• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan Pestisida

N/A
N/A
Elvira Dwi Anindita

Academic year: 2024

Membagikan "Pengenalan Pestisida"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Rabu, 12 April 2023

LAPORAN PRATIKUM

BIOEKOLOGI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN ACARA 4

PENGENALAN PESTISIDA

Disusun Oleh : ELVIRA DWI ANINDITA

2204020007

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2023

(2)

Rabu, 12 April 2023

ACARA 4

PENGENALAN PESTISIDA

A. TUJUAN

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pestisida 2. Untuk mengetahui dan memahami jenis – jenis pestisida 3. Untuk mengetahui dan memahmi penggolongan pestisida 4. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik pestisida

5. Untuk mengetahui dan memahami nama barang, golongan, kadar bahan aktif, bentuk, warna, organisme pengganggu tanaman sasaran, tanaman sasaran, konsentrasi, dan dosis dari setiap jenis pestisida

6. Untuk mengetahui dan memahami pemilihan jenis pestisida yang tepat 7. Untuk mengetahui waktu pengaplikasian pestisida

8. Untuk mengetahui dan memahami dampak dari pestisida pada lingkungan pertanian

(3)

B. DASAR TEORI

Pertanian adalah digunakannya kegiatan manusia untuk memperoleh hasil yang berasal dari tumbuh – tumbuhan dan atau hewan yang pada mulanya dicapai dengan jalan sengaja menyempurnakan segala kemungkinan yang telah diberikan oleh alam guna mengembangbiakkan tumbuhan dan atau hewan tersebut. Pertanian juga didefinisikan sebagai kegiatan yang menghasilkan produk pertanian (tumbuhan) dengan tujuan untuk memelihara ternak, konsumsi pribadi maupun dijual. Pertanian di Indonesia saat ini sedang dikeributi masalah yaitu Organisme Penggangu Tanaman (OPT). Tidak sedikit bidang pertanian yang dirugikan akibat serangan OPT yang sangat tidak terkendali, untuk itu diperlukannya pengendalian terhadap serangan OPT tersebut. Petani dan pestisida ialah dua sisi yang sulit untuk dipisahkan. Peningkatan hasil produk pertanian merupakan harapan petani ditengah gencarnya serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan OPT sehingga dapat mempertahankan hasil tanam petani. Dengan usaha pengendalian, populasi atau tingkat kerusakkan karena OPT dapat ditekan serendah mungkin sehingga secara ekonomis tidak merugikan. Penggunaan pestisida oleh petani semakin hari kian meningkat, namun tidak diimbangi dengan peningkatan pemahaman petani dalam menggunakan pestisida. Perlunya penggunaan pestisida dikarenakan pestisida ini merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target organisme) yang sangat penting dalam mencegah serangan hama dan penyakit yang mengganggu hasil panen produk petani. Dampak dari pemakaian pestisida adalah pencemaran air, tanah, udara serta berdampak pada kesehatan petani, keluarga petani serta konsumen (Djojosumarto, 2006).

Pestisida merupakan zat senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh), jasad renik, dan virus atau bahan – bahan lain yang bersifat racun dan bioaktif yang dimanfaatkan untuk melakukan perlindungan tanaman atau bagian

(4)

tanaman. Menurut Mahyuni (2015) pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteria atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman. Pestisida mencangkup bahan – bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainnya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Dalam praktek, pestisida digunakan bersama-sama dengan bahan lai misalnya dicampur minyak untuk melarutkannya, air pengencer tepung untuk mempermudah dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotannya. Bubuk yang dicampur sebagai pengencer (Formulasi dust), antraktan (misalnya bahan feromon) untuk pengumpan, bahan yang bersifat sinergis untuk penambah daya racun dan sebagainya (Mahyuni, 2015).

Pestisida berasal dari kata pest = hama dan cida = pembunuh, sehingga pestisida artinya pembunuh hama yang bertujuan untuk meracuni hama, tetapi tidak atau kurang meracuni tanaman / hewan. Secara umum pestisida dapat didefinisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun tidak langsung yang merugikan kepentingan manusia. Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian – bagian tanaman (Djojosumarto, 2008). Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan penyakit

(5)

berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan dengan bantuan pestisida.

Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, tifus dan lain – lain. Dalam bidang pertanian, pestisida adalah sarana buat membunuh hama tanaman. Dalam konsep pengendalian hama terpadu, pestisida menjadi salah satu komponen pengendalian wajib sinkron menggunakan komponen pengendalian hayati, efektif mengendalikan hama tertentu, gampang rusak, dan kondusif bagi lingkungan sekitar. Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama, baik insekta, jamur, maupun jamur, yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida juga dapat diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian – bagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali (Koleva dan Schneider, 2009).

Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target organisme), tetapi pada praktiknya pemakian pestisida dapat menimbulkan bahaya pada organisme non target. Dampak negatif terhadap organisme non target meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia.

Oleh karena itu kita sebagai manusia harus mengenali dan mengetahui tentang jenis dan informasi tentang pestisida agar tidak merugika diri sendiri (Tumingkeng, 2008). Pestisida yang merupakan bahan yang beracun dan

(6)

berbahaya, apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif tersebut akan menimbulkan berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan. Dampak negatif yang terjadi dari penggunaan pestisida pada pengendalian hama adalah keracunan, khususnya para petani yang sering / intensif menggunakan pestisida. Pada dasarnya pestisida dibagi menjadi 2 jenis yaitu pestisida kimia dan pestisida alami atau nabati. Pestisida kimia adalah pestisida yang dibuat dari bahan kimia yang berguna dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pestisida kimia ini sering memiliki residu / racun kimia yang tinggi baik didalam tanaman ataupun didalam tanah sehingga mengganggu lingkungan. Banyaknya terjadi gangguan lingkungan akibat pestisida kimia sehingga memunculkan suatu ide yaitu Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang salah satu tujuannya adalah mengendalikan hama dengan menggunakan musuh alami dan penggunaan pestisida nabati. Pestisida nabati adalah pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit bagi tanaman yang terbuat dari bahan alami seperti organ tanaman, atau minyak yang dihasilkan oleh tanaman. Pestisida nabati memiliki beberapa keunggulan seperti mudah terurai oleh sinar matahari, tidak menyebabkan gangguan lingkungan, sedangkan untuk kerugian bagi penggunaan pestisida nabati ini yaitu cara aplikasinya harus berulang kali karena mudah terurai oleh sinar matahari, harganya tidak terjangkau oleh petani karena pembuatan pestisida ini menggunakan bahan dari alam. Pada dasamya pestisida yang beredar telah dalam bentuk formulasi yaitu campuran antara bahan aktif dengan bahan tambahan. Penambahan bahan tambahan tersebut berguna untuk memudahkan aplikasi, menambah efektifitas, menambah efisiensi dan keamanan dalam aplikasi. (Kariani, 2008).

