• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Analogi Menurut Para Ahli

N/A
N/A
Andrian Syah

Academic year: 2025

Membagikan "Pengertian Analogi Menurut Para Ahli"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALOGI

KELOMPOK 9

ANDRIANSYAH (182121287) ANNISA AULIA (182123284) FEBBY NURSYAHADAH (182123290)

PEMBAHASAN

PENGERTIAN ANALOGI MENURUT PARA AHLI

Analogi atau persesuaian adalah perbandingan antara dua hal atau lebih yang mempunyai suatu persamaan atau segi perbedaan. Dalam hal pengertian, maka yang dimaksud dengan analogi adalah persesuaian antara dua macam pengertian atau lebih, selain mempunyai segi persamaan juga mempunyai segi perbedaan. Analogi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan terhadap gejolak khusus dengan membandingkan atau mengumpamakan suatu objek yang sudah teridentifikasi secara jelas terhadap objek yang dianalogikan sampai dengan kesimpulan yang berlaku umum.

Berikut ini terdapat beberapa pengertian analogi menurut para ahli, terdiri atas;

a) Menurut Kamisa, di dalam kamus besar bahasa Indonesia, analogi adalah persesuaian antara kedua benda yang berlainan jenis.

b) Pendapat dari Louis O. Kattsef, analogi merupakan berusaha untuk mencapai kesimpulan dengan menggantikan dengan apa yang kita coba untuk membuktikan dengan sesuatu yang serupa dengan hal tersebut, namun yang lebih dikenal,dan kemudian menyimpulkan kembali apa yang mengawali penalaran kita.

c) Menurut Mundiri, analogi adalah proses dari fenomena menuju fenomena yang lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi pada fenomena yang lain

d) Syarkawi dhofir, mengemukakan bahwa analogi merupakan proses berfikir untuk menyimpulkan sesuatu ber dasarkan kesamaannya dengan sesuatu yang lain.

(2)

e) Sedangkan menurut Poespoprodjo, analogi adalah suatu perbandingan yang dipakai untuk mencoba membuat suatu idea yang dapat dipercaya guna membuat suatu konsep yang sulit menjadi mudah dan jelas.1

Dalam membuat sebuah perbandingan, orang mencari persamaan dan perbedaan di antara hal-hal yang diperbandingkan. Jika dalam perbandingan itu orang hanya memperhatikan persamaannya saja tanpa melihat perbedaannya, maka timbulah analogi, persamaan di antara dua hal yang berbeda.

Pada proses analogi ini tentunya melibatkan sebuah pengalaman, berangkat dari suatu fenomena yang sudah kita ketahui menuju fenomena serupa dalam hal-hal yang pokok.

Dalam hal ini tidak menutup kemungkinan akan terjadinya kekeliruan besar. Bisa saja karena tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita untuk menunjukkan kekeliruannya.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui analogi secara benar agar tidak terjadi kekeliruan dalam membuat analogi. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menemukan permasalahan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.

Permasalahan ini akibat dari logika bahasa yang sering kali salah. Akibatnya pesan komunikasi tidak tersampaikan bahkan bisa berakibat fatal. Misperseptions.

Pertanyaannya kemudian adalah, bagiamanakah kita berinteraksi yang baik dan benar?

Tentunya kita sebagai mahkluk yang berfikir, bisa menggunakan potensi akal.

Diantaranya adalah menggunakan logika. Berangkat dari permasalahan diatas. analogi sebagai salah satu teknik dalam proses penalaran induktif. Sehingga analogi kadang- kadang disebut juga sebagai analogi induktif, yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain.

Persamaan hanya terdapat pada anggapan orang saja. Ini dalam kesusastraan disebut sebagai metafora. Oleh karena orang yakin bahwa sebetulnya memang hanya anggapan saja, kerap kali dipakai kata seakan-akan atau seolah-olah. Pada yang demikian ini bukanlah analogi sebenarnya, hanya seolah-seolah.

Salah satu bentuk perkembangan bahasa indonesia adalah berupa penyerapan kata kedalam bahasa indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa asing pemberi pengaruh.

1Yusup Rohmadi, Waryunah Ir,Await, Dasar-Dasar Logika, Diterbitkan Oleh: Efudepress, Cetakan I, Oktober 2020, H 26-27

(3)

Penyerapan kata- kata asing ke dalam bahasa Indonesia ini melahirkan permasalahan- permasalahan  kebahasaan yang dapat disoroti dari perspektif analogi.

Analogi merupakan cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama segi atau fungsi. Analogi merupakan cara bernalar dengan melihat dan mempertimbangkan dua hal yang memiliki sifat sama. Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan dapat pula dalam bidang yang lain.

Kesimpulan merupakan bagian terakhir atau penutup dari isi karangan.

Kesimpulan itu merupakan sari dari pokok-pokok yang telah diuraikan secara panjang lebar dalam bab-bab terdahulu. Kesimpulan harus dirumuskan dengan tegas sebagai suatu pendapat pengaranag atau penulis terhadap masalah yang telah diuraikan. Bernalar secara analogi dapat mempermudah seseorang untuk menentukan suatu kesimpulan yang benar dengan membandingkan dua hal yang sama. Pada kenyataannya banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam bernalar, khususnya bernalar secara analogi. Siswa mengalami kesulitan untuk membandingkan dua hal yang sama, karena penalaran secara analogi memiliki peluang untuk salah apabila kita beranggapan bahwa persamaan suatu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi-segi yang lain.2

Alexander, White dan Daugherty (dalam Chiu dan Torn, 2004) mengemukakan bahwa proses penalaran berkorespondensi sangat dekat dengan proses penalaran analogi.

