• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Pengaruh IPM, Tenaga Kerja dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Papua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Pengaruh IPM, Tenaga Kerja dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Papua"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH IPM, TENAGA KERJA DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI PAPUA

Anita Apriani1), Dani Arisandi DN2)

1- 2 Program Studi Kewirausahaan, Universitas Muhammadiyah Papua email: anitajpr.56@gmail.com, dani.arisandi@gmail.com

Abstract

Economic growth is an important discussion that is always studied continuously every year. This is an important task that aim of regional government in order to grow the regional economy. The aim of this research is to determine the factors that can trigger economic growth in Papua Province. The variabels used in this research include labor, human development index, exports and economic growth. The research method uses secondary data from the Central Statistics Agency and is processed using multiple linear regression. The research results show that the Human Development Index has a positive and significant effect on the economic growth of Papua Province. Meanwhile, Labor and Exports have a positive but not significant effect on the economic growth of Papua Province. The novelty of this research is that the data used is the latest data adjusted to current year data and research variables that have not been studied in Papua Province as a whole.

Keywords: Economic growth, Human Development Index, Labor, Exports 1. PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran penting yang menjadi tujuan utama dari adanya suatu pembangunan ekonomi pada negara atau daerah. Hal ini menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai tolak ukur sebuah penilaian kemampuan suatu daerah dalam mensejahterakan masyarakatnya dengan pembangunan yang adil dan sukses [1]. Suatu perekonomian yang mengalami kenaikan aktivitas ekonomi yang lebih tinggi daripada tahun sebelumnya, dapat dikatakan terjadi perubahan karena usaha dan upaya dalam proses perkembangannya. Sehingga setiap daerah menetapkan target perencanaan dan tujuan pembangunannya berdasarkan laju pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada daerahnya.

Keberlangsungan pembangunan ekonomi merupakan keadaan utama dari adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan.

Secara sederhana pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dengan melihat penghasilan atau pendapatan nasional dalam suatu periode tertentu, misalnya dalam kurun waktu satu tahun.

Disebutkan mengalami pertumbuhan dalam perekonomian jika diperoleh keuntungan yang maksimal dari penggunaan faktor-faktor produksi

pada tahun yang berjalan lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Sukirno dalam [2]

mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana kegiatan perekonomian mampu memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat dalam suatu periode tertentu. Indikator penting yang digunakan untuk mengetahui keadaan ekonomi pada suatu daerah tertentu digambarkan dalam olahan data berupa Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan harga konstan [3]. Nilai PDB memberikan gambaran bagaimana sumber daya yang ada dikelola dan dimanfaatkan berdasarkan kemampuan suatu negara atau daerah.

Adapun terdapat faktor-faktor dasar pembangunan yang dilakukan pemerintahan negara atau daerah yang mampu menjadi aspek pertumbuhan ekonomi. Beberapa faktor tersebut antara lain pembangunan indeks manusia, peningkatan aktivitas ekspor, dan pemanfaatan sumber daya manusia dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja.

Human resources atau sumber daya manusia (SDM) memiliki penjelasan tentang kegiatan usaha kerja atau bidang jasa yang dapat dilakukan dalam proses produksi. Pada penjelasan ini SDM memberikan gambaran

(2)

mengenai kualitas usaha yang dilakukan oleh individu atau sekelompok orang untuk menghasilkan barang dan jasa pada waktu periode tertentu. Penduduk yang tergolong kedalam usia kerja (work-ing age population) tersebut dinamakan dengan tenaga kerja atau human power [4]. Tenaga kerja merupakan salah satu hal paling penting dalam proses pembangunan perekonomian dikarenakan daya produksi tergantung kepada produktivitas tenaga kerja dalam menghasilkan barang dan jasa pada sebuah aktivitas usaha. Memperbanyak tenaga kerja akan meningkatkan penghasilan daerah.