Menurut Djojosumarto (2008), pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik danvirus yang dipergunakan untuk :

(7)

1. Memberantas atau mencegah hama – hama dan penyakit – penyakit yang merusak tanaman atau hasil – hasil pertanian.

2. Memberantas rerumputan.

3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman atau bagian – bagian tanaman, tidak termasuk pupuk.

4. Memberantas atau mencegah hama – hama luar pada hewan – hewan peliharaan dan ternak.

5. Memberantas dan mencegah hama – hama air.

6. Memberikan atau mencegah binatang – binatang dan jasad – jasad renikdalam rumah tangga, bangunan dan alat – alat pengangkutan, memberantas atau mencegah binatang – binatang yang dapatmenyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perludilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

Pestisida yang digunakan di bidang pertanian secara spesifik seringdisebut produk perlindungan tanaman (crop protection products) untukmembedakannya dari produk-produk yang digunakan dibidang lain (Djojosumarto, 2008).

Pengelolaan pestisida adalah suatu kegiatan yang meliputi pembuatan, pengangkutan, penyimpanan, peragaan, penggunaan dan pembuangan / pemusnahan pestisida. Selain efektifitasnya yang tinggi, pestisida banyak menimbulkan efek negatif yang merugikan. Dalam pengendalian pestisida sebaiknya pengguna mengetahui sifat kimia dan sifat fisik pestisida, biologi dan ekologi organisme pengganggu tanaman (Wudianto , 2010). Penggunaan pestisida harus mengetahui susuan dari suatu formulasi pestisida tersebut, hal ini bertujuan agar mudah diaplikasikan selain itu kita dapat mengetahui kandungan bahan aktif yang terdapat pada pestisida tersebut dan apa – apa saja yang digunakan dalam membantu pestisida agar dapat berfungsi dengan baik. Bahan aktif merupakan senyawa kimia atau bahan – bahan lain yang memiliki efek sebagai pestisida. Bahan aktif pestisida dapat berbentuk cairan, padat, dan gas.

Bahan aktif yang digunakan dalam formulasi biasa berasal dari dalam bentuk

(8)

aslinya, yang dikemudian dicampur dengan bahan – bahan pembantu lainnya dan bahan pembawa. Namun beberapa bahan aktif kimia dalam bentuk sintetiknya dalam bentuk aslinya terutama herbisida yang bahan aktifnya berbentuk asam seringkali sulit diformulasikan. Oleh karena itu, bahan aktif semacam ini sering menggunakan bentuk garam atau ester. Penggunaan pestisida ini sangat luas dalam kehidupan sehari – hari. Pestisida dapat digunakan di lapangan seperti pada sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Di gudang seperti pada komoditi pangan, makanan, arsip, maupun toko. Selain itu penggunaan pestisida juga dapat ditemukan pada tempat – tempat umum seperti hotel, restoran, taman, juga dalam rumah tangga (Novizan, 2002).

Penggunaan pestisida di lingkungan pertanian menjadi masalah yang sangat dilematis, terutama pada tanaman sayuran yang sampai saat ini masih menggunakan insektisida kimia sintesis secara intensif. Di satu pihak dengan digunakannya pestisida maka kehilangan hasil yang diakibatkan oleh OPT dapat ditekan, tetapi akan menimbulkan dapak negatif terhadap lingkungan seperti berkembangnya ras hama yang resisten terhadap insektisida resurgensi hama, munculya hama sekunder, dan terjadinya pencemaran lingkungan. Karena hal itu, maka harus menggunakan pestisida dengan baik dan mengukti cara pemakaian, dosis, serta konsentrasinya (Kardinan, 2014). Di bidang pertanian, penggunaan pestisida telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi, adanya pestisida memberi manfaat dan keuntungan, diantaranya yaitu cepat menurunkan populasi jasad penganggu tanaman dengan periode pengendalian yang lebih panjang, mudah didapat, relatif murah dan praktis cara penggunaannya, mudah diproduksi secara besar – besaran serta mudah diangkut dan disimpan. Namun, bukan berarti penggunaan pestisida tidak menimbulkan dampak buruk, penggunaan Pestisida dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan manusia apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan kesehatan. Penggunaan pestisida saat ini tidak hanya dalam bidang pertanian, namun telah banyak digunakan dalam bidang kesehatan, rumah

(9)

tangga, perkantoran, dan lain – lain. Penggunaan pestisida khususnya di rumah, akan digunakan apabila pengendalian secara mekanis sudah tidak mampu mengendalikan organisme – organisme pengganggu atau hama permukiman.

Penggunaan pestisida untuk pengendalian di rumah, mempertimbangkan beberapa faktor. Faktor yang menjadi pestisida sebagai pilihan untuk pengendalian salah satunya adalah karena pestisida dapat memberikan hasil yang cepat, faktor kepercayaan terhadap merek menjadi faktor penting dalam pemilihan suatu produk, dan faktor yang menjadi pertimbangan pemilihan suatu merek. Selain itu pestisida juga digunakan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dan dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain. (Dadang 2007). Dalam aplikasi pestisida ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu : (a) Aplikasi pestisida haruslah efisien artinya sesuai dengan kebutuhan.

(b) Efektif artinya aplikasi pestisida haruslah tepat sasaran. Keefektifan ini dapat diketahui dengan evaluasi melalui pengamatan setelah aplikasi. Aplikasi berhasil jika populasi OPT menurun setelah dilakukannya aplikasi pestisida, dan (c) Aman, aplikasi haruslah aman baik bagi pelaku / operator maupun bagi lingkungan. Keamanan ini dapat dilihat atau ditentukan dari cara aplikasi. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna dalam membantu petani merawat pertaniannya.

Pestisida dapat mencegah lahan pertanian dari serangan hama. Hal ini berarti jika para petani menggunakan pestisida, hasil pertaniannya akan meningkat dan akan membuat hidup para petani menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman tersebut, pestisida sudah digunakan di hampir setiap lahan pertanian.

