• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan Alat Aplikasi Pestisida

N/A
N/A
Elvira Dwi Anindita

Academic year: 2024

Membagikan "Pengenalan Alat Aplikasi Pestisida"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Rabu, 17 Mei 2023

LAPORAN PRATIKUM

BIOEKOLOGI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN ACARA 3

PENGENALAN ALAT APLIKASI PESTISIDA

Disusun Oleh : ELVIRA DWI ANINDITA

2204020007

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2023

(2)

Rabu, 17 Mei 2023

ACARA 3

PENGENALAN ALAT APLIKASI PESTISIDA

A. TUJUAN

1. Untuk mengetahui dan memahami jenis – jenis alat aplikasi pestisida 2. Untuk mengetahui dan memahami bagian – bagian alat aplikasi pestisida 3. Untuk mengetahui dan memahami fungsi dari bagian – bagian alat aplikasi

pestisida

4. Untuk mengetahui dan memahami kegunaan dari masing – masing alat aplikasi pestisida

5. Untuk mengetahui dan memahami prinsip kerja atau mekanisme kerja dari masing – masing alat aplikasi pestisida

6. Untuk mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan dari masing – masing alat aplikasi pestisida

7. Untuk mengetahui dan memahami cara merawat atau memelihara dari masing – masing alat pestisida

(3)

B. DASAR TEORI

Di dalam setiap kegiatan pertanian selalu ditemukan permasalahan rusaknya bagian tanaman, sehingga dapat mempengaruhi produksi tanaman. Permasalahan tersebut timbul akibat peristiwa makan oleh organisme maupun mikroorganisme tertentu, karena memang tanaman tersebut merupakan jenis makananannya. Oleh karena itu, untuk benar – benar meniadakan permasalahan tersebut merupakan sesuatu yang hampir tidak mungkin. Terlebih lagi permasalahn yang ditimbulkan oleh mikroorganisme, yang lebih lanjut disebut sebagai penyakit tanaman. Dalam proses budidaya pertanian tidak terlepas dari apa yang namanya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), kerugian akibat serangan hama (organisme) bisa mencapai 37%, penyakit 35%, gulma 29%, dan bahkan akibat yang ditimbulkan oleh serangan hama tikus bisa menyebabkan gagal panen (puso). Pengendalian OPT bertujuan untuk mempertahankan produksi pertanian agar produksi tetap optimal, pengendalian hama adalah usaha – usaha manusia untuk menekan populasi hama sampai dibawah ambang batas yang merugikan secara ekonomi (Pramudya, 2007).

Pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu memilih suatu cara atau menggabungkan beberapa cara pengendalian, sehingga tidak merugikan secara ekonomis, biologi, dan ekologi.

Dengan tingkat kesadaran yang tinggi tentang lingkungan yang sehat dan pertanian yang berkelanjutan diperlukan cara pengendalian yang tepat. Dalam menangani OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), petani dewasa ini sering menggunakan pestisida. Petisida merupakan zat yang mampu membasmi OPT (Djojosumarto, 2008).

Istilah "mengendalikan" OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) bukan berarti harus diberantas sampai habis. Namun pengendalian disini ialah usaha pengendalian populasi atau tingkat kerusakan karena OPT agar kerusakan dapat

(4)

ditekan serendah mungkin sehingga secara ekonomis tidak merugikan. Dalam proses pengendalian tersebut, digunakan beberapa macam alat pertanian. Hal ini bergantung pada jenis pengendalian yang diaplikasikannya (Pirdaus, 2015).

Simptomatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala (symptom) penyakit pada tumbuhan. Pada umumnya tumbuhan yang sakit akan menunjukkan gejala yang khas dan dengan mudah gejala tersebut dapat dilihat dengan mata tanpa alat bantu. Yang dimaksud gejala penyakit yaitu kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal yang ditunjukkan oleh tanaman sebagai akibat dari adanya gangguan penyebab penyakitnya, apakah disebabkan oleh mikoorganisme patogenik, virus ataukah oleh penyebab penyakit abiotik sehingga akan lebih memudahkan dalam langkah – langkah yang tepat untuk melakukan usaha – usaha pengendalian penyakit (Sukamto, 1998).

Penyakit tanaman merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dari tanaman yang menyela atau memodifikasi fungsi – fungsi vitalnya. Penyakit tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus. Kerugian bagi seseorang ataupun perusahaan yang melakukan budidaya sudah tidak terhitung lagi akibat terserang penyakit. Penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penting yang dapat menyebabkan kerugian terhadap produksi tanaman. Tidak sedikit petani yang mengeluh akibat tanamannya terkena penyakit. Sudah banyak cara yang dilakukan petani untuk mengendalikan penyakit demi melindungi tanaman dan menjaga produktivitasnya. Pengendalian pun dilakukan dengan macam – macam cara, seperti dengan cara mekanik, fungisida sintetik, jamur entomoptogen, dan lain sebagainya (Sumintapura & Iskandar, 1995).

Substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama disebut dengan pestisida. Hama yang dimaksud disini adalah sangat luas meliputi serangga, tungau, gulma, penyakit tanaman yang disebabkan oleh cendawan, bakteria dan virus, dan juga nematoda, siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Bagi kehidupan sehari – hari, yang dimaksud hama meliputi semua hewan yang

(5)

mengganggu kesejahteraan hidup manusia, seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta organisme lain yang terbukti mengganggu kesejahteraan manusia (Herwanto, 1998).

Pestisida merupakan suatu substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini ialah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan (Agrios, 1996).

PENDAHULUAN

Latar Belakang Pestisida kimia

merupakan bahan

kimia yang digunakan untuk pengendalian

hama atau

meminimalkan

masalah pada

(6)

tanaman akibat adanya organisme

penganggu tanaman.

Sebagian besar

pestisida diaplikasikan pada tanaman dengan cara penyemprotan.

Teknik penyemprotan yang kadang

melawan arah angin menyebabkan petani memiliki kedudukan ganda yang di

kenal sebagai

(7)

pelaku dan

penderita keracunan pestisida. Sebagai pelaku karena

sistem

penggunaan yang

tidak tepat sasaran, sehingga dapat

menimbulkan bahaya terhadap orang lain. Sebagai

penderita, petani

akan mengalami

ancaman

(8)

keracunan akibat pekerjaannya.

Paparan pestisida menjadi masalah kesehatan

masyarakat yang penting di negara berkembang

(Lisnawati, 2017).

Menurut Souisa et al.

(2020), penggunaan pestisida secara

berlebih sering

(9)

dilakukan oleh petani, dengan anggapan

bahwa semakin

banyak pestisida yang digunakan maka

semakin

Menurut Mahyuni (2015) pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteria atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman. Pestisida mencangkup bahan – bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainnya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya (Mahyuni, 2015).

Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target organisme), tetapi pada praktiknya pemakian pestisida dapat menimbulkan bahaya pada organisme non target. Dampak negatif terhadap organisme non target meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia.

Oleh karena itu kita sebagai manusia harus mengenali dan mengetahui tentang jenis dan informasi tentang pestisida agar tidak merugika diri sendiri

(10)

(Tumingkeng, 2008). Pestisida yang merupakan bahan yang beracun dan berbahaya, apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif tersebut akan menimbulkan berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan. Dampak negatif yang terjadi dari penggunaan pestisida pada pengendalian hama adalah keracunan, khususnya para petani yang sering / intensif menggunakan pestisida. Pada dasarnya pestisida dibagi menjadi 2 jenis yaitu pestisida kimia dan pestisida alami atau nabati. Pestisida kimia adalah pestisida yang dibuat dari bahan kimia yang berguna dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pestisida kimia ini sering memiliki residu / racun kimia yang tinggi baik didalam tanaman ataupun didalam tanah sehingga mengganggu lingkungan (Kariani, 2008).

Pestisida berasal dari kata pest = hama dan cida = pembunuh, sehingga pestisida artinya pembunuh hama yang bertujuan untuk meracuni hama, tetapi tidak atau kurang meracuni tanaman / hewan. Secara umum pestisida dapat didefinisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun tidak langsung yang merugikan kepentingan manusia. Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian – bagian tanaman (Djojosumarto, 2008). Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan dengan bantuan pestisida.

Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman berbagai

(11)

penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, tifus dan lain – lain (Koleva dan Schneider, 2009).

Dalam bidang pertanian, pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama tanaman. Dalam konsep pengendalian hama terpadu, pestisida berperan sebagai komponen pengendalian yang harus memenuhi komponen pengendalian hayati, efektif dalam mengendalikan hama tertentu, mudah terurai secara hayati dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Pelaksanaan Upaya Intensifikasi Pertanian dengan penerapan berbagai teknologi, seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan irigasi, pola tanam dan usaha tani baru kehutanan akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti dengan masalah serangan terhadap lingkungan, organisme, dan penyusup. Penggunaan pestisida, cara lain untuk mengurangi penyakit organisme terkadang membutuhkan banyak waktu, uang dan tenaga dan hanya dapat dilaksanakan dalm kondisi tertentu, mengusir penyusup dan berperan penting dalam perlindungan tanaman (Sudarmo,1991).

Di bidang pertanian, penggunaan pestisida telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi, adanya pestisida memberi manfaat dan keuntungan, diantaranya yaitu cepat menurunkan populasi jasad penganggu tanaman dengan periode pengendalian yang lebih panjang, mudah didapat, relative murah dan praktis cara penggunaannya, mudah diproduksi secara besar – besaran serta mudah diangkut dan disimpan. Namun, bukan berarti penggunaan pestisida tidak menimbulkan dampak buruk, penggunaan pestisida dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan manusia apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan pestisida secara lambat laun akan terpengaruhi kesehatannya, pestisida juga berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan residu pestisida sintesis sangat sulit terurai secara alami bahkan untuk beberapa jenis pestisida, residunya dapat bertahan hingga puluhan tahun, pestisida juga dapat meningkatkan perkembangan populasi jasad penganggu tanaman, tujuan penggunaan pestisida adalah untuk mengurangi populasi hama. Akan tetapi dalam kenyataannya,

(12)

sebaliknya malahan sering meningkatkan populasi jasad pengganggu tanaman, sehingga tujuan penyelamatan kerusakan tidak tercapai (Pracaya, 2007).

Selain pestisida digunakan dalam bidang pertanian, pestisida juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga pestisida digunakan untuk mengendalikan vektor (pembawa) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan. Dan dalam bidang perumahan, pestisida digunakan untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain. Sehingga umumnya, pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut berupa racun yang berbahaya dan dapat mengancam kesehatan manusia.

Oleh karena itu, penggunaan pestisida yang tidak bijaksana akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati, dan lingkungan pada umumnya (Hidayat, 2001).

Peranan pestisida dalam upaya penyelamatan produksi pertanian dari gangguan hama dan penyakit tanaman masih sangat besar, terutama apabila telah melebihi ambang batas pengendalian atau ambang batas ekonomi. Namun demikian, mengingat pestisida juga mempunyai resiko terhadap keselamatan manusia dan lingkungan maka pemerintah berkewajiban dalam mengatur pengadaan, peredaran dan penggunaan pestisida agar dapat dimanfaatkan secara bijaksana (Herman, 2011).

Menurut Noorbetha, dkk., (2013), pestisida dibagi menjadi beberapa jenis pestisida, yaitu pestisida alami, pestisida nabati, pestisida sintetik, pestisida mikrobial, dan pestisida kimia. Adapun penjelasan singkat mengenai jenis dari pestisida tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Pestisida alami, yaitu suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal darialam seperti tumbuhan. Pestisida alami ialah pemecahan jangka pendekuntuk mengatasi masalah hama dengan cepat Pestisida nabati bersifat ramahlingkungan karena bahan ini mudah terdegradasi di

(13)

alam, sehingga aman bagimanusia maupun lingkungan. Selain itu pestisida nabati juga tidak akanmengakibatkan resurjensi maupun dampak samping lainnya, justru dapatmenyelamatkan musuhmusuh alami.

2. Pestisida nabati, yaitu produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolitsekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga.Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga.

3. Pestisida sintetik atau kimia merupakan pestisida yang bahan aktif danformulanya terbuat dari bahan kimia, sangat efektif dalam mengendalikan OPTnamun meninggalkan residu yang sangat berbahaya bagi manusia (konsumen) danlingkungan sekitar (ekosistem). Adapun kekurangan dari penggunaan pestisidasintetik adalah : (a) Hama menjadi kebal (resisten), (b) Peledakan hama baru (resurjensi), (c) Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, (e) Terbunuhnya musuh alami, (f) Pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia, (g) Tidak ramah lingkungan, (h) Harganya mahal, (i) Matinya musuh alami hama tanaman, dan (j) Matinya organisme yang berguna. Adapun kelebihan penggunaan pestisida sintetik adalah : (a) Mudah di dapatkan di berbagai tempat, (b) Zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, (c) Kemasan lebih praktis, (d) Bersifat tahan lama untuk disimpan, dan (e) Daya racunnya tinggi (mematikan bagi serangga).

4. Pestisida mikrobial (microbial pesticide), yaitu jenis produk biopestisida yang mengandung mikroorganisme (bakteri, virus, fungi, dan protozoa) sebagai bahan aktif. Secara sempit kelompok ini sering

(14)

disebut agen pengendali hayati (agen hayati) (biological control agens). Biopestisida juga diistilahkan sebagai pestisida biorasional.

Artinya, tidak mengakibatkan pemusnahan total dari populasi hama yang ada dan organisme lain yang tidak menjadi target perlakuan 5. Pestisida kimia, yaitu bahan kimia yang digunakan untuk

pengendalian hama atau meminimalkan masalah pada tanaman akibat adanya organisme penganggu tanaman. Sebagian besar pestisida diaplikasikan pada tanaman dengan cara penyemprotan.

Teknik penyemprotan yang kadang melawan arah angina menyebabkan petani memiliki kedudukan ganda yang dikenal sebagai pelaku dan penderita keracunan pestisida. Sebagai pelaku karena system penggunaan yang tidak tepat sasaran, sehingga dapat menimbulkan bahaya terhadap orang lain. Sebagai penderita, petani akan mengalami ancaman keracunan akibat pekerjaannya. Paparan pestisida menjadi masalah kesehata nmasyarakat yang penting di negara berkembang (Noorbetha, dkk., 2013).

Penggunaan pestisida untuk pertanian di Indonesia, khususnya untuk tanaman perkebunan, dari masa ke masa menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan sejalan dengan semakin meluasnya areal perkebunannya. Penggunaan pestisida kimia memang bukan pilihan utama dalam upaya pengendalian organisme penganggu tanaman, namun jika pestisida terpaksa digunakan, pestisida harus digunakan secara legal, benar, dan bijaksana. Salah satu penentu faktor keberhasilan dalam aplikasi pestisida ialah penggunaan alat aplikasi yang tepat, Setiap peralatan pengendalian yang dipergunakan untuk pengendalikan OPT pada tanaman perkebunan harus memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau sertifikat kesesuaian yang dikeluarkan oleh lembaga pengujian independen yang terkreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) atau lembaga yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian (Gunadi, dkk., 2015).

