Modul - AKHLAK
A. Pengertin Akhlak
Kata “Akhlak” berasal dari Bahasa Arab, Jamak dari Khuluq, yang artinya tabiat, budi pekerti, watak, atau kesopanan. Sinonim kata Akhlak ialah tatakrama, kesusilaan, sopan santun (Bahasa Indonesia), moral, ethic (Bahasa Inggris), ethos, ethikos (Bahasa Yunani).
Untuk mengetahui definisi Akhlak menurut istilah, dibawah ini terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:
a. Ibnu Maskawaih
Sikap jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan (terlebih dahulu);
b. Prof. Dr. Ahmad Amin
Kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan Akhlak;
c. Al-Qurthuby
Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya yang disebut Akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian darinya;
d. Muhammad bin Ilaan Ash-Shadiqy
Suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang lain)
e. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy
Bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja
f. Imam Al-Ghazali
Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.
Al-Qurthuby menekankan bahwa akhlak itu merupakan bagian dari kejadian manusia. Oleh karena itu, kata al-khuluk tidak dapat dipisahkan pengertiannya dengan kata al-khiiqah, yaitu fitrah yang dapat mempengaruhi perbuatan setiap manusia.
Imam Al-Ghazaly menekankan, bahwa Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang dapat dinilai baik atau buruk, dengan menggunakan ukuran ilmu pengetahuan dan norma agama.
B. Ruang Lingkup Akhlak
Ruang lingkup akhlak sangat luas karena menjangkau seluruh tingkah laku manusia, mulai dari sikap, perkataan dan suara hati. Adapun ruang lingkup akhlak meliputi;
1. Akhlak terhadap Allah SWT a. Menauhidkan Allah SWT
Tauhid adalah pengakuan bahwa Allah SWT satu-satunya yang memiliki sifat rububiyyah dan uluhiyyah, serta kesempurnaan nama dan sifat. Tauhid dibagi dalam tiga bagian yakni:
1) Tauhid Rububiyyah, yaitu meyakini bahwa Allah SWT satu-satunya yang menciptakan alam semesta ini, yang memilikinya, yang mengaturnya. Dengan kata lain Allah SWT adalah penguasa atas alam semesta beserta isinya.
2) Tauhid Uluhiyyah, yaitu mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya yang disembah.
3) Tauhid Asma dan Sifat b. Taqwa
Taqwa diartikan sebagai sikap memelihara diri dari siksaan Allah SWT dengan mengikuti perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Orang yang bertaqwa disebut Muttaqin. Orang yang bertaqwa melakukan segala perintah dan menjauhi larangan- Nya atas dasar bahwa Allah SWT tidak memerintahkan kecuali yang baik untuk manusia, dan tidak melarang kecuali yang memberi mudharat kepada manusia.
1) Hakikat Taqwa
Hakikat taqwa adalah memadukan secara integral aspek Iman, Islam, dan Ihsan dalam diri seseorang. Dengan kata lain, orang yang bertaqwa adalah orang yang dalam waktu bersamaan menjadi Mukmin, Muslim dan Muhsin.
2) Buah dari Taqwa
o Mendapat sikap furqan, sikap tegas membedakan yang hak dan yang batil.
o Mendaptkan limpahan berkah dari langit dan bumi o Mendapat jalan keluar dari kesulitan
o Mendapat kelancaran rizki
o Mendapat kemudahan dalam urusannya
c. Cinta dan Ridha
Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan kasih saying.
Bagi seorang muslim, cinta pertama dan utama adalah harus diberikan kepada Allah SWT. Karena ia menyadari bahwa Allah SWT lah yang menciptakan alam semesta beserta isinya, mengelola dan memeliharanya. Menyediakan nikmat kepada orang-orang yang beriman hingga Hari Akhir nanti.
d. Khauf dan Raja’
Khauf dan Raja’ adalah sepasang ikatan batin yang harus dimiliki seorang muslim dengan seimbang.
Khauf adalah kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang akan menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya. Khauf didahulukan dari Raja’ karena dari bab takhaliyyah (mengosongkan hati dari segala sifat jelek) sedang Raja’ dari bab tahaliyyah (menghiasi dengan hal-hal yang baik).
Dampak positif dari khauf
1) Melahirkan keberanian menyatakan kebenaran dan memberantas kemungkaran tanpa rasa takut pada makhluk yang menghambatnya.
2) Menyadarkan manusia untuk tidak melakukan kemaksiaan dan hal-hal yang diharamkan Allah SWT.
Raja’ atau harap adalah memautkan hati pada sesuatu yang disukai pada masa yang akan datang. Bila beribadah dan beramal, dia penuh harap ibadah dan semua amalannya akan diterima dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda.
Bila berbuat maksiat, kemudian menyadarinya, dia segera minta ampun dengan dan penuh harap Allah SWT akan mengampuninya.
