PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2022 PENGARUH PELATIHAN BALUT BIDAI TERHADAP TINGKAT
KETERAMPILAN DRIVER OJEK ONLINE/OJOL TENTANG FRAKTUR KECELAKAAN LALU LINTAS
Alvin Syah Ginting Karyadi1), Maria Wisnu Kanita2)
1) Mahasiswa Prodi Keperawatan Program Sarjana Universitas Kusuma Husada Surakarta
2) Dosen Prodi Keperawatan Program Sarjana Universitas Kusuma Husada Surakarta [email protected]
ABSTRAK
Padatnya lalu lintas mengakibatkan meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas dijalan raya, salah satunya adalah kejadian fraktur. Fraktur merupakan salah satu kondisi kegawatdaruratan yang harus segera ditangani. Salah satu komunitas yang dapat memberikan pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan di jalan raya adalah driver ojek online. Ojek online (OJOL) merupakan sebuah transportasi umum yang memanfaatkan smartphone yang terhubung ke sistem online atau internet yang dikendalikan oleh vendor dalam proses pemesanan driver atau pengendara ojek online. Penanganan fraktur yang dilakukan oleh masyarakat awam sering dilakukan secara tidak benar dan tidak sesuai dengan prosedur penatalaksanaan fraktur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pelatihan balut bidai terhadap tingkat keterampilan driver ojek online tentang fraktur kecelakaan lalu lintas.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan rancangan penelitian quasy experiment dengan desain one-group pretest-posttest design without control. Teknik sampel pada peelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan jumlah 40 responden. Uji analisa data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil analisis uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat keterampilan sebelum dan setelah diberikan pelatihan balut bidai dengan nilai P Value = 0,000 (<0,005). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pelatihan balut bidai terhadap tingkat keterampilan driver OJOL tentang fraktur kecelakaan lalu lintas. Driver OJOL setelah mendapatkan pelatihan balut bidai dapat mempraktekkan tindakan pembalutan dan pembidaian sesuai dengan prosedur pelaksanaan.
Kata Kunci : Balut Bidai, OJOL, Keterampilan.
Daftar Pustaka : 18 (2011-2022)
transportation that allows users to book online motorcycle taxi drivers or drivers using a smartphone connected to a vendor-controlled online system or internet. The handling of fractures by citizens frequently deviates from fracture management protocols and is done incorrectly. This study sought to ascertain the impact of splint dressing instruction on the knowledge of traffic accident fractures among online motorcycle taxi drivers. The type of this research is quantitative and uses a one-group pretest-posttest design without a control in a quasi-experimental setting. This study's sampling method included 40 respondents in total and a total sampling strategy. The Wilcoxon test is used to analyze test data. The Wilcoxon test analysis revealed a significant difference in skill level between before and after receiving instruction in splint dressing, with a P Value of 0.000 (<0.005). According to the study's findings, splint dressing training had an impact on OJOL drivers' knowledge of fractures from traffic accidents. OJOL drivers can practice bandaging and splinting in line with the implementation protocol after undergoing splint dressing instruction.
Keywords: Splint Bandage, OJOL, Skills.
Bibliography : 18 (2011-2022)
1
PENDAHULUANFenomena terjadinya sebuah kecelakaan adalah sesuatu kondisi yang bisa berdampak pada fisik maupun mental seseorang serta dapat membahayakan keadaan maupun nyawa (World Health Organization, 2016). Terdapat berbagai macam jenis kecelakaan yaitu kecelakaan lalu lintas di darat dan kecelakaan di air, salah satu contoh kecelakaan di air adalah orang tenggelam, sedangkan kecelakaan di darat misalnya adalah kecelakaan bermotor. Faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan baik itu di air maupun di darat sebagai berikut , faktor human error atau kesalahan dari manusia, faktor mechanical failure atau kesalahan teknis, faktor kondisi jalanan untuk kecelakaan laka lantas, dan yang terakhir adalah faktor cuaca atau lingkungan (RTMC, 2017).
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization kecelakaan lalu lintas (KLL) merupakan salah satu masalah kesehatan umum di dunia yang pada saat ini perlu diperhatikan karena berbahaya dapat mengancam nyawa (Lenjani et al, 2019).
