• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EKSTRAK BROTOWALI (Tinospora crispa L.) TERHADAP FERTILITAS MENCIT (Mus musculus L. SWISS WEBSTER) BETINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH EKSTRAK BROTOWALI (Tinospora crispa L.) TERHADAP FERTILITAS MENCIT (Mus musculus L. SWISS WEBSTER) BETINA "

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EKSTRAK BROTOWALI (Tinospora crispa L.) TERHADAP FERTILITAS MENCIT (Mus musculus L. SWISS WEBSTER) BETINA

Afdal Hasbi Arofiki1), Rina Widiana1) dan Ramadhan Sumarmin2)

1. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2. Jurusan Biologi FMIPA UNP Padang

[email protected]

ABSTRAK

Brotowali is a traditional medicine plants have potential as contraception. The active substance from Brotowali is Alkaloid, that have antiproliferative in reproduction cell. This aimed is research to find out the Effects of Brotowali extract (Tinospora crispa L.) in female mice (Mus musculus L., Swiss Webster) fertility. This research is experiment research used completelly randomized design with 4 treatments and 6 replication. The treatments are Brotowali extract, as P1, a dose of 5x10-2 (P2), 6x10-2 (P3) and 7x10-2 (P4) gram/mice. This research was conducted in January 2014 in Zoology Laboratory of Biology FMIPA UNP. The Parameter observed the 0 day of pregnant, length of pregnancy and the number of living pup of mice. The data from the 0 day of pregnant is treated by the continued examination by using LSD at p<0,05. The data of pregnant and the number of pup mice continued by Duncan Multiple Range Test (DNMRT) at p<0,05. The result shows that Brotowali extract (p<0,05) decreased of sum of pup and the day of 0 pregnant.

Otherwise, Brotowali extract does not influence the length of pregnant. It can concluded that, Brotowali extract decreased in female mice fertility

Keyword: Tinospora crispa L., Alkaloid, Mus musculus L., Fertility

PENDAHULUAN

Penggunaan alat kontasepsi pada pasangan subur ternyata menimbulkan beberapa efek samping, antara lain menimbulkan rasa tidak nyaman terhadap pengguna alat kontrasepsi. Maka dari itu, digunakan pemanfaatan tanaman obat untuk kontrasepsi.

Penggunaan obat tradisional (OT) secara umum dinilai lebih aman dan memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit daripada penggunaan obat modern (Sari, 2006). Salah satu tanaman obat yang sering digunakan oleh masyarakat untuk obat tradisional adalah brotowali (Tinospora crispa L.).

Tinospora crispa terdiri atas zat pahit, kolumbin, 2,22% alkaloid, glikosida pada batangnya. Pada batang brotowali ini juga terdapat zat pahit dalam bentuk pikoeretin dan berberin. Kemudian pada kulit akar terdapat zat pahit (bukan glikosida), mengandung senyawa antimikroba berberin dan kolumbin. (Dweck, 2006).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sabri (2007) tentang Efek Perlakuan Ekstrak Andaliman (Zanthoxyllum acanthopodium) pada Tahap Praimplantasi terhadap Fertilitas dan Perkembangan Embrio Mencit (Mus musculus) ditemukan bahwa senyawa kimia aktif yang mempengaruhi proliferasi sel dapat mempengaruhi berat badan, perkembangan embrio dan pertumbuhan fetus, sehingga dapat mempengaruhi fertilitas.

Berdasarkan hal tersebut, maka telah dilakukan penelitian Pengaruh Ekstrak Brotowali (Tinospora

crispa L.) Terhadap Fertilitas Mencit (Mus musculus L.

Swiss Webster) Betina, dengan tujuan untuk mengetahui Pengaruh Ekstrak Brotowali (Tinospora crispa L.) Terhadap Fertilitas Mencit (Mus musculus L.

Swiss Webster) Betina.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Februari 2014 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lumpang dan alu, timbangan digital, Erlenmeyer, cawan petri, gelas ukur, corong, kertas saring, aluminium foil, spatula, batang pengaduk, water bath, desikator, jarum gavage,pisau, kertas koran, tissue, bunsen, korek api, tabung reaksi, lilin, botol ekstrak, kertas label dan alat tulis.

Bahan yang digunakan antara lain, 24 ekor mencit betina (Mus muscullus L. Swiss Webster) dewasa usia 8-10 minggu dengan berat 20-30 g dan 6 ekor mencit jantan (Mus muscullus L. Swiss Webster) dewasa dengan berat berat 25-35 g, batang brotowali (Tinospora crispa L.), methanol, larutan Boin, CMC 5% dan aquabides.

Penelitian ini adalah eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 4 perlakuan dan 6 ulangan.