Khauf dan Raja’ harus berjalan seiringan dan seimbang. Jika hanya membayangkan azab Allah SWT saja maka akan timbul putus asa untuk dapat masuk surga, sebaliknya jika hanya membayangkan rahmat Allah SWT saja semua akan bisa masuk surga.
e. Berbaik Sangka (husnu zhann)
Berbaik sangka terhadap keputusan Allah SWT merupakan akhlak terpuji, seperti sebuah hadits “janganlah salah seorang di antara kalian meninggal, melainkan ia berbaik sangka terhadap Rabbnya.” (H.R. Muslim)
f. Zikrullah (mengingat Allah)
Mengingat Allah SWT adalah asas dari setiap ibadah, karena merupakan pertanda hubungan antara hamba dan Pencipta pada setiap saat dan tempat.
g. Tawakal
Tawakal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah SWT dan menyerahkan segala sesuatunya kepada-Nya. Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha yang maksimal (ikhtiar). Islam memerintahkan kepada umatnya untuk mengikuti sunnatullah tentang hokum sebab akibat. Artinya bahwa usaha harus selalu dilakukan terlebih dahulu setelah itu hasil diserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Usaha tanpa pertolongan Allah SWT adalah sia-sia. Oleh sebab itu seorang Muslim tidak menggantungkan diri sepenuhnya kepada ikhtiar.
Hikmah Tawakal
Pertama, sikap tawakal sangat bermanfaat sekali untuk mendapatkan ketenangan batin. Orang yang berusaha dengan sungguh- sungguh dengan perencanaan yang matang ternyata masih berhasil, dia tidak akan berputus asa dan menganggapnya sebagai musibah. Sebaliknya, jika berhasil maka ia akan bersyukur dan tidak sombong karena meyakini semua itu hanya dating dari Allah SWT. Kedua, tawakal memberikan rasa kepercayaan diri kepada seseorang untuk menghadapi masa depan. Yang penting berusaha sekuat tenaga, dan menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah SWT.
h. Syukur
Syukur ialah memuji si pemberi nikmat atau kebaikan yang telah dilakukannya. Syukur seorang hamba terdiri atas tiga hal yaitu:
mengakui nikmat di dalam batin, membicarakannya secara lahir, dan menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
i. Muraqabah
Yang dimaksud muraqabah adalah kesadaran seorang Muslim bahwa ia selalu dalam pengawasan Allah SWT. Kesadaran itu lahir dari keimanan bahwa Allah SWT dengan sifat ilmu, bashar dan sama’ (mengerti, melihat dan mendengar) mengetahui apa saja yang dilakukan manusia kapan dan dimana saja. Allah SWT jg mengerti apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh manusia.
j. Muhasabah
Kesadaran akan pengawasan Allah SWT akan mendorong seorang Muslim untuk melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap amal perbuatan, tingkah laku dan sikap hatinya sendiri. Dalam hal ini muraqabah berfungsi sebagai jalan menuju muhasabah.
Manfaat Muhasabah
1) Untuk mengetahui kelemahan diri agar dapat memperbaikinya 2) Untuk mengetahui hak Allah SWT
3) Untuk mengurangi beban hisab esok hari.
k. Taubat
Taubat berakar dari kata taba yang berarti kembali. Jadi taubat adalah kembalinya seseorang dari sifat-sifat tercela menjadi sifat- sifat terpuji, kembali dari perbuatan maksiat menjadi perbuatan yang taat, kembali dari yang di benci Allah SWT ke sesuatu yang di ridhai Allah SWT.
Dimensi Taubat
Taubat seseorang dikatakan sempurna jika memenuhi sebagai berikut:
1) Menyadari kesalahan 2) Menyesali kesalahan
3) Memohon ampun kepada Allah SWT 4) Berjanji untuk tidak mengulanginya
2. Akhlak terhadap Sesama Manusia
Seorang muslim tidak cukup sekadar membangun hubungan baik dengan Allah SWT. atau hablum minallah saja, tetapi juga harus membangun hubungan baik dengan sesama manusia atau hablum minanas.
نٌب اومدقت لا اونمآ نٌذلا اهٌأ اٌ
مٌلع عٌمس الله نإ الله اوقتاو هلوسرو الله يدٌ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah SWT. agar kamu mendapat rahmat. (Q.S Al-Hujurat:10)
a. Akhlak terhadap Keluarga atau Orang Tua
Sebagai seorang muslim, wajib untuk mentaati dan menghormati kedua orang tuanya, yaitu dengan berbakti, mentaati perintahnya dan berbuat baik kepadanya, berperilaku sopan santun. Allah berfirman dalam Q.S. Al-isra’:23:
امهل لقو امهرهنت لاو فأ امهل لقت لاف امهلاك وأ امهدحأ ربكلا كدنع نغلبٌ امإ اناسحإ نٌدلاولابو هاٌإ لاإ اودبعت لاأ كبر ىضقو امٌرك لاوق
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan pada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”
b. Akhlak terhadap Guru
Akhlak mulia kepada guru yaitu berperilaku dan bersikap baik terhadap guru. Sikap dan perilaku baik terhadap guru dapat dilakukan dengan menghormatinya, berlaku sopan kepadanya, mematuhi perintah-perintahnya, baik di hadapannya maupun di belakangnya, karena guru merupakan seseorang yang telah berjasa memberi ilmu dan pendidikan akhla kepada kita.