World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian nomor 8 dan menjadi angka teratas yang terjadi pada usia 15-29 tahun di dunia dan jika tidak ditangani dengan serius pada tahun 2030 kecelakaan lalu lintas akan meningkat menjadi 2 penyebab kematian kelima di dunia. Organisasi kesehatan dunia dalam Report on Road Traffic Injury Prevention, menjelaskan bahwa setiap tahunnya di seluruh dunia terdapat sekitar 1,2 juta orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka (WHO, 2016).
Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) mencatat pada tanggal 28 September sampai 4 oktober 2020 pekan
ke 40 tahun ini, telah terjadi 1.377 kecelakaan lalu lintas (laka lantas) secara nasional. Berdasarkan dari Devisi humas POLRI Brigjen Awi Setiyono mengatakan, jumlah laka lantas dibandingkan dari minggu ke 39 dengan minggu ke 40 mengalami kenaikan sebanyak 274 kejadian atau 24,84%.
Kepolisian Jawa tengah mengemukakan bahwa data kecelakaan di Jawa Tengah per tanggal 1 Januari sampai 30 September 2019 tercatat sebanyak 19261 kejadian. Sedangkan prevalensi daerah data pada bulan November 2019 jumlah kecelakaan lalu lintas di Kota Solo, ada 1.006 kecelakaan dengan korban meninggal diketahui 54 orang, satu luka berat dan 1.055 luka ringan. Jumlah kecelakaan lalu lintas di Kota Solo meningkat pada tahun 2019 sejumlah 834 kasus (Perdana, 2019).
Meningkatnya korban kecelakaan lalu lintas dapat mengakibatkan kondisi gawat darurat, Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja.
Sudah menjadi tanggung jawab petugas kesehatan untuk menangani masalah kondisi kegawatdaruratan yang dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, Peran serta masyarakat dan mahasiswa untuk membantu korban sebelum ditangani oleh petugas kesehatan menjadi sangat penting pada kondisi tersebut (Warouw et al., 2018). Pemberian pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas di negara Indonesia jarang dilakukan langsung oleh petugas kesehatan. Orang yang pertama kali menemukan korban kecelakaan sebelum petugas kepolisian serta petugas kesehatan datang adalah masyarakat atau komunitas (Khayudin.,B.A et al, 2018).
Salah satu komunitas yang memberikan pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan di jalan raya adalah komunitas Driver Ojek online. Ojek
online merupakan sebuah transportasi umum yang memanfaatkan smartphone yang terhubung ke sistem online atau internet yang 4 dikendalikan oleh vendor dalam proses pemesanan driver atau pengendara ojek online Dengan banyaknya jumlah pengendara ojek berbasis online dapat memungkinkan keberadaannya ada dimana saja, dalam setiap harinya pengendara ojek online bisa menghabiskan seluruh waktunya untuk berada di jalan dan tidak menutup kemungkinan akan bertemu dengan hal yang tidak diharapkan seperti kecelakaan.
Dalam pertolongan awal dengan trauma muskuloskeletal, hidup atau matinya korban sangatlah bergantung kepada penolong pertama di lokasi tempat terjadinya kecelakaan. Pengetahuan akan pertolongan pertama terhadap korban kecelakaan lalu lintas dengan trauma muskuloskeletal sangatlah penting untuk dimiliki oleh seluruh pengguna jalan raya terkhusus yaitu pengendara ojek online (Nugraha, 2020)
Berdasarkan penelitian (Sya’ban, Fatmaningrum, & Ba yusentono, 2017) membuktikan bahwa kecelakaan lalu lintas di Indonesia masih menjadi penyebab tertinggi angka kejadian fraktur yaitu sebanyak 86 kasus (60,9%).
Prevalensi nasional prevalensi adalah tertinggi cedera (8,2%), secara dengan ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%).
Perbandingan hasil Riskesdas 2013 dengan Riskesdas 2018 menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi cedera dari (7,5%) menjadi (8,2%).