Namun perlu diimbangi dengan peningkatan teknologi serta jumlah modal agar pertumbuhan ekonomi dapat terus mengalami peningkatan.

Dengan demikian tenaga kerja menjadi salah satu faktor yang memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan penggambaran semakin luas lapangan kerja maka semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan dan semakin meningkatkan pula total produksi pada suatu negara atau daerah. Hal ini didukung dengan penelitian [5] yang pada hasil kesimpulannya menyatakan bahwa tenaga kerja relevan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi pada daerah Bali.

Pembangunan tenaga kerja perlu memperhatikan output kuantitas dan kualitas yang ditargetkan. Dan salah satu alat pendukung perihal tersebut adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) [6]. Indeks pembangunan manusia memiliki peran penting dalam perekonomian daerah yang dikembangkan.

Dengan memfokuskan pembangunan manusia yang memiliki kualitas terbaik akan berdampak pada faktor-faktor produksi yang dibangun secara maksimal. Kualitas penduduk secara terampil akan dapat memberikan sebuah inovasi yang kreatif dalam pengembangan aspek-aspek produksi yang diciptakan [7]. Sukirno dalam [8]

mengemukakan pembangunan manusia yang tinggi akan berdampak pula kepada jumlah penduduk yang meningkat. Sehingga dengan bertambahnya jumlah penduduk akan berdampak juga pada meningkatnya tingkat konsumsi. Hal tersebut akan mempermudah tercapainya target dari pertumbuhan ekonomi. Sejalan dengan penelitian sebelumnya [9] dan [8] yang

memperoleh hasil bahwa indeks pembangunan manusia berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Selain tenaga kerja dan IPM, faktor ekspor juga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Salvador dalam [10]

menegaskan bahwa ekspor menjadi salah satu faktor pendorong kemajuan pertumbuhan ekonomi. Dalam peninjauan yang telah dilakukan Salvador, menggambarkan bahwa untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh negara berkembang adalah meningkatkan aktivitas ekspor pada daerahnya. Peningkatan ekspor dapat menghasilkan anggaran negara atau disebut dengan devisa. Devisa yang diperoleh dapat digunakan untuk mendukung pembiayaan barang modal dan bahan baku yang digunakan dalam aktivitas produksi dengan tujuan menambah nilai tambah dari hasil produksi. Pengelompokkan hasil nilai tambah yang didapatkan dari seluruh kegiatan unit produksi dalam perekonomian tercantum dalam nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Peningkatan PDB yang dinilai berdasarkan harga konstan dari tahun ke tahun menggambarkan pertumbuhan ekonomi.

Penelitian terkait pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan para peneliti. Temuan [11], [10], serta [12] dan [13] dalam penelitian-penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa ekspor mampu memberikan pengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dengan hasil-hasil penelitian serupa terkait dengan pengaruh tenaga kerja, indeks pembangunan manusia dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi, maka hal tersebut merupakan masalah utama dalam penelitian ini yang akan diteliti lebih lanjut namun dengan jangka waktu berbeda dan tempat penelitian yang juga berbeda.

2. METODE PENELITIAN

Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kuantitatif, yaitu metode analisis yang bersifat objektif dengan berdasarkan pada penggunaan data yang terdiri dari angka-angka dan dianalisa

(3)