c. Akhlak terhadap Masyarakat
Manusia sebagai makhluk sosial selalu memerlukan bantuan dari orang lain dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam berinteraksi dengan sesama manusia, harus mempunyai akhlak sosial yang baik. Akhlak terhadap masyarakat dalam menjalani kehidupan sosial diantaranya yaitu dengan memuliakan tamu, menjaga silaturahmi, gotong royong, tolong menolong, bersikap adil, bertanggungjawab, hidup rukun, bermusyawarah yang berlandaskan Al-Qur‟an dan Hadis. Dan pada dasarnya setiap muslim dan sesama manusia adalah harus saling bersaudara. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Maidah:2;
باقعلا دٌدش الله نإ الله اوقتاو ناودعلاو مثلإا ىلع اونواعت لاو ىوقتلاو ربلا ىلع اونواعتو
“. . . Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya.”
3. Akhlak Bermedia Sosial
a. Ketentuan Posting di Media Sosial Dilihat dari Sudut Pandang Ajaran Islam 1) Posting sesuatu yang baik
Posting adalah tulisan maupun gambar yang diunggah di social media atau blog secara daring. Posting merupakan salah satu aktivitas dalam bermedia sosial, selain chatting dan sharing. Pada umumnya, pengguna media sosial akan memposting tulisan, gambar, atau video untuk menunjukkan eksistensi diri dan pengakuan sosial. Rasulullah bersabda:
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam”. (H.R. Bukhori dan Muslim) Berkata dalam konteks media sosial adalah posting. Jika tidak dapat memposting sesuatu yang baik, maka lebih baik tidak memposting apapun di media sosial. Postingan yang baik adalah postingan yang kreatif, bermanfaat, Inspiratif, mengandung pesan damai, dan pesan syukur. Postingan yang baik, akan sangat berpengaruh pada pertemanan di sosial media. Dari postingan yang baik, akan mengundang pertemanan dari pengguna yang baik pula. Riwayat postingan, juga dapat digunakan untuk memilih pertemanan di media sosial. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual ,minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan bau wanginya, sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan..bau tidak sedapnya”.
Riwayat tersebut menjelaskan bahwasanya, seorang muslim dianjurkan untuk memilih teman yang baik agar dapat memberi dampak positif bagi diri. Sebaliknya, menjauhi teman yang buruk, untuk menghindari pula dampak negatif yang mungkin akan ditimbulkan dari pertemanan tersebut.
2) Tidak merugikan diri sendiri
Media sosial adalah media berbasis internet yang bersifat dua arah. Sehingga memungkinkan dan terbuka bagi penggunanya untuk berinteraksi, berkolaborasi, serta berbagi pada pengguna yang lain. Namun terkadang, pengguna media sosial ini tidak sadar bahwa postingan mereka justru merugikan diri sendiri. Contohnya; Berkeluh kesah tentang hidup. Sebuah keniscayaan, bahwa manusia butuh untuk mencurahkan isi hatinya sehingga keluhan yang dihadapinya dapat ditemukan solusinya. Namun, media sosial bukanlah tempat yang tepat untuk hal tersebut. Seseorang yang berkeluh kesah tentang kehidupan rumah tangganya, keluarganya, secara tidak langsung pengguana tersebut telah mengumbar aib keluarganya. Rasulullah bersabda:
“Jika engkau memohon maka memohonlah kepada Allah, jika engkau minta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah.”
Daripada berkeluh kesah di media sosial yang belum tentu menemukan solusi, bahkan mungkin masalahnya akan semain besar, maka mintalah solusi dan pertolongan kepada Allah. Jika kita mau menengok kehidupan para sahabat di zaman Rasul, bahkan masalah sepele seperti garam untuk dan tali kekang, mereka memintanya kepada Allah.
3) Tidak merugikan orang lain
Postingan yang diunggah di media sosial, hendaklah tidak merugikan orang lain. Sebagaimana agama telah memerintahkan menyayangi saudaranya seperti menyayangi dirinya sendiri. Rasulullah SAW bersabda:
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”. (H.R. Bukhori dan Muslim)
Dari hadits tersebut dapat dipahami, bahwasanya seorang mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan satu jiwa, jika ia menyayangi saudaranya, maka seperti menyayangi dirinya sendiri. Maka tidak akan mungkin terjadi sesuatu hal yang akan menyebabkan sakit lahir maupun batin kepada manusia lainnya. Realita yang sekarang terjadi ketika kita membuka media
sosial, maka dengan mudah akan menemukan konten-konten sindiran yang ditujuan kepada pihak lain dengan terang-terangan.