Penyebab cedera terbanyak, yaitu jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor (40,6%). Penyebab cedera transportasi sepeda motor tertinggi ditemukan di Bengkulu (56,4%) dan terendah di Papua (19,4%) (Riskesdas, 2018). Prevalensi Provinsi, cedera tingkat kejadian di jalan
raya terbanyak di Kota Surakarta (61,8%) dan terendah di Kabupaten Kebumen (27,5%). Untuk tempat kejadian cedera di tempat proporsinya umum dan industri tampak lebih kecil dibandingkan tempat lain. Sedangkan proporsi cedera di area pertanian menunjukkan angka proporsi yang melebihi angka provinsi yaitu (7,0%) di Kabupaten Wonogiri dan terendah Kota Tegal (0,3%) (Riskesdas, 2018).
Pertolongan pertama pada korban kecelakaan yang mengalami cedera patah tulang/fraktur adalah dengan menggunakan balut bidai. Balut bidai adalah tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang cedera.
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/trauma sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (imobilisasi) bagian tubuh yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat. Pembidaian dapat menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendak sehingga menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya dan mengurangi rasa nyeri (Smeltzer, 2002 dalam Fakhrurrizal, 2015).
Pertolongan balut bidai dapat dilakukan oleh semua orang yang terlatih, baik terlatih karena pernah mengikuti pendidikan di sekolah atau kuliah maupun pelatihan. Menurut Zaenal dkk (2014) pelatihan merupakan upaya untuk menerjemahkan apa yang telah diketahui tentang kesebatan kedalam perilaku yang diinginkan dari perorangan ataupun masyarakat melalui proses pendidikan.Salah satu metode dalam pelatihan adalah simulasi. Mengingat metode simulasi mempunyai kelebihan yaitu dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (Nursalam & Efendi, 2011 dalam Fibrato, 2021).
Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keterampilan
3
seseorang adalah, buku, media massa, pendidikan yang telah diperoleh. Faktor
tersebut terdiri dari faktor internal dan eksternal (Diah mutiasari, 2018).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan didapati hasil, ada 40 Anggota komunitas Driver ojek online Militan Solo Raya. Dari 40 Anggota Driver ojol, belum pernah diberikan pelatihan balut bidai serta para Driver ojol belum tahu mengenai tanda gejala dari korban fraktur/patah tulang. Saat menemukan korban kecelakaan hanya tulang hanya di balut dengan kain seadanya, dan kadang saat memindahkan korban hanya dipindahkan dengan cara di gotong.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada komunitas driver ojol Militan Solo Raya pada bulan Juli-Agustus 2022. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif desain quasy experiment dengan desain one-group pretest-posttest design without control. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling yaitu 40 responden. Teknik pengumupulan data menggunakan lembar observasi keterampilan balut bidai tentang penanganan fraktur, Analisis menggunakan uji Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan yang signifikan pada tingkat keterampilan sebelum dan setelah diberikan pelatihan balut bidai dengan nilai P Value (<0,005).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 40 responden didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Analisis Univariat Tabel 1.1
Distribusi responden berdasarkan usia (n=40)
Frekuensi Usia
Mean 29,65
Median 29
Standar Devisiasi 5,912
Min 21
Max 40
Berdasarkan tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 29,65 tahun dengan usia termuda 21 tahun dan usia tertua 40 tahun.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011) menyatakan bahwa usia produktif adalah berkisar antara 16-64 tahun. Usia sangat mempengaruhi terhadap daya tangkap, pola pikir, dan pengetahuan yang didapatkan seseorang (Sutanto, 2017).
Usia menentukan tahap kognitif seseorang. Semakin bertambah usia semakin bertambah pula kemampuan kognitif dalam menyimpan informasi dan berkemampuan merespon informasi tersebut secara sistematik, sehingga informasi yang didapat mampu meningkatkan kemampuan praktik seseorang (Muhibbin, 2015).
Berdasarkan analisa peneliti, dapat disimpulkan bahwa usia dapat berpengaruh dalam peningkatan tingkat keterampilan seseorang. Semakin tinggi usia seseorang maka semakin cepat dapat menangkap informasi dan pola pikir pada setiap masing-masing individu. Penelitian ini diperkuat oleh Simatupang (2016) bahwa pengetahuan akan semakin membaik ketika terjadi peningkatan usia pada seseorang yang dimulai pada domain kognitif.
