Untuk menyelesaikan masalah dalam perusahaan salah satu bagaian yang penting yaitu mensejahterakan masyarakat, oleh karena itu perusahaan diminta untuk berperan dalam perekonomian masyarakat tetapi keberadaan perusahaan ini juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan sekitar seperti pencemaran lingkungan karena limbah industry, pemanasan global, radiasi, serta terinfeksi bahan kimia Saragih &
Sembiring, (2019). Oleh karena itu perusahaan diharuskan untuk menyeimbangi antara kegiatan perusahaan serta CSR-nya terhadap aktivitas dalam perusahaan dengan cara melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Corporate Social Responsibility adalah tanggung jawab sosial dan lingkungan karena aktivitas komersialnya. Selanjutnya Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan, maka harus pengungkapan Corporate Social Responsibility. Dalam Nendra, (2021) mengatakan UU No. 40 tahun 2007 pasal 66 ayat 2 yang menyatakan bahwa perusahaan di Indonesia wajib untuk melaporakan pelaksanaan kegiatan CSR di dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini juga dinyatakan dalam pasal 74 ayat 1 yang menyebutkan bahwa perseroan yang melakukan kegiatan usaha dibidang sumber daya alam diharuskan untuk melakukan kewajiban sosial dan ekologi perusahaan.
Di Indonesia sendiri masih terdapat banyak kasus negatif dan positif mengenai perusahaan yang tidak memahami tanggung jawab sosail dan penerapan Corporate Social Responsibility. Seperti kasus negatif mengenai pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas tambang nikel PT Bakti Pertiwi Nusantara (BPN) pada bulan juni 2020 dilansir dari (https://www.mongabay.co.id) bahwa PT BPN yang
1
beroperasi di dekat sungai Waleh, Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Diketahui PT BPN telah melakukan pencemaran air sungai karena fasilitas bak penampungan limbah yang berada dekat dengan aliran sungai jebol dan mengakibatkan warna air menjadi merah kecoklatan, akibatnya sekitar 200 kepala keluarga Trans Waleh yang menggunakan air sungai waleh untuk kebutuhan sehari hari, karena aliran ini berjarak sekitar 50meter dari pemungkiman warga. Hal ini diketahui oleh warga yang melakukan protes kepada perusahaan PT BPN. (Askes 22 Apil 2021)
Kasus posistif perusahaan mengenai pengungkapan Corporate Social Responsibility yang diungkapankan perushaan diIndonesia salah satunya diungkapkan pada (https://www.kompasiana.com,) diketahui PT Wanatiara Persada perusahaan tambang nikel yang beroperasi di Obi Halmahera Selatan yang memberikan bantuan kepada masyarakat sekitar tambang. Bantuan berupa bantuan sosial, infrastruktur, Pendidikan, Kesehatan dan bidang pertanian. Sejak pandemic Covid-19 PT WP sendiri sudah menyalurkan bantuan sosial berupa pembagian sembako di lima desa sekitar tambang infrastruktur berupa jembatan penghubung Desa Laiwui. Untuk bidang Pendidikan dan Kesehatan PT WP rutin memberikan bantuan beasiswa kepada siswa yang kurang mampu dan merenovasi sekolah dan juga memberikan bantuan kepada guru honorer di setiap sekolah sementara di bidang Kesehatan PT WP memberikan satu unit mobil ambulans dengan fasilitasnya untuk RSUD Obi disertai dengan pemberian honor tiap tahunnya kepada tenaga medis baik yang di puskesmas maupun di RSUD Obi. Juga untuk bidang pertanian yang berskala industri pertanian ini merupakan program unggulan untuk kesejahteraan para petani local binaan PT WP ujar Sandri Manager CSR PT Wanatiara Persada saat ditemui di kantor perwakilan PT WP di kelurahan Akehuda kecamatan kota ternate utara. (Askes 19 April 2021)
Penelitian tentang pengungkapan Corporate Social Responsibility seringkali dikaitkan dengan Corporate Governance. Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) menyebutkan bahwa Corporate
Governance adalah suatu sistem yang memberikan pedoman arahan atas perusahaan agar perusahaan melakukan pengungkapan aktivitas CSR-nya.
Jika manajemen perusahaan memiliki kesadaran moral yang tinggi, maka perusahaan dapat menerapkan CSR dengan benar. Sukasih & Sugiyanto, (2017)
GCG (Good Corporate Governance) adalah tata kelola perusahaan yang baik dari suatu perusahaan manajemen dalam rangka memberikan nilai ekonomi jangka Panjang yang berkelanjutan bagi investor dan mitra.
Menurut Effendi (2009:2) dalam Nendra, (2021). GCG merupakan suatu regulasi atau kebijakan yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk mengandalkan perusahaan guna memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan. Dengan adanya GCG akan membuat pola pikir administrasi yang trasparan dan professional serta mampu memberikan manfaat bagi pionir, manajemen, mitra, pelanggan, pemasok, pemerintahan, dan jaringan terkait.