Namun sekarang ini banyak pemahaman yang salah tentang penggunaan dosis

(10)

dari pestisida ini. Para petani tidak mengindahkan anjuran pemakaian yang telah diterapkan oleh pemerintah (Semangun, 1996).

Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan akan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Di sisi lain dengan adanya pestisida ini, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik, namun pestisida tersebut merupakan racun yang dapat saja membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Untuk melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan terhadap dampak negatif akibat penggunaan pestisida, perlu adanya upaya pengawasan pengamanan pestisida. Maka dari itu kita harus dapat mengenali berbagai macam pestisida, penggolongan pestisida berdasarkan karakteristik dan efikasinya (formulasi, jenis pestisida, kompatibilitas, tingkat bahaya, dan cara penggunaannya), menentukan jenis pestisida yang sesuai untuk mengendalikan hama pada komoditi tertentu, serta menentukan pilihan pestisida yang akan digunakan pada tanaman yang akan dibudidayaka, agar tidak salah dalam penggunaannya. Pemilihan dan penggunaan pestisida memerlukan adanya pengetahuan, dengan cukupnya pengetahuan maka pengendalian yang dilakukan dapat berhasil dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi penghuni danlingkungan. Beberapa cara pengaplikasian pestisida yaitu dengan penyemprotan, pengabutan, dan penaburan yang setiap aplikasi pestisida harus tepat dosis, tepat konsentrasi, tepat sasaran, tepat cara, dan tepatt waktu agar pengaplikasikannya efektif dan efesien (Supriadi, 2013).

Penggunaan pestisida yang paling banyak dan luas berkisar padasatu diantara empat kelompok besar berikut (Kusnoputranto, 1996) :

1. Organoklorin (Chlorinated hydrocarbon)

(11)

Organoklorin merupakan racun terhadap susunan saraf (neurotoxins) yangmerangsang sistem saraf baik pada serangga maupunmamalia, menyebabkan tremor dan kejang-kejang.

2. Organofosfat (Organo phosphates – Ops)

Ops umumnya adalah racun pembasmi serangga yang palingtoksik secara akut terhadap binatang bertulang belakang sepertiikan, burung, kadal (cicak) dan mamalia), mengganggu pergerakan otot dan dapat menyebabkankelumpuhan. Organofosfat dapat menghambat aktifitas daricholinesterase, suatu enzim yang mempunyai peranan penting pada transmisi dari signal saraf.

3. Karbamat (carbamate)

Pestisida jenis karbamat menghambat enzim-enzim tertentu, terutama cholinesterase dan mungkin dapat memperkuat efek toksik dari efek bahan racun lain. Karbamat pada dasarnya mengalami proses penguraian yangsama pada tanaman, serangga dan mamalia. Pada mamaliakarbamat dengan cepat diekskresikan dan tidak terbio konsentrasinamun bio konsentrasi terjadi pada ikan.

4. Piretroid

Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campurandari beberapa ester yang disebut pyretrin yang diektraksi dari bunga dari genus Chrysantemum. Jenis pyretroid yang relative stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin, permetrin,fenvlerate. Sedangkan yang tidak stabil terhadap sinar mataharidan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin, flusitrinate. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusiatetapi menimbulkan alergi pada orang yang peka, danmempunyai keunggulan diantaranya: diaplikasikan dengantakaran

(12)

yang relatif sedikit, spekrum pengendaliannya luas, tidak persisten, dan memiliki efek melumpuhkan yang sangat baik.

5. Kelompok lain

Berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan, terdiri dari berbagaiurutan senyawa yang diproduksi secara alami oleh tumbuh – tumbuhan. Produk tumbuhan yang secara alami merupakan pestisida yang sangat efektif dan beberapa (seperti nikotin, rotenon ekstrak pyrenthrum, kamper dan terpentium) sudahdipergunakan oleh manusia untuk tujuan ini sejak beberapa ratustahun yang lalu (Kusnoputranto, 1996).

Dalam menentukan pestisida yang tepat, perlu diketahui karakterisitk pestisida yang meliputi efektivitas, selektivitas, fitotoksitas, residu, resistensi,LD 50, dan kompabilitas : (Djojosumarto, 2008)

1. Efektivitas, merupakan daya bunuh pestisida terhadap organisme pengganggu. Pestisida yang baik seharusnya memiliki daya bunuh yang cukup untuk mengendalikan organisme pengganggu dengan dosis yang tidak terlalu tinggi, sehingga memperkecil dampak buruknya terhadap lingkungan.

2. Selektivitas, selektivitas sering disebut dengan istilah spektrum pengendalian, merupakan kemampuan pestisida untuk membunuh beberapa jenisorganisme. Pestisida yang disarankan didalam pengendalian hamaterpadu adalah pestisida yang berspektrum sempit.

3. Fitotoksitas, fitotoksitas merupakan suatu sifat yang menunjukkan potensi pestisida untuk menimbulkan efek keracunan bagi tanaman yang ditandaidengan pertumbuhan yang abnormal setelah aplikasi pestisida.

4. Residu, residu adalah racun yang tinggal pada tanaman setelah penyemprotanyang akan bertahan sebagai racun sampai batas

(13)

tertentu. Residu yang bertahanlama pada tanaman akan berbahaya bagi kesehatan manusia tetapiresidu yang cepat hilang efektivitas pestisida tersebut akan menurun. Persistensi – persistensi adalah kemampuan pestisida bertahan dalam bentuk racun di dalam tanah.

Pestisida yang mempunyai persistensi tinggi akan sangat berbahaya karena dapat meracuni lingkungan.

5. Resistensi, resistensi merupakan kekebalan organisme pengganggu terhadapaplikasi suatu jenis pestisida. Jenis pestisida yang mudah menyebabkanresistensi organisme pengganggu sebaiknya tidak digunakan.

6. LD 50 atau Lethal Dosage 50%, berarti besarnya dosis yang mematikan 50% dari jumlah hewan percobaan.

7. Kompatabilitas, kompatabilitas adalah kesesuaian suatu jenis pestisida untukdicampur dengan pestisida lain tanpa menimbulkan dampak negatif.Informasi tentang jenis pestisida yang dapat dicampur dengan pestisidatertentu biasanya terdapat pada label di kemasan pestisida (Djojosumarto,2008).

Pestisida dapat dikelompokkan menurut berbagai cara tergantung pada kepentingannya, antara lain sebagai berikut :

1. Jenis Pestisida dan Berdasarkan Formulasinya a. Formulasi Padat

1) Wettable Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50-80%), jika dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Pengeplikasian WP dengan cara disemprotkan.