Tabel 1.2
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin (n=40)
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 31 77,5
Perempuan 9 22,5
Total 40 100
Berdasarkan tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah sebanyak 31 responden (77,5%). Hal ini dikarenakan mayoritas driver ojek online adalah laki-laki. Jenis kelamin merupakan bentuk, sifat, dan fungsi biologis antara perempuan dan laki- laki yang menentukan perbedaan peran.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwaryo (2017) yang menjelaskan bahwa walaupun laki-laki dan perempuan memiliki tingkat pengetahuan atau kognitif yang berbeda yakni perempuan lebih tekun, rajin, dan teliti ketika diberikan tugas dalam menyelesaikan sesuatu pekerjaan, namun ini tidak menunjukkan bahwa dengan sikap tersebut perempuan akan memiliki tingkat keterampilan dan pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan laki- laki.
Berdasarkan analisa peneliti, dapat disimpulkan bahwa secara umum laki-laki dan perempuan keduanya memiliki konsep diri dalam kemampuan berlatih sehingga tertarik dalam meningkatkan keterampilan masing- masing individu.
Tabel 1.3
Distribusi responden berdasarkan pendidikan (n=40)
Pendidikan Frekuensi Presentase
SMP 5 12,5
SMA 28 70
Diploma III 2 2
Sarjana 5 5
Total 40 100
Berdasarkan tabel 1.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan SMA sebanyak 28 responden (70%). Penelitian ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ar-Rasily (2016) bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri.
Tingkat pendidikan juga turut menentukan mudah tidaknya seseorang dalam menyerap dan memahami pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula pengetahuan dan keterampilannya.
Menurut analisa peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin luas pula pengetahuannya dan keterampilannya semakin mahir sehinga lebih mudah dalam menerima informasi.
Tabel 1.4
Keterampilan balut sebelum diberikan pelatihan (n=40).
Kategori
Keterampilan Frekuensi Presentase
Terampil 0 0
Cukup
Terampil 0 0
Kurang Terampil
40 100
Total 40 100
Berdasarkan tabel 1.4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebelum diberikan pelatihan balut memiliki keterampilan kurang terampil sebanyak 40 responden (100%).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kandhi (2015) yang menunjukkan bahwa keterampilan praktik sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol 9 siswa (50%)
5
masih dalam kategori cukup dan 9 siswa (50%) dalam kategori tidak memadai, data dari kelompok perlakuan 12 siswa (66,67%) juga masih dalam kategori cukup dan 6 siswa (33,3%) dalam kategori tidak memadai. Keterampilan merupakan kemampuan melakukan sesuatu dengan baik. Proses perubahan keterampilan seseorang melibatkan hal berikut, yaitu persepsi, kesiapan, respon terpimpin, mekanisme, respon yang tampak kompleks, penyesuaian dan penciptaan (Has eka dkk, 2015).
Menurut analisa peneliti, sebagian besar anggota komunitas driver ojek online militant Solo Raya memiliki tingkat keterampilan kurang terampil mengenai pembalutan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, sehingga peneliti perlu memberikan intervensi untuk dapat meningkatkan tingkat keterampilan balut dalam melakukan pertolongan pertama fraktur kecelakaan lalu lintas dengan benar. Tingkat keterampilan yang kurang dimiliki oleh driver ojek online Militan Solo Raya dapat mengurangi tingkat keberhasilan dalam melakukan pertolongan pertama fraktur kecelakaan lalu lintas.
Tabel 1.5
Keterampilan bidai sebelum diberikan pelatihan (n=40)
Kategori Keterampilan
Frekuensi Presentase
Terampil 0 0
Cukup
Terampil 0 0
Kurang
Terampil 40 100
Total 40 100
Berdasarkan tabel 1.5 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebelum diberikan pelatihan bidai memiliki keterampilan kurang
terampil sebanyak 40 responden (100%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Widyaningrum (2021) yang menunjukkan bahwa mahasiswa pecinta alam sebelum diberikan edukasi tentang hipotermia memiliki tingkat keterampilan kurang terampil sebanyak 15 responden (88,2%) pada kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan kategori kurang terampil sebanyak 17 mahasiswa (100%).