Baru-baru ini justru hal tersebut dijadikan salah satu cara untuk menambah follower akun media sosial, juga untuk mendapatkan simpati dengan menjatuhkan pihak lain. Contoh lain postingan yang adapat merugikan orang lain adalah mengunggah kabar berita, isu, yang belum jelas kebenarannya.
4) Tidak Melanggar Hukum
Kebebasan dalam berekspresi di media sosial tentu harus mempertimbangkan agar pengguna media sosial tidak melanggar UU No.11 tahun 2018 tentang ITE. UU ini dapat dijadikan dasar untuk menjerat pengguna media sosial yang melakukan pencemaran nama baik, penghinaan, dan ujaran kebencian. Dalam agama tentu juga melarang halhal buruk seperti menghina atau mengolok-olok, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 11 yang menjelaskan larangan kaum satu mengejek/mengolok-olok kaum lainnya, karena bisa jadi yang diejek/diolok-olok itu lebih baik darinya. Dan menjelaskan pula larangan untuk memanggil orang lain dengan panggilan yang buruk. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya :
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak mengecewakannya membiarkannya menderita) dan tidak merusaknya (kehormatan dan nama baiknya).”
Tidak menutup kemungkinan di masa depan, perusahaan dan instansi penerima kerja akan menelusuri akun media sosial pelamar untuk mengetahui kepribadian, latar belakang, dan riwayat postingan yang pernah diunggah sebagai pertimbangan dalam meloloskan pelamar kerja. Maka dari itu, bijaklah dalam menggunakan media sosial.
b. Ketentuan Chatting di Media Sosial Dilihat dari Sudut Pandang Ajaran Islam
Chatting atau obrolan di media sosial adalah hal yang lumrah terjadi, sebagai bentuk kolaborasi, interaksi, dan relasi antar pengguan media sosial. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan chatting di media sosial, akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Memberi komentar dan chatting dengan santun
Dalam hal bermedia sosial, Memberikan like atau komentar adalah salah satu aktivitas yang dilakukan untuk merespon konten atau status yang diunggah. Pemberian komentar ini sangat beraneka ragam. Memberi like atau respon positif di akun sosial media merupakan bagian dari memberi hadian yang dianjurkan oleh Nabi SAW;
“Hendaknya kamu saling memberi hadiah, sesungguhnya pemberian hadiah itu dapat melenyapkan kedengkian.” (H.R. Tirmidzi dan Ahmad)
Memberikan komentar yang santun atau berkata yang baik-baik di media sosial sangatlah penting. Dalam sebuah hadits dijelaskan;
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata baik atau diam”.
Dalam chatting, seorang mu‟min harus memiliki sifat Ar-Rouf . Ar-rouf artinya maha pengasih, penyantu, maha berbelas kasih.
Sifat rouf juga dapat diartikan sebagai peka, yaitu mudah merasa. Sehingga apapun yang dilakukan dan dibicarakan dalam
chatting atau komentar tidak membebani dan menyakiti orang lain. Maka, ketika komentar atau chat sesuatu, akan memikirkan pengguna media sosial lain yang akan membaca komentar atau chat tersebut. Orang yang peka akan mempertimbangkan komentar atau chat tersebut menjadikan orang lain tersinggung, sedih atau tidak.
2) Tidak menggunjing orang lain
Pengguna media sosial hendaknya menggunakannya sebagai alat untuk menambah manfaat dan kebaikan. Bukan malah untuk menambah kemaksiatan.
Dari Abu Said al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda: “Ghibah itu lebih besar dosanya daripada zina.” Ditanya kepada beliau:
“bagaimana bisa begitu?” beliau menjawab: “kalau seseorang berzina kemudian bertaubat, Allah mengampuninya. Akan tetapi orang yang menggunjing itu tidak akan diampuni sampai diamaafkan oleh orang yang digunjing” (H.R. Ath-Thabrani).
Dari hadits tersebut, sangat jelas disebutkan bahwa ghibah itu lebih besar dosanya daripada zina. Padahal kita tahu bahwasanya zina masuk dalam kategori dosa besar yang sering disandingkan dengan syirik, durhaka kepada orang tua, dan membunuh. Hal ini disebabkan karna zina merupakan dosa yang berkaitan langsung dengan Allah, sedangkan ghibah dosanya berkaitan dengan Allah dan orang yang digunjing. Karena itu, meminta maafnya melibatkan keduanya. Sedangkan Allah tidak akan memberikan maaf secara penuh sebelum orang tersebut meminta maaf kepada orang yang digunjingnya.
