PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR
IPA SISWA KELAS VIII MTsN DURIAN TARUNG PADANG
ARTIKEL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA I)
DANNI MARZELY NIM. 11010194
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2016
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR
IPA SISWA KELAS VIII MTsN DURIAN TARUNG PADANG
Oleh
Danni Marzely, Gustina Indriati, Febri Yanti
Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan IlmuPendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat
email: [email protected]
ABSTRACT
This research was motivated by the low results of eighth grade students study biology MTsN Durian Tarung on material Motion Systems In Humans are still below the minimum completeness criteria (KKM). This type of research is experimental research by using device Randomized Control Group Posttest - Only Design. The population in this study were all students of class VIII MTsN Durian Tarung registered in the academic year 2015/2016. Sampling with purposive sampling technique in order to obtain a sample that is class as a class experiment VIII.1 and VIII.2 class as the control class. The research instrument used was the final test for cognitive, and observation of student activity sheets for the affective domain. The hypothesis in this study were tested using t-test with a level of 0.05. Based on the results of the test scores of students studying biology, average values obtained experimental class is 72.73, and the average value of the control class is 66.24. The results of data analysis to test the hypothesis using t-test obtained t < t table ie 1.66 < 1.51 means that the hypothesis in this study was rejected. Based on observations of student activity sheets for cognitive gained an average of 2.58 thitung ttable 1.66, results of data analysis to test the hypothesis using t-test obtained t > t table means that the hypothesis on the affective accepted.
Key words: Examples Non Examples, Minimum Completeness Criteria (KKM).
PENDAHULUAN
Dalam proses belajar mengajar, guru sangat mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran, oleh sebab itu dalam proses pembelajaran guru harus menguasai materi yang akan diberikan kepada siswa.
Selain penguasaan materi dalam proses belajar mengajar, guru harus bisa memilih metode, strategi, dan model pembelajaran yang tepat untuk dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar.
Pada proses belajar mengajar hasil pembelajaran siswa sangat diperlukan, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Semakin banyak kesalahan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran maka semakin berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar pada
mata pelajaran IPA (biologi) siswa sering dikaitkan dengan kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Maka guru harus meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran dengan memilih strategi dan model pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan keaktifan siswa, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih baik.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan pada tanggal 06 Agustus 2015 dengan salah satu guru IPA (biologi) kelas VIII MTsN Durian Tarung Padang menunjukkan bahwa pembelajaran IPA (biologi) guru menerapkan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Proses pembelajaran masih terfokus pada guru, dalam proses pembelajaran siswa terlihat cenderung diam, siswa tersebut hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru, ketika guru memberikan pertanyaan hanya beberapa siswa yang mampu menjawab pertanyaan
dari guru. Sedangkan pada saat diskusi siswa tidak menanggapi dengan serius, kurang seriusnya siswa dapat dilihat pada saat diskusi kelompok, pada saat berdiskusi siswa kurang aktif dan pada persentasi ke depan kelas siswa yang pintar saja yang mau presentasi.
Rendahnya hasil belajar siswa terlihat dari rendahnya nilai rata-rata ulangan harian IPA (biologi) MTsN Durian Tarung Padang kelas VIII pada materi sistem gerak adalah, kelas VIII.1 69,08, kelas VIII.2 65,48, kelas VIII.3 66,46. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPA (biologi) siswa kelas VIII MTsN Durian Tarung Padang masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 80.
Rendahnya hasil belajar siswa pada materi sistem gerak ini disebabkan karena materi yang sulit untuk dipahami, siswa kurang termotivasi pada saat belajar, malu dan takut bertanya, memicu terjadinya suatu keributan pada saat proses pembelajaran, dan pada akhirnya proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik.
Berdasarkan permasalahan diatas penulis sudah menggunakan model pembelajaran kooperatif examples non examples. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu variasi dan metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil yang heterogen sehingga mereka saling membantu untuk mempelajari suatu pokok bahasan. Pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama antara siswa dalam kelompok (Nur,2012:3). Ada beberapa macam pembelajaran kooperatif salah satu diantaranya adalah cooperative learning examples non examples.