2) Soluble Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika dicampurkan dengan air akan membentuk larutan homogen. Digunakan dengan cara disemprotkan.

(14)

3) Butiran, merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif rendah (2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7 – 1 mm. Pengaplikasian dengan cara ditaburkan.

4) Water Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran formulasi WDG harus diencerkan terlebih dahulu dengan air dan pengaplikasiaanya dengan cara disemprotkan.

5) Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harus diencerkan dengan air terlebih dahulu digunakan dengan cara disemprotkan. Bedanya, jika dicampur dengan air SG akan membentuk larutan sempurna.

6) Tepung Hembus, merupakan sediaan siap pakai berbentuk tepung (ukuran partikel 10–3 mikron) dengan konsentrasi bahan aktif rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting).

b. Formulasi Cair

1) Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), merupakan sediaan berbentuk pekat (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi klasik paling banyak digunakan saat ini.

2) Water Soluble Concentrate (WCS), merupakan formulasi yang mirip dengan EC, jika dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan akan membentuk larutan homogen. Formulasi ini digunakan dengan cara disemprotkan.

3) Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dnegan air. Umumnya pestisida yang memiliki

(15)

kelarutan tinggi dalam air, formulasi ini digunakan dengan cara disemprotkan.

4) Soluble Liquid (SL), merupakan pekatan cair, jika dicampur air pekatan cair ini akan membentuk larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan.

5) Ultra Low Volume (ULV), ntuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1 -5 liter/hektar.

Formulasi ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus (Abdul, dkk., 2014).

2. Penggolongan Pestisida

a. Insektisida, merupakan bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga. Serangga menyerang tanaman untuk memperoleh makanan denganberbagai cara, sesuai tipe mulutnya. Kelompok pestisida yang terbesar dan terdiri atas beberapa sub kelompok kimia yang berbeda, yaitu: (1) Organoklorin, (2) Organofosfat, (3) Karbamat, dan (4) Piretroid.

insektisida dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan “cara kerja”

atau gerakannya pada tanaman setelah diaplikasikan, yaitu :

1) Insektisida sistemik diserap oleh organ-organ tanaman, baik lewat akar, batang atau daun. Selanjutnya insektisida sistemik tersebut mengikuti gerakan cairan tanaman dan ditransportasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya, baik keatas (akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Contoh : furatiokarb, fosfamidon, isolan, karbofuran, dan monokrotofos.

2) Insektisida nonsistemik setelah diaplikasikan (misalnya disemprotkan) pada tanaman sasaran tidak diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel di bagian luar

(16)

tanaman. Contoh : dioksikarb, diazinon, diklorvos, profenofos, dan quinalvos.

3) Insektisida sistemik lokal adalah kelompok insektisida yang dapat diserap oleh jaringan tanaman (umumnya daun), tetapi tidak ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya. Termasuk kategori ini adalah insektisida yang berdaya kerja translaminar atau insektisida yang mempunyai daya penetrasi ke dalam jaringan tanaman. Contoh : dimetan, furatiokarb, pyrolan, dan profenovos.

b. Fungisida, merupakan bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi / cendawan. Cendawan ini merusak tanaman dengan berbagai cara, salah satunya sporanya masuk kedalam bagian tanaman lalu mengadakan pembelahan dengan cara pembesaran sel yang tidak teratur sehingga menimbulkan bisul – bisul.

c. Herbisida, merupakan pestisida yang digunakan untuk mengandalikan gulma atau tumbuhan pengganggu yang tidak dikehendaki. Karena herbisida aktif terhadap tumbuhan, maka herbisida bersifat fitotoksik.

d. Bakterisida, mengandung bahan aktif yang bisa membunuh bakteri.

Ukuran bakteri sangat kecil yaitu sekitar 0,15-6 mikron, sehingga mudah masuk kedalam tanaman inang melalui luka, stomata, pori air, kelenjar madu dan lentisel.

e. Nematoda yang bentuknya seperti cacing kecil panjangnya 1 cm walaupun pada umumnya pnjangnya kurang dari 200 sampai 1000 milimikron, hidup pada lapisan tanah bagian atas. Racun yang dapat mengendalikan nematoda ini disebut nematisida. Umumnya nematisida berbentuk butiran yang penggunaanya bisa dengan cara ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah.

(17)

f. Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida, adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak dan laba – laba. Bagian tanaman yang diserang adalah daun, batang, dan buah. Bagian tanaman yang diserang oleh tungau akan mengalami perubahan warna, bentuk, timbul bisul – bisul atau buah rontok sebelum waktunya.

g. Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untu mematikan berbagai jenis binatang pengerat misalnya tikus. Rodentisida yang efektif biasanya dalam bentuk umpan beracun (Mutiah, dkk., 2013).

3. Jenis Pestisida Menurut Cara Kerjanya, yaitu sebagai berikut :

a. Racun Kontak, pestisida jenis ini bekerja dengan masuk ke dalam tubuh serangga sasaran lewat kulit (kutikula) dan di transportasikan ke bagian tubuh serangga tempat pestisida aktif bekerja.

b. Racun Pernafasan (Fumigan), pestisida jenis ini dapat membunuh serangga dengan bekerja lewat sistem pernapasan.

c. Racun Lambung, jenis pestisida yang membunuh serangga sasaran jika termakan serta masuk ke dalam organ pencernaannya.

d. Racun Sistemik, cara kerja seperti ini dapat memiliki oleh insektisida, fungisida dan herbisida. Racun sistemik setelah disemprotkan atau ditebarkan pada bagian tanaman akan terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar atau daun, sehingga dapat membunuh hama yang berada di dalam jaringan tanaman seperti jamur dan bakteri. Pada insektisida sistemik, serangga akan mati setelah memakan atau menghisap cairan tanaman yang telah disemprot.

(18)

e. Racun Metabolisme, pestisida ini membunuh serangga dengan mengintervensi proses metabolismenya.

f. Racun Protoplasma, ini akan mengganggu fungsi sel karena protoplasma sel menjadi rusak (Nur, 1999).