3) Tidak chatting berlebihan dengan lawan jenis yang bukan mahram
Kemudahan berkomunikasi melalui media sosial, sekaligus membuka peluang yang sangat luas bagi lawan jenis yang bukan mahram untuk berinteraksi melalui chatting. Dalam hal berkomunikasi, Agama melarang melembutkan suara serta berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahram. Karena dapat menimbulkan fitnah dan membangkitkan keinginan buruk bagi orang yang di dalam hatinya ada penyakit. Termasuk melembutkan suara dalam konteks media sosial adalah menuliskan kata-kata dalam obrolan atau komentar. Disadari atau tidak penulisan kata kata dan penggunaan emoticon yang tidak bijak dapat menimbulkan fitnah dan respon yang salah dari lawan bicaranya. Melalui kata-kata yang dituliskan, seseorang dapat merasakan hubungan atau perasaan yang istimewa sehingga muncul keinginan yang tidak baik. Sebagaimana Allah tegaskan dalam Q.S.
Al-Ahzab ayat 32 bahwasanya Allah melarang untuk melembutkan suara sehingga orang yang dalam hatinya memiliki penyakit (orang yang memiliki keinginan berbuat zina), akan timbul keinginan yang buruk. Kata Allah “Ucapkanlah perkataan yang baik”.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim;
“Dari Nawwas bin Sam’an, Rasulullah SAW bersabda: “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa mengaggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui manusia”
Serta hadits hasan yang driwayatkan oleh al-Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad-Darimi;
Dan dari Wabisah bin Ma’bad dia berkata: “Saya mendatangi Rasulullah SAW, lalu beliau bersabda: “Engkau datang untuk menanyakan kebaikan?”, saya menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Mintalah pendapat dari hatimu. Kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati..tenang karenanya, dan dosa..adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya”.
4) Tidak membicarakan aib saudaranya yang lain
Banyak dijumpai di media sosial manapun, baik itu whatsapp, facebook, instagram, tik tok, twitter, pengguna media tersebut dengan santainya membicarakan aib saudaranya baik itu secara terbuka di group-group sosial media maupun secara pribadi.
Contoh sederhananya; tidak jarang anggota group whatsapp tertentu, membicarakan aib orang lain yang tidak bergabung dalam group tersebut.
Suatu ketika sahabat bertanya kepada Rasulullah: “Apa itu ghibah?”, Rasulpun menjawab: “Engkau menyebutkan suatu hal yang tidak disenangi oleh orang yang bersangkutan.” Sahabat bertanya lagi: “Bagaimana jika hal itu memang benar?” Rasul menjelaskan: “Jika yang engkau katakan tidak benar, berarti engkau telah berbohong.” (H.R. Malik)
Jelas disebutkan bahwasanya ghibah adalah ketika kita membicarakan hal yang membuat orang yang bersangkutan itu tidak suka. Meskipun itu benar. Rasullullah juga mnyampaikan dalam khutbahnya. “Siapa yang menggunjing seorang muslim, maka puasa dan wudhunya batal. Kalau mati dalam keadaan demikian, maka dia laksana orang yang neghalalkan apa yang Allah haramkan”.
c. Ketentuan Sharing di Media Sosial Dilihat dari Sudut Pandang Ajaran Islam
Aktivitas yang tak kalah penting dari posting dan chatting, yaitu sharing. Banyak dijumpai pengguna media sosial, sharing berbagai informasi yang kebenarannya masih di ragukan atau bahkan berita palsu karna ketidaktahuan pengguna media sosial tersebut.
Bagaimana seharusnya etika sharing yang bijak sesuai dengan ajaran Islam, akan dijelaskan beberapa ketentuan pokok di bawah ini.
1) Membagikan informasi yang benar
Pengguna media sosial hendaknya membagikan informasi yang benar, tidak ada unsur rekayasa, tidak ada maksud penipuan atau merugikan pengguna lain. Informasi dapat dengan cepat tersebar luas hanya dengan sekali “klik‟. Maka dari itu, sebelum share berita atau informasi tertentu, cermati dan teliti terlebih dahulu. Apakah judulnya mengangandung unsur provokatif atau tidak. Kemudian cek sumber berita tersebut, apakah sumber tersebut dari situs atau orang yang dapat dipercaya atau tidak.
