• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh berbagai sumber protein pakan terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pengaruh berbagai sumber protein pakan terhadap"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BERBAGAI SUMBER PROTEIN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN ANAKAN IKAN BANDENG Chanos chanos

SKRIPSI

OLEH

HARYATI SIAUTA 45 13 034 005

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2018

(2)
(3)

ii ABSTRAK

Haryati Siauta (45 13 034 005) Pengaruh Berbagai Sumber Protein Pakan Terhadap Pertumbuhan Anakan Ikan Bandeng Chanos-chanos, Dibawah bimbingan Erni Indrawati selaku pembimbing utama, dan Sri Mulyani selaku pembimbing anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai sumber protein pakan terhadap pertumbuhan anakan ikan bandeng Chanos-chanos. Kegunaan penelitian adalah sebagai bahan acuan dan informasi dalam pembuatan pakan dari berbagai sumber protein terhadap pertumbuhan anakan ikan bandeng Chanos-chanos. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2017 di Laboraterium Pakan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa, Sampel di dianalisis di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Percobaan (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan 3 kali ulangan. Data dianalisis dengan menggunakan Anova.hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan mutlak anakan ikan bandeng (P>0,05). Pertumbuhan mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan C (berbahan baku tepung ikan petek) sebesar 4.33 ± 0.0076 gr disebabkan bahan baku yang digunakan memiliki protein sebesar 66.00% dan serat kasar tinggi sehinggah mudah dicerna oleh ikan uji proksimat. Pengamatan mengenai proksimat tepung ikan teri, tembang, dan petek. menunjukan bahwa kandungan protein berkisar 55,70%-66,00%. Dari ketiga bahan baku tersebut tepung ikan petek memiliki kandungan protein yang paling tinggi dibandingkan tepung ikan teri, dan tepung ikan tembang. Uji kestabilitas pakan masih rendah yaitu sembilan menit 40 detik yang ditandai dengan cepat buyar.

Kualitas air yang meliputi suhu, pH dan salinitas masih berada pada kisaran yang dapat ditoleransi oleh ikan bandeng.

(4)

iii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirad Allah SWT yang Maha segalanya karena berkat Rahmat, dan Hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skiripsi yang berjudul “Pengaruh Berbagai Sumber Protein Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Bandeng Chanos Chanos

Salam serta salawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin umatnya hingga akhir zaman.

Penulis skeripsi ini terselesaikan tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, untuk segalanya itu, penulis ajukan terimakasih kepada:

Penulis haturkan banyak terimakasih kepada

1. Ibu Dr.Ir, Erni Indrawati, M.P selaku pembimbing utama yang telah membimbing Saya dalam menyelesaikan skripsi.

2. Ibu Dr.Ir, Sri Mulyani, M.M, selaku pembimbing anggota yang selalu membimbing dan membantu dalam menyelesaikan skripsi.

3. Ibu Dr.Ir.Hadijah Mahyuddin,M.Si selaku WR II yang selalu memberikan arahan dan motifasi dalam penelitian ini, serta melibatkan dalam penelitian.

4. Seluruh bapak/ibu dosen perikanan Universitas Bosowa yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama menjalani perkuliahan.

5. Kedua orang tua yang saya cintai, Ayahanda Galib Siuta,S.pdi, Ibunda Nurmala Abdullah, dan Kakak Wahyuni Siauta ST, Adikku

(5)

iv Ridwan Siauta, serta semua keluarga tercinta atas doa, dukungan, perhatian, motivasi, kasih sayang, yang tak pernah lelah untuk mengantarkan penulis dalm penyelesaikan Skripsi 6. Sahabat-sahabat seperjuanganku terkhususnya angkatan 2013,

Murcin, Anto, Wahyu, Maikel, Rijal, Irman, Amsu, Patris, Fatul, Rita, Desi, dan Celong

Penulis menyadari bahwa dalam penyusun skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik dalam segi teknik penulisan maupun materi yang di sajikan, Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini.

Makassar, Maret 2018

Penulis

(6)

v DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Klasifikasi Ikan Bandeng ... 5

2.2 Morfologi Ikan Bandeng ... 5

2.3 Penyebaran dan Kebiasaan Makan Ikan Bandeng ... 10

2.4 Bahan Baku Hewani (Tepung Ikan)... 11

2.5 Kandungan Nutrisi ... 14

2.6 Analisis Proksimat ... 19

2.7 Kualitas Air ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Waktu dan Tempat ... 26

3.2 Alat dan Bahan ... 26

3.3 Hewan Ujin ... 28

(7)

vi

3.4 Prosedur Penelitian ... 28

3.5 Parameter Uji ... 30

3.6 Rancangan Percobaan ... 34

3.7 Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Pertumbuhan Mutlak Berat Ikan ... 36

4.2 Uji Proksimat Tepung Ikan ... 39

4.3 Kestabilitas Pakan ... 40

4.4 Sintasan ... 41

4.5 Kualitas Air ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1 Kesimpulan ... 45

5.2 Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(8)

vii DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Alat yang Digunakan dalam Penelitian ... 26

2. Bahan yang Digunakan dalam Peneltian ... 27

3. Formulasi Pakan yang Digunakan Selama Penelitian ... 28

4. Rata-rata Pertumbuhan Mutlak Ikan Bandeng ... 36

5. Data Hasil Uji Proksimat Jenis Tepung Ikan yang Digunakan.. ... 39

6. Hasil Pengamatan Uji Kestabilitas Pakan... 40

7. Hasil Pengamatan Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng ... 41

8. Rata-Rata Parameter Kualitas Air Selama Penelitian ... 42

(9)

viii DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman 1. Morfologi Ikan Bandeng Chanos- chanos ... 6 2. Tata Letak Percobaan ... 35 3. Diagram Pertumbuhan Mutlak ... 37

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu jenis ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, dikarenakan mempunyai rasa daging yang enak dan harga yang terjangkau. Oleh karena itu, ikan bandeng mempunyai andil yang cukup besar bagi peningkatan gizi masyarakat. Ikan bandeng merupakan komoditas perikanan yang relatif mudah dibudidayakan dan teknologinya telah mapan di masyarakat, memiliki nilai pilihan konsumen yang tinggi, serta tahan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim (Sudradjat 2008).

Kegiatan budidayanya sudah dikenal masyarakat sekitar abad ke-14 yang dimulai dengan budidaya secara tradisional di tambak pasang surut (BBPPBL, 2011). Berdasarkan manfaat yang diperoleh, menjadikan ikan bandeng sebagai komoditas ekspor yang mampu mendatangkan devisa negara, selain juga berperan penting sebagai penggerak perekonomian rakyat di daerah pesisir.

Pada tahun 2013, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan menargetkan peningkatan produksi ikan bandeng sekitar 71.147 ton dari produksi saat ini rata-rata 55.000 ton per tahun (Anonim, 2010).

Setiap tahun permintaan ikan bandeng selalu mengalami peningkatan, baik untuk konsumsi lokal, ikan umpan bagi industri perikanan tuna, maupun untuk pasar ekspor. Kebutuhan bandeng untuk ekspor yang

(11)

2 cenderung meningkat merupakan peluang usaha yang positif. Namun, peluang tersebut belum dapat terpenuhi karena terbatasnya produksi dan diikuti tingginya konsumsi lokal.(Anonim 2013)

Budidaya ikan bandeng merupakan salah satu usaha dibidang perikanan yang cukup prospektif mengingat benih ikan bandeng sangat membutuhkan prtotein yang cukup. Masalah diperoleh dalam pembenihan budidaya ikan bandeng secara intensif merupakan faktor penentu kualitas pakan. Dengan ini telah diproduksi pakan buatan dari industri pakan, namun harganya relatif maha disebabkan bahan paku yang digunakan dari impor, dan berkualitas juga protein yang digunakan tinggi, sedangkan pakan lokal relatif murah dan protein yang digunakan rendah. Salah satu indikator kualitas pakan adanya kandungan protein pakan. (Rahmawati dan Hartono, 2012)

Permasalahan tersebut perlu diatasi dengan penggunaan bahan pakan berkualitas karena pakan ikan merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi, guna menunjang kehidupan ikan yang dibudidayakan, namun bahan pakan yang biasa digunakan sering menimbulkan persaingan dengan kebutuhan manusia, sehingga menyebabkan harga pakan menjadi mahal, oleh karena itu diperlukan alternatif untuk membuat pakan ikan dengan bahan-bahan yang murah, mudah didapat dan berkualitas.