menggunakan alat statistik. Analisis ini menggunakan model regresi yang terdiri dari beberapa variabel independen. Dalam melakukan pengujian, data yang digunakan tidak diperkenankan berat sebelah. Sehingga perlu dilakukan uji BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) untuk menghasilkan perkiraan yang baik. Pada praktik uji BLUE perlu dipastikan empat asumsi dimana data yang akan digunakan lolos keempatnya terlebih dahulu yang kemudian dapat dilakukan pengujian selanjutnya. Metode ini mampu menganalisa serta memperhitungkan kekuatan hubungan antar variabel, menggambarkan arah hubungan dan menunjukkan adanya pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen. Pada penelitian ini variabel independen meliputi data sekunder yakni data tenaga kerja, indeks pembangunan manusia (IPM), dan aktivitas ekspor yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua. Dan untuk variabel dependen yaitu data pertumbuhan ekonomi yang didasari pada Produk Domestik Bruto (PDB) harga konstan. Bantuan program dalam olahan data pada penelitian menggunakan e-views 12.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan regresi linear berganda, berfokus pada penggunaan kuadrat terkecil (ordinary least square). Teknik ini dapat berfungsi mengukur dan menggambarkan kekuatan hubungan antara variabel serta mampu menunjukkan pengaruh dan arah hubungan antara variabel independen dan dependen. Analisis regresi linear berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = 𝜶 + 𝜷1 X1 + 𝜷2 X2 + 𝜷3 X3 + e (1) Dimana:

Y = variabel terikat X1 = variabel bebas 1 X2 = variabel bebas 2 X3 = variabel bebas 3 𝜶 = Konstanta

𝜷1 𝜷2 = Koefisien Regresi e = Error

Untuk membuktikan hipotesis maka digunakan uji hipotesis dengan penjelasan sebagai berikut:

Uji signifikan parsial/masing-masing variabel

(Uji parsial t), Uji signifikan simultan/semua variabel (Uji Simultan F), dan Koefisien Determinasi (R2).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Normalitas

Metode yang digunakan dalam pengujian uji normalitas adalah dengan metode jarque bera.

Data dianggap normal jika nilai probability jarque bera memiliki nilai lebih dari 0,05 [14].

Maka dapat disimpulkan data pada penelitian ini bebas dari masalah normalitas karena memiliki nilai probability jarque bera yaitu 0,740 lebih besar dari 0,05. Pengujian normalitas dapat diliihat pada gambar 1.

Gambar 1. Hasil Uji Normalitas Sumber: Data sekunder diolah (2023)

Uji Multikolinearitas

Metode yang digunakan pada uji multikolinearitas adalah dengan mengacu pada nilai tolerance dan VIF pada hasil regresi e- views. Jika nilai VIF dibawah 10, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas [15]. berdasarkan tabel 1 dibawah ini, nilai tolerance untuk variabel Tenaga kerja bernilai 0,938, variabel IPM bernilai 0,646, dan variabel ekspor bernilai 0,004.

Nilai tolerance pada ketiga variabel tersebut lebih besar dari 0,10 maka dipastikan tidak terdapat gejala multikolinearitas. Nilai VIF variabel pada masing-masing variabel Tenaga kerja, IPM dan Ekspor adalah 1,517, 1,511 dan 1, 268 dan ketiganya memiliki nilai yang lebih kecil dari 10, maka dapat dipastikan tidak terdapat gejala multikolinearitas.

(4)

Uji Heteroskedastisitas

Metode yang digunakan pada uji heteroskedastisitas adalah dengan mengacu pada metode uji white [16]. Diketahui nilai probability Obs*R-Squared sebesar 0,563 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa asumsi uji heteroskedastisitas sudah terpenuhi atau data sudah lolos uji heteroskedastisitas.

Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi merupakan situasi dimana faktor-faktor pengganggu antara satu dengan yang lain saling berhubungan. Uji autokorelasi mengacu pada hasil uji Breusch- Godfrey Serial Correlation LM Test dengan melihat nilai p-value yang dinyatakan lolos jika lebih besar dari 0,05 [17]. Diketahui nilai probability Obs*R-Squared sebesar 0,089 lebih besar dari nilai 0,05 maka data dinyatakan lolos uji autokorelasi.

Uji Signifikansi Koefisien Regresi

Setelah melakukan pengujian diatas diperoleh bahwa data penelitian telah lolos secara keseluruhan untuk pengujian uji BLUE. Maka selanjutnya dapat dilakukan estimasi uji signifikansi dengan metode analisis regresi berganda dan interpretasi pada tabel berikut ini.