Adapun perlakuan yang diberikan adalah P1: pelarut ekstrak Tinospora crispa L., P2: ekstrak brotowali dosis 5 X 10-2 mg/bb, P3: pemberian ekstrak brotowali

(2)

dosis 6 X 10-2 mg/bb,P4: ekstrak brotowali dosis 7X 10-2mg/bb.

Analisis Data

Hasil pengamatan dianalisis dengan Analisis of Varians (ANOVA). Dari analisis ini diketahui ada pengaruh perlakuan, maka dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DNMRT) pada derajat α 5%

(Hanafiah, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Pencapaian hari ke-0 Kebuntingan

Rata-rata pencapaian hari ke-0 kebuntingan pada semua perlakuan setelah pemberian ekstrak brotowali dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Pencapaian Hari Ke-0 Kebuntingan Mencit Setiap Perlakuan

Perlakuan Rata-Rata Pencapaian Hari ke-0 Kebuntingan(hari)

P1 3,67a

P2 28,50b

P3 30,00b

P4 30,33b

Keterangan: Angka yang diikiuti oleh notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf α 5%

Hasil uji ANOVA berdasarkan taraf signifikan 5%

terhadap rata-rata hari ke-0 kebuntingan didapatkan Fhitung (5,39)>Ftabel (3,10), berarti perlakuan berpengaruh terhadap pencapaian hari ke-0 kebuntingan.

2. Lama Kebuntingan Mencit

Rata-rata lama kebuntingan mencit pada semua perlakuan setelah pemberian ekstrak brotowali dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Lama Kebuntingan Mencit Setiap Perlakuan

Perlakuan Rata-Rata Lama

Kebuntingan(hari)

P1 19,33

P2 18,50

P3 23,83

P4 24,00

Dari uji ANOVA pada taraf signifikan α 5%

terhadap rata-rata lama kebuntingan mencit didapat Fhitung(0,26)<Ftabel(3,10), berarti perlakuan yang diberikan berpengaruh tidak nyata terhadap lama kebuntingan mencit.

3. Jumlah Anak yang Terlahir Hidup

Rata-rata untuk jumlah anak yang terlahir hidup pada semua perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Jumlah Anak Mencit Setiap Perlakuan

Perlakuan Rata-Rata Jumlah Anak Mencit (ekor)

P1 9,17b

P2 7,67a

P3 8,00a

P4 5,67a

Keterangan: Angka yang diikiuti oleh notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf α 5%

Dari uji ANOVA pada taraf signifikan α 5%

terhadap rata-rata jumlah anak didapatkan Fhitung

(4,24)>Ftabel (3,10), berarti perlakuan berpengaruh terhadap jumlah anak mencit dan pengaruh P3 berbeda dengan kontrol.

B. Pembahasan

1. Lama Pencapaian Hari ke-0 Kebuntingan Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian ekstrak brotowali berpengaruh nyata terhadap pencapaian hari ke-0 kebuntingan. Hal ini disebabkan senyawa alkaloid yang dikandung ekstrak brotowali dapat memperpanjang siklus estrus/siklus reproduksi pada mencit. Selain itu, tertunda hari pencapaian 0 kebuntingan dimungkinkan karena senyawa alkaloid menekan sekresi hormon FSH dan LH sehingga proses oogenesis dan ovulasi jadi tertunda. Penundaan ovulasi menyebabkan pencapaian fase estrus juga tertunda, sehingga kawin juga tertunda, akibatnya pencapaian hari 0 kebuntingan juga jadi tertunda.

Melles (1992 dalam Puspitasari, 2014) menyatakan bahwa adanya aktifitas bahan antigonadotropin dengan mekanisme umpan balik negatif mengakibatkan penurunan sekresi GnRH (Gonadrotropin Releasing Hormon) pada poros hipotalamus-hipofise anterior sehingga mengakibatkan penurunan sekresi hormon gonadotropin (FSH dan LH) dari kelenjar hipofise anterior sehingga mempengaruhi pembentukan, perkembangan dan pematangan folikel ovarium serta gangguan proses ovulasi. Akbar (2010) menyatakan FSH dan LH akan merangsang ovarium untuk mensekresikan hormon estrogen dan progesteron yang akan mempengaruhi siklus estrus.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa semua dosis perlakuan dapat digunakan sebagai bahan alternatif kontrasespsi karena semua dosis memberikan pengaruh yang sama terhadap lama pencapaian hari 0 kebuntingan.