Protein merupakan standar ukuran yang digunakan dalam menentukan kualitas pakan ikan. Fungsi dan peran protein bagi ikan

(12)

3 cukup penting, yakni sebagai sumber energi untuk pertumbuhan. Ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada hewan ternak terestrial (unggas dan mamalia). Selain itu jenis dan umur ikan berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan membutuhkan protein sekitar 20-60% dan optimum 30-36% (Masyamsir, 2001).

Pakan mempunyai peran strategis dalam budidaya ikan secara intensif. Biaya pembelian pakan dapat mencapai 60-80% dari total biaya produksi (Priyadi, 2008). Harga bahan baku pakan akan berpengaruh terhadap harga pakan,yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap biaya produksi. Khususnya di Indonesia, sebagian besar bahan baku pakan berasal dari impor, yaitu sebesar 70-80% (Hadadi et al.

2007).Bahan baku utama dalam penyusunan ransum pakan ikan adalah tepung ikan namun saat ini produksi tepung ikan lokal baru dapat memenuhi 60-70% dari kebutuhan dengan kualitas dan kuantitas yang berfluktuatif. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang mendalam terhadap berbagai bahan yang dapat dijadikan sebagai tepung ikan.

Suatu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku pakan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu mempunyai nilai gizi yang tinggi, tersedia dan kontinyu.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai sumber protein pakan terhadap pertumbuhan anakan ikan bandeng.

(13)

4 Kegunaan dilakukan penelitian ini adalah sebagai bahan acuan dan informasi dalam pembuatan pakan dengan berbagai sumber protein hewani terhadap pertumbuhan anakan ikan bandeng Chanos chonos.

(14)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Bandeng

Taksonomi dan klasifikasi ikan bandeng Menurut Sudrajat (2008) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata Kelas : Osteichthyes Subkelas : Teleostein Ordo : Malacopterygii

Famili : Chanidae

Genus : Chanos

Spesies : Chanos chanos 2.2 Morfologi Ikan Bandeng

Ikan bandeng mempunyai badan memanjang seperti torpedo dengan sirip ekor bercabang sebagai tanda bahwa ikan bandeng adalah perenang cepat. Kepala bandeng tidak bersisik, mulut kecil terletak di ujung rahang tanpa gigi, dan lubang hidung terletak di depan mata. Mata diselaputi oleh selaput bening subcutanaus. Warna badan putih keperak- perakan dengan punggung biru kehitaman (Purnomowati dkk.,2007).

(15)

6 Gambar 1. Morfologi Ikan Bandeng Chanos- chanos

Ciri umum ikan bandeng adalah tubuh memanjang agak gepeng, mata tertutup lapisan lemak (adipose eyelid), pangkal sirip punggung dan dubur tertutup sisik, tipe sisik cycloid lunak, warna hitam kehijauan dan keperakan bagian sisik, terdapat sisik tambahan yang besar pada sirip dada dan sirip perut. Bandeng jantan memiliki ciri-ciri warna sisik tubuh cerah dan mengkilap keperakan serta memiliki dua lubang kecil di bagian anus yang tampak jelas pada jantan dewasa (Hadie, 2000).

Tipe mulut ikan bandeng memiliki mulut bertipe terminal. Bentuk mulut tersebut menunjukkan letak mulutnya yang berada di ujung kepala. Sudrajat (2008), menyatakan bahwa, bentuk mulut ikan menunjukkan makanan ikan tersebut.

Tipe ekor ikan Bandeng Chanos- chanos yaitu berbentuk runcing dan tidak menyatu. Tipe ekor demikian dinamakan tipe ekor forked, sehingga menunjang ikan bandeng untuk berenang cepat dan memudahkan dalam menghindari ancaman berupa predator maupun

(16)

7 ancaman lainnya. Menurut Purnowati (2007), Bandeng Chanos- chanos memiliki ekor berbentuk gunting terbuka dan berfungsi sebagai kemudi.

Sistem pencernaan ikan bandeng Chanos- chanos diantaranya mulut, oesophagus, empedu, hati, lambung, usus, dan anus. Ikan Bandeng Chanos- chanos berdasarkan sistem pencernaannya merupakan ikan herbivora (pemakan tumbuhan). Ikan bandeng Chanos- chanos memiliki ukuran usus lebih panjang dari panjang standarnya.

Aslamyah (2008), mengemukakan bahwa ikan bandeng Chanos- chanos dewasa mengkonsumsi, alga, zooplankton, bentos lunak, dan pakan buatan berbentuk pellet. Tumbuh-tumbuhan yang berbentuk benang dan yang lebih kasar lagi akan lebih mudah dimakan oleh ikan bandeng Chanos- chanos bila mulai membusuk.

Pada sistem muscularia ikan bandeng Chanos- chanos memiliki sistem muscularia yang hampir sama dengan jenis-jenis ikan pada umumnya. Warna daging ikan bandeng Chanos- chanos cenderung berwarna merah muda dengan daging bagian abdominal lebih tebal dibandingkan caudal. Menurut Rahardjo (2011), otot merah pada ikan menunjukkan ikan tersebut bergerak lebih aktif dibandingkan ikan yang bersifat diam.

Pada sistem circulatoria diketahui bahwa letak jantung berdekatan dengan insang. pada ikan terdapat dua ruang jantung, yaitu atrium dan ventricle. Organ yang berperan dalam sistem circulatoria diantaranya adalah jantung dan pembuluh darah. Rahardjo (2011),

(17)

8 mengemukakan bahwa, jantung terletak di bagian posterior lengkung insang. Pada teleostei jantung umumnya terdapat di belakang insang, di bagian depan rongga badan dan di atas ythimus.

Ikan Bandeng Chanos- chanos termasuk ikan bertulang keras atau yang biasa kita sebut dengan teleostei. Menurut Rahardjo (2011), tulang punggung ikan tersusun dari sejumlah ruas tulang punggung yang berfungsi melindungi organ dalam. Pada bagian batang ekor tiap ruas di bagian bawah terdapat satu duri haemal dan bagian atas tedapat duri neural.

Sistem respiratoria, ikan Bandeng Chanos- chanos terdiri atas empat lapis insang dan pada insang terdapat lamela insang, jari-jari insang, lengkung insang, dan tapis insang. Menurut Rahardjo (2011), ikan bertulang sejati mempunyai satu lubang insang yang masing- masing terdapat di kedua sisi kepala di bawah tulang tutup insang.

Insang ini ditutupi oleh tulang penutup insang.

Sistem urogenitalia (alat reproduksi) ikan Bandeng Chanos- chanos terletak di dekat sirip anus. Menurut Rahardjo (2011), struktur genital osteichthyes pada dasarnya sama dengan chondroichthyes.

Testis berbentuk memanjang dan menggantung pada bagian atas rongga tubuh, sedangkan ovarium berbentuk memanjang, terletak di bawah atau di samping gelembung gas.

Sistem optic ikan Bandeng Chanos- chanos yaitu sepasang mata yang berada di sisi kiri dan kanan bagian kepala, seperti ikan pada

(18)

9 umumnya. Bagian ikan terdiri dari iris, lensa dan kornea. Purnowati (2007), mengumukakan bahwa mata ikan dilapisi lapisan tipis tembus cahaya. Akomodasi lensa mata tidak dilakukan dengan memipihkan dan mencembungkan mata, tetapi dengan mengubah kedudukan lensa ke arah belakang.

Secara morfologi ikan bandeng dewasa masih sulit dibedakan antara jantan dan betina, baik mengenai morfologi, ukuran, warna sisik, bentuk kepala dan lain-lainnya. Namun pada bagian anal (lubang pelepasan) pada induk ikan bandeng yang matang kelamin menunjukkan bentuk anatomi yang berbeda antara ikan bandeng Chanos- chanos jantan dan ikan bandeng Chanos- chanos betina. Ikan bandeng Chanos- chanos jantan mempunyai 2 tonjolan kecil (papila) yang terbuka dibagian luarnya yaitu selaput dubur luar dan lubang pelepasan yang membuka pada bagian ujungnya. Didalam alat genital ikan jantan (vas deferentia), mulai dari testes menyatu sedalam 5-10 mm dari lubang pelepasan. Lubang kencing (urinary pore) melebar kearah saluran besar dari sisi atas. Selain itu 2 lubang kecil pada sisi bagian bawah dari tonjolan urogenital yang membuka ke arah ventral usus.

Ikan bandeng Chanos- chanos betina mempunyai 3 tonjolan kecil (papila) yang terbuka di bagian anal. Berbeda dengan ikan bandeng jantan yang mempunyai 2 tonjolan kecil. Satu lubang besar dibagian anterior adalah anus. Letaknya anus sejajar dengan genital pore.