4. Jenis Pestisida Berdasarkan Struktur Kimia

a. Golongan organoklorin, misalnya DDT. Umumnya golongan ini mempunyai sifat racun yang universal, degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.

b. Golongan organofosfat, misalnya Basudin. Golongan ini mempunyai sifat racun yang tidak selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan, menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan memusnahkan populasi predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia dari pada organoklor.

c. Golongan karbamat termasuk Baygon. Golongan ini mempunyai sifat mirip dengan sifat pestisida organofosfat.

d. Senyawa dinitrofenol misalnya Morocidho 40 EC. Berperan memacu proses pernafasan sehingga energi berlebihan dari yang diperlukan akibatnya menimbulkan proses kerusakan jaringan.

e. Pyretroid. Salah satu insektisida tertua di dunia. merupakan campuran dari beberapa ester yang disebut pyretrin yang diekstrak dari bunga dari genus Chrysanthemum.

f. Fumigan: senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap atau asap untuk membunuh serangga, cacing, bakteri, dan tikus.

g. Petroleum minyak bumi yang dipakai sebagai insektisida. Minyak tanah yang juga digunakan sebagai herbisida.

h. Antibiotik, misalnya senyawa kimia seperti penicillin yang dihasilkan dari mikroorganisme ini mempunyai efek sebagai bakterisida dan fungisida (Subiyakto, 2005).

(19)

5. Jenis Pestisida Berdasarkan Asal dan Sifat Kimianya, yaitu sebagai berikut : (a) Hasil alam : Nikotinoida, Piretroida, Rotenoida dan lain – lain. (b) Sintetik : Anorganik yaitu, garam – garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat dan garam merkuri, dan organik (Liliek, 2010).

6. Jenis Pestisida Berdasarkan Pengaruh Fisiologisnya, yaitu sebagai berikut: (a) Senyawa Organofospat : penghambat yang kuat dari enzim cholinesterase pada syaraf. Contoh: malathion, (b) Senyawa Organoklorin: senyawa ini berakumulasi pada jaringan lemak. Contoh insektisida DDT (Dikloro Difenil Trikloroetana), (c) Senyawa Arsenat : akut ini menimbulkan gastroentritis dan diare yang menyebabkan kekejangan yang hebat sebelum menimbulkan kematian, (d) Senyawa Karbamat: ester asam N – metilkarbamat atau turunan dari asam karbamik HO-CO-NH2, dan (e) Piretroid: senyawa kimia yang meniru struktur kimia (analog) dari piretrin. Piretrin sendiri merupakan zat kimia yang bersifat insektisida yang terdapat dalam piretrum (Noorbetha, 2013).

7. Penamaan Pestisida, memiliki tiga macam penamaan, yakni :

a. Nama umum (Common name) yang dimaksudkan yaitu nama yang telah didaftarkan pada Internasional Stnadard Organization (ISO).

Umumnya dipakai pada nama bahan aktif yang terkandung dalam pestisida tersebut.

b. Nama kimia (Chemical name), nama ynag berasal dari unsur atau senyawa kimia suatu pestisida yang mana telah terdaftar di International Union for Pure dan Applied Chemistry.

(20)

c. Nama Dagang (Trade name) merupakan nama dagang dari produk pestisida yang biasanya telah terdaftar dan mendapat hak paten dari masing – masing negara (Kasumbogo, 1993).

8. Pestisida Berdasarkan Cara Masuk

a. Racun kontak, artinya pestisida dalam hal ini senyawa bahan aktif masuk melalui kontak atau mas uk ke tubuh serangga melalui dinding tubuh atau kutikula.

b. Racun perut, artinya senyawafbahan aktif masuk ke dalam tubuh serangga melalui proses makan (mulut) dan masuk ke tubuh melalui pencemaan.

c. Racun sistemik, senyawa bahan aktif terserap oleh tanaman lalu ditransportasikan ke seluruh jaringan tanaman.

d. Fumigan, artinya senyawalbahan aktif masuk ke dalam tubuh sasaran melalui sistem pemapasan (Fika, 2015).

Berikut adalah cara (teknik) untuk pengaplikasian pestisida, yaitu :

1. Penyemprotan (Spraying), bentuk sediaan (formulasi) yang digunakan dengan cara penyemprotan meliputi EC, WP, WS atau SP.

2. Pengasapan (Fogging), Pengasapan adalah penyemprotan pestisida dengan volume rendah dengan ukuran droplet yang halus. Fogging banyak digunakan untuk mengendalikan hama gudang, hama tanaman perkebunan.

3. Penghembusan (Dusting), merupakan cara penggunaan pestisida yang diformulasikan dalam bentuk tepung hembus (dust) dengan menggunakan alat penghembus (duster).

4. Penaburan (Broadcasting) pestisida butiran (Granuler), adalah cara penggunaan pestisida yang diformulasikan dalam bentuk butiran dengan cara ditaburkan.

(21)

5. Perawatan benih (Seed dressing , Seed treatment, Seed coating), adalah cara penggunaan pestisida untuk melindung benih sebelum benih ditanam agar kecambah dan tanaman muda tidak diserang oleh hama atau penyakit.

6. Pencelupan (Dipping), adalah penggunaan pestisida untuk melindung tanaman (bibit, cangkok, stek) agar terhindar dari serangan hama maupun penyakit.

7. Fumigasi (Fumigation), adalah aplikasi pestisida fumigan baik yang berbentuk padat, cair maupun gas dalam ruangan tertutup. Fumigasi umumnya digunakan untuk melindungi hasil panen dari kerusakan karena serangan hama atau penyakit di tempat penyimpanan.

8. Injeksi, adalah penggunaan pestisida dengan cara memasukkan ke dalam batang tanaman, baik dengan alat khusus (injeksi ataupun infus) maupun dengan jalan mengebor tanaman.

9. Penyiraman (Drenching, Pouring On), adalah penggunaan pestisida dengan cara dituangkan di sekitar akar tanaman untuk mengendalikan hama atau penyakit di daerah perakaran atau dituangkan pada sarang semut atau sarang rayap (Suryaningsih & Hadisoeganda, 2004).

Pemilihan jenis pestisida yang paling cocok dan efektif digunakan sangat tergantung dari hal – hal berikut (Sudarmo, 1991) :

1. Jenis organisme pengganggu yang sedang berjangkit. Jenis dan cara organisme pengganggu merusak tanaman sangat menentukan jenis formulasi dan cara kerja pestisida yang dipilih. Pada label kemasan pestisida biasanya tercantum jenis organisme pengganggu yang dapatdikendalikan pestisida tersebut.

2. Jenis tanaman yang terserang. Dalam kemasan pestisida, produsen pestisida mencantumkan jenis tanaman yang dapat disemprot dengan pestisida tersebut.