2. Lama Kebuntingan

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian ekstrak brotowali berpengaruh tidak nyata terhadap lama kebuntingan mencit. Hal ini mungkin disebabkan, karena efek dari alkaloid hanya menunda ovulasi sehingga sekresi progesteron tetap bisa normal dan

(3)

dengan normalnya sekresi progesteron maka pertumbuhan endometrium untuk mempersiapkan implantasi tetap normal sehingga lama kebuntinga tidak dipengaruhi. Toelihere (1977) menyatakan bahwa hormon progesteron berperan positif dalam mempertahankan kebuntingan, sehingga pemberian ekstrak tidak berpengaruh terhadap lama kebuntingan.

Selain itu, sekresi progesteron juga dapat dipertahankan karena mencit berhasil bunting, sehingga peran LH dalam mempertahankan korpus luteum sebagai penghasil progesteron digantikan oleh HCG yang dihasilkan plasenta. Dengan tingginya progesteron dapat mempertahankan lama kebuntingan seperti biasanya, yaitu 21 hari. Menurut Kusumawati (2004) lama kebuntingan mencit berkisar 19-21 hari.

3. Jumlah Anak yang Terlahir Hidup

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian ekstrak brotowali berpengaruh nyata yaitu menurunkan jumlah anak yang terlahir hidup. Hal ini disebabkan zat alkaloid yang terkandung didalam ekstrak brotowali cenderung bersifat embriotoksik (mematikan embrio) dan fetotoksik (mematikan fetus) sehingga dapat mematikan embrio yang dikandung mencit. Seperti yang didapat Sari (2014) zat aktif yang dikandung brotowali dapat menyebabkan kematian fetus dari hewan uji sampai 98%.

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa dosis yang bisa digunakan sebagai bahan alternatif kontrasepsi yaitu dosis 5 x 10-2 mg/bb, karena berpengaruh terhadap K dan dapat menurunkan jumlah anak yang terlahir hidup.

PENUTUP A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak brotowali (Tinospora crispa L.) berpengaruh terhadap fertilitas mencit (Mus musculus L., Swiss Webster) yaitu pada pencapaian hari ke-0 kebuntingan dan jumlah anak yang terlahir hidup.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan dengan dosis sama untuk melihat pengaruhnya terhadap hormon yang diperkirakan mempengaruhi parameter pada penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, B. 2010, Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang Berpotensi Sebagai Bahan Antifertilitas. Adabia Press: Jakarta.

Dweck, A.C., Cavin, J-P,. 2006. A review of Andawali

(Tinospora crispa),

http://dweckdata.com/publishedpaper/Tinospo ra crispa.pdf

Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Gajah Mada University Press : Yogyakarta

Puspitasari, Yenny. 2014. Efek Ekstrak Etanol Biji Pepaya (Carica Papaya Linn) Terhadap Kadar 17-Β Estradiol Dan Folikulogenesis Pada Mencit Betina (Mus Musculus). Nursing Faculty at STIKes Surya Mitra Husada.Veterinaria Medika Vol 7, No. 1, Pebruari 2014

Sabri, E. 2007. Efek Perlakuan Ekstrak Andaliman (Zanthoxyllum acanthopodium) pada Tahap Praimplantasi terhadap Fertilitas dan Perkembangan Embrio Mencit (Mus musculus)”

Sari, F.M. 2014. Pengaruh Ekstrak Brotowali (Tinospora crispa L.) terhadap Penampilan Reproduksi Mencit (Mus musculus L., Swiss Webster) Betina. Skripsi. Prodi Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Sari, L O.R.K. 2006. Pemamfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian.

Vol III No.1 April 2006, 01-07

Toelihere, M.R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa : Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ― Uji

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Ekstrak Etanol Batang Bratawali (EEBB) dapat mempercepat lama penyembuhan luka.. Penelitian bersifat prospektif

Peningkatan kelainan morfologi fetus mencit yang paling meningkat adalah kelompok perlakuan pemberian asam retinoat dengan dosis 100 mg/kg bb dalam 0,3 ml olive

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian jus buah pare pada semua dosis perlakuan belum mampu menurunkan kadar kolesterol total darah mencit betina usia 10 bulan

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ekstrak biji pepaya tidak berpengaruh signifikan terhadap berat badan sebelum perlakuan, sesudah perlakuan dan pada umur

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penampang melintang testis nampak jelas terjadi penurunan jumlah sel sel spermatogenik dalam tiap

Pemberian ekstrak brotowali secara oral pada umur kebuntingan 0-16 hari cenderung menurunkan jumlah korpus luteum, jumlah fetus hidup, jumlah fetus mati dan embrio

Setelah pemberian ekstrak kulit batang angsana (Pterocarpus indicus Willd.) dengan perlakuan K, perlakuan P1,dan P2 g/ekor/hari pada mencit jantan (Mus musculus L. Swiss