Uji t (parsial)

Berdasarkan tabel 4 diatas, diperoleh hasil pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengacu kepada nilai uji t pada hasil analisis regresi. Pada variabel IPM memiliki nilai prob.

Signifikansi sebesar 0,0084 lebih kecil dari 0,05 sehingga disimpulkan IPM berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Papua. Sedangkan variabel tenaga kerja dan variabel ekspor memiliki nilai prob.

Signifikansi sebesar 0,5365 dan 0,1483, keduanya memiliki nilai lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan tenaga kerja dan ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Uji F (Simultan)

Berdasarkan tabel 4 diatas, diperoleh hasil nilai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Dengan mengacu kepada nilai F hitung dan nilai prob.

Signifikansinya. Nilai F hitung untuk variabel tenaga kerja, IPM dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi adalah 9,322 dengan prob.

Signifikansi sebesar 0,011 lebih kecil dari 0,05.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan pengaruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil koefisien determinasi pada tabel 4 diatas, diperoleh nilai Adjusted R Squared sebesar 0,735. Hal ini menggambarkan bahwa variabel independen yang meliputi tenaga kerja, indeks pembangunan manusia (IPM) dan ekspor secara simultan atau bersama-sama mampu menjelaskan variabel dependen (pertumbuhan ekonomi) sebesar 73,5% dan sisanya sebesar 26,5% dijelaskan oleh variabel lain yang dibahas dalam penelitian ini.

Analisis Koefisien Regresi

Berdasarkan nilai koefisien yang terdapat pada hasil analisis regresi berganda pada tabel 4 diatas, dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:

Indeks = -3.648 + 0,635 Tenaga Kerja + 3,098 IPM + 0,109 Ekspor

Tabel 3. Uji Autokorelasi

Sumber: Data sekunder diolah (2023)

F-Statistic 1,870336 Prob. F(2,4) 0,2670

Obs*R-Squared 4,832490 Prob. Chi-Squared(2) 0,0893

Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Berganda

Variabel Koefisien Regresi t hitung Signifikansi

Konstanta -3,648172 -0,554843 0,5991

Tenaga Kerja 0,635019 0,655392 0,5365

IPM 3,098558 3,853852 0,0084

Ekspor 0,109742 1,658571 0,1483

R-Squared = 0,735

F hitung = 9,322

Signifikansi (F hitung) = 0,011 Sumber: Data sekunder diolah (2023)

(5)

Interpretasi dari persamaan model regresi dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Nilai konstanta sebesar -3.648 artinya bahwa jika nilai variabel independen (Tenaga Kerja, IPM dan Ekspor) secara bersama- sama atau simultan tidak mengalami perubahan atau sama dengan 0, maka besarnya variabel dependen (Pertumbuhan Ekonomi) akan bernilai sebesar -3.648 satuan.

b. Nilai koefisien Tenaga Kerja adalah sebesar (+) 0,635 artinya bahwa Tenaga Kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi, yang bermakna bahwa semakin meningkatnya nilai Tenaga Kerja maka Pertumbuhan Ekonomi juga akan ikut meningkat. Apabila nilai Tenaga Kerja meningkat sebesar satu satuan sementara Indeks Pembangunan Manusia dan Ekspor bernilai konstan, maka Pertumbuhan Ekonomi akan naik sebesar 0,635 satuan.

c. Nilai koefisien Indeks Pembangunan Manusia adalah sebesar (+) 3,098 artinya bahwa Indeks Pembangunan Manusia memiliki pengaruh yang positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi, yang bermakna bahwa semakin meningkatnya nilai Indeks Pembangunan Manusia maka Pertumbuhan Ekonomi juga akan ikut meningkat. Apabila nilai Indeks Pembangunan Manusia meningkat sebesar satu satuan sementara Tenaga Kerja dan Ekspor bernilai konstan, maka Pertumbuhan Ekonomi akan naik sebesar 3,098 satuan.

d. Nilai koefisien Ekspor adalah sebesar (+) 0,109 artinya bahwa Ekspor memiliki pengaruh yang positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi, yang bermakna bahwa semakin meningkatnya nilai Ekspor maka Pertumbuhan Ekonomi juga akan ikut meningkat. Apabila nilai Ekspor meningkat sebesar satu satuan sementara Tenaga Kerja dan Indeks Pembangunan Manusia bernilai konstan, maka Pertumbuhan Ekonomi akan naik sebesar 0,109 satuan.

Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua

Berdasarkan hasil uji hipotesis, variabel Tenaga Kerja memiliki pengaruh yang positif tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Provinsi Papua. Menurut pendapat [18]

bahwa pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja setiap tahunnya dapat memicu peningkatan pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa jumlah angkatan kerja berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi namun tidak menjadi salah satu faktor penting atas meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada provinsi Papua. Menurut analisa berdasarkan data tenaga kerja, alasan tenaga kerja tidak mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi provinsi Papua dikarenakan peningkatan angka tenaga kerja yang masih fluaktif serta kurangnya sumber daya manusia yang berkualiatas yang mampu memberikan dampak pada bidang industri perekonomian. Hal ini sejalan dengan penelitian [19] yang mendapatkan hasil bahwa tenaga kerja berpengaruh positif namun tidak signifikan pada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur.

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua

Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Papua.

Adanya hubungan yang positif dan signifikan antara IPM terhadap pertumbuhan ekonomi dapat terjadi karena peningkatan IPM yang terus mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Peningkatan pembangunan manusia yang terus diupayakan menjadi tinggi akan mampu menentukan kemampuan masyarakat dalam mencerna dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, baik berkaitan dengan kelembagaan maupun teknologi sebagai alat penting guna menggapai pertumbuhan ekonomi [20]. Hal ini menunjukkan keberhasilan pemerintah Papua dalam mengembangkan investasi terhadap masyarakat sebagai penunujang atas kesejahteraan dan memicu pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya IPM mampu membuat peningkatan industri agar bekerja secara tepat sasaran sehingga dapat

(6)

menghasilkan harga produk yang jauh lebih murah, dan ketika harga barang-barang murah akan mempermudah masyarakat dalam mengelola keuangan menjadi lebih mudah. Hasil ini sejalan dengan penelitian [8] yang menunjukkan bahwa IPM berpengaruh postif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lamongan. Serta penelitian [9] yang pada hasilnya menyatakan bahwa IPM berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh.

Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua

Berdasarkan hasil estimasi, variabel ekspor berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada provinsi Papua. Hal ini tidak sejalan dengan teori Hecksher-Ohlin dalam [21] menyatakan bahwa ekspor sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah.

Suatu negara yang mampu mengekspor hasil produknya secara tinggi menandakan pada proses produksinya menggunakan faktor produksi yang terjangkau dan melimpah secara terus menerus. Aktivitas ini akan memberikan keuntungan bagi daerah tersebut dikarenakan mampu meningkatkan pendapatan nasional serta memicu percepatan dalam proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Menurut analisa berdasarkan data, penyebab ekspor tidak dapat berperan penting pada pertumbuhan ekonomi provinsi Papua dikarenakan tingkat kenaikan ekspor yang terus berfluaktif selama periode penelitian. Ketidakstabilan tersebut disebabkan oleh beberapa hal yang perlu dikaji lebih jauh oleh pemerintahan setempat.

Hasil yang sama juga diperoleh pada penelitian [22] dan [23] yang mendapati bahwa ekspor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi namun memiliki hubungan yang positif.

4. KESIMPULAN

Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi selalu menjadi tugas penting dalam pengembangannya yang dilakukan oleh pemerintahan suatu daerah. Hal tersebut akan berdampak kepada penilaian kemampuan daerah

dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat serta mampu menjadikan daerahnya sebagai kawasan yang senantiasa bertumbuhan pada tingkatan ekonomi yang lebih baik. Adapun dorongan agar tercapainya peningkatan pertumbuhan ekonomi, perlu diperhatikan faktor- faktor yang menjadi pendukung dari adanya kemajuan peningkatan. Terdapat beberapa aspek penting yang dapat memicu pertumbuhan ekonomi. Namun pada penelitian penulis berfokus kepada tiga faktor penting yang dalam beberapa penelitian terdahulu terbukti dalam analisa bahwa berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketiga faktor tersebut meliputi tingkat tenaga kerja, tingkat kenaikan IPM, dan aktivitas ekspor pada Provinsi Papua.

Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik diperoleh bahwa model regresi dalam penelitian ini layak digunakan. Karena model regresi dalam uji normalitas dinyatakan mampu berdistribusi normal, data tidak mengalami multikolinearitas, data tidak mengalami auto korelasi dan data tidak mengalami heteroskedastisitas. Penilaian variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan mampu menjelaskan pertumbuhan sebesar 73,5%. Dan secara individu, variabel Indeks Pembangunan Manusia memiliki hasil berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua.

Sedangkan untuk variabel Tenaga Kerja dan variabel Ekspor memiliki hasil mampu berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua.

Diharapkan pada penelitian selanjutnya mampu dikaji lebih jauh terkait dengan ketidakmampuan Tenaga Kerja dan Ekspor menjadi faktor penting terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua. Dikarenakan perkembangan Tenaga Kerja dan Ekspor selalu menjadi aspek penting yang menjadi perhatian pemerintahan daerah. Sehingga dengan adanya penelitian selanjutnya mampu menjawab permasalahan yang mendasari pemikiran.

5. REFERENSI

[1] A. Apriani, “Kewirausahaan Sosial

(7)

Sebagai Pilar Membangun Ekonomi Masyarakat,” Jebiman, vol. 1, no. 1, pp.

86–97, 2023.

[2] L. Gwijangge, G. M. V Kawung, and H.

Siwu, “Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua,” J. Berk. Ilm. Efisiensi , vol. 18, no. 6, pp. 45–55, 2018, [Online].

Available:

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jbi e/article/view/21789

[3] N. L. S. Dewi and I. K. Sutrisna,

“Pengaruh Komponen Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali,” E- Jurnal EP Unud, vol. 3, no. 3, pp. 106–

114, 2014.

[4] S. Sumarsono, Teori dan kebijakan publik ekonomi sumberdaya manusia, 1st ed.

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

[5] A. ; S. L. Salhab, “Pengaruh Inflasi, Jumlah Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Bali,” E-Jurnal Ekon. Pembang.

Univ. Udayana, vol. 2, no. 1, pp. 20–28, 2013.

[6] S. Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.

[7] A. Apriani, Z. B. Gani, S. Rery, and Y.

Diana, “Sosialisasi Pembangunan Potensi Ekonomi dalam Perspektif Kewirausahaan Berbasis Pemberdayaan Mayarakat di Kampung Mosso Perbatasan Papua-PNG,” vol. 01, no. 04, pp. 175–182, 2023, doi:

10.37253/madani.v1i4.7728.

[8] A. B. Susanto and L. Rachmawati,

“Pengaruh Indeks Pembangunan (IPM) dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Lamongan,” J.

Ekon. Unesa, vol. 1, no. 3, p. 6, 2013.

[9] farathika putri Utami, “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Kemiskinan dan Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh,”

J. Samudra Ekon., vol. 4, no. 2, pp. 101–

113, 2020, [Online]. Available:

https://ejurnalunsam.id/index.php/jse/arti cle/view/2303

[10] A. M. Ginting, “ANALISIS PENGARUH

EKSPOR TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI

INDONESIA,” Bul. Ilm. Litbang Perdagang., vol. 11, no. 1, pp. 1–20, 2017.