Lubang ketiga adalah lubang posterior dari genital pore berada pada

(19)

10 ujung urogenital papila. Dari 2 oviduct menyatu kearah saluran yang lebar yang merupakan saluran telur dan saluran tersebut berakhir di genital pore.

2.3 Penyebaran dan Kebiasaan Makan Ikan Bandeng

Bandeng banyak dikenal orang sebagai ikan air tawar. Habitat asli ikan bandeng Chanos- chanos sebenarnya di laut, tetapi ikan ini dapat hidup di air tawar maupun air payau. Ikan bandeng hidup di Samudra Hindia dan menyeberangi sampai Samudra Pasifik, ikan bandeng Chanos- chanos cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau- pulau dekat koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2-3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau. Bandeng Chanos- chanos baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak (Anonim, 2010).

Ikan bandeng Chanos- chanos termasuk jenis ikan euryhalin, sehingga ikan bandeng dapat dijumpai di daerah air tawar, air payau, dan air laut. Selama masa perkembangannya, ikan bandeng menyukai hidup di air payau atau daerah muara sungai. Ketika mencapai usia dewasa, ikan bandeng akan kembali ke laut untuk berkembangbiak (Purnomowati dkk., 2007). Pertumbuhan ikan bandeng relatif cepat, yaitu 1,1-1,7 % bobot badan/hari (Sudrajat, 2008), dan bisa mencapai berat rata-rata 0,60 kg pada usia 5-6 bulan jika dipelihara dalam tambak (Murtidjo, 2002).

(20)

11 Anakan ikan bandeng Chanos- chanos mempunyai kebiasaan makan Selama berada di tempat hidupnya yang asli yaitu di perairan bebas, bandeng hanya memperoleh makanan yang disediakan oleh alam yang berupa plankton, udang-udang kecil, jasad renik dan banyak lagi yang lainnya. Makanan yang tersedia di alam itu tidak akan habis sampai bandeng menjadi dewasa. Bandeng selalu makan makanan yang disesuaikan dengan besar mulutnya. Karena ikan ini tidak mampu untuk menelan makanan yang lebih besar dari mulutnya atau lebih keras. Makanan yang paling disukai ikan ini, yaitu yang berasal dari tumbuhan yang telah membusuk, plankton, dan klekap (Purnomowati dkk., 2007).

2.4 Bahan Baku Tepung Ikan

Bahan baku utama dalam penyusunan ransum pakan ikan adalah tepung ikan, karena tepung ikan merupakan bahan baku utama sumber protein dalam pakan ikan. Namun, saat ini produksi tepung ikan lokal baru dapat memenuhi 60-70% dari kebutuhan dengan kualitas dan kuantitas yang berfluktuatif. Suatu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku pakan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu mempunyai nilai gizi yang tinggi, tersedia dalam jumlah melimpah dan kontinyu dan secara ekonomi tidak menjadikan harga pakan tinggi (Mudjiman, 2004).

Menurut Murtidjo (2001) tepung ikan yang bermutu baik mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

(21)

12

 Butir-butirnya agak seragam.

 Bebas dari sisa-sisa tulang, mata ikan, dan benda-benda asing.

 Berwarna abu-abu kecoklatan.

Komposisi nutrisi pada ikan bandeng adalah Protein 60 - 70%, Lemak 6 - 14%, Kadar air 4- 12%, dan Kadar abu 6 - 18%. Harga tepung ikan pada umumnya dipengaruhi oleh kandungan protein kasarnya. Semakin tinggi kandungan protein kasarnya maka semakin tinggi harga tepung ikan. Menurut Murtidjo (2002), kualitas tepung ikan impor memiliki kualitas yang lebih baik dari pada tepung ikan kualitas lokal. Kandungan protein kasar tepung ikan impor berkisar antara 60%- 74% dengan kadar lemak berkisar antara 6%-10%. Sementara, tepung ikan produksi lokal, umumnya mengandung protein kasar berkisar antara 31,72%-57,02%, lemak antara 4,57%-20,68%, dengan kadar air antara 7,33%-11,16%. Produksi tepung ikan lokal saat ini baru dapat memenuhi 60-70% dari kebutuhan dengan kualitas dan kuantitas yang berfluktuatif (Anonim, 2010).

2.4.1 Dedak halus.

Dedak merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan tidak dikonsumsi manusia sehingga tidak bersaing dalam penggunaannya.

Kandungan serat kasar dedak 13,6%, atau 6 kali lebih besar dari pada jagung kering, merupakan faktor pembatas, sehingga dedak tidak dapat digunakan berlebihan. Kandungan asam amino dedak, walaupun

(22)

13 lengkap tapi kuantitasnya tidak mencukupi kebutuhan ikan, demikian pula dengan vitamin dan mineralnya.

2.4.2 Tepung Terigu

Tepung terigu berasal dari hasil olahan biji gandum.Disamping kegunaannya sebagai sumber energi dalam pakan ikan, tepung terigu juga berguna sebagai bahan perekat sehingga pakan yang dihasilkan mempunyai tekstur yang baik dan tahan lama di dalam air. (Mudjiman, 2004),

Tepung terigu merupakan bahan baku yang umum digunakan dalam proses pembuatan pakan ikan. Selain mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi, juga berfungsi sebagai perekat. Tepung terigu mempunyai kandungan protein 8,9 %, lemak 1,3 %, karbohidrat 77,3 % dan air 12 % (Djajasewaka, 1985)

2.4.3 Minyak Nabati.

Pengunaan minyak diperlukan pada pembuatan pakan ikan, terutama yang membutuhkan energi tinggi, yang hanya dapat diperoleh dari minyak. Minyak nabatai yang dipergunakan hendaknya minyak nabati yang baik, tidak mudah tengik dan tidak mudah rusak.

Penggunaan minyak nabati yang biasanya berasal dari kelapa atau sawit pada umumnya berkisar antara 2- 6 %.

2.4.5 Vitamin

Afrianto (2005) mengemukakan bahwa Vitamin merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan oleh ikan untuk pembentukan jaringan tubuh,

(23)

14 proses metabolisme serta mempertahankan keseimbangan osmotik dan untuk proses pertumbuhan normal ikan. Ikan dapat menyerap (absorpsi) beberapa vitamin, tidak hanya vitamin yang berasal dari pakan tetapi juga berasal dari lingkungan perairan yaitu seperti kalsium, magnesium, sodium, potassium, iron, zinc, copper dan selenium yang merupakan jenis vitamin diperoleh dari air untuk memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi ikan serta phosphat dan sulfat lebih efektif bila diperoleh dari pakan.

Ikan dam udang sebagai organisme air yang memiliki kemampuan dalam menyerap beberapa unsur anorganik, tidak hanya dari makanan tetapi juga dari lingkungan. Jumlah vitamin yang dibutuhkan oleh ikan sangat sedikit tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting. Dalam penyusunan pakan buatan mineral mix biasanya ditambahkan berkisar antara 2–5% dari total jumlah baha baku dan bervariasi bergantung pada jenis ikan yang akan mengkonsumsinya (Gusrina, 2008).

2.5 Kandungan Nutrisi Pakan

Pakan yang diberikan ikan peliharaan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi, maka hal ini tidak saja akan menjamin hidup dan aktivitas ikan, tetapi juga akan mempercepat pertumbuhannya.

Beberapa komponen nutrisi yang penting dan tersedia dalam pakan ikan antara lain protein, karbohidrat, lemak, dan serat kasar (Kordi, 2004).

Selain itu itu juga terdapat vitamin dan mineral, antibiotik dan

(24)

15 antioksidan, serta bahan perekat, tetapi kandungan nutrisi yang utama adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

2.5.1 Protein

Protein merupakan senyawa organik kompleks, tersusun atas banyak asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung fospor dan sulfur.Kualitas protein suatu bahan pakan ditentukan oleh kandungan asam amino, khususnya asam amino esensial (Sumeru, 1992).

Protein merupakan unsur yang paling penting dalam penyusunan formulasi pakan karena usaha budidaya diharapkan pertumbuhan ikan yang cepat. Sahwan (2002), protein mempunyai tiga fungsi bagi tubuh yaitu:

a. Sebagai zat pembangun yang membentuk berbagai jaringan baru untuk pertumbuhan, mengganti jaringan yang rusak, maupun yang bereproduksi.

b. Sebagai zat pengatur yang berperan dalam pembentukan enzim dan hormon penjaga serta pengatur berbagai proses metabolisme didalam tubuh ikan.

c. Sebagai zat pembakar karena unsur karbon yang terkandung didalamnya dapat difungsikan sebagai sumber energi pada saat kebutuhan energi tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak.

(25)

16 Kebutuhan protein masing-masing jenis ikan berbeda-beda.

Jumlah protein yang dibutuhkan ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain ukuran ikan, suhu air, jumlah pakan yang dimakan ikan, ketersediaan dan kualitas pakan alami, dan kualitas protein (Kordi, 2004). Pada umumnya ikan membutuhkan makanan yang kadar proteinnya berkisar antara 20-60 persen. Sedang kadar optimum berkisar antara 30-36 persen. Apabila protein dalam pakan kurang dari 6 persen, maka ikan tidak dapat tumbuh (Mujiman, 1991).

Pakan buatan terdiri dari beberapa macam campuran bahan pakan yang berasal dari protein hewani maupun nabati. Sumber protein hewani antara lain tepung ikan, telur ayam, tepung tulang dan tepung darah. Sumber protein nabati bisa diperoleh dari limbah industri pertanian seperti bungkil kacang tanah, ampas tahu, kedelai dan sorghum (Tiana, 2004).

2.5.2 Lemak

Lemak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik melalui ekstraksi eter.Lemak juga sering diistilahkan dengan fat, lipid, minyak atau lemak kasar.Beberapa jenis vitamin juga terlarut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K (Lukito, 2007).

Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang paling besar diantara protein dan karbohidrat, satu gram lemak dapat menghasilkan 9 kkal per gram, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4

(26)

17 kkal per gram. Lemak juga menjadi sumber asam lemak, pospolipid, kolestrol dan sebagai pelarut pada proses penyerapan vitamin A, D, E, dan K. Selain itu, lemak berfungsi membantu proses metabolisme, osmoregulasi, dan menjaga keseimbangan daya apung ikan dalam air serta untuk memelihara bentuk dan fungsi jaringan (Kordi, 2004).

Kandungan lemak pakan ikan rata-rata berkisar antara 4-18%.

Kandungan lemak pakan ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, misalnya ukuran ikan, kondisi lingkungan (suhu), dan adanya sumber tenaga lain (Mujiman, 2004). Kisaran kadar lemak yang tidak terlalu rendah ataupun tidak terlalu tinggi, disamping dapat memperbaiki daya awet pakan juga dapat memperbaiki (mempertinggi) kualitas pakan (Puspowardoyo, 2000).

2.5.3 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa organik yang terdiri dari serat kasar dan bahan bebas tanpa nitrogen (nitrogen free extract) atau dalam bahasa Indonesia disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Jadi, unsur-unsur karbohidrat terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen dalam perbandingan yang berbeda-beda.Karbohidrat dalam bentuk yang sederhana pada umumnya lebih mudah larut dalam air daripada lemak atau protein (Kordi, 2014).

Karbohidrat merupakan salah satu komponen sumber energi.Selain itu berperan dalam menghemat penggunaan protein sebagai sumber energi. Apabila pakan yang diberikan kekurangan

(27)

18 karbohidrat, ikan akan kurang efesien dalam penggunaan pakan berprotein untuk menghasilkan energi dan kebutuhan metabolik lainnya (Afrianto dan livlawati 2005, 2005).

Kebutuhan karbohidrat pada pakan ikan tergantung pada jenis ikannya. Ikan herbivor dan omnivor yang dapat memanfaatkan kadar karbohidrat optimum untuk ikan omnivor adalah 20-40%, sedangkan untuk ikan karnivor antara 10-20% (Kordi, 2014).

Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat tergantung pada kemampuannya untuk menghasilkan enzim amilase.Dan kemampuan ini tergantung pula pada jenis ikannya. Apabila ikan karbohidrat lebih dari 12 persen, maka pada hatinya akan terjadi timbunan glikogen yang berlebihan, dan dapat menyebabkan angka kematian yang tinggi. Tapi ikan pemakan segala, dapat hidup baik dengan makanan yang kadar karbohidratnya sampai 50% atau bahkan lebih (Mujiman, 1991).

Bahan-bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat adalah jagung, beras, tepung terigu, dedak halus, tepung tapioka, tepung sagu dan beberapa bahan lainnya. Sebagian bahan diatas, selain sebagai sumber karbohidrat, juga berfungsi sebagai bahan perekat (binder) dalam pembuatan pakan ikan (Kordi, 2004).

2.5.4 Serat Kasar

Serat kasar mengandung senyawa selulosa, lignin, dan zat lain yang belum dapat diidentifikasikan dengan pasti. Yang disebut serat

(28)

19 kasar disini adalah senyawa yang tidak dapat dicerna dalam organ pencernaan manusia ataupun binatang.Didalam analisa penentuan serat kasar diperhitungkan banyaknya zat-zat yang tidak larut dalam asam encer ataupun basa encer dalam kondisi tertentu (Sudarmadji, dkk., 1996).

Serat kasar diperlukan juga untuk membentuk gumpalan kotoran, sehingga mudah dikeluarkan dari dalam usus Mujiman (1991).

Kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan ikan akan mempengaruhi daya cerna dan penyerapan di dalam alat pencernaan ikan. Selain itu, kandungan serat kasar yang tinggi menyebabkan meningkatkannya sisa metabolisme dan akan mempercepat penurunan kualitas air. Kandungan serat kasar yang tinggi (lebih dari 8%) akan mengurangi kualitas pakan ikan, sedangkan kandungan serat kasar yang rendah (dibawah 8%) akan menambah baik struktur pakan ikan dalam bentuk pelet (Kordi, 2014).

2.6 Analisis Proksimat

Gunawan (2010), mengemukakan bahwa analisis proksimat adalah pengujian laboratorium bahan pakan yang akan diformulasi dan diolah menjadi ransum pelet, crumble atau mash. Parameter pengujian bahan ini meliputi parameter kadar air, protein, lemak, serat kasar, abu, kalsium (Ca) dan fospor (P), sesuai standar nasional Indonesia (SNI).

(29)

20 2.6.1 Analisa Kadar Air

Air adalah zat makanan yang paling sederhana, yang paling sukar penentuannya dalam analisis proksimat. Penentuan kadar air dilakukan dengan pemanasan 105°C secara terus menerus sampai sampel bahan beratnya tidak berubah lagi (konstan). Namun, untuk produk-produk biologik, bila dipanaskan dengan temperatur melebihi 70°C, akan kehilangan zat-zat volatil (zat-zat yang mudah menguap). Penetuan kadar air yang tepat harus pemanasan dengan temperatur yang lebih rendah menggunakan desikator yang dapat divakumkan.

Bahan makanan yang mengandung banyak air, bila harganya murah, kelihatannya memberikan tawaran yang baik, namun kadar air harus diketahui, dan bila telah didapat kadar airnya, selanjutnya dapat membandingkan nilai makanan bahan tersebut atas dasar bahan kering, untuk mendapatkan nilai makanan yang sebenarnya

2.6.2 Analisa Kadar Abu

Komponen abu pada analisis proksimat tidak memberikan nilai makanan yang penting. Jumlah abu dalam bahan makanan hanya penting untuk menentukan perhitungan BETN. Kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan makanan berasal dari tanaman sangat bervariasi sehingga nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsure mineral tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang penting ( Tillman, 1989).

(30)

21 Pada bahan makanan yang berasal dari hewan, kadar abu berguna sebagai indeks untuk kadar kalsium dan fosfor. Dengan diketahuinya kadar abu, masih diperlukan analisis lebih lanjut untuk memisahkan 17 unsur penting yang diperlukan ilmu makanan (Tillman, 1989)

2.6.3 Analisa Kadar Serat Kasar

Istilah serat makanan (dietary fiber) harus dibedakan dengan isitilah serat kasar (crude fiber) yang biasa digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan. Serat kasar adalah bagian dari pakan yang tidak dapat dihidrolisi oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat ( H2SO4 1,25% ) dan natrium hidroksida ( NaOH 1,25% ). Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat di hidrolisis oleh enzim- enzim pencernaan.

Serat kasar adalah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat 30 menit yang dilakukan dilaboratorium. Dengan proses seperti ini dapat ini dapat merusak abeberapa macam serat yang tidak dapat dicerna oleh manusia dan tidak dapat diketahui komposisi kimia. Tiap-tiap bahan yang membentuk dinding sel. Oleh karena itu serat kasar merendahkan perkiraan jumlah kandungan serat besar 80% untuk hemiselulosa 50 – 90% atau lignin dan 20- 50% untuk selulosa. Piliang dan Djojosoebagio ( 2002 ).

(31)

22 2.6.4 Analisis Protein

Protein adalah senyawa organic yang molekulnya sangat besar dengan susunannya kompleks serta terdiri dari rangkaian asam amino.Protein juga merupakan faktor utama yang sangat dibutuhkanikan dalam pertumbuhan.Didalam tubuh ikan protein berfungsi sebagai zat pembangun sel-sel jaringan tubuh, pengganti sel-sel tubuh yang rusak, sebagai sumber kalori,pembentuk enzyme dan hormon,mengangkut oksigen dan mengatur keseimbangan asam basa darah.

Kebutuhan protein pada ikan secara mutlak dipengaruhi oleh keseimbangan antara asam amino yang dapat dihasilkan oleh tubuh dan asam amino yang tidak dapat dibuat oleh tubuh.Asam-asam amino yang tidak dapat di sintesa oleh tubuh mutlak doperlukan untuk mendukung pertumbuhan yang maksimum.Asam-asam amino esensial sangat dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya,karena ia tidak didapatkan atau dibentuk oleh tubuh ikan sendiri,sehingga perlu didapatkan dari luar sebagai bahan makanan buatan.Kebutuhanprotein ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis ikan, ukuranatau stadia ikan, suhu air, tingkat pemberian pakan (feeding rate),ketersediaan dan kualitas pakan,dan aktifitas ikan. sumber protein pakan ikandapat berasal dari tepung darah, tepung kopra, tepung Kedelai bebas lemak,tepung ikan,tepung daging,,tepung udang, tepung cumi-cumi, ikan rucah danragi(Herry, 2008). Protein merupakan boipolimer polipeptida yang tersusun darisejumlah asam amino yang dihubungkan oleh ikatan

(32)

23 peptida.Kebutuhan protein pada ikan yang lebih kecil, lebih besar daripada ikan dewasa, karena protein lebih banyak dibutuhkan untuk mempertahankan hidup dan pertumbuhan

2.6.5 Analisis Kadar Karbonhidrat

Karbohidrat merupakan salah satu sumber energy dalam makanan ikan. Karbohidrat sebagian besar didapat dari bahan nabati,sedangkan kadarnya dalam makanan ikan berkisar antara 10- 50%. Karbohidrat dibutuhkan ikan dalam jumlah yang besar sebagai sumber energi dan sebagai pertumbuhan (Anonim 2009). Karbohidrat merupakansenyawa organik terbesar yang biasa terdapat pada tanaman, seperti: gula sederhana, amilum (tapioka), selulosa, gum dan zat-zat lain yang berhubungan Karbohidrat merupakan sumber energi yang murah dan dapat menggantikan sumberenergi protein yang lebih mahal. Pengunaan karbohidrat untuk menggantikan protein dan lemak sebagai sumber energi dapat dimaksimalkan untuk mengurangibiaya pakan, karena sumber energi karbohidrat lebih ekonomis, dan mudah dicernadan dimanfaatkan oleh ikan. Sumber karbohidrat seperti tapioka, terigu,alginat, agar, karagenan dan gum dapat juga digunakan sebagai perekat pakanuntuk menjaga stabilitas kandungan air pada pakan ikan dan udang ( Herry,2008).

2.6.6 Analisis Lemak Kasar

Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung

(33)

24 soxhlet (Soejono, 1990). Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni. Selain mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1994). Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan larutan heksan sebagai pelarut. Fungsi dari n heksan adalah untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).

2.7 Kualitas Air

Kualitas air merupakan keadaan suatu perairan dimana didalamnya terkandung unsur-unsur pendukung seperti suhu, kecerahan, oksigen terarut. Kualitas air dikatakan baik apabila unsur- unsurnya memenuhi standar kelayakan sebagai kualitas air yang baik (Zeni, 2011).

2.7.1 pH

derajat keasaman pada pemeliharaan pembesaran bandeng masih dalam batas layak bagi kehidupan ikan bandeng. Derajat keasaman ini dianggap layak karena menurut (Purnamawati 2002), pH yang baik untuk kehidupan ikan berkisar 6,5 – 9 dan kisaran ini merupakan kadar optimum untuk pertumbuhan ikan, apabila nilai pH melebihi kisaran nilai tersebut maka pertumbuhan ikan bisa terhambat. Kisaran pH dibawah 4,5 atau di atas 10 dapat menyebabkan kematian pada ikan. (Buttner dkk.,1993),

(34)

25 2.7.2 Salinitas

Hidup ikan bandeng pada kisaran salinitas yang besar, mulai dari 0 – 35 ppt merupakan salah satu ciri khas ikan bandeng. Salinitas di tambak bandeng ini berkisar antara 6 – 46 10 ppt. Daya toleransinya yang tinggi terhadap perubahan kadar garam, menjadi salah satu faktor pendukung bagi ikan bandeng untuk tetap bertahan hidup.

(Ismail dkk.,2002).

2.7.3 Suhu

Salah satu parameter fisika air yang sangat penting peranannya dalam kehidupan ikan adalah suhu. Setiap organisme akuatik mempunyai kisaran suhu tertentu dalam pertumbuhannya karena suhu air mempengaruhi nafsu makan ikan dan pertumbuhan badan ikan. Perubahan suhu yang mendadak dapat menyebabkan kematian pada ikan meskipun kondisi lingkungan lainnya optimal (Purnmawati, 2002bahwa suhu air dalam ember pemeliharaan sebaiknya berkisar 27 – 32 0C karena ikan-ikan tropis akan tumbuh baik pada kisaran tersebut. dalam (Cholik, 1986 dalam Purnamawati dkk 2002).

(35)

26 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus sampai dengan Oktober 2017 bertempat di Laboratorium Pakan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa. Analisis sampel di Balai Besar Laboraterium Kesehatan Makassar.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan selama penelitian dapat di lihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Alat yang Digunakan dalam Penelitian serta kegunaan

No NAMA ALAT KEGUNAAN

1

Toples bervolume berkapasitas 10 liter sebanyak 12 buah

Wadah Pemeliharaan

2 pH Meter Mengukur pH air

3 Thermometer Mengukur suhu air

4 Timbangan digital Menimbang ikan 5 Salinometer Mengukur salinitas air

6 Aerator mensuplai oksigen

7 Blender menghaluskan bahan pakan

8 Penggiling Pakan Mencampur dan mencetak Pakan

9 Ember Sebagai tempat penampungan

air

10 Selang/aerator Suplei oksigen kedalam media

11 Pengaduk Mencampur bahan formulasi

pakan

12 Oven pengering pakan

13 Kamera Dokumentasi

14 ATK Mencatat

(36)

27 Sedangkan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitan ini

disajikan pada Tabel 2:

Tabel 2. Bahan-Bahan Yang Digunakan dalam Penelitian:

No NAMA BAHAN KEGUNAAN

1

Anakan Bandeng Chanos Chanos, berukuran, berat ± 3 gr sebanyak 60 ekor

Hewan Uji

2 Tepung ikan teri, ikan

tembang, dan ikan petek Sumber protein

4 Tepung dedak halus Bahan pokok pembuatan pakan

5 Tepung pollard dari Gandum Bahan baku pakan

6 Tepung kanji Sebagai perekat

7 Minyak nabati Sumber lemak

8 Vitamin Sumber vitamin

9 Air laut salinitas 15-25 Media hidup ikan

Adapun Formulasi pakan yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

(37)

28 Tabel 3. Formulasi Pakan yang Digunakan Selama Penelitian

Nama Bahan

Perlakuan

A B C D

(kontrol) ─ % ─

Ikan teri 40 - - Pakan

Ikan tembang - 40 - Formulasi

Ikan petek - - 40 LPPM

Dedak halus 20 20 20 Universitas

Tepung pollard dari Gandum 20 20 20 Bosowa

Tepung kanji 10 10 10

Minyak nabati 5 5 5

Vitamin 2.5 2.5 2.5

Mineral 2.5 2.5 2.5

Jumlah 100 100 100

3.3 Hewan Uji

Hewan Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah anakan ikan bandeng berumur 29 hari sebanyak 60 ekor yang berukuran 2-5 gr.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Persiapan Wadah dan Media

 Mempersiapkan wadah yang berupa toples yang bervolume 10 liter air. Wadah tersebut sebelum digunakan terlebih dahulu dicuci dengan deterjen kemudian dibilas dengan air tawar.

(38)

29

 Mempersiapkan media pemeliharaan dengan cara melakukan

pengenceran air laut menjadi salinitas 15-25% yaitu dengan cara mencampur air laut dan air tawar.

3.4.2 Pembuatan Tepung

 Mencuci bahan baku berupa ikan teri, ikan tembang, dan ikan petek

sampai benar-benar bersih kemudian direndam pake air garam selama 30 menit dan setelah itu dijemur sampai kering selama ± 4 hari. Setelah itu bahan baku ikan sudah benar-benar kering di giling sampai halus kemudian tepungnya yang halus di ambil dengan menggunakan penyaring.

3.4.3 Pembuatan Pakan

 Tepung ikan teri, tepung ikan tembang, tepung ikan petek, dedak halus, tepung polar, tepung kanji, dedak nabati dan vitamin (mineral mix) semua bahan tersebut ditimbang sesuai dengan formulasi pakan dan perlakuannya setelah itu satukan dalam baskom dengan menggunakan air hangat lalu diaduk hingga merata dan benar-benar padat dan setelah itu dimasukann kedalam mesin pencetak pellet untuk dicetak. Kemudian dijemur sampai benar-benar kering selama

± 3 hari dan diiris berbentuk pakan (bulat) dengan menggunakan pisau.

3.4.4 Pemeliharaan Ikan Bandeng

 Setiap wadah pemeliharaan diisi air dan dipasang aerasi pada setiap

(39)

30 wadah pemeliharaan selanjutnya. Setelah masah pemeliharaan anakan ikan bandeng diberi pakan yang telah dibuat sebanyak 5%

dari bobot tubuh dengan pemberian pakan 2 kali perhari. Control kualitas air dilakukan setiap hari dengan menggunakan parameter pH, suhu, dan salinitas. Sedangkan pergantian air dilakukan sebanyak 30% perhari setelah pengukuran kualitas air.

 Sampling dilakukan setiap minggu untuk mengetahui pertumbuhan bobot ikan.

3.5 Parameter uji

3.5.1 Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan mutlak ikan dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Effendi (2004) sebagai berikut:

GR = W𝑡-W𝑜

Keterangan rumus:

GR : pertumbuhan mutlak (g) Wt : Berat akhiri ikan (g) Wo : Berat awal ikan (g)

3.5.2 Komposisi Proksimat Bahan Baku a. Kadar protein

Ikan pada umumnya memiliki kadar protein yang tinggi serta mudah dicerna dan diabsorpsi oleh tubuh. Protein dalam ikan tersusun dari

(40)

31 asam-asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan.

Perhitungan kadar protein dilakukan dengan rumus:

100%=

𝒙 =

𝑽𝟏×𝒏𝒐𝒓𝒎𝒂𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑯𝟐𝑺𝑶𝟒×𝟔,𝟐𝟓×𝑷

𝐠𝐫𝐚𝐦 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐨𝐡

× 𝟏𝟎𝟎%

keterangan:

V1= volume titrasi contoh 21 N = Normalitas larutan HCL atau H2SO4 0,02 N P = faktor pengenceran 100/5 (Sudarmaji dkk, 1996 )

b. Kadar air

(AOAC 2005). Tahap pertama yang dilakukan untuk menganalisis kadar air adalah mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105 oC selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 15 menit) dan dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang. Cawan tersebut ditimbang kembali hingga beratnya konstan, sebanyak 5 gram contoh dimasukkan ke dalam cawan tersebut kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105 oC selama 5 jam.

Setelah selesai proses, cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan sampai dingin dan selanjutnya ditimbang kembali.

Perhitungan kadar air:

Kehilangan berat (g) = berat sampel awal (g) – berat setelah dikeringkan (g)

Kadar air (berat basah) =𝑲𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 (𝒈)

𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒂𝒘𝒂𝒍

× 𝟏𝟎𝟎%

c. Kadar abu

Pengujian kadar abu dilakukan dengan metode pengeringan

(41)

32 Cawan porselin yang bersih terbebas dari kotoran dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105oC lalu dinginkan dalam desikator selama 15 menit kemudian timbang (A). Sebanyak ± 2 g sampel, dimasukan kedalam cawan kemudian timbang (B). Cawan yang berisi sampel dibakar diatas kompor hingga tidak berasap (bisa ditambah alkohol 95%). Pengabuan dengan tanur pada suhu 600oC selama 3 jam. Setelah pengabuan cawan didinginkan dalam desikator, detelah didinginkan cawan di timbang (C) (AOAC, 2002) dalam (Sudarmaji, 2001). Kadar abu dapat dihitung dengan rumus:

Kadar abu (%)𝐶−𝐴𝐵−𝐴×100%

Keterangan :

A (Cawan kosong) B (Cawan dan sampel) C (Cawan dan abu) d. Kadar Karbonhidrat

Penentuan kadar karbohidrat dengan cara perhitungan kasar disebut juga Carbohydrate by difference yaitu penentuan karbohidrat dengan menggunakan perhitungan dan bukan analisis

Karbohidrat (%) = 100% - (air + abu + lemak + serat + protein) (AOAC, 2007).

e. Kadar lemak

Metode analisis yang digunakan memiliki prinsip mengubah asam lemak menjadi turunannya, yaitu metil ester sehingga dapat terdeteksi

(42)

33 oleh alat kromatografi. Gas chromatography (GC) memiliki prinsip kerja pemisahan antara gas dan lapisan tipis cairan berdasarkan perbedaan jenis bahan. Hasil analisis akan terekam dalam suatu lembaran yang terhubung dengan rekorder dan ditunjukkan melalui beberapa puncak pada waktu retensi tertentu sesuai dengan karakter masing-masing asam lemak. Sebelum melakukan injeksi metil ester, terlebih dahulu lemak diekstraksi dari bahan lalu melakukan metilasi sehingga terbentuk metil ester dari masing-masing asam lemak yang didapat. dan dapat menurunkan kolesterol dalam darah (AOAC 2005). Kadar lemak dihitung dengan rumus:

Kadar lemak% = A-C

C x 100%

Keterangan :

A (Berat Contoh)

B (Berat cawan + lemak) C (Berat cawan kosong) 3.5.3 Stabilitas Pakan

Sebelum dicelupkan untuk diuji berdasarkanlama perendaman, sampel setiap perlakuan dibagi tiga bagian yang sama. Lama perendaman 10, 30, 60 menit setelah pencelupan. Setelah direndam pelet diangkat kemudian dijemur dan dikeringkan sedemikian rupa sehingga kadar air pelet sebelum direndam sama dengan setelah direndam, kemudian dihitung berat kering dan stabilitas pelet.

(43)

34 Perhitungan uji stabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Pascual dan Sumalangkay (2002). sebagai berikut :

S=𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫

𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐚𝐰𝐚𝐥

× 𝟏𝟎𝟎%

Stabilitas = Bobot kering x Kadar bahan kering Kadar bahan kering = 100 – kadar air

3.5.4 Kelangsungan Hidup (Survival Rate)

Tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng dihitung dengan

menggunakan rumus yang digunakan Effendie (1997) sebagai berikut:

Nt

SR = --- x 100 No

Dimana : SR = Tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng (%)

Nt = Jumlah ikan bandeng yang hidup pada akhir penelitian (ekor)

No = Jumlah ikan bandeng pada awal penelitian (ekor) 3.6 Rancangan percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Yang terdiri atas 4 perlakuan dan masing-masing diberi ulangan sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 12 unit percobaan (Gambar 2).

(44)

35 Adapun perlakuan yang dilakukan adalah:

Perlakuan A (Ikan Teri) Perlakuan B (Ikan Tembang) Perlakuan C (Ikan Petek) Perlakuan D (kontrol)

Gambar 2. Tata Letak Unit Percobaan 3.7 Analisis Data

Untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan mutlak data dianalisis dengan mengunakan analisis sidik ragam (ANOVA) (Hanafiah, 2012). Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh sehingah dilanjutkan dengan analisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan histogram.

A1 D3 B2 D1

A3 C3 A2 C2

C1 D2 B3 B1

(45)

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Mutlak

Hasil pengamatan rata-rata pertumbuhan mutlak anakan ikan bandeng yang diberi pakan yang berbahan baku dari berbagai sember protein dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 3.

Tabel 4. Rata-rata Pertumbuhan Mutlak Anakan Ikan Bandeng

Perlakuan Rata-rata

A 3.53 ± 0.7698

B 3.73 ± 1.6242

C 4.33 ± 0.0076

D 3.00 ± 0.8544

Pada Tabel 4 dan (Lampiran 1) diperlihatkan nilai rata-rata pertumbuhan mutlak anakan ikan bandeng berada kisaran antara 3.00 _ 4.33 gr. Dimana nilai rata-rata pada Perlakuan A rata-rata sebesar 3.53

± 0.7698, perlakuan B rata-rata sebesar 3.73 ± 1.6242, perlakuan C rata-rata sebesar 4.33 ± 0.0076, dan perlakuan D rata-rata sebesar 3.00 ± 0.8544.

(46)

37 Gambar 3. Diagram Pertumbuhan Mutlak

Hasil analisis ragam (ANOVA) dapat dilihat pada (Lampiran 2) menunjukan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan mutlak anakan ikan bandeng (P>0,05). Artinya bahan baku tepung yang digunakkan tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ikan.

Pertumbuhan mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan C (berbahan baku tepung ikan petek) sebesar 4.33 ± 0.0076 gr.

Selanjutnya perlakuan B kemudian perlkuan A dan yang terakhir pada perlakuan D yaitu 3,00 ± 0.8544 yang memiliki pertumbuhan mutlak terrendah, dengan sumber bahan baku tepung ikan pada perlakuan D dengan menggunakan kepala udang merupakan pertumbuhan berat terrendah disebabkan karena kualitas pakan sangat rendah sehingga daya serap nutrisi pakan oleh ikan kurang. Pakan yang menggunakan

3.53 3.73

4.33

3.00

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5

a b c d

Rata-rata Pertumbuhan Mutlak

(47)

38 tepung ikan petek memiliki kandungan protein 66.00%, dan kadar serat kasar yang tinggi sehingga mudah dicerna dan dapat diserap oleh ikan.

Tinggi rendahnya kadar protein pada tepung ikan selain dipengaruhi oleh cara pengolahan, dan bahan baku yang digunakan tepung ikan. Bahan baku tepung ikan harus bermutu baik dan bebas dari benda asing, butir-butirnya agak seragam, dan lain-lain. Apabila ikan yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan tepung ikan memiliki mutu yang tidak baik, maka akan menghasilkan tepung ikan yang tidak sesuai dengan standar, yaitu kadar protein rendah dan kadar lemak tinggi. Selain bahan mentah yang digunakan mempunyai mutu yang baik, bahan mentah yang digunakan juga sebaiknya memiliki nilai ekonomis yang rendah (Irianto dan Giyatmi, 2009).

lovell (1989), pertumbuhan ikan dapat terjadi jika jumlah nutrisi pakan yang dicerna dan diserap oleh ikan lebih besar dari jumlah yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuhnya. Secara umum batas toleransi ikan terhadap kandungan serat dalam pakan sebesar 8%. Kandungan serat yang melebihi batas maksimal akan menurunkan nilai gizi pakan.

Penurunan nilai gizi tersebut disebabkan sebagian besar zat zat makanan keluar dalam proses ekskresi sebelum diserap usus (Cho et al, 1985 dalam Riana, 2016).

Kualitas pakan buatan tergantung dari kandungan dari protein yang terkandung dalam pakan. Kualitas protein suatu bahan makanan

(48)

39 ditentukan oleh kandungan asam amino, khususnya asam amino esensial. (Buwono, 2000).

4.2 Proksimat Tepung Ikan

Hasil pengamatan mengenai proksimat tepung ikan teri, tembang, dan petek dapat di lihat pada Tabel 5:

Tabel 5. Data Hasil Uji Proksimat Jenis Tepung Ikan yang Digunakan.

Parameter Satuan

Hasil Pemeriksaan Tepung ikan

Teri

Tepug ikan Tembang

Tepung ikan Petek

Protein % 60,0 55,70 66,00

Kadar air % 15,0 4,95 9,60

Kadar abu % 18,28 28,60 13,20

Karbonhidrat % 1.8 6,62 2,08

Lemak % 2,3 4,11 15,12

Sumber: BBLK Makassar (2017)

Tabel 5 di atas menunjukan bahwa kandungan protein berkisar 55,70%-66,00%. Dari ketiga bahan baku tersebut tepung ikan petek memiliki kandungan protein yang paling tinggi dibandingkan tepung ikan teri, dan tepung ikan tembang.

Protein merupakan sumber energi bagi ikan dan protein mutlak diperlukan oleh ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lovell (2004), pertumbuhan ikan dapat terjadi jika jumlah nutrisi pakan yang dicerna dan diserap oleh ikan lebih besar dari jumlah yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuhnya.

(49)

40 Kandungan lemak pada pakan yang baik adalah 4-16 %. Kadar lemak yang cukup dan tak berlebih akan membantu pakan dalam terjaganya kualitas yang baik karena pakan tidak akan mudah teroksidasi dan menyebabkan ketengikan. Kadar lemak yang terlalu tinggi akan menyebabkan penyimpanan lemak pada tubuh ikan sehingga kemampuan ikan untuk mengkomsumsi pakan menurun dan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai pendapat (Watanabe, 1988).

4.3 Kestabilitas Pakan

Hasil pengamatan kestabilitas pakan yang dibuat dari sumber protein yang berbeda dapat dilihat pada tabel 6:

Tabel 6. Hasil Pengamatan Kestabilitas Pakan

Keterangan Diaerasi (menit) Tidak Diaerasi (menit)

Lama tengelam 02:38 02:30

Lama Buyar 09:40 13:11

Berdasarkan pada Tabel 6 di atas memperlihatkan bahwa kestabilitas pakan dengan menggunakan aerasi dan tidak menggunakan aerasi lama tenggelam berkisar antara 02:30 - 02:38 menit, sedangkan lama buyar dengan menggunakan aerasi dan tidak menggunakan aerasi berkisar 09:40 - 13:11 menit. Hal ini menunjukan bahwa pakan dalam air masih rendah yang ditandai dengan capatnya buyar sehingah pakan

(50)

41 yang diberi tidak dimanfaatkan oleh ikan dengan baik. Menurut Aslamyah & Karim (2012) pakan buatan dengan water stability yang rendah, menyebabkan pakan mudah hancur dan terdispersi, sehingga tidak dapat dimakan oleh ikan.

Daya larut pakan dalam air (water stability feed) yakni berkisar dua sampai tiga jam. Jika daya larutnya lebih besar, maka pakan akan sulit dicerna oleh ikan sedangkan jika daya larutnya kurang dari dua sampai tiga jam maka pakan akan mudah pecah dan tidak dapat dimakan oleh ikan. (Handajani & Widodo 2010)

4.4 Sintasan

Hasil pengamatan sintasa anakan ikan bandeng yang diberi pakan yang berbeda bahan baku sumber protein dapat dilihat pada Tabel 7:

Tabel 7 : Hasil Pengamatan Kelangsungan Hidup Anakan Ikan bandeng

Perlakuan Rata-rata %

A 80

B 80

C 80

D 80

Nilai rata-rata sintasan anakan bandeng selama penelitian diperoleh nilai sebesar 80% pada semua perlakuan.

Hasil analisis ragam (ANOVA) dapat dilihat pada (Lampiran 3) menunjukan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap sintasan

(51)

42 anakan ikan bandeng (P>0,05). Artinya bahan baku tepung yang digunakkan tidak memberikan pengaruh terhadap sintasan ikan.

Hal ini menunjukan bahwa jumlah pakan yang diberikan dapat menunjang sintasa anakan ikan bandeng. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap sintasa ikan adalah tersedianya makanan yang cukup dan berkualitas.

Tinggi rendahnya kelangsungan hidup dipengaruhi faktor luar seperti adanya kompetisi ruang gerak, kualitas dan kuantitas pakan penanganan dan penangkapan yang kurang cermat dan hati-hati terutama saat sampling Zonneveld et al., (1991).

4.5 Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan. Ikan bandeng memiliki keunggulan yaitu mudah beradaptasi dan mempunyai toleransi tinggi terhadap kadar garam 0 –158 ppt (Lin et al., 2001 dalam Martinez et al., 2003). Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian disajikan pada Tabel 8:

Tabel 8. Rata-Rata Parameter Kualitas Air Selama Penelitian.

No Parameter Satuan Kisarn Kelayakan

menurut pustaka Sumber

1. Suhu 0C 28 –31 26 – 33 Ahmad 2009

2. Salinitas Ppt 15– 25 0–33 Kordi 2011

3. pH - 6,5–7,5 6 – 8 Coad 2015

(52)

43 1. Suhu

Kisaran suhu yang diperoleh selama penelitian adalah 280C-310C.

Kisaran suhu tersebut sangat layak untuk pertumbuhan ikan bandeng karena suhu optimum untuk ikan bandeng berkisar antara 260C-330C, diluar kisaran tersebut ikan bandeng tidak aktif mencari makan (Ahmad, 2009). Menurut Zakaria (2010) bahwa suhu yang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan bandeng berkisar antara 240-310C. Hal ini juga didukung oleh pendapat Kordi dan Tancung (2005) bahwa suhu optimal untuk pemeliharaan ikan bandeng berkisar antara 23-32°C.

Menurut Kordi dan Tancung (2005), bahwa suhu yang rendah berpengaruh terhadap imunitas (kekebalan tubuh) ikan, suhu tinggi akan mempercepat ikan terkena infeksi bakteri. Pada suhu 180C-250C, ikan bandeng masih dapat bertahan hidup, tetapi nafsu makannya mulai menurun, Suhu air 120C- 180C mulai berbahaya bagi ikan, sedangkan pada suhu air di bawah 120C ikan bandeng mati kedinginan (Ahmad, 2009).

2. Salinitas

Kisaran Salinitas selama penelitian berkisar antara 15-25 ppt.

Salinitas yang digunakan selama penelitian disesuaikan dengan salinitas yang terdapat pada habitat anakan ikan bandeng sebelumnya, hal ini di duga bahwa apabila salinitas yang digunakan tidak sesuai dengan salinitas yang terdapat di habitat asal ikan akan mempengaruhi pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan tersebeut.

(53)

44 Ikan bendeng memiliki toreransi salinitas yang sangaat luas, mulai dari asin (35 ppt) hingga tawar (0 ppt), hal ini yang menyebabkan ikan dapat dipelihara pada perairan asin dan tawar (Coad 2015).

Menurut Kordi (2011) bahwa ikan bandeng mampu menyesuaikan diri terhadap salinitas air, sehingga dapat hidup di air tawar (salinitas antara 0-5 ppt) maupun air asin (salinitas >30 ppt).

3. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) yang diperoleh selama penelitian adalah 7-8. Hal ini masih berada pada kisaran yang baik untuk pertumbuhan ikan bandeng, Kordi (2009).

pH merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi dan menentukan kecepatan reaksi metabolisme dalam konsumsi pakan.

Jika nilai pH air rendah dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan lendir pada insang dan ikan akan mati lemas. Sedagkan energi dari pakan yang digunakan untuk mempertahankan diri (Eksistensi), (Zonneveld et al., 1991).

(54)

45 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian pakan dengan berbagai sumber protein hewani tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan mutlak ikan bandeng.

2. Pakan yang berbahan baku ikan petek memberikan pertumbuhan lebih tinggi pada anakan ikan bandeng yaitu sebesar 4.33 ± 0.0076.

3. Komposisi proksimat tepung ikan menunjukan bahwa tepung ikan petek memiliki kandungan protein tertinggi dibandingkan tepung ikan teri dan tembang.

4. Kestabilitas pakan masih rendah yaitu 9 menit 40 detik yang ditandai cepat buyar.

5. Kualitas air yang meliputi suhu, pH, dan salinitas masih berada pada kisaran yang dapat ditoleransi oleh ikan bandeng

5.2 Saran

1. Sumber protein tepung ikan yang baik untuk dijadikan sebagai sumber protein pada pakan formula sebaiknya menggunakan tepung ikan petek.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji konvrensi pakan (FCR= Food Convertion Ratio) dan kecernaan pakan.

(55)

46 DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. dan E. Liviawaty. (2005). Pakan Ikan. Penerbit : Kanisius.

Yogyakarta. 145 hlm.

Ahmad. (2009). Budidaya Bandeng. Rineka cipta. Jakarta.

Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit Gramedia.

Jakarta.

Anonim. (2009). Nutrisi dan kegunaan pakan buatan.15 Maret 2009.

[terhubung berkala].

Anonim. (2010). Modul Program Keahlian Budidaya Ikan Membuat Pakan IkanBuatan. http:// pijvedca.depdiknas.go.id/perikanan bdat.pdf. (Kamis, 30 Desember 2010).

Anonim. 2010. Ikan Bandeng Potensial Dibudidayakan Dalam KJA di Laut.Diakses dari(http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/31/ikan- bandeng-potensial-dibudidayakan-dalam-kja-di-laut/).

Anonom. (2013). Analisis dan Data Pokok kelautan dan Perikanan Menurut Propinsi Tahun 2012. Pusat Data Statistik dan Informasi Sekjen KKP. Jakarta

Aslamyah, S. dan M.Y. Karim. (2012). Uji Organoleptik, Fisik, dan Kimiawi Pakan Buatan untuk Ikan Bandeng (Skripsi.

FIKP.Universitas Hasanuddin, Makassar.

Aslamyah, S. (2008). Pembelajaran Berbasis SCL pada Mata Kuliah Biokimia Nutrisi. UNHAS. Makassar.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut(BBPPBL).

(2011). Petunjuk Teknis perbenihan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal). Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, KementerianKelautan dan Perikanan. 44 hlm.

Buttner, J. K., R. W. Soderberg, dan D. E. Terlizzi. (1993). An Introduction to Water Chemistry in Freshwater Aquaculture.

Northeastern Regional Aquaculture Center. University of Massachusetts Dartmouth. Massachusetts

Buwono, I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Essensial dalam Ransum Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

(56)

47 Cholik dkk. (2005). Pengelolaan Kualitas Air Kolam Ikan. UNFISH dan

IDRC: Jakarta

Cholik dkk. (1986). Pengelolaan Kualitas Air Kolam Ikan. UNFISH dan IDRC: Jakarta

Coad BW. (2015). Review of The Milkfishes of Iran (Family Chanidae).

Iranian Journal of Ichthyology, 2(2): 65–70.

Dharmawan, B. (2010). Usaha Pembuatan Pakan Ikan Konsumsi.

Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Djarijah, A. S. (1995). Pakan Ikan Alami. Kanisius : Yogyakarta

Djangkaru, Z. (1974). Makanan Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan.

Departemen Pertanian. Jakarta.

Djajasewaka. (1985). Pakan ikan. (Makanan Ikan). Yasaguna. Jakarta Djajasewaka, H.Y. 1985. Makanan Ikan. Penerbit : Penebar Swadaya,

Jakarta.

45 hlm.

Effendi, I. (2004). Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta Effendi MI. (1997). Metode Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri.

Gunawan,Dajadi.(2010).http://www.ditjennak.go.id/regulasi%5CPedoma n%20 Pemb%20Pabrik%20Pakan%20Skala%20Kecil.pdf.Diakses tanggal 24 Oktober 2011, pukul 19.15

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Hanafiah, K.A. (2012). Rancangan Percobaan. Ikan Bandeng. Jakarta Handajani, H. (2006). Retensi Protein dan Retensi Energi Ikan Nila Gift

(Kajian Subtitusi Tepung Kedelei dengan Bekatul Fermentasi dalam Ransum Ikan) Prosiding Seminar Nasional Peternakan- Perikanan. ISBN. 979-796- 020-X. Universitas Muhamadiyah Malang.

Gambar

Gambar 2. Tata Letak Unit Percobaan  3.7  Analisis Data
Tabel 4. Rata-rata Pertumbuhan Mutlak  Anakan Ikan Bandeng
Tabel 6. Hasil Pengamatan Kestabilitas Pakan
Tabel 7 : Hasil Pengamatan Kelangsungan Hidup Anakan Ikan bandeng
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa karya ilmiah/skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Pengasapan Terhadap Kualitas Ikan Bandeng (Chanos chanos forsk) adalah bukan karya ilmiah/skripsi orang lain

PENGARUH KONSENTRASI DAN WAKTU PERENDAMAN EKSTRAK BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) TERHADAP MUTU FILLET IKAN BANDENG (Chanos chanos

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Ilmiah Praktek Akhir yang saya tulis dengan Judul : PENGARUH COATING KITOSAN TERHADAP TOTAL MIKROBA PADA IKAN BANDENG KERING (Chanos

Menyatakan bahwa karya ilmiah/skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Pengasapan Terhadap Kualitas Ikan Bandeng (Chanos chanos forsk) adalah bukan karya ilmiah/skripsi orang lain

Tingkat kelangsungan hidup pada benur udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan nener Ikan bandeng (Chanos chanos) menunjukkan bahwa penambahan prebiotik pada wadah

Berdasarkan pengamatan respon ikan gabus ( C. striata ) terhadap pakan uji menunjukkan bahwa ikan gabus lebih menyukai pakan uji yang ditambahkan dengan bahan atraktan cumi

Judul Penelitian : Pengaruh Keberadaan Vegetasi Mangrove Berpengaruh Terhadap Produksi Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Tambak Silvofishery di Desa Tanjung Ibus Kecamatan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai jenis bahan pakan sumber protein (ampas tahu, tepung ikan, tepung bulu, dan urea) yang