Menurut Istarani (2014:9) model pembelajaran kooperatif learning tipe examples non examples yaitu suatu cara penyampaian materi kepada siswa dengan menunjukan gambar-gambar yang relevan yang telah dipersiapkan dan diberi kesempatan kepada siswa untuk menganalisanya bersama teman kelompok yang kemudian dimintai hasil diskusi yang dilakukannya.
Sari (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inovatif Tipe Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri I Tembilahan Hulu Riau”, memberikan dampak positif
terhadap hasil belajar siswa, dan dapat meningkatkan hasil belajar IPA (biologi) siswa pada materi sistem reproduksi.
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII MTsN Durian Tarung”.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan Randomized Control-Group Posttest Only Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTsN Durian Tarung yang terdaftar pada tahun pelajaran 2015/2016. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling sehingga diperoleh sampel yaitu kelas VIII.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.2 sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa tes akhir untuk ranah kognitif, dan lembar pengamatan aktivitas belajar siswa untuk ranah afektif.
Hipotesis pada penelitian ini diuji dengan menggunakan uji-t dengan taraf 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada kedua kelas sampel maka diperoleh data untuk uji normalitas dan uji homogenitas, maka data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, sehingga untuk pengujian hipotesis digunakan uji-t. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat dari kedua ranah yang dinilai yaitu ranah afektif dan kognitif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut :
1. Ranah Afektif
Penilaian ranah afektif dilakukan setiap kali pertemuan. Ranah afektif ini penilaiannya dilakukan oleh obsever yaitu guru mata pelajaran yang bersangkutan, Hasil belajar pada ranah afektif dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Nilai Modus Keseluruhan Penilaian Afektif
Keterangan : A = Rasa Ingin Tahu B= Percaya Diri C= Tanggung Jawab D= Disiplin
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada kedua sampel data berdistribusi normal dan varians homogen.
Data sampel berdistribusi normal yaitu pada kelas eksperimen diperoleh (Lo) -0,1736 sedangkan (Lt ) 0,886. Pada kelas kontrol diperoleh (Lo) -0,4383 sedangkan (Lt) 0,886 maka Lo < Lt.Untuk uji homogenitas antara kedua sampel fhitung =1,18 dan ftabel = 1,74 pada taraf nyata 0,05 dengan dk 32,33 berarti fhitung< ftabel, dengan demikian kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen, sehingga dilanjutkan dengan uji hipotesis. Dari hasil uji hipotesis didapatkan thitung = 2,58 dan ttabel = 1.66. Dengan demikian thitung > ttabel, maka hipotesis diterima.
Hasil belajar siswa pada ranah afektif kelas eksperimen diperoleh nilai rata- rata 3,52 dengan kategori B . Hal ini disebabkan karena di kelas eksperimen pembelajaran pada kelas ini menggunakan gambar yang relevan dan mudah dimengerti siswa. Nilai rata-rata di kelas eksperimen pada pertemuan I, pertemuan II, dan pertemuan III, penilaian aspek rasa ingin tahu yaitu 3,27 dengan predikat B, aspek percaya diri yaitu 3,52 dengan predikat B , aspek tanggung jawab yaitu 3,55 dengan predikat B , dan aspek disiplin yaitu 3,33 dengan predikat B (Lampiran 19). Hal ini didukung oleh pendapat Kunandar (2013 :100) bahwa “Penilaian kompetensi sikap
adalah penilaian yang dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima atau memperhatikan merespon atau menanggapi, menilai atau menghargai, mengorganisasi atau mengelola dan berkarakter”.
Hasil belajar siswa pada ranah afektif pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata 3,21 dengan kategori B. Hal ini disebabkan karena di kelas kontrol, pembelajaran dengan menerapkan metode ceramah dan tanya jawab. Kelemahan dari metode ceramah ini adalah siswa cenderung pasif, kurang cocok untuk pembentukan keterampilan dan sikap, dan cenderung menempatkan pengajar sebagai otoritas terakhir. Hal ini senada dengan pendapat Hasibuan dan Moedjiono (2009: 13) bahwa
“Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan”.
Penilaian sikap kelas kelas kontrol pada pertemuan I, pertemuan II, dan pertemuan III, penilaian aspek rasa ingin tahu yaitu 3,09 dengan predikat B, aspek percaya diri yaitu 3,18 dengan predikat B, aspek tanggung jawab yaitu 3,06 dengan predikat B, dan aspek disiplin yaitu 3,18 dengan predikat B(Lampiran 20). Maka dapat dikatakan penerapan model pembelajaran examples non examples berpengaruh terhadap penilaian sikap.
2. Ranah Kognitif
Penilaian ranah kognitif diambil dari nilai tes akhir. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kedua kelas sampel yaitu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Gambar 3. Nilai Rata–Rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 3,27
3,52 3,55
3,09 3,18
3,06
2,8 3 3,2 3,4 3,6
A B C
Eksperimen Kontrol
32
Gambar 2. Nilai Modus Keseluruhan Penilaian Afektif
Keterangan : A = Rasa Ingin Tahu B= Percaya Diri C= Tanggung Jawab D= Disiplin
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada kedua sampel data berdistribusi normal dan varians homogen.
Data sampel berdistribusi normal yaitu pada kelas eksperimen diperoleh (Lo) -0,1736 sedangkan (Lt ) 0,886. Pada kelas kontrol diperoleh (Lo) -0,4383 sedangkan (Lt) 0,886 maka Lo < Lt.Untuk uji homogenitas antara kedua sampel fhitung =1,18 dan ftabel = 1,74 pada taraf nyata 0,05 dengan dk 32,33 berarti fhitung< ftabel, dengan demikian kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen, sehingga dilanjutkan dengan uji hipotesis. Dari hasil uji hipotesis didapatkan thitung = 2,58 dan ttabel = 1.66. Dengan demikian thitung > ttabel, maka hipotesis diterima.
Hasil belajar siswa pada ranah afektif kelas eksperimen diperoleh nilai rata- rata 3,52 dengan kategori B . Hal ini disebabkan karena di kelas eksperimen pembelajaran pada kelas ini menggunakan gambar yang relevan dan mudah dimengerti siswa. Nilai rata-rata di kelas eksperimen pada pertemuan I, pertemuan II, dan pertemuan III, penilaian aspek rasa ingin tahu yaitu 3,27 dengan predikat B, aspek percaya diri yaitu 3,52 dengan predikat B , aspek tanggung jawab yaitu 3,55 dengan predikat B , dan aspek disiplin yaitu 3,33 dengan predikat B (Lampiran 19). Hal ini didukung oleh pendapat Kunandar (2013 :100) bahwa “Penilaian kompetensi sikap
adalah penilaian yang dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima atau memperhatikan merespon atau menanggapi, menilai atau menghargai, mengorganisasi atau mengelola dan berkarakter”.
Hasil belajar siswa pada ranah afektif pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata 3,21 dengan kategori B. Hal ini disebabkan karena di kelas kontrol, pembelajaran dengan menerapkan metode ceramah dan tanya jawab. Kelemahan dari metode ceramah ini adalah siswa cenderung pasif, kurang cocok untuk pembentukan keterampilan dan sikap, dan cenderung menempatkan pengajar sebagai otoritas terakhir. Hal ini senada dengan pendapat Hasibuan dan Moedjiono (2009: 13) bahwa
“Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan”.
Penilaian sikap kelas kelas kontrol pada pertemuan I, pertemuan II, dan pertemuan III, penilaian aspek rasa ingin tahu yaitu 3,09 dengan predikat B, aspek percaya diri yaitu 3,18 dengan predikat B, aspek tanggung jawab yaitu 3,06 dengan predikat B, dan aspek disiplin yaitu 3,18 dengan predikat B(Lampiran 20). Maka dapat dikatakan penerapan model pembelajaran examples non examples berpengaruh terhadap penilaian sikap.
2. Ranah Kognitif
Penilaian ranah kognitif diambil dari nilai tes akhir. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kedua kelas sampel yaitu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Gambar 3. Nilai Rata–Rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 3,55
3,33
3,06 3,18
C D
Kontrol
62 64 66 68 70 72 74
Eksperimen 72,73
32
Gambar 2. Nilai Modus Keseluruhan Penilaian Afektif
Keterangan : A = Rasa Ingin Tahu B= Percaya Diri C= Tanggung Jawab D= Disiplin
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada kedua sampel data berdistribusi normal dan varians homogen.
Data sampel berdistribusi normal yaitu pada kelas eksperimen diperoleh (Lo) -0,1736 sedangkan (Lt ) 0,886. Pada kelas kontrol diperoleh (Lo) -0,4383 sedangkan (Lt) 0,886 maka Lo < Lt.Untuk uji homogenitas antara kedua sampel fhitung =1,18 dan ftabel = 1,74 pada taraf nyata 0,05 dengan dk 32,33 berarti fhitung< ftabel, dengan demikian kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen, sehingga dilanjutkan dengan uji hipotesis. Dari hasil uji hipotesis didapatkan thitung = 2,58 dan ttabel = 1.66. Dengan demikian thitung > ttabel, maka hipotesis diterima.
Hasil belajar siswa pada ranah afektif kelas eksperimen diperoleh nilai rata- rata 3,52 dengan kategori B . Hal ini disebabkan karena di kelas eksperimen pembelajaran pada kelas ini menggunakan gambar yang relevan dan mudah dimengerti siswa. Nilai rata-rata di kelas eksperimen pada pertemuan I, pertemuan II, dan pertemuan III, penilaian aspek rasa ingin tahu yaitu 3,27 dengan predikat B, aspek percaya diri yaitu 3,52 dengan predikat B , aspek tanggung jawab yaitu 3,55 dengan predikat B , dan aspek disiplin yaitu 3,33 dengan predikat B (Lampiran 19). Hal ini didukung oleh pendapat Kunandar (2013 :100) bahwa “Penilaian kompetensi sikap
adalah penilaian yang dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima atau memperhatikan merespon atau menanggapi, menilai atau menghargai, mengorganisasi atau mengelola dan berkarakter”.
Hasil belajar siswa pada ranah afektif pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata 3,21 dengan kategori B. Hal ini disebabkan karena di kelas kontrol, pembelajaran dengan menerapkan metode ceramah dan tanya jawab. Kelemahan dari metode ceramah ini adalah siswa cenderung pasif, kurang cocok untuk pembentukan keterampilan dan sikap, dan cenderung menempatkan pengajar sebagai otoritas terakhir. Hal ini senada dengan pendapat Hasibuan dan Moedjiono (2009: 13) bahwa
“Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan”.
Penilaian sikap kelas kelas kontrol pada pertemuan I, pertemuan II, dan pertemuan III, penilaian aspek rasa ingin tahu yaitu 3,09 dengan predikat B, aspek percaya diri yaitu 3,18 dengan predikat B, aspek tanggung jawab yaitu 3,06 dengan predikat B, dan aspek disiplin yaitu 3,18 dengan predikat B(Lampiran 20). Maka dapat dikatakan penerapan model pembelajaran examples non examples berpengaruh terhadap penilaian sikap.
2. Ranah Kognitif
Penilaian ranah kognitif diambil dari nilai tes akhir. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kedua kelas sampel yaitu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Gambar 3. Nilai Rata–Rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kontrol 66,24
32
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada kedua sampel data berdistribusi normal dan varians homogen.