Menurut asumsi peneliti banyaknya responden yang kurang terampil dalam melakukan pembidaian dikarenakan belum didapatkannya informasi dan pelatihan mengenai balut bidai. sehingga peneliti perlu memberikan intervensi untuk dapat meningkatkan tingkat keterampilan pembalutan dalam melakukan pertolongan pertama fraktur kecelakaan lalu lintas dengan benar.
Tingkat keterampilan yang kurang dimiliki oleh driver ojek online Militan Solo Raya dapat mengurangi tingkat keberhasilan dalam melakukan pertolongan pertama fraktur kecelakaan lalu lintas.
Tabel 1.6
Keterampilan balut sesudah diberikan pelatihan (n=40)
Kategori
Keterampilan Frekuensi Presentase
Terampil 3 7,5
Cukup
Terampil 34 85
Kurang
Terampil 3 7,5
Total 40 100
Berdasarkan tabel 1.6 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden sesudah diberikan pelatihan balut memiliki keterampilan cukup terampil sebanyak 34 responden (85%).
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
yang signifikan terhadap keterampilan balut pada driver ojek online dalam melakukan pertolongan pertama fraktur kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari (2015) yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan keterampilan siswa dapat dilihat dari sebelum pelatihan sebesar 10%
keterampilan baik menjadi 53,3% dan penurunan keterampilan yang kurang dari 66,7% menjadi 10%.
Keterampilan seseorang dapat dipengaruhi oleh pendidikan dan pelatihan (Justine, 2014). Peningkatan keterampilan responden menjadi lebih baik hal ini dikarenakan mereka memiliki semangat yang tinggi dan motivasi diri dalam partisipasi latihan praktik balut dan bidai (Listiana, 2019). Hal ini sejalan dengan penelitianSupardi (2019) bahwa Sebagian besar hasil post test menunjukkan hasil peningkatan, dikarenakan edukasi pelatihan BHD dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan seorang individu maupun sekelompok orang.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan keterampilan balut dapat meningkat karena responden telah diberikan pelatihan. Driver ojek online harus diberikan intervensi berupa keterampilan balut bidai yang merupakan sebuah wujud sinkronisasi antara pengetahuan yang diperoleh dan mengimplementasikannya dalam wujud gerakan balut bidai. Proses awal dari sebuah keterampilan adalah ilmu pengetahuan yang kemudian dijadikan suatu gerakan yang dilakukan sehingga menjadi kesatuan. Driver ojek online dengan diberikan pelatihan balut bidai harapannya dapat menolong korban yang mengalami kecelakaan lalu lintas sehingga dapat memberikan pertolongan pertama fraktur pada kecelakaan lalu lintas
Tabel 1.7
Keterampilan bidai sesudah diberikan pelatihan balut bidai (n=40) Kategori
Keterampilan Frekuensi Presentase
Terampil 5 12,5
Cukup
Terampil 31 77,5
Kurang
Terampil 4 10
Total 40 100
Berdasarkan tabel 1.7 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden sesudah diberikan pelatihan bidai memiliki keterampilan cukup terampil sebanyak 31 responden
(77,5%).
Hal ini sejalan dengan penelitian Notoadmodjo (2016) yang menyatakan bahwa keterampilan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar keterampilan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran yaitu mata dan telinga.
Peneliti berasumsi bahwa pelatihan
balut bidai mampu meningkatkan
keterampilan responden dalam dalam
melakukan pertolongan pertama fraktur
kecelakaan lalu lintas. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pelatihan dengan
metode simulasi adalah salah satu
metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ayuni (2015) yang
menyatakan bahwa ada peningkatan
keterampilan yang tidak lepas dari
pemberian pelatihan dengan cara
melakukan praktek langsung yang
dibuktikan dengan nilai mean setelah
diberikan pelatihan adalah 94,21%.
7
2.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan menggunakan uji Wilcoxon karena data bersifat non parametric, dengan mengukur hasil nilai pre and post test. Dari uji Wilcoxon yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.1
Analisis pengaruh pelatihan balut bidai terhadap tingkat keterampilan driver ojek
online/ojol.
