurut Ghozali, uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier mempunyai korelasi antara kesalahan perancu pada periode t.

Tabel 4.1  Hasil Uji Deskriptif
Tabel 4.1 Hasil Uji Deskriptif

Hasil Pengujian Hipotesis

  • Analisis Regresi Linear Berganda
  • Uji Simultan (Uji F)
  • Uji Parsial (Uji t)
  • Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien regresi Self Assessment System (X1) sebesar 0,023 yang berarti apabila Self Assessment System (X1) mengalami kenaikan sebesar 1 satuan dengan asumsi variabel lain tetap maka penerimaan PPN (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,023%. Koefisien regresi Inspektorat Pajak (X2) adalah sebesar 2,481 yang berarti apabila Inspektorat Pajak (X2) bertambah sebesar 1 satuan dan variabel lain tetap maka penerimaan PPN yang diterima (Y) akan meningkat sebesar 2,481%. Uji F digunakan untuk menganalisis besarnya pengaruh Self-Assessment System, Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak dengan tingkat signifikansi 5% (α = 0,05).

Berdasarkan tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa tingkat signifikan sebesar 0,025 < 0,05 maka Ho tidak diterima dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa Sistem Wiraswasta, Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak mempunyai hubungan yang sama (simultan). berpengaruh terhadap penerimaan PPN. Artinya variabel Self Assessment System, Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak mampu menjelaskan variabel penerimaan PPN sebesar 10,7%, sedangkan sisanya sebesar 89,3%.

Tabel 4.11  Tabel t untuk df 55-57
Tabel 4.11 Tabel t untuk df 55-57

Pembahasan Hasil Penelitian

  • Self Assessment System (X1)TidakBerpengaruh Terhadap
  • Pemeriksaan Pajak (X2) TidakBerpengaruhTerhadap Penerimaan
  • Penagihan Pajak (X3) BerpengaruhTerhadap Penerimaan

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Ida Ayu Ivon Trisnayati dan Jati (2015) yang menyatakan bahwa Self Assessment System berpengaruh positif terhadap penerimaan PPN. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Ida Ayu Ivon Trisnayati dan Jati (2015) yang menyatakan bahwa pemungutan pajak berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Maulida dan Adnan (2017) yang menyatakan bahwa pemungutan pajak berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai.

Dampak Sistem Self Assessment, Pengendalian Pajak dan Pemungutan Pajak Terhadap Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di KPP Pratama Banda Aceh Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA). Dampak Self Assessment System, Penerbitan Faktur Pajak dan Surat Tagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di KPP Menengah dan KPP Pratama Tampan Pekanbaru.

KESIMPULAN DAN SARAN

Saran

Kami berharap bagi peneliti selanjutnya untuk menambahkan beberapa variabel tambahan lain yang dihipotesiskan mempengaruhi penerimaan PPN seperti surat pembayaran PPN yang dilaporkan dan juga tunjangan pengusaha kena pajak. Penerimaan pajak tumbuh lebih baik hingga akhir Februari 2018." https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/keringan-pers-penerimaan-cepat-akhir-februari-2018-tumbuh-semakin-baik/ ).

Penelitian Terdahulu

Operasional Variabel Penelitian

Uji Deskriptif

Uji Normalitas Kolmogorov Swimov

Uji Multikolonieritas

Uji Heteroskedastisitas

Tabel Autokorelasi

Tabel Durbin-Watson

Uji Autokorelasi

Uji Regresi Linear Berganda

Tabel F

Uji F (Simultan)

Tabel t

Uji t (Parsial)

Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Gambar

Tabel 4.1  Hasil Uji Deskriptif
Tabel 4.5  Tabel Autokorelasi
Tabel Durbin-Watson (DW), α = 5%
Tabel 4.11  Tabel t untuk df 55-57
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang berjudul Peranan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak Melalui Penagihan dengan Surat Paksa (Studi Kasus pada KPP Pratama Bandung Bojonagara)

berpengaruh terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Kota secara parsial jumlah wajib pajak jumlah penerimaan pajak dan jumlah penagihan pajak dengan surat paksa

Hasil tersebut menunjukkan besar pengaruh Self Assessment System yang diukur oleh Jumlah SPT yang dilaporkan wajib pajak terhadap Penerimaan Pajak termasuk dalam

Adapun judul Laporan Akhir ini adalah “ Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa atas Penerimaan Pajak pada KPP Pratama Palembang Ilir

1) KPP Pratama Banda Aceh diharapkan untuk dapat secara intensif meningkatkan penyuluhan perpajakan terpadu yang dapat meningkatkan pemahaman Wajib Pajak terhadap

Penagihan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa merupakan tindakan Penagihan yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan cara menyampaikan langsung kepada Wajib

Laporan Tugas Akhir ini berjudul: “Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran Dan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji pengaruh pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terhadap efektivitas penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar