• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENS (TGT) BERBASIS MEDIA AUDIO VISUAL

TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS XI SMA NEGERI I CANDUANG KABUPATEN AGAM

Rahmiyati 1, Indriani Nisja², Rina Sartika2

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

2Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]

ABSTRACT

This research is based on the low skill of students in speaking, especially to say the result of interview about the topic by resource person. To train students to be skilled at speaking, use cooperative learning model type Teams Games Tournamens (TGT) based on audio visual media. The type of this research is quantitative with experimental method, The population of this research is the students of eleventh grade SMAN 1 Canduang Agam which registered the academic year 2017/2018 of 113 people. The results of this researh are as follows. First, the average value of speaking skills of eleventh grade of students SMAN 1 Canduang before using cooperative learning model type Teams Games Tournamens (TGT) audio-visual media based. The average score is 71.30 can said more than enough. Secondly, the average score using Teams Games Tournamens (TGT) type of cooperative learning model is based on 85,51 good audio viasual media. The there is a significant influence on the use of cooperative learning model type Teams Gemas Tournamens (TGT) based on audio visual media eleventh grade of students SMAN 1 Canduang Agam for thitung 5.60.

Keywords: Influence, Teams Games Tournamens, Speaking.

PENDAHULUAN

Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan yang paling penting karena, berbicara bukan hanya mengujar atau pengucapan tanpa makna, melainkan berbicara sebagai bahasa yaitu menyampaikan pikiran atau perasaan kepada orang melalui ujaran (secara lisan).

Berbicara juga membutuhkan keberanian dan tingkat percaya diri yang tinggi apalagi untuk berbicara di depan orang banyak, tanpa keberanian dan percaya diri yang tinggi seseorang akan sulit untuk

menyusun kata-kata dan seringkali kehabisan ide saat berbicara.

Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan yang paling penting karena, berbicara bukan hanya mengujar atau pengucapan tanpa makna, melainkan berbicara sebagai bahasa yaitu menyampaikan pikiran atau perasaan kepada orang melalui ujaran (secara lisan).

Berbicara juga membutuhkan keberanian dan tingkat percaya diri yang tinggi apalagi untuk berbicara di depan orang

(2)

banyak, tanpa keberanian dan percaya diri yang tinggi seseorang akan sulit untuk menyusun kata-kata dan seringkali kehabisan ide saat berbicara. Arief dan Munaf (2003:6) mengemukakan berbicara adalah keterampilan berbahasa yang berkembang pada diri manusia semenjak anak-anak. Keterampilan tersebut didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada saat yang bersamaan keterampilan berbicara dipelajari dan dimulai. Sedangakan menurut Mulgrav (dalam Tarigan, 2008:16) berbicara merupakan suatu alat untuk mengkomninasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara tidak sekedar mengucapakan bunyi-bunyi atau kata-kata.

Berbicara adalah suatu alat mengkombinasikan gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai kebutuhan pendengar atau menyimak.

Pembelajaran yang sangat menuntut siswa untuk terampil berbicara yaitu mengungkapkan hasil wawancara tentang tanggapan narasumber.

Wawancara merupakan salah satu proses tanya jawab yang melibatkan penanya dan narasumber untuk mendapatkan suatu informasi tertentu. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas, siswa dituntut untuk terampil berbicara. Oramahi (2015:76) menyatakan

bahwa wawancara merupakan suatu alat yang dirancang untuk menggali informasi dalam bentuk tanya-jawab singkat langsung agar lebih memperjelas sebuah berita. Wawancara digunakan untuk menghimpun informasi atau keterangan.

Hal ini tercantum di kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SMA kelas XI semester I dengan Standar Kompetinsi (SK) 2 yaitu menggunakan secara lisan informasi hasil membaca dan wawancara. Kompetinsi Dasar (KD) 2.2 menjelaskan hasil wawancara tentang tanggapan narasumber terhadap topik tertentu. oleh karena itu aspek kebahasaan yang dinilai dari keterampilan berbicara siswa ada pertama, ketepatan ucapan, seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Kedua, ketepatan sasaran pembicaraan, seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.

Aspek kebahasaan terdiri dari delapan bagian yaitu, pertama, sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku. Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentulah akan memberikan kesan pertama yang kurang menarik. Padahal kesan pertama itu sangat penting untuk menjamin adanya kesinambungan perhatian pihak pendengar. Kedua, kelancaran, seorang

(3)

pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Ketiga, penguasaan topik. Pembicara formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai.

Arsjad dan Mukti (1988:20) mengemukakan bahwa faktor-faktor nonkebahasaan. Pertama, sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku. Kedua, pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara. Ketiga, kesediaaan menghargai pendapat orang lain. Keempat, gerak gerik dan minat yang tepat. Kelima, kenyaringan suara. Keenam, kelancaran. Ketujuh, gagasan haruslah berhubungan dan logis.

Delapan, penguasaan topik.

Berdasarkan wawancara formal Kabupaten Agam bernama HJ. Mufidati, S.Pd, pada tanggal 15 April 2017 jam 09:20 diperoleh beberapa informasi pertama keterampilan berbicara siswa masih rendah. Kedua, siswa banyak yang malu-malu dan kurang percaya diri.

Ketiga, banyak siswa yang mmberikan alasan saat disuruh berbicara. Keempat, banyak nilai siswa yang pas KKM.

Kelima, penggunaan alat atau media hanya pada materi tertentu saja. Keenam, siswa kurang terbiasa berbicara di depan umum ataupun di depan teman-temannya.

Sehubung dengan beberapa permasalahan yang diungkapkan oleh guru dan siswa tersebut, perlu adanya model

pembelajaran untuk mengatasnya. Salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT) menggunakan Turnamen Akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba- lomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Ada hal yang dapat memacu siswa agar dia mendapatkan nilai tinggi kalau bisa berbicara untuk mewakili timnya. Menurut Istarani (2011:240) model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), atau perbandingan permainan tim dikembangkan secara asli oleh David de Vries dan Keath (1995). Pada model ini siswa mmainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.

Alasan peneliti memilih SMA Negeri 1 Canduang ini sebagai berikut.

Pertama, sekolah ini sanggat cocok untuk diteliti khususnya penelitian keterampilan berbicara, karena di sekolah ini siswanya sangat sulit untuk berbicara dalam proses belajar mengajar karena belum siswa belum terampil dalam berbicara. Kedua, agar adanya pembaharuan terhadap model yang dipakai oleh guru. Penggunaan model

(4)

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournames (TGT) dapat membuat siswa tertarik untuk belajar karena mereka bisa berpacu-pacu dalam mendapatkan skor tertinggi. Masalah inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) Berbasis Media Audio Visual Terhadap keterampilan berbicara siswa kelas XI SMA Negeri 1 Canduang Kabupaten Agam”, untuk memperoleh data dan informasi yang akurat tentang kemampuan berbicara siswa sehingan dapat menjadi bahan acuan bagi pihak sekolah atau yang berwewenang untuk mengambil langkah-langkah pembelajaran yang telah ditetapkan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan analisis metode eksperimen.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Canduang Kabupaten Agam tahun ajaran 2017/2018. Jumlah siswa 113 yang tersebar dalam 5 kelas. Dengan demikian sampel penelitian ini berjumlah 23 orang.

Variabel dalam penelitian ini yaitu Variabel bebas model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT) berbasisi media audio visual.

Varibel terikat keterampilan berbicara

siswa kelas XI SMA Negeri 1 Canduang Kabupaten Agam. Terkait dengan variabel penelitian, data dalam penelitian ini berjumlah dua yaitu sebagai berikut.

Pertama, skor dari hasil tes kemampuan keterampilan berbicara siswa kelas XI SMA Negeri 1 Canduang Kabupaten Agam sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT) berbasis media audio visual. Kedua, skor dari hasil tes keterampilan berbicara siswa kelas XI SMA Negeri 1 Canduang Kabupaten Agam sesudah menggunakan model Pembelajaran kooperatif tipe teams games tournamens (TGT) berbasis media audio visual. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes unjuk kerja.

Tes unjuk kerja yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam berbicara.

Pengumpulan data yang akan dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dilakukan melalui langkah-langkah berikut.

Pertama, siswa mengerjakan tes awal (pretest) berbicara yaitu menjelaskan hasil wawancara tentang tanggapan narasumber terhadap topik tertentu dengan tema siswa miskin dengan nilai terbaik sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT) berbasis media audio visual. Kedua, siswa berlatih berbicara setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT) berbasis media

(5)

audio visual. Ketiga, siswa mengerjakan tes akhir (posstest) berbicara yaitu menjelaskan hasil wawancara tentang tanggapan narasumber terhadap topik tertentu dengan tema supir bus pembangun sekolah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kemampuan Berbicara Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Canduang Kabupaten Agam Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournamen (TGT) Berbasis Media Audio Visual

Untuk seluruh aspek penilaian diberi skor 1 sampai 3. Setelah data dianalisis diperoleh skor tertinggi yaitu 14 dan skor terendah 6. Skor maksimal yang diperoleh secara lengkap adalah sebagai berikut. Pertama, skor 14 diperoleh siswa oleh 1 orang (4,35%). Kedua skor 13 diperoleh oleh 3 orang siswa (13,04%).

Ketiga, Skor 12 diperoleh oleh 5 orang siswa (21,73%). Keempat skor 11 diperoleh oleh 5 orang siswa (21,73%).

Kelima, skor 10 diperoleh oleh 4 orang siswa (17,40%). Keenam, skor 9 diperoleh oleh 1 orang siswa (4,35%). Ketujuh, skor 8 diperoleh oleh 2 orang siswa (8,69%).

Kedelapan, skor 7 diperoleh oleh 1 orang siswa (4,35%). Kesembilan, skor 6 diperoleh oleh 1 orang siswa (4,35%).

Berdasarkan data diperoleh rata- rata hitung 71,30. Maka disimpulkan

bahwa tingkat penguasaan keterampilan berbicara siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT) berbasis media audio visual berada pada tingkat penguasaan 66-75% sudah dikatakan lebih dari cukup. Selanjutnya pengklasifikasian keterampilan berbicara siswa.

Deskripsi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Canduang Kabupaten Agam sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournamen (TGT) berbasis media audio visual berdasarkan skala 10.

Diagram Keterampilan Berbicara Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Canduang Kabupaten Agam Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Temas Games Tournamens (TGT) Berbasis Media Audio Visual.

4 5 9

1 3 1 -2

3 8 13 18 23

Frekuensi

Kualifikasi

(6)

2. Keterampilan Berbicara Siswa Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournamen (TGT) Berbasis Media Audio Visual Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Canduang Kabupaten Agam

Diperoleh gambaran keterampilan berbicara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT) berbasis media audio visual kelas XI SMA Negeri 1 Canduang Kabupaten Agam . pertama siswa yang memperoleh nilsi 60 berjumlah 2 orang siswa (8,70%). Kedua, siswa yang memperoleh nilai 66.67 sebanyak 2 orang siswa (8,70%). Ketiga, siswa yang memperoleh nilai 73,33 sebanyak 1 orang siswa (4,35%). Keempat, siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 3 orang siswa (13,04%). Kelima, siswa yang mendapat nilai 86,66 sebanyak 4 orang siswa (17,39%). Keenam, siswa yang mendapat nilai 93,33 sebanyak 6 orang siswa (36,08%). Ketujuh, siswa yang mendapatkan nilai 100 sebanyak 5 orang siswa (21,74%).

Berdasarkan data diperoleh rata- rata hitung 85,51. Maka disimpulkan bahwa tingkat penguasaan keterampilan berbicara siswa kelas XI SMA Negeri 1 Canduang Kabupaten Agam sesudah menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT) berada pada tingkat baik.

Selanjutnya pengklasifikasian keterampilan berbicara siswa kelas XI SMA Negeri 1 Canduang Kabupaten Agam sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT) berada pada tingkat baik berdasarkan skala 10.

Diagram Keterampilan Berbicara Setelah Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournamens (TGT) Berbasis Media Audio Visual Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Canduang Kabupaten Agam

3. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournamens (TGT) Berbasis Media Audio Visual Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Canduang Kabupaten Agam

Berdasarkan nilai keterampilan berbicara siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams

5 10

1 5 2 -2

3 8 13 18 23

S BS B LDC C HC LDC KS B BS

Frekuensi

Kualifikasi

(7)

Games Tournamen (TGT) berbasis media audio visual siswa sangat baik. Hal ini terbukti dari hasil keterampilan berbicara setelah mendapatkan perlakuan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT) berbasis media audio visual lebih baik dibandingkan dengan sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT) berbasis media audio visual.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT) berbasis media audio visual terhadap keterampilan berbicara siswa kelas XI SMA negeri 1 Canduang Kabupaten Agam karena thitung>

tabel (5,08>1,70). Jadi, disimpulkan bahwa keterampilan berbicara siswa kelas XI SMA Negeri 1 Canduang Kabupaten Agam setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournamens (TGT) berbasis media audio visual lebih baik dari pada sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT) berbasis media audio visual.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Ermawati. 2003. Pengajaran Keterampilan Berbicara. Padang:

FBSS Universitas Negeri Padang.

Arsjad, Maidar G dan Mukti. 1988.

Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta:

Erlangga.

Istirani. 2014. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Oramahi, Hasan Asy’ari. 2015. Jurnalistik Televisi. Jakata: Erlan

Sugiono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Tarigan, Hendri Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Badung: Angkasa Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token pada Materi Atmosfer terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 3

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yan dilakukan di SMA Negeri 3 Pekanbaru pada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantu audio visual terhadap