Setelah itu, dapat dicermati apakah berita atau informasi tersebut merupakan fakta atau sekedar opini. Kemudian dari foro atau video yang ada juga dapat dicermati dan ditelusuri, apakah foto atau video tersebut asli atau hasil dari editing. Namun masalahnya terkadang orang yang dikenal sebagai orang baik dikalanaagn masyarakat, justru membagikan informasi yang tidak diketahui kebenaranya. Hasilnya, penerima informasi akan percaya dengan mudah berita tersebut, karna dibagikan oleh orang yang dikenal baik di masyarakat. Maka dari itu, hendaklah sebelum membagikan informasi apapun, dapat dicek dan dicermati lebih dahulu. Jangan sampai pengguna media sosial yang tidak tahu menahu mengenai informasi tersebut, menjadi bagian dari orang yang menyebarkan berita dusta. Dalam Q.S Al-Hajj ayat 30 dengan jelas Allah memerintahkan untuk menjauhi perkataan dusta. Pada ayat lain yaitu Q.S. Al-An’am ayat ke-112, Allah menjadikan manusia yang gemar berdusta dan menyebarkan berita palsu sebagai musuh para Nabi.
2) Membagikan informasi yang bermanfaat
Membagikan suatu informasi yang bermanfaat bagi pengguna Sosial Media lainnya adalah hal yang baik untuk dilakukan.
Misalnya; membagikan informasi tentang lowongan pekerjaan, bisnis, pendidikan, dakwah, pesan syukur, pesan damai, hiburan, dan lainnya. Media sosial di satu sisi akan menciptakan ladang pahala dan disisi lain akan melahirkan bencana. Maka dari itu, pengguna media sosial perlu memilih dan memilah apa saja informasi/konten/postingan yang perlu dibagian kepada orang lain.
Sebagaimana dalam hadits yang menyatakan bahwa;
“Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, ketika dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya”. (H.R.Tirmizi) Dari hadits tersebut, dapat kita ambil pelajaran bahwasanya sifat muslim yang baik adalah melakukan hal yang berguna, bermanfaat serta menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak berguna dan sia sia. Akhlak manusia terhadap lainnya
4. Akhlak terhadap Lainnya
a. Memelihara dan Melindungi Hewan
Salah satu hadis yang menganjurkan berbuat baik dengan memelihara dan melindungi binatang dengan cara:
1) Memberikan makanannya
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang menunggangi dan meminum (susunya) wajib memberinya makanan”. (H.R. Bukhari)
2) Menolongnya
Dari Abu Hurairah, berkata; Rasulullah SAW bersabda : “Suatu ketika seorang laki-laki tengah berjalan di suatu jalanan, tiba-tiba terasa olehnya kehausan yang amat sangat, maka turunlah ia ke dalam suatu sumur lalu minum. Sesudah itu ia keluar dari sumur tiba-tiba ia melihat seekor anjing yang dalam keadaan haus pula sedang menjilat tanah, ketika itu orang tersebut berkata kepada dirinya, demi Allah, anjing ini telah menderita seperti apa yang ia alami. Kemudian ia pun turun ke dalam sumur kemudian mengisikan air ke dalam sepatunya, sepatu itu digigitnya. Setelah ia naik ke atas, ia pun segera memberi minum kepada anjing yang tengah dalam kehausan itu. Lantaran demikian, Tuhan mensyukuri dan mengampuni dosanya. Setelah Nabi SAW, menjelaskan hal ini, para sahabat bertanya: “ya Rasulullah, apakah kami memperoleh pahala dalam memberikan makanan dan minuman kepada hewan-hewan kami ?”. Nabi menjawab : “tiap-tiap manfaat yang diberikan kepada hewan hidup, Tuhan memberi pahala”. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas memberikan ketegasan betapa Islam sangat peduli akan keselamatan dan perlindungan hewan. Bahkan disebutkan, bahwa bagi yang menolong hewan sekaligus memperoleh tiga imbalan, yaitu : (1) Allah berterima kasih kepadanya;
(2) Allah mengampuni dosa-dosanya; dan (3) Allah memberikan imbalan pahala kepadanya Di samping sebagai Pencipta, Allah adalah penguasa terhadap seluruh makhluk-Nya, termasuk binatang. Dialah yang memberi rezeki, dan Dia mengetahui tempat berdiam dan tempat penyimpanan makanannya.
b. Penanaman Pohon dan Penghijauan
Salah satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam adalah perhatian akan penghijauan dengan cara menanam dan bertani. Nabi Muhammad SAW menggolongkan orang-orang yang menanam pohon sebagai shadaqah. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam dalam hadits Rasulullah SAW;
ِّاللَ ُلىُسَر َلاَق َناَك ّلَِّإ ٌةَميِهَب ْوَأ ٌناَسْوِإ ْوَأ ٌرْيَط ُهْىِم ُلُكْأَيَف اًعْرَز ُعَرْسَي ْوَأ اًسْرَغ ُشِرْغَي ٍمِلْسُم ْهِم اَم
ٌةَقَدَص ِهِب ُهَل
Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan tanaman itu adalah sadaqah”. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)
c. Menghidupkan Lahan Mati
Menghidupkan lahan mati adalah ungkapan dalam khazanah keilmuan yang diambil dari pernyataan Nabi SAW, dalam bagian matanhadis, yakni ُهَل ًَِهَف ًةَتٌَِّم اًض ْرَأ اٌَ ْحَأ ْنَم (Barang siapa yang menghidupkan tanah (lahan) mati maka ia menjadi miliknya).