Data sampel berdistribusi normal yaitu pada kelas eksperimen diperoleh (Lo) -0,0764 sedangkan (Lt ) 0,886. Pada kelas kontrol diperoleh (Lo) -0,133 sedangkan (Lt) 0,886 maka Lo < Lt.Untuk uji homogenitas antara kedua sampel fhitung =0,71 dan ftabel = 1,74 pada taraf nyata 0,05 dengan dk 32,33 berarti fhitung< ftabel, dengan demikian kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen, sehingga dilanjutkan dengan uji hipotesis. Dari hasil uji hipotesis didapatkan thitung = 1,66 dan ttabel = 1.50. Dengan demikian thitung < ttabel, maka hipotesis ditolak.
Rata-rata hasil belajar biologi dapat dilihat pada gambar 3. Didapatkan kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, tetapi diuji secara statistik dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples pada kelas eksperimen tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pada kelas eksperimen 72,73 dengan jumlah 33 siswa yang mengikuti tes akhir belajar, dimana siswa yang mencapai nilai diatas KKM ada sebanyak 12 orang atau 36,36 % yang mencapai nilai diatas KKM, sedangkan siswa yang memiliki nilai dibawah KKM ada sebanyak 21 orang atau 63,64 %.
Dimana KKM yang ditetapkan pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 adalah 80. Menurut Djamarah dan Zain (2010:107) bahwa “ Tingkat keberhasilan belajar mengajar dikatakan kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60 % dikuasai oleh siswa. Hal ini berarti proses pembelajaran belum berjalan secara maksimal.
Pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples di MTsN Durian Tarung tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan hanya sebagian siswa yang ikut melaksanakan menganalisa gambar yang ditampilkan guru, sehingga siswa tidak mengetahui masalahan yang didiskusikan kelompok dan tidak memahami materi. Hal ini dapat dilihat pada tahap mempersentasikan hasil analisa
kelompok hanya beberapa siswa yang aktif dan mau bertanya dan memberikan kritik dan saran terhadap kelompok yang tampil.
Sesuai dengan pendapat Istarani (2014:87), bahwa dalam berdiskusi seringkali yang aktif hanya sebagian siswa saja, adanya pertentangan diantara siswa yang sulit disatukan karena dalam kelompok sering berbeda pendapat dan sulit bagi siswa untuk menemukan hal yang baru sebab ia belum terbiasa untuk menemukan hal itu.
Pada kelas kontrol dengan menerapkan metode ceramah dan diskusi lebih rendah jika dibandingkan pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan kerena pada kelas kontrol proses pembelajaran menggunakan metode ceramah saja, kondisi ini tidak jauh beda dengan kelas eksperimen dimana tidak semua siswa yang ikut serta berperan aktif dalam proses pembelajaran dan kurangnya motivasi siswa dalam belajar, hal ini terlihat saat guru menerangkan materi pelajaran hanya sebagian siswa yang memperhatikan guru. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas kontrol 66,24 dengan jumlah 34 siswa yang mengikuti tes akhir belajar, dimana siswa yang mencapai nilai diatas KKM ada sebanyak 7 orang siswa sekitar 20,59 % siswa yang mencapai nilai diatas KKM, sedangkan siswa yang memiliki nilai dibwah KKM ada sebanyak 27 orang siswa atau 79,41% siswa yang tidak mencapai KKM.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples tidak berpengaruh terhadap hasil belajar IPA (biologi) kelas VIII MTsN Durian Tarung.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh, maka disarankan.
1. Kepada guru bidang studi IPA (biologi) MTsN Durian Tarung, agar lebih menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariasi dalam proses pembelajaran dan memilih gambar yang lebih meningkatkan rasa ingin tahu siswa.
2. Kepada peneliti selanjutnya, agar dapat menjadikan skripsi ini sebagai pedoman.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Asma, Nur. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang: UNP Press.
Dimyati dan Mudjono. 2009 . Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dwy, Puspita, Sari. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inovatif Tipe Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri I Tembilahan Hulu Riau.
Skripsi (tidak dipublikasikan.
Padang: STKIP PGRI SUMBAR Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Istarani.2014. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan. Media Persada.
Hasibuan, J.J dan Moedjiono. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.