(22)

3. Harga komperatif. Harga komperatif adalah perbandingan harga darialternatif pestisida yang ada dan anggaran yang tersedia.

4. Karakter – karakter tertentu yang mendukung pengendalian hama terpadu. Pestisida dengan spektrum sempit, LD 50 yang tinggi dan persistensirendah, sangat disaranakan dalam pelaksanaan program pengendalianhama terpadu.

5. Pencegahan kekebalan. Untuk mencegah terjadinya kekebalanorganisme pengganggu terhadap pestisida disarankan tidakmenggunakan satu jenis bahan aktif dalam jangka waktu panjang.

Sebaiknya dilakukan pergantian atau rotasi jenis bahan aktif pestisidayang berbeda setiap kurun waktu tertentu (Sudarmo, 1991).

Peningkatan kegiatan agroindustri selain meningkatkan produksi pertanian juga menghasilkan limbah dari kegiatan tersebut. Penggunaan pestisida, disamping bermanfaat untuk meningkatkan produksi pertanian 3tapi juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan pertanian dan juga terhadap kesehatan manusia. Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran sedangkan 80 persen lainnya jatuh ketanah. Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayilahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom) dan sebagainya (Sa’id, 1994).

Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik, yaitu golonga norganoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa organoklorinlebih tinggi dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai (Sa’id, 1994).

Penyemprotan dan pengaplikasian dari bahan – bahan kimia pertanianselalu berdampingan dengan masalah pencemaran lingkungan sejak bahanbahan kimia

(23)

tersebut dipergunakan di lingkungan. Sebagian besar bahan – bahan kimia pertanian yang disemprotkan jatuh ke tanah dan didekomposisi oleh mikroorganisme. Sebagian menguap dan menyebar diatmosfer dimana akan diuraikan oleh sinar ultraviolet atau diserap hujan dan jatuh ke tanah (Uehara, 1993).

Pestisida bergerak dari lahan pertnaian menuju aliran sungai dan danauyang dibawa oleh hujan atau penguapan, tertinggal atau larut pada aliran permukaan, terdapat pada lapisan tanah dan larut bersama dengan aliran airtanah.

Penumpahan yang tidak disengaja atau membuang bahanbahan kimiayang berlebihan pada permukaan air akan meningkatkan konsentrasi pestisidadi air.

Kualitas air dipengaruhi oleh pestisida berhubungan dengankeberadaan dan tingkat keracunannya, dimana kemampuannya untukdiangkut adalah fungsi dari kelarutannya dan kemampuan diserap oleh partikel – partikel tanah (Suwanto, 1994).

(24)

C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat :

a. 10 lembar kertas HVS A4

b. Alat tulis (Pensil, pulpen, penghapus, tipe – x, dan penggaris) c. Handphone berkamera

2. Bahan :

a. Pestisida Sandoup 480 SL (Herbisida) b. Pestisida Racumin® 0,75 TP (Rodentisida) c. Pestisida Dithane™ M – 45 80 WP (Fungisida) d. Petisida Copcide® 77 WP (Fungisida)

e. Pestisida Metsulindo® 20 WP (Herbisida) f. Pestisida Regent® 80 WG (Insektisida) g. Pestisida Beve – Z 100 gr (Insektisida Hayati) h. Pestisida RidomilGold® MZ 4/64 WG (Fungisida) i. Pestisida Dupoint Lannate® 25 WP (Insektisida) j. Pestisida Ripcorn® 50 EC (Insektisida)

k. Pestisida Sidamethrin 50 EC (Insektisida)

l. Pestisida Sidacin 50 WP MIPC 50% (Insektisida) m. Pestisida Roundup® 486 SL (Herbisida)

n. Pestisida Curacron® 500 EC (Insektisida)

(25)

o. Pestisida Bctocyn 150 AL (Bkterisia & Fungisida) p. Pestisida Marshal 200 EC (Insektisida)

q. Pestisida Nufarm Lindomin 865 SL (Herbisida) r. Pestisida Naga 500 EC (Insektisida)

s. Pestisida Rambo® Gold 480 SL (Herbisida Sistemik) t. Pestisida Matador® 25 EC (Insektisida)

u. Pestisida Arrivo® 30 EC (Insektisida)

v. Pestisida Furadan® 3 GR (Insektisida / Nematisida) w. Pestisida Fastac® 15 EC The Original (Insektisida) x. Pestisida Cabzim® 500 SC (Fungisida)

y. Pestisida Proclaim 5 SG® Sygenta (Insektisida) z. Pestisida Nordox® 56 WP (Fungisida / Bakterisida) aa. Pestisida Sibadas® 500 EC (Insektisida)

bb. Pestisida BayCarb® 500 EC (Insektisida) cc. Pestisida Bassa 500 EC (Insektisida) dd. Pestisida Decis® 25 EC (Insektisida)

D. CARA KERJA

1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pratikum acara ini pada meja praktikum

2. Mengamati bahan praktikum yang diberikan oleh asisten praktikum berupa 30 macam pestisida secara bergantian setiap orangnya

3. Membuat catatan 30 macam pestisida tersebut dalam bentuk tabel meliputi nama barang, golongan, bahan aktif, bentuk, warna, OPT sasaran, tanaman, konsentrasi, dan dosis pada masing – masing pestisida yang sudah disiapkan

4. Mendokumentasikan 30 macam pestisida tersebut guna dijadikan sebagai lampiran pada laporan pratikum acara ini

5. Men – ACC kan catatan 30 macam pestisida tersebut dalam bentuk tabel meliputi nama barang, golongan, bahan aktif, bentuk, warna, OPT sasaran,

(26)

tanaman, konsentrasi dan dosis pada masing – masing pestisida yang sudah disiapkan untuk dijadikan sebagai lembar ACC pada laporan pratikum acara ini.

E. HASIL PENGAMATAN

(TERLAMPIR)

F. PEMBAHASAN

Pembahasan pada laporan pratikum ini, saya akan memaparkan hasil dari pratikum yang telah saya lakukan kemudian dicatat dan ditulis untuk dijadikan laporan pratikum yang mengenai Pengenalan Pestisida. Adapun tujuan dari dilakukannya pratikum yang saya lakukan, yaitu untuk mengetahui dan memahami tentang pestisida, untuk mengetahui dan memahami jenis – jenis pestisida, untuk mengetahui dan memahmi penggolongan pestisida, untuk mengetahui dan memahami karakteristik pestisida, untuk mengetahui dan memahami nama barang, golongan, kadar bahan aktif, bentuk, warna, organisme pengganggu tanaman sasaran, tanaman sasaran, konsentrasi, dan dosis dari setiap jenis pestisida, untuk mengetahui dan memahami pemilihan jenis pestisida yang tepat, untuk mengetahui waktu pengaplikasian pestisida, serta untuk mengetahui dan memahami dampak dari pestisida pada lingkungan pertanian.