Dalam hadis ini Nabi SAW, menegaskan bahwa status kepemilikan bagi tanah yang kosong adalah bagi mereka yang menghidupkannya, sebagai motivasi dan anjuran bagi mereka yang menghidupkannya. Menghidupkan lahan mati, usaha ini dikategorikan sebagai suatu keutamaan yang dianjurkan Islam, serta dijanjikan bagi yang mengupayakannya pahala yang amat besar, karena usaha ini adalah dikategorikan sebagai usaha pengembangan pertanian dan menambah sumber-sumber produksi. Sedangkan bagi siapa saja yang berusaha untuk merusak usaha seperti ini dengan cara menebang pohon akan dicelupkan kepalanya ke dalam neraka. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW sebagaimana dalam bagian matan hadis, yakni ; ِراَّنلا ًِف ُهَسْأَر ُ َّالله َب َّوَص ًةَرْدِس َعَطَق ْنَم (Barang siapa yang menebang pepohonan, maka Allah akan mencelupkannya ke dalam neraka).
Maksud hadis di atas, dijelaskan kemudian oleh Abu Daud setelah meriwayatkan hadis tersebut, yaitu kepada orang yang memotong pepohonan secara sia-sia sepanjang jalan, tempat para musafir dan hewan berteduh. Ancaman keras tersebut secara eksplisit merupakan ikhtiar untuk menjaga kelestarian pohon, karena keberadaan pepohonan tersebut banyak memberi manfaat bagi lingkungan sekitar. Kecuali, jika penebangan itu dilakukan dengan pertimbangan cermat atau menanam pepohonan baru dan menyiram-nya agar bisa menggantikan fungsi pohon yang ditebang itu.
d. Menghindari Kerusakan dan Menjaga Keseimbangan Alam
Salah satu tuntunan terpenting Islam dalam hubungannya dengan lingkungan, ialah bagaimana menjaga keseimbangan alam/lingkungan dan habitat yang ada tanpa merusaknya. Karena tidak diragukan lagi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu di alam ini dengan perhitungan tertentu. Seperti dalam firman-Nya dalam Q.S. Al-Mulk:3;
ٍتا َوَمَس َعْبَس َقَل َخ يِذَّلا ٍروُطُف ْنِم ىَرَت ْلَه َرَصَبْلا ِعِجْراَف ٍت ُواَفَت ْنِم ِنَمْحَّرلا ِقْلَخ ًِف ىَرَت اَم اًقاَب ِط
“Allah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang. Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang”.
Inilah prinsip yang senantiasa diharapkan dari manusia, yakni sikap adil dan moderat dalam konteks keseimbangan lingkungan, tidak hiperbolis atau pun meremehkan, sebab ketika manusia sudah bersikap hiperbolis atau meremehkan, ia cenderung menyimpang, lalai serta merusak. Hiperbolis di sini maksudnya adalah berlebih-lebihan dan melewati batas kewajaran. Sementara meremehkan maksudnya ialah lalai serta mengecilkan makna yang ada. Keduanya merupakan sikap yang tercela, sedangkan sikap adil dan moderat adalah sikap terpuji.
UJI KOMPETENSI
1. Seorang mu’min harus memiliki prilaku terpuji sebagai cerminan berakhlak kepada Allah SWT. Di bawah ini merupakan sikap terpuji yang dimiliki seorang mu’min…
a. Berkeluh kesah ketika mendapat kesulitan b. Berputus asa saat tertimpah musibah
c. Berprasangka tidak baik tatkala kehilangan sesuatu yang berharga d. Senantiasa optimis dalam meraih cita-cita
e. Bekerja tanpa pamrih karena dilihat orang
2. Seorang siswa selalu rajin dan giat belajar demi ingin meraih cita-citanya. Ia selalu optimis dan berpandangan kedepan dengan berorientasi pada nilai-nilai ajaran agama Islam. Ketika kegagalan menghampirinya, ia selalu sabar, tawakkal, dan senantiasa belajar keras diiringi do’a agar kiranya keberhasilan dapat diwujudkan di masa yang akan datang. Sikap siswa di atas merupakan ciri-ciri berakhlak kepada….