Variabel P Value
Pre test balut 29,65
Post test balut 29
Pre test bidai 5,912
Post test bidai 21
Berdasarkan tabel 2.1 di atas menunjukkan bahwa hasil uji Wilcoxon dengan nilai P Value sebesar 0,000 <
0,005, maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pelatihan balut dan bidai terhadap tingkat keterampilan driver ojek online/ojol tentang fraktur kecelakaan lalu lintas.
Pada penelitian ini, pemberian pendidikan kesehatan tentang praktik bidai balut fraktur terbuka kepada responden disampaikan dengan menggunakan metode simulasi. Simulasi adalah suatu metode pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan berupa kasus yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya, simulasi menggambarkan suatu sistem atau proses dengan peragaan memakai model statistik atau pemeran (Depdiknas, 2013).
Sehingga dengan materi balut bidai dapat diperoleh melalui proses penginderaan dan proses praktik yang merupakan proses menjadi tahu dan hal tersebut didapat dari metode tersebut, sehingga pengetahuan
dan ketrampilan praktik responden tentang balut bidai dalam melakukan pertolongan pertama fraktur kecelakaan lalu lintas menjadi meningkat setelah dilakukan pelatihan.
Menurut asumsi peneliti bahwa pemberian simulasi tentang fraktur kecelakaan lalu lintas dapat berpengaruh terhadap keterampilan balut bidai. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor intrinsik dari responden sendiri yaitu semangat, motivasi, rasa ingin tahu dan niat untuk belajar. Hal ini didukung oleh penelitian El-Hay, Ibrahim & Hassan (2015) dalam riset yang telah dilakukannya pada sekolah kejuruan tentang pengaruh pelatihan pertolongan pertama untuk menilai perubahan variabel pengetahuan dan keterampilan yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap variabel pengetahuan dan keterampilan setelah dilakukan pelatihan dengan P Value 0,001.
KESIMPULAN
1. Karakteristik responden pada penelitian ini rata-rata usia responden adalah 29,65 tahun dengan usia termuda 21 tahun dan usia tertua 40 tahun. Mayoritas responden berjenis kelamin laki- dengan jumlah sebanyak 31 responden (77,5%).
Mayoritas responden memiliki pendidikan SMA sebanyak 28 responden (70%).
2. Keterampilan balut responden sebelum diberikan pelatihan balut bidai memiliki keterampilan kurang terampil sebanyak 40 responden (100%).
3. Keterampilan bidai responden sebelum diberikan pelatihan balut bidai memiliki keterampilan kurang terampil sebanyak 40 responden (100%).
4. Keterampilan balut responden sesudah diberikan pelatihan balut bidai memiliki keterampilan terampil sebanyak 3 responden (7,5%), cukup terampil sebanyak 34 responden (85%), kurang terampil sebanyak 3 responden (7,5%).
5. Keterampilan bidai responden sesudah diberikan pelatihan balut bidai memiliki keterampilan terampil sebanyak 5 responden (12,5%) cukup terampil sebanyak 31 responden (77,5%), kurang terampil sebanyak 4 responden (10%).
6. Hasil analisis uji Wilcoxon menunjukkan bahwa nilai keterampilan pada pre test dan post test dengan P Value = 0,000 (0,05) yang bermakna ada pengaruh pelatihan balut bidai terhadap keterampilan driver ojek online dalam melakukan pertolongan pertama fraktur kecelakaan lalu lintas.
SARAN
1. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah referensi untuk institusi pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar dan juga dalam meningkatkan keterampilan balut bidai pada masyarakat
2. Bagi responden
Pelatihan balut bidai diharapkan dapat bermanfaat bagi Driver ojek online/ojol dapat menerapkan pertolongan pertama pada korban kecelakaan pre hospital Korban Fraktur dengan Balut Bidai yang benar tidak menambah cedera baru terhadap korban dan dapat meningkatkan
kelangsungan hidup terhadap korban kecelakaan lalu lintas.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan suatu demonstrasi atau contoh dalam penanganan pre hospital pada korban Fraktur kecelakaan lalulintas dengan menggunakan Teknik Balut Bidai secara benar.
4. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dalam keperawatan digunakan sebagai bahan masukan dan informasi tambahan tentang kemampuan masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama pada korban Fraktur Kecelakaan lalulintas dengan Teknik Balut Bidai.
DAFTAR PUSTAKA
Ayuni, BW. (2015). Pengaruh Pelatihan P3K terhadap Pengetahuan Keterampilan Masyarakat tentang Penatalaksanaan Kegawatan di Lingkungan Rumah Tangga. Skripsi . Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Fakhrurrizal, (2015) pembidaion terhadap penurunan rasa nyeri pada pasien raktur tertutup di ruang igd rumah sakit umum daerah a.m parikesit tenggarong.
Has, Eka, dkk. (2014). Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan Petugas Kesehatan dalam Pelaksanaan Konseling Efektif TB Paru di Puskesmas.
Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Volume 2 No 1.
Justine T.S. 2014. Memahami Aspek- aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta:
Grasindo.
Kandhi, A. C. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media
9
Audiovisual terhadap Keterampilan Penanganan Pertama Luka Bakar pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Surakarta. Skripsi.
STIKes Kusuma Husada Surakarta Kementerian
Kesehatan RI. (2011).
Buletin DBD Jendela Epidemologi. Jakarta. Diakses melalui
https://www.yumpu.com/id/docu ment/view/48413990/buletindbdp dfdepartemen-kesehatan-republik- indonesia-indonesia. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2022.
Khayudin
,A.,Ratnawati,R.,&Melani,A.(
2018). The Police Experience As Bystander In Giving First Aid To Traffic Accidents In The District Bojonegoro: Henomenological Study. World Journal of Advance Healthcare Research (WJAHR). 5.
(2): 76-80
Lenjani
, B., Rashiti, P., Lenjani, D., Borovci, P., & Arslani, N. (2019).
Road Accidents Management and Emergency Medicine Care.
Albanian Journal of Trauma and Emergency Surgery, 3(1),1-6.
https://doi.org/10.32391/ajtes.v3il.
25 Perdana, (2019). “Kasus Kecelakaan di Solo Semakin Tinggi: Korban Didominasi Remaja.” Berita.Radar Solo.
Listiana
, D., Effendi, Ade Risky Oktarina. (2019). Pengaruh Pelatihan Balut Bidai terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Siswa/I Palang Merah Remaja (PMR) di SMAN 4 Kota Bengkulu. Chmk Nursing Scientific Journal. Volume 3 Nomor 2.
Muhibbin
, S. (2015). Psikologi Belajar.
Jakarta : Rajawali Press
Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources /download/infoterkini/materi_rako
rpop _20
18/Hasil%20Riskesdas%202018.p df – Diakses Januari 2022.
Rozdianda
, M. (2019). Persebaran Zona Merah Ojek Online di Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Suwaryo
, Putra A.W., Podo Yuwono.
(2017). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Masyarakat dalam Mitigasi Bencana Alam Tanah Longsor. The 6th University Research Colloquium 2017. Prodi
Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Gombong.
Sya'ban
, S. N., Fatmaningrum, W., &
Bayusentono, S. (2017). The Profile of Fracture in Patients Under 17 Years of Age at RSUD Dr Soetomo in the Period of 2013- 2014. JOINTS (Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya), 6(1), 21 32.
Warouw
, J. A., Kumaat, L. T., &
Pondaag, L. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan dan Simulasi terhadap Keterampilan tentang Balut Bidai Pertolongan Pertama Fraktur Tulang Panjang pada Siswa Kelas X SMK Negeri 6 Manado. ejournal keperawatan
(e-Kp) 6(1), 1-8.
http://jurnal.stikes-aisyiyah
palembang.ac.id/index.php/Kep/ar ticle/view/369
Widyaningrum
, Septiana Cintya.
(2021). Pengaruh Edukasi Booklet terhadap Keterampilan Pertolongan Pertama Hipotermia pada KASAPALA di Universitas Kusuma Husada Surakarta.
Skripsi. Prodi Keperawatan
Program Sarjana. Universitas Kusuma Husada Surakarta
WHO
. (2016). Status Keselamatan Jalan di WHO Regional Asia Tenggara.
Zainal