Pestisida merupakan zat senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh), jasad renik, dan virus atau bahan – bahan lain yang bersifat racun dan

(27)

bioaktif yang dimanfaatkan untuk melakukan perlindungan tanaman atau bagian tanaman. Menurut Mahyuni (2015) pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteria atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman. Pestisida mencangkup bahan – bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainnya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Dalam praktek, pestisida digunakan bersama-sama dengan bahan lai misalnya dicampur minyak untuk melarutkannya, air pengencer tepung untuk mempermudah dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotannya. Bubuk yang dicampur sebagai pengencer (Formulasi dust), antraktan (misalnya bahan feromon) untuk pengumpan, bahan yang bersifat sinergis untuk penambah daya racun dan sebagainya (Mahyuni, 2015).

Pengelolaan pestisida adalah suatu kegiatan yang meliputi pembuatan, pengangkutan, penyimpanan, peragaan, penggunaan dan pembuangan / pemusnahan pestisida. Selain efektifitasnya yang tinggi, pestisida banyak menimbulkan efek negatif yang merugikan. Dalam pengendalian pestisida sebaiknya pengguna mengetahui sifat kimia dan sifat fisik pestisida, biologi dan ekologi organisme pengganggu tanaman (Wudianto, 2010). Penggunaan pestisida harus mengetahui susuan dari suatu formulasi pestisida tersebut, hal ini bertujuan agar mudah diaplikasikan selain itu kita dapat mengetahui kandungan bahan aktif yang terdapat pada pestisida tersebut dan apa – apa saja yang digunakan dalam membantu pestisida agar dapat berfungsi dengan baik. Bahan aktif merupakan senyawa kimia atau bahan – bahan lain yang memiliki efek sebagai pestisida (Novizan, 2002).

Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan akan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat

(28)

merusak ekosistem. Di sisi lain dengan adanya pestisida ini, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik, namun pestisida tersebut merupakan racun yang dapat saja membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Untuk melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan terhadap dampak negatif akibat penggunaan pestisida, perlu adanya upaya pengawasan pengamanan pestisida. Maka dari itu kita harus dapat mengenali berbagai macam pestisida, penggolongan pestisida berdasarkan karakteristik dan efikasinya (formulasi, jenis pestisida, kompatibilitas, tingkat bahaya, dan cara penggunaannya), menentukan jenis pestisida yang sesuai untuk mengendalikan hama pada komoditi tertentu, serta menentukan pilihan pestisida yang akan digunakan pada tanaman yang akan dibudidayaka, agar tidak salah dalam penggunaannya. Pemilihan dan penggunaan pestisida memerlukan adanya pengetahuan, dengan cukupnya pengetahuan maka pengendalian yang dilakukan dapat berhasil dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi penghuni danlingkungan. Beberapa cara pengaplikasian pestisida yaitu dengan penyemprotan, pengabutan, dan penaburan yang setiap aplikasi pestisida harus tepat dosis, tepat konsentrasi, tepat sasaran, tepat cara, dan tepatt waktu agar pengaplikasikannya efektif dan efesien (Supriadi, 2013).

Pada percobaan untuk mengamati, mengetahui, dan memahami Pengenalan Pestisida yang berupa mengamati dan mengetahui nama barang, golongan, kadar bahan aktif, bentuk, warna, organisme pengganggu tanaman sasaran, tanaman sasaran, konsentrasi, dan dosis dari setiap jenis pestisida, hal pertama yang dilakukan ialah dengan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, yaitu seperti alat tulis, handphone berkamera, 10 lembar kertas HVS A4, dan 30 macam pestisida yang telah disiapkan oleh asisten pratikum. Kemudian mengamati bahan praktikum yang diberikan oleh asisten praktikum berupa 30 macam pestisida secara bergantian setiap orangnya lalu membuat catatan 30 macam

(29)

pestisida tersebut dalam bentuk tabel meliputi nama barang, golongan, bahan aktif, bentuk, warna, OPT sasaran, tanaman, konsentrasi, dan dosis pada masing – masing pestisida yang sudah disiapkan tersebut. Setelah itu, mendokumentasikan atau memfoto 30 macam pestisida tersebut guna dijadikan sebagai lampiran pada laporan pratikum acara ini. Dan langkah terakhir yang dilakukan yaitu men – ACC kan catatan 30 macam pestisida tersebut dalam bentuk tabel meliputi nama barang, golongan, bahan aktif, bentuk, warna, OPT sasaran, tanaman, konsentrasi dan dosis pada masing – masing pestisida yang sudah disiapkan untuk dijadikan sebagai lembar ACC pada laporan pratikum acara ini.

Berdasarkan pengamatan 30 macam pestisida tersebut yang telah dilakukan, didapatkan berbagai hasil pengamatan yang cukup beragam, yaitu nama barang, golongan, kadar bahan aktif, bentuk, warna, organisme pengganggu tanaman sasaran, tanaman sasaran, konsentrasi, serta dosis dari setiap jenis pestisida.

Adapun pemaparan dari masing – masing 30 macam pestisida yang berupa nama barang, golongan, kadar bahan aktif, bentuk, warna, organisme pengganggu tanaman sasaran, tanaman sasaran, konsentrasi, serta dosis dari setiap jenis pestisida, yaitu sebagai berikut :

1. BayCarb® 500 EC

BayCarb® 500 EC adalah salah satu jenis pestisida golongan insektisida yang mengandung racun kontak dan racun lambung, pestisida ini berbentuk pekatan yang diemulsikan berwarna coklat jernih dan banyak digunakan untuk mengendalikan hama pada tanaman jagung, kakao, padi dan teh. Pestisida in mengandung bahan aktif yakni BPMC 485g/l, kandungan ini membuat hama wereng lebih mudah dibasmi dan dapat dicampur dengan insektisida lain.

Insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan berwarna coklat jernih untuk mengendalikan hama pada tanaman

(30)

jagung, kakao, padi dan teh. Berat: 700 Gram Kategori: Pupuk Etalase:

Insektisida Bahan aktif BPMC 486g/l

G. KESIMPULAN

(31)

1.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, Mohamad Ana S., & Dewi H. 2014. Uji Efektivitas Larutan Pestisida Nabati terhadap Hama Ulat Krop (Crocidolomia pavonana L.) pada Tanaman Kubis (Brassica oleraceae). Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Vol 3 No 1. Hlm: 67-72.

(32)

Dadang. 2007. Insektisida Untuk Pertanian. Bogor : Departemen ProteksiTanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Djojosumarto, Panut. 2008.Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta : Kanisius.

Fika Afifah, Yuni Sri R., & Ulfi F. 2015. Efektivitas Kombinasi Filtrat Daun Tembakau (Nicotiana tabacum) dan Filtrat Daun Paitan (Thitonia diversifolia) sebagai Pestisida Nabati Hama Walang Sangit (Leptocorisa oratorius) pada Tanaman Padi. Jurnal Lentera Bio Vol 4 No 1. Hlm: 25-31.

Kariani.N. 2008. Hubungan Antara Lama Paparan Pengetahuan dan Perilaku Dengan Aktivitas Cholinesterase Darah Petani. Surabaya : Airlangga university.

Kasumbogo Untung. 1993. Konsep dan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu.

Yogyakarta: ANDI OFFSET.

Koleva, N.G., Schneider, U.A., 2009. The impact of climate change on the external cost of pesticide applications in US agriculture. International Journal of Agricultural Sustainability, 7(3), 203-216.

Liliek Mulyaningsih. 2010. Aplikasi Agensia Hayati atau Insektisida dalam Pengendalian hama Plutella xylostella Linn dan Crocidolomia binotalis Zell untuk Peningkatan Produksi Kubis. Jurnal Media Soerja Vol 7 No 2. Hlm:

91-95.

Mahyuni, E. L. (2015). Faktor risiko dalam penggunaan pestisida pada petani di Berastagi Kabupaten Karo 2014. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Daulan, 9(1), 25014.

Mutiah Sari, Lahmuddin L., & Yuswani P. 2013. Uji Efektivitas Beberapa Insektisida Nabati untuk Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera:

Noctuidea) di Laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol 1 No 3.

Hlm: 560-569.

(33)

Noorbetha Julayli, Mukarlina & Tri Rima Setyawati. 2013. Pengendalian Hama pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.). Jurnal Protobiont Vol 2(3). Hlm: 171-175.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Jakarta : Agro Media Pustaka.

Nur Tjahjadi. 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.

Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya.

Rismunandar. 1991. Hama Tanaman Pangan dan Pembasmianya. Bandung: CV Sinar Baru.

Semangun, Haryono. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada Univesity Press : Yogyakarta.

Subiyakto, Sudarmo. 2005. Pestisida Nabati. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Supriadi. (2013). Optimasi Pemanfaatan Beragam Jenis Pestisida Untuk Mengendalikan Hama Dan Penyakit Tanaman. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Vol. 32(1) Hal.1–9.

Suryaningsih, E., W.W., Hadisoeganda. 2004. Pestisida Botani untuk Mengendalikan Hama dan Penyakit pada Tanaman Sayuran. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Tarumingkeng. 2008. Pestisida dan Penggunaannya. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN

No .

Gambar Keterangan

(34)

1. Pestisida Sandoup 480 SL (Herbisida)

2. Pestisida Racumin®

0,75 TP (Rodentisida)

3. Pestisida Dithane™ M

– 45 80 WP (Fungisida)

(35)

4. Petisida Copcide® 77 WP (Fungisida)

5. Pestisida

Metsulindo® 20 WP (Herbisida)

6. Pestisida Regent® 80

WG (Insektisida)

7. Pestisida Beve – Z

100 gr (Insektisida Hayati)

(36)

8. Pestisida RidomilGold® MZ 4/64 WG (Fungisida)

9. Pestisida Dupoint

Lannate® 25 WP (Insektisida)

10. Pestisida Ripcorn® 50

EC (Insektisida)

(37)

11. Pestisida Sidamethrin 50 EC (Insektisida)

12. Pestisida Sidacin 50

WP MIPC 50%

(Insektisida)

13. Pestisida Roundup®

486 SL (Herbisida)

(38)

14. Pestisida Curacron®

500 EC (Insektisida)

15. Pestisida Bctocyn 150

AL (Bkterisia &

Fungisida)

16. Pestisida Marshal 200

EC (Insektisida)

(39)

17. Pestisida Nufarm Lindomin 865 SL

(Herbisida)

18. Pestisida Naga 500

EC (Insektisida)

(40)

19. Pestisida Rambo®

Gold 480 SL (Herbisida Sistemik)

20. Pestisida Matador®

25 EC (Insektisida)

21. Pestisida Arrivo® 30

EC (Insektisida)

(41)

22. Pestisida Furadan® 3 GR (Insektisida /

Nematisida)

23. Pestisida Fastac® 15

EC The Original (Insektisida)

(42)

24. Pestisida Cabzim®

500 SC (Fungisida)

25. Pestisida Proclaim 5

SG® Sygenta (Insektisida)

26. Pestisida Nordox® 56

WP (Fungisida / Bakterisida)

(43)

27. Pestisida Sibadas®

500 EC (Insektisida)

28. Pestisida BayCarb®

500 EC (Insektisida)

29. Pestisida Bassa 500

EC (Insektisida)

(44)

30. Pestisida Decis® 25 EC (Insektisida)

Referensi

Dokumen terkait

Pestisida yang termasuk organochlorines termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan

(Lampirkan metode lengkap dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris untuk penentuan kadar residu pestisida termasuk metbolit yang terbentuk pada bahan tanaman

(Lampirkan metode lengkap dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris untuk penentuan kadar residu pestisida termasuk metabolit yang terbentuk pada bahan tanaman atau bahan lain,

Dokumen ini membahas beberapa konsep yang berkaitan dengan lingkungan, termasuk ecolabel, prinsip biaya penuh, kesediaan membayar, biaya limbah, dan Cradle to

Dokumen ini membahas tentang konsep dan terminologi dalam dunia percetakan, termasuk gambar, format, dan jenis

Dokumen ini membahas tentang tanaman kacang Bogor, termasuk asal, jenis, dan sebutan yang digunakan di berbagai

Dokumen ini membahas tentang efek merokok di lingkungan dan dampaknya terhadap

Dokumen ini membahas tentang definisi, tujuan dan jenis teknologi serta pengaruhnya terhadap usaha, sistem dan