a. Allah SWT b. Rasul-Nya c. Orangtua d. Sesama e. Lingkungan
3. Sebagai seorang siswa, kita harus senantiasa berprilaku hormat, menghargai, sopan, dan santun terhadap sesama manusia. Tanpa melihat dari latar belakang tertentu, baik suku, agama, ras dan etnisnya. Saat temanmu mengajakmu berdiskusi tetapi ia selalu berpijak pada nilai-nilai ajaran agamanya, bagaimana sikapmu sebagai seorang muslim…
a. Mentolerirnya, karena itu adalah haknya berpendapat
b. Berdebat dan saling adu kebenaran terhadap nilai ajaran yang kamu anut
c. Mengacuhkannya tanpa memberi respon positif, karena itu sudah menyangkut ranah keyakinan d. Mengarahkannya agar ia ikut mematuhi norma-norma ajaran mayoritas
e. Menyanjungnya sembari mencela setiap pendapat yang diutarakannya
4. Kebaktian terhadap orangtua merupakan prioritas pertama yang harus dilaksanakan oleh seorang anak, karena cermin kebaktian tersebut merupakan wujud keridhaan Allah SWT. Sebagai anak yang berbakti terhadap orangtua, seharusnya mematuhinya dalam segala hal, kecuali perintah tersebut bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Dalam hal ini, posisi kebaktian terhadap orangtua sejajar dengan….
a. Kebaktian terhadap Alllah SWT b. Kebaktian terhadap rasul-Nya c. Kebaktian terhadap guru d. Kebaktian terhadap sesama e. Kebaktian terhadap lingkungan
5. Islam tidak melarang seseorang bergaul dengan siapapun, sepanjang teman bergaulnya tidak memberi dampak negatif terhadap mental dan prilaku orang tersebut. Allah telah memberi rambu-rambu khusus terhadap orang beriman, diantaranya; jangan coba-coba mendekati zina, minuman keras, dan perbuatan keji dan munkar lainnya. Sebagai mu’min, sikap terbaik yang harus dibangun untuk menghadapi kemungkinan hal-hal buruk tersebut akan menimpanya adalah….
a. Konsisten memegang teguh norma-norma agama
b. Bersikap kritis dengan tetap menolak segala dampak negatif yang ditimbulkannya c. Selektif dalam memilih dan memilah teman bergaul
d. Beradaptasi sekaligus mengambil peran amar ma’ruf nahi munkar untuk menciptakan kehidupan yang harmonis e. Semua jawaban benar
6. Berselancar di dunia maya melalui gadget merupakan gaya hidup orang masa kini. Tetapi kebanyakan orang tidak bisa mempertimbangkan sisi-sisi buruk yang timbul yang diakibatkannya karena kurang self control. Sebagai siswa sikap apa yang harus dimiliki agar kalian tetap di zona aman saat bermedia sosial….
a. Cross check b. Tabayyun
c. Selektif memilih berita
d. Mengambil sumber terpercaya dari internet e. Meneliti kebenarannya terlebih dahulu
7. Tik tok merupakan salah satu fasilitas sosial media yang akhir-akhir ini banyak digandrungi banyak orang. Sisi positifnya tetap ada, namun aplikasi tersebut dapat pula memberikan dampak negatif bagi para pengguna dan penikmatnya. Hal itu disebabkan oleh…
a. Para penggunanya selalu live saat launching b. Sebagian kontennya bermuatan sensual c. Media lapak berbisnis
d. Sarana hiburan
e. Penggemarnya banyak
8. Salah satu etika dalam bermdia sosial adalah, kecuali…
a. Mematuhi UU ITE
b. Tidak memposing yang menyebabkan kegaduhan publik c. Bijak dalam memposting dan memberikan komentar d. Tidak ikut andil menshare informasi hoaks
e. Chatting dengan lawan jenis tanpa menghiraukan norma agama
9. Jika kita memperoleh suatu berita di berbagai aplikasi media sosial, namun keabsahannya masih meragukan. Sikap kita sebagai mu’min adalah…
a. Langsung membagikannya
b. Memberikan tanggapan dan komentar yang berisi permintaan klarifikasi c. Menghapusnya
d. Tabayyun (menyelidiki) kebenarannya terlebih dahulu e. Mengabaikannya
10. Kegaduhan publik di ruang maya tidak kalah besar dampaknya bila dibandingkan di dunia nyata. Hal tersebut bisa jadi karena…
a. Terlanjur viral
b. Kontennya bermuatan SARA c. Kontroversial
d. Isinya tidak faktual e. Sumbernya tidak akurat
Essay Test
1. Sebutkan 3 contoh prilaku terpuji yang mencerminkan berakhlak kepada Allah SWT!
2. Sebutkan 3 sikap terbaik sebagai siswa terhadap orangtua, guru, pegawai, teman sebaya, dan lingkungan!
3. Jelaskan perbedaan antara akhlak, adab dan moral!
4. Sebutkan 3 etika dalam bermedia sosial di dunia maya!
5. Berita hoaks merupakan sumber kekacauan yang dapat memecah belah keutuhan bangsa. Sebagai warganet, apa sikap terbaik yang harus kamu lakukan jika mendapat informasi yang kebenarannya belum tentu valid?