Kepemilikan Institusional sangatlah penting dalam memonitoring kinerja suatu perusahaan seperti sama dengan halnya kepemilikan suatu perusahaan, semakin banyak jumlah saham perusahaan maka akan semakin banyak pula pengaruh kepemilikan intitusional terhadap perkembangan perusahaan dan pengungkapan Corporate Social Responsibility penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai kepemimpinan Institusional terhadap pengungkapan CSR. yaitu Fitriana, (2019) , Wiyuda & Pramono, (2017) dan Br.sumbing & Tambunan, (2021) yang menyatakan bahwa kepemilikan Institusional memiliki pengaruh yang positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sihombing et al., (2020), Jayanti, (2016) dan Ni Luh Eka Karisma Yanti et al., (2021) dimana penelitian tersebut memiliki hasil yang menunjukan bahwa kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Dapat dikatakan bahwa ukuran dewan komisaris merupakan inti dari Corporate Governance, tugasnya adalah memastikan pelaksanaan strategi dalam perusahaan, mengawasi manajemen mengelola perusahaan dan mengawasi terlaksananya akuntabilitas terkait dengan kewajiban dalam penyajian dan pelaporan semua Tindakan aktivitas perusahaan khususnya dibidang administrasi keuangan. Adapun penelitian meneliti tentang pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Suprasto & Haryanti, (2019), Rivandi &
Putri, (2019) dan Sugeng, (2020) penelitian tersebut menemukan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Dan penelitian yang dilakukan oleh Oktavianawati & Sri, (2018), Yanti et al., (2021), Susilowati et al., (2018), Ale, (2018), Sihombing et al., (2020), Restu et al., (2017) dan Ni Luh Eka Karisma Yanti et al., (2021) menemukan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Dewan direksi dalam perusahaan bertindak sebagai agen atau pengelola perusahaan yang bertanggung jawab langsung terhadap jalannya kegaiatan operasional perusahaan. Pentingnya peran Dewan direksi memiliki peran penting dalam mengatasi earning management. Sehingga dapat dikatakan dewan direksi mampu meningkatkan pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam perusahaan dengan baik Tasya &
Cheisviyanny, (2019), Suwandy & Rahayuningsih, (2020) dan Merna, (2021) menyatakan bahwa dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. hal tersebut didukung oleh penelitian Ramadhani & Maresti, (2021) yang menyatakan hal yang sama sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Anita & Suryani, (2021) menyatakan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Rasio Aktivitas adalah proporsi tindakan seberapa kuat organisasi dalam menangani sumber dayanya, ada beberapa investigasi yang
memiliki hasil yang berbeda mengenai rasio aktivitas terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility yaitu hasil penelitian Sari, (2020), Kadek & Sulestiana, (2021) menyatakan bahwa rasio aktivitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility, sedangkan penelitian dari Sunarsih & Kumarantini, (2018) menyatakan bahwa rasio aktivitas berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility.
Profitabilitas merupakan jumlah seberapa besar kinerja suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan dan membuat manajemen menjadi bebas dan mudah beradaptasi dalam mengungkapkan Corporate Social Responsibility menurut Heinze, 1976 dalam Saragih & Sembiring, (2019). Jadi semakin tinggi profitabilitas, semakin menonjol pengungkapan Corporate Social Responsibility pada suatu perusahaan.
Hasil penelitian Natashya & Rudyanto, (2021), Sari, (2020), Fitriana, (2019) menunjukan bahwa profitabilitas dapat mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility. Dengan adanya hasil penelitian diatas maka disimpulkan bahwa profitabilitas diduga dapat memperkuat pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Penelitian ini menggunakan objek perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk membedakan penelitian dengan penelitian sebelumnya mengenai pengaruh Corporate Governance terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility memang sudah banyak. Namun, penelitian menganalisis pengaruh Corporate Governance dan Rasio Aktivitas terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi pada perusahaan manufaktur memang sangat sedikit. Penelitian ini menggunakan profitabilitas sebagai variabel moderasi untuk mengetahui apakah profitabilitas dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara Corporate Governance dan rasio aktifitas terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Berdasarkan hal ini dan perbedaan hasil
penelitian terdahulu maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Corporate Governance Dan Rasio Aktivitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”
1.2 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dan lebih terarah lagi maka penulis akan membatasi permasalahan dengan uraian sebagai berikut:
a. Dalam penelitian ini menggunakan Corporate Governance dengan menggunakan variabel kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris, dan Dewan Direksi.
b. Variabel Kepemilikan Institusional diukur menggunakan skala rasio dengan membagi jumlah saham yang dimiliki institusi dengan jumlah saham beredar.
c. Variabel Ukuran dewan komisaris diukur menggunakan menggunakan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan.
d. Dewan Direksi diukur menggunakan jumlah dewan direksi yang duduk dalam perusahaan.
e. Variabel Rasio Aktifitas diukur menggunakan Total Asset turnover (TATO).
f. Variabel Corporate Social Responsibility diukur menggunakan Corporate Social Responsibility Indeks (CSRI) yaitu dengan jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan dibagi dengan jumlah item.
g. Variabel Profitabilitas diukur menggunakan Return on equity (ROE).
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang ditelitin sebagai berikut :
1. Apakah kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility?
2. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility?
3. Apakah dewan direksi berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility?
4. Apakah Rasio Aktivitas berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility?
5. Apakah Profitabilitas dapat memperkuat kepemilikan Institusional, dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility?
6. Apakah Profitabilitas dapat memperkuat ukuran dewan komisi dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility?
7. Apakah Profitabilitas dapat memperkuat dewan direksi dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility?
8. Apakah Profitabilitas dapat memperkuat Rasio Aktivitas dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
1. Menganalisis pengaruh kepemilikan Institusional terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
2. Menganalisis pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
3. Menganalisis pengaruh dewan direksi terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
4. Menganalisis pengaruh rasio aktivitas terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
5. Menganalisis apakah profitabilitas dapat memperkuat pengaruh kepemilikan Institusional, terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
6. Menganalisis apakah profitabilitas dapat memperkuat pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
7. Menganalisis apakah profitabilitas dapat memperkuat dewan direksi terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
8. Menganalisis apakah profitabilitas dapat memperkuat pengaruh rasio aktivitas terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
1.5 Manfaat penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan pemahaman mengenai pengaruh Corporate Governance Dan Rasio Aktivitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi.
2. Bagi praktisi, penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai bahan referensi dan pertimbangan dalam pengembangan kebijakan dan keputusan mengenai pengungkapan Corporate Social Responsibility.