(15)

Penggunaan pestisida sebagai pengendali hama dan penyakit dengan alasan dapat diaplikasikan dengan mudah, dapat dilakukan disetiap tempat dan waktu, hasilnya dapat dilihat dalam waktu singkat, dapat diaplikasikan dalam area yang luas dalam waktu singkat, dan mudah diperoleh. Namun penggunaan pestisida kini mulai banyak dikurangi akibat dampak negatifnya. Penggunaan pestisida merupakan cara alternatif terakhir dalam pengendalian hama terpadu.

Penggunaan pestisida harus memperhatikan tiga hal, yaitu tepat waktu, tepat sasaran dan tepat dosis. Pestisida digunakan dalam mengendalikan organisme pengganggu dalam bidang pertanian. Umumnya, pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut berupa racun yang berbahaya dan dapat mengancam kesehatan manusia. Oleh karena itu, penggunaan pestisida yang tidak bijaksana akan menimbulkan keracunan, baik kepada manusianya atau kepada lingkungannya yang menjadi rusak dari segi strukturnya (Djafaruddin, 2000).

Dalam penggunaan pestisida, juga diperlukan teknik aplikasi pestisida yang dimana hal ini akan sebagai pemegang peranan yang sangat penting, yaitu sebagai “jembatan” yang menentukan sampai tidaknya pestisida yang diaplikasikan terhadap OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Kesalahan pemilihan pestisida dan kesalahan aplikasinya akan menyebabkan kegagalan dalam pengendalian OPT, pemborosan dan yang paling penting ialah bisa mengancam keselamatan pengguna, jasad non target serta pencemaran lingkungan. Upaya untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil tanaman untuk memenuhi kebutuhan nasional dan eksport serta rendahnya tingkat adopsi teknologi yang dikuasai petani memerlukan dukungan program penelitian dan pengkajian yang dirancang secara baik dan berkesinambungan (Yulia, dkk.,2020). Langkah yang rasional pada saat ini di dalam mengoptimalkan petani yaitu dengan meningkatkan pengetahuan petani sehingga mereka dapat mengoptimalkan hasil produksinya (Mukti, dkk., 2018).

(16)

Menurut Le Cointe, dkk.,. (2016), umat manusia membutuhkan praktik pengelolaan ekologis dengan penurunan volume pestisida yang digunakan dilahan pertanian. Dengan demikian, ada tiga cara yang mungkin untuk mengurangi volume pestisida yang digunakan untuk mengurangi jumlah aplikasi semprotan selama periode tanam, yang dapat membahayakan hasil panen, yaitu mengurangi dosis yang diterapkan, yang dapat mengurangi tingkat control dan mempromosikan penampilan resistensi genetik dan membatasi area yang dirawat.

Strategi ketiga adalah prinsip dasar penerapan pestisida khusus lokasi dengan menggunakan teknik pertanian presisi. Adapun praktik pengelolaan ekologis yang dibutuhkan dalam penggunaan pestisida ini, yaitu dengan dibuatnya alat untuk melindungi tanaman. Tujuan dibuatnya alat untuk melindungi tanaman adalah agar pestisida yang diaplikasikan mengenai target dan mengurangi resiko kontak langsung dengan manusia. Penggunaan alat pestisida harus memperhatikan bagaimana alat tersebut dapat digunakan, dikalibrasi dan perawatan yang benar. Dalam pengaplikasi pestisida, kebenaran teknis semua komponen harus diperiksa dan dilakukan kalibrasi. Kalibrasi adalah proses pengukuran dan penyesuaian jumlah agen perlindungan tanaman yang diterapkan pada permukaan target dengan mesin tertentu untuk aplikasi produk proteksi tanaman. Kalibrasi yang tepat adalah tugas dasar namun sering diabaikan (Sedlar, dkk., 2022).

Alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari batu atau kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula – mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang komplek. Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian. Sesuai dengan defenisi dari mekanisasi pertanian (agriculture mechanization), maka penggunaan alat mekanisasi pertanian ialah untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam proses

(17)

produksi pertanian dan dalam setiap tahapan dari proses produksi tersebut selalu memerlukan alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).

Alat aplikasi pestisida memiliki fungsi utama, yaitu untuk membantu mengendalikan suatu organisme pengganggu tanaman sasaran sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Berbagai jenis dan tipe alat pengendalian yang digunakan saat ini sebagian besar adalah alat pengendalian untuk mengaplikasikan pestisida, dan beberapa alat yang digunakan untuk pengendalian secara fisik / mekanik. Alat pengendalian untuk aplikasi pestisida bertujuan untuk menghasilkan butiran – butiran cairan atau percikan – percikan (droplet) yang berasal dari cairan yang ditempatkan di dalam salah satu bagian dari alat tersebut.

Cairan yang disemprotkan dapat berupa larutan, emulsi, atau suspensi. Alat aplikasi pestisida yang efisien dan efektif dapat menjamin penyebaran bahan yang rata pada sasaran tanpa pemborosan. Selain itu pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat dan dengan jumlah tenaga kerja minimal. Saat ini tersedia berbagai macam jenis alat aplikasi pestisida baik tipe maupun mereknya. Tergantung pada konstruksinya, alat semprot dapat menghasilkan butiran halus dengan diameter 100 – 200 mikron, butiran sedang dengan diameter 250 – 400 mikron, dan butiran besar dengan diameter lebih dari 400 mikron. Sebagai sumber tenaga dapat berupa tenaga manusia, atau mesin. Untuk dapat memilih jenis alat yang efisien, serta menggunakannya dengan baik, maka setiap pemakai alat aplikasi pestisida perlu mengetahui macam serta fungsi semua komponen yang terdapat pada berbagai macam tipe alat tersebut. Pengetahuan tentang alat aplikasi pestisida akan sangat bermanfaat pula dalam usaha pemeliharaan dan mengatasi kerusakan – kerusakan alat aplikasi tersebut (Sudarmo, 1997).

Peran alat aplikasi pestisida juga sangat penting mengingat pestisida merupakan zat kimia berbahaya juga untuk memudahkan penggunaan pestisida tersebut. Alat – alat aplikasi pestisida memiliki berbagai macam jenis dengan fungsi yang berbeda – berbeda tergantung sasaran yang akan dikendalikan.

Pengetahuan tentang bagian – bagian alat aplikasi pestisida beserta mekanisme

(18)

kerjanya penting untuk diketahui agar saat aplikasinya nanti dapat lebih efisien dan efektif. Untuk itu diperlukan pengenalan terlebih dahulu mengenai alat – alat tersebut baik dari bagian – bagiannya hingga mekanisme kerja alat tersebut (Suharno, 2005).

Menurut Sumenep (2010), alat – alat pestisida dibagi menjadi beberapa jenis alat, yaitu :

1. Alat Semprot, alat semprot dibagi lagi menjadi beberapa macam dan tipe, antara lain :

a. Alat semprot manual

b. Alat semprot dukung semi otomatis, ada 3 macam yaitu : (1) Alat semprot semiotomatis dengan pompa piston, (2) Alat semprot semi otomatis dengan pompa diafragma, dan (3) Alat semprot kompresi.

c. Alat semprot bermotor, ada 2 macam, yaitu : (1) Alat semprot bermotor bertenaga hidrolik tipe gotong dan (2) Alat semprot dukung bermotorb.

2. Alat Penghembus, ada 4 Macam dan tipe alat penghembus antara lain : (a) Alat Penghembus Debu bermotor, (b) Alat Penghembus (blower), (c) Alat penghembus pompa, dan (d) Alat penghembus beroda (Sumenep, 2010).

Keberhasilan penggunaan pestisida sangat ditentukan oleh aplikasi yang tepat, untuk menjamin pestisida tersebut mencapai jasad sasaran yang dimaksud, selain itu juga mencapai oleh factor jenis dosis, dan pada saat aplikasi yang tepat.

Dengan kata lain tidak ada pestisida yang dapat berfungsi dengan baik kecuali bila diaplikasikan dengan tepat. Aplikasi pestisida yang tepat dapat diartikan sebagai aplikasi pestisida yang semaksimal mungkin terhadap sasaran yang ditentukan pada saat yang tepat, dengan liputan hasil semprotan yang merata dari jumlah pestisida yang telah ditentukan sesuai dengan anjuran dosis. Adapun cara pemakaian pestisida yang sering dilakukan oleh petani, ialah sebagai berikut :

(19)

1. Spraying (penyemprotan), ialah metode yang paling banyak digunakan dan biasanya digunakan dalam 100 – 200 liter eceran insektisida per ha, paling banyak ialah 1000 liter per ha sedangkan yang paling kecil 1 liter per ha seperti dalam ULV.

2. Dusting, digunakan untuk hama rayap kayu kering crytothermes dan sangat efisien bila dapat mencapai koloni karena racun dapat menyebar sendiri melalui efek perilaku trofalaksis.

3. Penuangan atau penyiraman (pour on), digunakan untuk membunuh sarang semut, rayap, dan serangga tanah di persemaian.

4. Injeksi batang, ini termasuk dengan insektisida sistemik bagi hama batang, daun, dan penggerak.

5. Dipping, merupakan rendaman atau pencelupan seperti untuk biji / benih kayu.

6. Fumigasi, merupakan penguapan, misalnya pada hama gudang atau kayu (Wudianto, 2004).

Efektifitas pestisida sangat bergantung dengan teknik aplikasinya.

Pengendalian yang paling sering digunakan yaitu dengan pestisida sintetik.

Penggunaan pestisida ini dilakukan dengan teknik yang berbeda – beda tergantung dengan pathogen, jenis tanaman, dan lingkungannya. Namun yang sering digunakan yait teknik sprayer atau penyemprotan. Aplikasi pestisida dengan cara ini dianggap lebih mudah dan lebih praktis. Dalam pengaplikasian pestisida, apalagi dengan teknik semprot itu digunakan dengan alat – alat aplikasi petisida. Alat – alat aplikasi ini sangat membantu untuk mengaplikasikan pestisida ke tanaman. Berdasarkan konsepsi PHT, penggunaan pestisida harus berdasarkan pada enam tepat, yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat mutu, (3) tepat jenis pestisida, (4) tepat waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi, dan (6) tepat cara penggunaan, yaitu sebagai berikut :

1. Tepat Sasaran, yaitu pestisida yang digunakan harus berdasarkan jenis OPT yang menyerang. Sebelum menggunakan pestisida, langkah awal

(20)

yang harus dilakukan ialah melakukan pengamatan untuk mengetahui jenis OPT yang menyerang. Langkah selanjutnya ialah memilih jenis pestisida yang sesuai dengan OPT tersebut. Pada tabel berikut disajikan daftar golongan pestisida berdasarkan OPT sasaran.

2. Tepat mutu, yaitu pestisida yang digunakan harus bermutu baik. Untuk itu agar dipilih pestisida yang terdaftar dan diijinkan oleh Komisi Pestisida.Jangan menggunakan pestisida yang tidak terdaftar, sudah kadaluarsa, rusak atau yang diduga palsu karena efikasinya diragukan dan bahkan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

3. Tepat Jenis Pestisida, suatu jenis pestisida belum tentu dianjurkan untuk mengendalikan semua jenis OPT pada semua jenis tanaman.

Oleh karena itu agar dipilih jenis pestisida yang dianjurkan untuk mengendalikan suatu jenis OPT pada suatu jenis tanaman. Informasi tersebut dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.

4. Tepat Waktu Penggunaan, waktu penggunaan pestisida harus tepat, yaitu pada saat OPT mencapai ambang pengendalian dan penyemprotannya harus dilakukan pada sore hari (pukul 16.00 atau 17.00) ketika suhu udara < 30˚C dan kelembaban udara 50 – 80%.

5. Tepat Dosis atau Konsentrasi Formulasi, dosis atau konsentrasi formulasi harus tepat yaitu sesuai dengan rekomendasi anjuran karena telah diketahui efektif mengendalikan OPT tersebut pada suatu jenis tanaman. Penggunaan dosis atau konsentrasi formulasi yang tidak tepat akan mempengaruhi efikasi pestisida dan meninggalkan residu pada hasil panen yang membahayakan bagi konsumen. Informasi dosis atau konsentrasi anjuran untuk setiap jenis OPT pada tanaman tertentu dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.

6. Tepat Cara Penggunaan, pada umumnya penggunaan pestisida diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Namun demikian, tidak semua jenis OPT dapat dikendalikan dengan cara disemprot. Pada

(21)

jenis OPT tertentu dan tanaman tertentu, aplikasi pestisida dapat dilakukan dengan cara penyiraman, perendaman, penaburan, pengembusan, pengolesan, dan lain – lain. Informasi tersebut dapat diperoleh dari brosur atau label kemasan pestisida (Effendi, 2009).

C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat :

a. Alat tulis (Pensil, pulpen, penghapus, tipe – x, dan penggaris) b. Handphone berkamera

2. Bahan :

a. Spraying semi manual b. Spraying cangklong manual c. Spraying gendong otomatis d. Spraying semi gendong manual e. Spraying manual

f. Fogging g. Kertas HVS

(22)

D. CARA KERJA

1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pratikum acara ini 2. Mengamati bahan praktikum yang diberikan oleh asisten praktikum

berupa 6 macam alat aplikasi pestisida pada bagian – bagian dari masing – masing alat aplikasi pestisida

3. Menggambar serta membuat keterangan 6 macam alat aplikasi pestisida tersebut pada kertas HVS yang tersedia meliputi bagian – bagian alat aplikasi pestisida, kegunaan atau fungsi masing – masing alat aplikasi pestisida, dan prinsip kerja atau mekanisme kerja pada masing – masing alat aplikasi pestisida yang sudah disiapkan

4. Mendokumentasikan 6 macam alat aplikasi pestisida tersebut guna dijadikan sebagai lampiran pada laporan pratikum acara ini

5. Men – ACC kan gambar yang disertai catatan 6 macam alat aplikasi pestisida tersebut pada kertas HVS yang tersedia meliputi bagian – bagian alat aplikasi pestisida, kegunaan atau fungsi masing – masing alat aplikasi pestisida, dan prinsip kerja atau mekanisme kerja pada masing – masing alat aplikasi pestisida yang sudah disiapkan untuk dijadikan sebagai lembar ACC pada laporan pratikum acara ini.

(23)

E. HASIL PENGAMATAN

(TERLAMPIR)

F. PEMBAHASAN

Pembahasan pada laporan pratikum ini, saya akan memaparkan hasil dari pratikum yang telah saya lakukan kemudian dicatat dan ditulis untuk dijadikan laporan pratikum yang mengenai Pengenalan Alat Aplikasi Pestisida. Adapun tujuan dari dilakukannya pratikum yang saya lakukan, yaitu untuk mengetahui dan memahami jenis – jenis alat aplikasi pestisida, untuk mengetahui dan memahami bagian – bagian alat aplikasi pestisida, untuk mengetahui dan memahami fungsi dari bagian – bagian alat aplikasi pestisida, untuk mengetahui dan memahami kegunaan dari masing – masing alat aplikasi pestisida, untuk mengetahui dan memahami prinsip kerja atau mekanisme kerja dari masing – masing alat aplikasi pestisida, untuk mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan dari masing – masing alat aplikasi pestisida, serta untuk mengetahui dan memahami cara merawat atau memelihara dari masing – masing alat pestisida.

(24)

Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target organisme), tetapi pada praktiknya pemakian pestisida dapat menimbulkan bahaya pada organisme non target. Dampak negatif terhadap organisme non target meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia.

Oleh karena itu kita sebagai manusia harus mengenali dan mengetahui tentang jenis dan informasi tentang pestisida agar tidak merugika diri sendiri (Tumingkeng, 2008).

Dalam bidang pertanian, pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama tanaman. Dalam konsep pengendalian hama terpadu, pestisida berperan sebagai komponen pengendalian yang harus memenuhi komponen pengendalian hayati, efektif dalam mengendalikan hama tertentu, mudah terurai secara hayati dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Pelaksanaan Upaya Intensifikasi Pertanian dengan penerapan berbagai teknologi, seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan irigasi, pola tanam dan usaha tani baru kehutanan akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti dengan masalah serangan terhadap lingkungan, organisme, dan penyusup (Sudarmo,1991).

Peranan pestisida dalam upaya penyelamatan produksi pertanian dari gangguan hama dan penyakit tanaman masih sangat besar, terutama apabila telah melebihi ambang batas pengendalian atau ambang batas ekonomi. Namun demikian, mengingat pestisida juga mempunyai resiko terhadap keselamatan manusia dan lingkungan maka pemerintah berkewajiban dalam mengatur pengadaan, peredaran dan penggunaan pestisida agar dapat dimanfaatkan secara bijaksana (Herman, 2011).

Penggunaan pestisida sebagai pengendali hama dan penyakit dengan alasan dapat diaplikasikan dengan mudah, dapat dilakukan disetiap tempat dan waktu, hasilnya dapat dilihat dalam waktu singkat, dapat diaplikasikan dalam area yang luas dalam waktu singkat, dan mudah diperoleh. Namun penggunaan pestisida

(25)

kini mulai banyak dikurangi akibat dampak negatifnya. Penggunaan pestisida merupakan cara alternatif terakhir dalam pengendalian hama terpadu.

Penggunaan pestisida harus memperhatikan tiga hal, yaitu tepat waktu, tepat sasaran dan tepat dosis. Pestisida digunakan dalam mengendalikan organisme pengganggu dalam bidang pertanian. Umumnya, pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut berupa racun yang berbahaya dan dapat mengancam kesehatan manusia. Oleh karena itu, penggunaan pestisida yang tidak bijaksana akan menimbulkan keracunan, baik kepada manusianya atau kepada lingkungannya yang menjadi rusak dari segi strukturnya (Djafaruddin, 2000).

Alat aplikasi pestisida memiliki fungsi utama, yaitu untuk membantu mengendalikan suatu organisme pengganggu tanaman sasaran sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Berbagai jenis dan tipe alat pengendalian yang digunakan saat ini sebagian besar adalah alat pengendalian untuk mengaplikasikan pestisida, dan beberapa alat yang digunakan untuk pengendalian secara fisik / mekanik. Alat pengendalian untuk aplikasi pestisida bertujuan untuk menghasilkan butiran – butiran cairan atau percikan – percikan (droplet) yang berasal dari cairan yang ditempatkan di dalam salah satu bagian dari alat tersebut.

Cairan yang disemprotkan dapat berupa larutan, emulsi, atau suspensi. Alat aplikasi pestisida yang efisien dan efektif dapat menjamin penyebaran bahan yang rata pada sasaran tanpa pemborosan (Sudarmo, 1997).

Pada percobaan untuk mengamati, mengetahui, dan memahami pengenalan alat aplikasi pestisida yang berupa mengamati dan mengetahui bagian – bagian alat aplikasi pestisida, kegunaan atau fungsi masing – masing alat aplikasi pestisida, dan prinsip kerja atau mekanisme kerja pada masing – masing alat aplikasi pestisida, hal pertama yang dilakukan ialah dengan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, yaitu seperti alat tulis, handphone berkamera, lembar kertas HVS A4, dan 6 macam alat aplikasi pestisida yang telah disiapkan oleh asisten pratikum. Kemudian mengamati bahan praktikum yang diberikan oleh

(26)

asisten praktikum berupa 6 macam alat aplikasi pestisida secara bergantian setiap orangnya lalu membuat catatan 6 macam alat aplikasi pestisida tersebut dalam kertas HVS meliputi bagian – bagian alat aplikasi pestisida, kegunaan atau fungsi masing – masing alat aplikasi pestisida, dan prinsip kerja atau mekanisme kerja pada masing – masing alat aplikasi pestisida yang sudah disiapkan tersebut.

Setelah itu, mendokumentasikan atau memfoto 6 macam alat aplikasi pestisida tersebut guna dijadikan sebagai lampiran pada laporan pratikum acara ini. Dan langkah terakhir yang dilakukan yaitu men – ACC kan catatan 6 macam alat aplikasi pestisida tersebut dalam kertas HVS meliputi bagian – bagian alat aplikasi pestisida, kegunaan atau fungsi masing – masing alat aplikasi pestisida, dan prinsip kerja atau mekanisme kerja pada masing – masing alat aplikasi pestisida yang sudah disiapkan untuk dijadikan sebagai lembar ACC pada laporan pratikum acara ini.

Berdasarkan pengamatan 6 macam alat aplikasi pestisida tersebut yang telah dilakukan, didapatkan berbagai hasil pengamatan yang cukup beragam, mulai dari bagian – bagian alat aplikasi pestisida, kegunaan atau fungsi masing – masing alat aplikasi pestisida, bahkan sampai prinsip kerja atau mekanisme kerja pada masing – masing alat aplikasi pestisida. Adapun pemaparan dari masing – masing 6 macam alat aplikasi pestisida yang berupa bagian – bagian alat aplikasi pestisida, kegunaan atau fungsi masing – masing alat aplikasi pestisida, serta prinsip kerja atau mekanisme kerja pada masing – masing alat aplikasi pestisida, yaitu sebagai berikut :

1. Spraying Semi Manual (Otomatis)

Spraying Semi Manual (Otomatis) merupakan suatu alat aplikasi pestisida yang memiliki prinsip kerja memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel

(27)

dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni tekanan dalam tabung khusus dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut bersama dengan cairan. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel – partikel yang sangat halus. Adapun fungsi dari alat aplikasi pestisida ini yaitu digunakan untuk aplikasi pestisida berbentuk cair atau pestisida yang dilarutkan dalam air atau untuk memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi tetesan kecil (droplet) dan mendistribusikan secara merata pada objek yang dilindungi dengan menggunakan tekanan udara yang berasal dari pompaan pada tuas pompa.

Cara penggunaaan dari alat aplikasi pestisida ini yaitu dengan memasukkan cairan yang akan digunakan kedalam tangki lalu menutupnya dengan rapat lalu memompa cairan dengan tuas pompa sehingga cairan keluar lalu mengarahkan laras kebawah atau pada bagian tanaman yang akan disemprot dengan membuka kran atau pelatuk maka cairan akan keluar. Penggunaan alat aplikasi ini yaitu untuk tinggi tanaman rendah sampai 2 meter, untuk penyemprotan herbisida / insektisida / fungisida, digunakan semua jenis tanaman baik di persawahan, perkebunan, dan tersedia sumber air. Sedangkan mekanisme kerja dari alat ini ialah tangka tempat menyimpan cairan yang kapasitas penyimpanannya 10 – 14 liter, bagian mulutnya terdapat saringan untuk menghindari kotoran masuk waktu pengisian dan di dalam tangki terdapat alat pengaduk yang dapat digerakkan ke atas dan ke bawah bersamaan dengan gerakan memompa. Keunggulan dari alat ini yaitu bisa diisi dengan volume yang besar sehingga sekali aplikasi dapat mendapatkan luasan lahan yang besar. Memiliki filter pada tangkinya sehingga mengurangi peluang penyumbatan pada nozzle. Selain itu memiliki nozzle yang bervariasi bisa diganti sesuai kebutuhan. Sedangkan

(28)

kelemahan dari alat ini yaitu hasilnya kurang efektif, tidak efisien dan mudah rusak. Bagian – bagian dari alat aplikasi pestisida ini, yaitu sebagai berikut :

a. Selang, sebagai pengangkut larutan atau suspense b. Tangki, untuk sebagia tempat larutan

c. Pengatur spray, untuk mengatur tekanannya cairan yang dikeluarkan

d. Tuas pompa, untuk menyedot cairan dari dari dan kemudian dialirkan ke alat penyemprot

e. Nozzel, untuk memecah cairan menjadi partikel halus dan memperhalus larutan sehingga jangkauan luas dan merata f. Penahan spray, sebagai pegangan untuk memompa

g. Tombol spray, sebagai pengendali aliran cairan bertekanan yang keluar dari selang

h. Pegangan tangan, untuk memegang agar memudah saat membawa

i. Straps

2. Spraying Cangklong Manual

Spraying Cangklong Manual merupakan suatu alat aplikasi pestisida yang memiliki fungsi untuk memecah cairan yang disemprotkan menjadi butiran – butiran halus, umumnya dipergunakan untuk menyemprotkan cairan pestisida, pupuk, dan lain – lain. Alat aplikasi ini memiliki keunggulan, yaitu relatif sederhana untuk dioperasikan, fleksibel dan dengan perubahan sedikit dapat digunakan untuk sasaran organisme yang lain. Sedangkan kelamhan dari alat ini yaitu droplet yang dihasilkan dalam kisaran diameter yang luas mengakibatkan banyak pestisida yang terbuang dan penggunaan komponen khususnya nosel yang mengharuskan seringnya penggantian alat. Alat penyemprot ini juga dikenal dengan alat penyemprot pipa karena alat ini hanya perlu dipasang di pundak petani dan tidak terlalu besar sehingga tidak terlalu berat. Selain itu, sprayer ini

(29)

dilengkapi dengan pompa otomatis dan memiliki pengatur untuk mengosongkan cairan. Bagian – bagian dari alat aplikasi pestisida ini, yaitu sebagai berikut :

a. Manometer

b. Tangki pompa, sebagai penampung larutan atau suspensi c. Tangkai pompa, sebagai pegangan untuk memompa d. Selang pengeluaran

e. Pengatur

f. Pompa, untuk pengangkut atau penekan suspensi agar menuju nozzel

g. Klep pengaman, sebagai penahan aliran air yang telah berada pada slang agar tidak kembali turun

h. Nozzel, untuk memecah cairan menjadi partikel halus dan memperhalus larutan sehingga jangkauan luas dan merata.

i. Stik, untuk mempermudah penyemprotan

3. Spraying Semi Gendong Otomatis

Spraying semi gendong otomatis merupakan suatu alat aplikasi pestisida yang memiliki prinsip kerja seperti memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan menggunakan prinsip tekanan (hydraulic atomization), yaitu tekanan dalam tabung khusus dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut bersama dengan cairan. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan

(30)

akan pecah menjadi partikel – partikel yang sangat halus atau prinsip kerja yang lain dari alat aplikasi ini ialah larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan penyemprot. Pada waktu gagang pompa digerakan, larutan keluar dari tangki menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam tabung meningkat. Keadaan ini menyebabkan larutan pestisida dalam tangki dipaksa keluar melalui klep dan selanjutnya diarahkan oleh nozzle bidang sasaran semprot.

Fungsi dari alat aplikasi spraying semi gendong otomatis ini ialah untuk mengaplikasikan pestisida berbentuk larutan dan hama sasarannya ialah hamper semua jenis serangga. Alat ini memiliki keunggulan yaitu seperti alat yang mudah dan paling sesuai digunakan dan mampu menampung kapasitas air sampai 16-18 liter dan terbuat dari logam besi, sedangkan kelemahan dari alat ini yaitu hasil penyemprotan kurang efektif, tidak efesien, beberapa alat mudah rusak, dan juga lebih membutuhkan banyak tenaga karena sifatnya yang manual. Bagian – bagian dari alat aplikasi pestisida ini, yaitu sebagai berikut :

a. Selang

b. Tuas pengungkit c. Tuas pompa d. Tangki pestisida e. Kran

f. Tuas penyemprot g. Unit pompa

h. Stik pompa atau tangkai i. Saluran penyemprotan kran j. Manometer

k. Sebuk penggendong l. Selang karet

(31)

m. Piston pompa atau batang torak n. Tutup lubang tangka

o. Nozzle

p. Pipa penyemprot

4. Spraying Gendong Otomatis

Spraying gendong otomatis merupakan suatu alat aplikasi pestisida yang meliki prinsip kerja sama seperti alat aplikasi spraying semi gendong manual, yaitu memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan menggunakan prinsip tekanan (hydraulic atomization), yaitu tekanan dalam tabung khusus dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut bersama dengan cairan. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel – partikel yang sangat halus atau prinsip kerja yang lain dari alat aplikasi ini ialah larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan penyemprot.

Pada waktu gagang pompa digerakan, larutan keluar dari tangki menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam tabung meningkat. Keadaan ini menyebabkan larutan pestisida dalam tangki dipaksa keluar melalui klep dan selanjutnya diarahkan oleh nozzle bidang sasaran semprot.

Fungsi dari alat aplikasi ini yaitu digunakan untuk aplikasi pestisida berbentuk cair atau pestisida yang dilarutkan dalam air. Spraying gendong otomatis (automatic sprayer) ialah jenis sprayer yang menggunakan

(32)

tenaga penggerak tangan dimana tekanan diberikan dengan pemompaan sebelum penyemprotan dilakukan. Sprayer ini disebut juga comprassedair sprayer dengan tekanan dalam tangki sekitar 140 – 200 psi atau 10 – 14 kg / cm. Alat ini memiliki keunggulan yaitu lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan sprayer yang menggunakan tenaga motor, lebih ringan, lebih hemat dan murah, serta ramah lingkungan karena tidak menghasilkan polusi yang mencemari lingkungan, sedangkan kelemahan dari alat aplikasi ini ialah operator harus konstan dalam memberikan tekanan, karena apabila tidak maka akan menyebabkan butiran – butiran herbisida tidak konstan dari waktu ke waktu, hanya dapat digunakan pada jenis cairan saja, serta memerlukan tekanan yang tinggi sehingga membuat operator harus bekerja ekstra untuk menghasilkan hasil yang optimum.

Bagian – bagian dari alat ini, yaitu sebagai berikut :

a. Tangki dari bahan plat tahan karat, untuk menampung cairan b. Unit pompa, yang terdiri dari silinder pompa, piston dari kulit c. Tangkai pompa, untuk memompa cairan

d. Saluran penyemprot, terdiri dari kran, selang karet, katup serta pipa yang bagian ujungnya dilengkapi nosel

e. Manometer, untuk mengukur tekanan udara di dalam tangki f. Sabuk penggendong

g. Selang karet h. Piston pompa

i. Katup pengatur aliran cairan keluar dari tangki

j. Katup pengendali aliran cairan bertekanan yang ke luar dari selang karet

k. Laras pipa penyalur aliran cairan bertekanan dari selang menuju ke nosel

l. Nosel, untuk memecah cairan menjadi pertikel halus

(33)

5. Sprayer Manual (Sprayer Hand)

Sprayer manual (sprayer hand) merupakan suatu alat aplikasi pestisida yang memiliki mekanisme kerja pestisida dimasukkan dalam tangki.

Ketika handle ditarik maka udara masuk, cairan pestisida akan masuk ke dalam pipa kapiler. Sat handle didorong, ada tekanan sehingga mendorong cairan keluar. Mekanisme kerja alat ini menggunakan prinsip kapilaritas.

Mula-mula cairan dimasukkan dalam tangki, setelah itu handle ditarik dan didorong hingga cairan keluar. Fungsi dari alat ini adalah untuk aplikasi pestisida cair atau pestisida yang dilarutkan dengan air.

Alat aplikasi ini memiliki keunggulan, yaitu alat begitu simple dan ringan dan mudah digunakan, sedangkan kelemahan dari alat ini yaitu daya tampung yang sedikit menyebabkan sedikit pula luas lahan yang bisa diaplikasikan dan harus mengisi lagi alat dengan pestisida dan juga alat ini lebih cocok jika digunakan untuk tanaman. Bagian – bagian dari alat aplikasi pestisida ini, yaitu sebagai berikut :

a. Nozzle b. Tuas pompa

c. Tempat memasukkan air d. Botol tangki

e. Selang pompa

6. Fogging

Fogging merupakan suatu alat aplikasi pestisida yang memiliki prinsip kerja seperti membuat kabut halus dengan tekanan. Frekuensi penyemprotan biasanya dikontrol oleh katup manual yang dapat diatur untuk memberikan efek maksimal. Namun, di ruangan besar ini dengan tinggi hingga 12 meter dapat digunakan tergantung pada jenis alat penguap yang digunakan. Mekanisme kerja dari alat fogging ini yaitu

(34)

tidak ada bagian bagian suku cadang yang bergerak. Tenaga listrik yang berasal dari 4 buah batu batere biasa, hanya digunakan untuk menghidupkan mesin. Kalibrasi Tangki bahan bakar diisi dengan bensin sebanyak volume tertentu, demikian juga tangki solusi diisi dengan solaryang telah diberi pewarna dengan volume tertentu. Gas hasil pembakaran dari alat ini yang keluar melalui pipa yang lebih kecil dari ruang pembakaran. Larutan bahan kimia diujung resonator, lewat arus pulsa gas, kemudian pecah menjadi jutaan partikel kecil, dihembuskan ke udara dalam bentuk kabut tebal. Temperatur diujung resonator, tempat cairan bahan kimia mengalir berkisar antara 40 sampai 60˚C tanpa mengurai komposisi bahan aktif, larutan bahan kimia yang terkena panas disini, tidak lebih dari 4sampai 5 md. Oleh sebab itu bahan kimia yang peka terhadap panas dapat dipakai.

Alat ini memiliki keunggulan yaitu seperti dapat digunakan dalam meng-cover daerah yang luas dalam waktu cepatdan membunuh nyamuk dewasa bila campuran dan cara penyemprotannya tepat, sedangkan kelemahan dari alt ini yaitu sifat pengendaliannya hanya sementara, hanya berkisar 3 – 6 jam. Fogging memiliki fungsi, yaitu untuk membunuh sebagian besar vektor infektife dengan cepat, sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama waktu yang cukup sampai dimana pembawa virus tumbuh sendiri. Bagian – bagian dari alat ini, yaitu sebagai berikut :

a. Soket pipa pengabut b. Pipa larutan bahan kimia c. Keran larutan bahan kimia d. Pipa tekanan udara

e. Pompa f. Busi

(35)

g. Karburator h. Katup udara i. Tanki bahan bakar

j. Tanki larutan bahan kimia k. Nozle/pengatur output l. Tabung batu baterai

m. Pipa pendingin dan resonator n. Tabung pengabut

G. KESIMPULAN

1. Alat aplikasi pestisida memiliki banyak jenis, adapun jenis alat aplikasi pestisida yang digunakan untuk pengendalian yaitu spraying semi manual, spraying cangklong manual, spraying gendong otomatis, spraying semi gendong manual, spraying manual, dan fogging.

(36)

2. Setiap alat aplikasi pestisida memiliki bagian – bagian tersendiri sesuai dengan jenis alatnya, adapun bagian – bagian dari masing – masing alat aplikasi yang digunakan, yaitu sebagai berikut :

a. Spraying semi manual : selang, tangki, pengatur spray, tuas pompa, nozzel, penahan spray, tombol spray, pegangan tangan, dan straps

b. Spraying cangklong manual : Manometer, Tangki pompa, Tangkai pompa, Selang pengeluaran, Pengatur, Pompa, Klep pengaman, Nozzel, dan Stik.

c. Spraying gendong otomatis : Tangki dari bahan plat tahan karat, Unit pompa, piston dari kulit, Tangkai pompa, Saluran penyemprot, Manometer, Selang karet, Piston pompa, Katup pengatur aliran cairan keluar dari tangka, Katup pengendali aliran cairan bertekanan yang ke luar dari selang karet, Laras pipa penyalur aliran cairan bertekanan dari selang menuju ke nosel, dan Nosel.

d. Spraying semi gendong manual : Selang, Tuas pengungkit , Tuas pompa, Tangki pestisida, Kran, Tuas penyemprot, Unit pompa, Stik pompa atau tangkai, Saluran penyemprotan kran, Manometer, Sebuk penggendong, Selang karet, Piston pompa atau batang torak, Tutup lubang tangka, Nozzle, dan Pipa penyemprot

e. Spraying manual : Nozzle, Tuas pompa, Tempat memasukkan air, Botol tangka, dan Selang pompa

f. Fogging : Soket pipa pengabut, Pipa larutan bahan kimia, Keran larutan bahan kimia, Pipa tekanan udara, Pompa, Busi, Karburator, Katup udara, Tanki bahan bakar, Tanki larutan bahan kimia, dan Nozle/pengatur output, Tabung batu baterai, Pipa pendingin dan resonator, dan Tabung pengabut.

3. Setiap bagian – bagian dari alat aplikasi pestisida memiliki fungsi tersendiri sesuai dengan jenis dari alat aplikasi tersebut termasuk jenis

(37)

aplikasinya, adapun fungsi bagian – bagian alat aplikasi pestisida secara garis besar yaitu, Tangki, untuk sebagia tempat larutan, Pengatur spray, untuk mengatur tekanannya cairan yang dikeluarkan, Tuas pompa, untuk menyedot cairan dari dari dan kemudian dialirkan ke alat penyemprot , Nozzel, untuk memecah cairan menjadi partikel halus dan memperhalus larutan sehingga jangkauan luas dan merata, Penahan spray, sebagai pegangan untuk memompa, Tombol spray, sebagai pengendali aliran cairan bertekanan yang keluar dari selang, dan Pegangan tangan, untuk memegang agar memudah saat membawa.

4. Setiap alat aplikasi petisida memiliki kegunaannya masing – masing sesuai dengan jenis alatnya, yaitu alat sprayer secara garis besar kegunaannya untuk aplikasi pestisida cair atau pestisida yang dilarutkan dengan air dan alat fogging secara garis besar kegunaannya yaitu untuk untuk membunuh sebagian besar vektor infektife dengan cepat, sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan.

5. Setiap alat aplikasi petisida memiliki prinsip kerja masing – masing sesuai dengan jenis alatnya, yaitu alat sprayer secara garis besar prinsip kerjanya yaitu memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut dan fogging secra garis besar kegunaannya yaitu untuk membuat kabut halus dengan tekanan.

6. Setiap alat aplikasi petisida memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing sesuai dengan jenis alatnya, yaitu alat sprayer secara garis besar kekurangan dan kelebihanya alat yang mudah dan paling sesuai digunakan dan mampu menampung kapasitas air dan hasil penyemprotan kurang efektif, tidak efesien, beberapa alat mudah rusak, dan fogging secra garis besar kelebihan dan kekurangannya yaitu untuk meng-cover daerah yang luas dalam waktu cepat dan membunuh nyamuk dewasa bila campuran dan cara penyemprotannya tepat, sedangkan kelemahan dari alt ini yaitu sifat pengendaliannya hanya sementara.

(38)

7. Cara merawat dari masing – masing alat aplikasi pestisida, yaitu simpan alat pada tempat khusus jangan simpan sprayer bersama mesin pertanian, cuci bersih sprayer yang telah digunakan, pastikan seluruh komponen telah bersih dari residu herbisida, keringkan alat yang sudah dicuci, dan pada bagian pompa, bersihkan dengan hati – hati.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, B. S. (2009). Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi dalamperspektif praktek pertanian yang baik (good agriculturalpractices). Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian, 2(1), 65-78.

(39)

Agrios, George W. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Djafaruddin. 2000. Dasar Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara.

Djojosumarto, P., 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta : Kanisius Gunadi, G. V., Taraima, B., & Rehena, Z. (2015). Peningkatan

perilakupencegahan dampak pestisida pada kesehatan petani. Jurnal PengabdianKepada Masyarakat, 26(3), 109-113.

Herman.2011 . Penyakit-penyakit Tanaman Hortikutura di Indonesia. Gadjah Mada University Press.

Herwanto S. 1998. Pestisida Dasar-Dasar Dan Dampak Penggunaanya. Jakarta : Gramedia.

Hidayat,2001. Handsprayer (Alat Penyemprot) Pertanian. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Jurado-Expósito, M., de Castro, A. I., Torres-Sánchez, J., Jiménez-Brenes, F. M. &

López Granados, F. (2019). Papaver rhoeas l. Journal Mapping with cokriging using uav imagery. Precision Agriculture, 20(5), 1045- 1067.

Kariani.N. 2008. Hubungan Antara Lama Paparan Pengetahuan dan Perilaku Dengan Aktivitas Cholinesterase Darah Petani. Surabaya : Airlangga university.

Koleva, N.G., Schneider, U.A., 2009. The impact of climate change on the external cost of pesticide applications in US agriculture. International Journal of Agricultural Sustainability, 7(3), 203-216.

Le Cointe, R., Simon, T. E., Delarue, P., Hervé, M., Leclerc, M., & Poggi, S.(2016).

Reducing the use of pesticides with site-specific application:

thechemical control of Rhizoctonia solani as a case of study for themanagement of soil-borne diseases. Journal PLoS One, 11(9) : 119 – 120.

(40)

Mahyuni, E. L. (2015). Faktor risiko dalam penggunaan pestisida pada petani di Berastagi Kabupaten Karo 2014. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Daulan, 9(1), 25014.

Mukti, G. W., Sadeli, A.H., & Kusno, K. (2018). Penguatan kapasitaskewirausahaan petani muda hortikultura skala kecil di kecamatanparongpong, kabupaten bandung barat. Jurnal Kumawula, 1(1), 50-61.

Noorbetha Julayli, Mukarlina & Tri Rima Setyawati. 2013. Pengendalian Hama pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.). Jurnal Protobiont Vol 2(3). Hlm: 171- 175.

Pirdaus, Subli. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan (Buku Ajar).

Bandarlampung : Universitas lampung.

Pracaya. 2007. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman. Medan : USU Press.

Pramudya, I. B. P. 2010. Cemaran Pestisida Fosfat-Organik di Air Danau Buya Buleleng Bali. Jurnal Kimia, 2(1): 7-14.

Sedlar, A., Đukić, N., Bugarin, R., Višacki, V., & Vasić, F. (2022). Mašine zaaplikaciju sredstva za zaštitu bilja. Journal Biljni Lekar, 50(3), 167-194.

Sudarmo, RM. 1997. Pengendalian Serangga Hama Sayuran dan Palawija. Jakarta:

Kanisius.

Suharno, Benidiktus. 2005. Handsprayer Alat Penyemprot Pertanian. Jakarta : Kencana.

Sukamto. S. 1998. Pengelolaan Penyakit Tanaman kopi. Kumpulan Materi Pelatihan.

Bandarlampung : Universitas lampung.

Sumenep. 2010. Pengenalan Formulasi dan alat Aplikasi. Bandung : ITB

Sumintapura, A.H. dan Iskandar, R.S., 1995. Herbisida dan Pemakaiannya. Bandung : Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran.

(41)

Supriadi. (2013). Optimasi Pemanfaatan Beragam Jenis Pestisida Untuk Mengendalikan Hama Dan Penyakit Tanaman. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Vol. 32(1) Hal.1–9.

Tarumingkeng. 2008. Pestisida dan Penggunaannya. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN

(42)

Gambar alat pestisida

Sprayer semi manual, Sprayer cangklong, Sprayer semi gendong otomatis, dan Sprayer semi gendong manual

Gambar alat pestisida Sprayer manual

Gambar alat pestisida Fogging

Gambar

Gambar alat pestisida Sprayer manual

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penulis membuat program aplikasi dengan menggunakan android, yang bermaksud untuk memperkenalkan alat-alat musik nusantara kepada generasi-generasi

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aplikasi pestisida berdasarkan monitoring dan penggunaan kelambu kasa plastil terhadap jenis hama dan penyakit yang

Metode penelitian yang digunakan dalam aplikasi pengenalan alat musik gamelan Jawa adalah menggunakan metode pengembangan Multimedia Development Life Cycle (MDLC)

Tujuan pengenalan alat di Laboratorium ini adalah untuk mengetahui dan menguasai jenis-jenis alat, nama masing-masing alat, prinsip kerja alat, fungsi alat yang

Hubungan Antara tindakan dengan gejala keracunan pestisida Berikut ini adalah tabel analisis tindakanpemakaian Alat Pelindung Diri APD terhadap gejala keracunan pestisida : Tabel 4.10

Dokumen ini membahas tentang apron di bandar udara dan fungsinya dalam proses lepas landas dan pendaratan pesawat

Dokumen ini membahas tentang aplikasi Word dari Microsoft yang merupakan software pengolah kata yang dapat digunakan untuk menulis proposal, surat, laporan, dan

Dokumen ini membahas tentang desain dan rancang alat penukar kalor jenis shell dan