[11] S. Mahurisal, M. Amin, and Junaidi,

“Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Papua,” J. Ris. Akunt., vol. 07, no. 10, pp.

118–129, 2018, [Online]. Available:

http://riset.unisma.ac.id/index.php/jra/arti cle/view/1471

[12] M. Taufik and E. R. Fitriadi, “Pengaruh Investasi Dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Timur,” J. Ekon. Kuantitatif, vol. 7, no. 2, pp. 90–101, 2014.

[13] S. Hodijah and G. P. Angelina, “Pengaruh Ekspor Dan Impor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia,”

Transekonomika Akuntansi, Bisnis Dan Keuang., vol. 2, no. 6, pp. 107–126, 2021, doi: 10.55047/transekonomika.v2i6.275.

[14] O. A. Ghafur, “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Bengkel Las Besi dan Stainless (Studi Kasus Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta),”

Transcommunication, vol. 53, no. 1, pp.

1–8, 2018, [Online].

[15] W. Widana and P. L. Muliani, Uji Persyaratan Analisis. 2020.

[16] C. Mokosolang, J. Prang, and M.

(8)

Mananohas, “Analisis Heteroskedastisitas Pada Data Cross Section dengan White Heteroscedasticity Test dan Weighted Least Squares,” d’CARTESIAN, vol. 4, no. 2, p. 172, 2015, doi:

10.35799/dc.4.2.2015.9056.

[17] V. Y. Setyawati and A. Hudayati,

“Pengaruh Komite Remunerasi dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan,”

Proceeding Natl. Conf. Account. Financ., vol. 1, no. 2016, pp. 22–33, 2019, doi:

10.20885/ncaf.vol1.art3.

[18] M. P. Todaro and S. C. Smith, Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga Edisi Kesembilan, 9th ed. Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2006.

[19] A. Prameswari, S. Muljaningsih, and K.

Asmara, “Analisis Pengaruh Kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia (Ipm) Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa Timur,” J. Ekon.

Pembang. STIE Muhammadiyah Palopo, vol. 7, no. 2, p. 75, 2021, doi:

10.35906/jep.v7i2.909.

[20] A. Ramirez, G. Ranis, and F. Stewart,

“Working Paper Number 18 Economic Growth and Human Development,”

Queen Elizab. House, no. 18, pp. 1–47, 1998.

[21] A. Utami, “Pengaruh Konsumsi, Ekspor, dan Impor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Sumatera Utara,” J.

Kaji. Pendidik. Ekon. dan Ilmu Ekon., vol.

2, no. 1, pp. 1–19, 2019, [Online].

[22] I. Regina, “Pengaruh Ekspor, Investasi, Inflasi Dan Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 1990-2020,” Ekonika J. Ekon.

Univ. Kadiri, vol. 13, no. 1, p. 174, 2023.

[23] D. Suhendro and Z. A. Siregar, “Pengaruh Investasi dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

(Periode Tahun 2012 Sampai Dengan Tahun 2016),” Tansiq J. Manaj. dan Bisinis Islam, vol. 2, no. 1, pp. 68–95, 2019.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Operasional terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan

Sebagaimana judul penelitian ini yaitu dampak alokasi dana desa, indeks pembangunan manusia, tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di 10 Kabupaten di

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), ekspor dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan

Analisis rgresi dengan panel data pengaruh kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan belanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah dari

Persoalan pertumbuhan ekonomi telah mendapat- kan perhatian yang besar sejak beberapa abad silam. Pertumbuhan ekonomi dibutuhkan dan merupakan sumber utama peningkatan

dengan teori basis ekonomi yang mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah

Adanya pengaruh yang signifikan dari pertumbuhan investasi, pertumbuhan penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi terhadap perubahan struktur ekonomi secara

Hubungan ekspor dengan pertumbuhan ekonomi, dari hasil analisis Granger menunjukan bahwa adanya hubungan pertumbuhan ekonomi menyebabkan ekspor, ini bermakna bahwa ketika