Alexander, dkk. (dalam Chiu dan Torn, 2004) membuktikan bahwa terdapat sebuah hubungan yang kuat antara kemampuan penalaran analogi seseorang dengan kemampuan matematisnya. Jika dilihat dari beberapa penelitian yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kemampuan penalaran analogi dengan kemampuan matematis seseorang, dapat disimpulkan bahwa peran penalaran analogi dalam pembelajaran sangatlah penting karena permasalahan permasalahan yang melibatkan penalaran analogi dapat digunakan sebagai salah satu sarana peningkatan kemampuan.

Menurut English, mengklasifikasikan analogi menjadi 3 jenis analogi, yaitu analogi klasik, permasalahan analogi dan analogi pedagogik. Menurut Goswami, perkembangan kemampuan penalaran analogi seseorang dapat diketahui dengan menggunakan soal-soal analogi, salah satunya adalah dengan menggunakan permasalahan analogi. Selanjutnya menurut Goswami, permasalahan analogi dapat digunakan untuk melihat kemampuan pemecahan masalah penalaran analogi.3

2Deminar Nababan, Kemampuan Bernalar Secara Analogi Dalam Wacana Oleh Siswa (Studi Kasus Smk Swasta Parulian-3 Medan), Media Jurnal Ilmiah Pendidikan, 11 (1) (2020), H 12

3Retno Kusuma Ningrum, Abdul Haris Rosyidi, Profil Penalaran Permasalahan Analogi Siswa Sekolah Menengah Pertama Ditinjuau Dari Perbedaan Gender, Jurusan Matematika, Fmipa, Unesa, 2019, H 3

(4)

TIPE ANALOGI

Pada umumnya, masalah analogi banyak membicarakan berkaitan dengan masalah analogi kalsik (analogi proposional) dan permasalahan analogi yang memiliki kesamaan penyelesaian secara prosedural. Analogi klasik banyak menggunakan instrumen yang berkaitan masalah verbal dan geometri. Permasalah analogi lebih mengarah menggunakan instrumen yang berkaitan dengan materi aljabar.

Pmmbagian 7 tipe penalaran analogi dalam geometri yaitu;

1) Analogi untuk memahami dan menetapkan konsep geometri.

2) Konsep analogi.

3) Teorema dan sifat analogi.

4) Menggunakan penalaran analogi dalam masalah geometris.

5) Memecahkan masalah geometri melalui analogi dengan teorema dasar.

6) Memecahkan masalah geometri melalui analogi dengan metode umum, dan 7) Hasil secara matematika dirumuskan dengan memperhatikan analogi.

Komponen penalaran analogi tidak seluruhnya digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah yang analogi. Komponen penalaran analogi akan digunakan tergantung instrumen atau masalah yang sedang dihadapi. Dalam penelitian, Sternberg menggunakan 3 instrumen atau masalah yang berbeda dalam menentukan tiga posisi teori dalam penalaran analogi.

Setiap instrumen yang digunakan menghasilkan satu posisi teori dalam penalaran analogi.

Ketiga instrumen tersebut, tidak semua komponen analogi dilakukan.

Pada posisi teori pertama, instrumen yang digunakan menggunakan semua komponen penalaran analogi. Posis teori kedua, instrumen yang digunakan menggunakan komponen penalaran analogi kecuali proses penerapan tidak dilakukan. Sedangkan posisi teori ketiga, instrumen yang digunakan menggunakan komponen penalaran analogi kecuali pada proses pemetaan tidak dilakukan. Instrumen yang digunakan Sternberg dalam menemukan posisi teori dalam penalaran analogi.

Sternberg menggunakan masalah yang terkait dengan analogi klasik. Instrumen dengan menggunakan permasalahan analogi yang gunakan, berdasarkan posisi teori menurut sesuai dengan posisi teori pertama. Artinya penyelesaian masalah target menggunakan komponen penalaran analogi. Sedangkan posisi teori kedua dan posisi teori ketiga belum ada yang menggunakan instrumen berkaitan dengan permasalahan analogi. 4

4Kristayulita, Abdur Rahman As’ari, Dkk, Masalah Analogi: Kajian Teoritik Skema Penalaran Analogi, Prosiding Si Manis (Seminar Nasional Integrasi Matematika Dan Nilai Islami), Vol.1, No.1, Juli 2017,

(5)

CIRI-CIRI ANALOGI

Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri analogi, terdiri atas;

1. Tidak boleh persis sama (jelasnya).

2. Kejelasan dan penjelasan tentang (B) di contoh untuk menjelaskan dan menyelesaikan (A) ibaratan bukan perumpamaan, ibaratan adalah sebuah proses.

3. Proses merancang bukan hanya 1 (satu), salah satunya adalah ibaratan.

4. (B) sekaligus sebagai sumber ide, namun bukan hanya sumber ide tetapi juga menentukan macam proses untuk menggarap (A).

5. Ibaratan harus diciptakan oleh imajinasi atau intuisi.

6. Ibaratan sebagai proses penalaran mempunyai macam yang tidak terbatas jumlahnya. Setiap orang boleh dan bisa mencari atau membuta ibaratannya sendiri.5

ANALOGI YANG PINCANG

Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang populer, namun tidak semua penalaran analogi merupakan penalran induktif yang benar. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukkan kekeliruannya. Kekelruan ini terjadi karena membuat persamaan yang tidak tepat.

Kekeliruan pertama adalah kekeliruan pada analogi induktif contohnya adalah "saya heran mengapa orang takut berpergian dengan pesawat terbang karena sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit memakan korban. Bila demikian sebaiknya orang jangan tidur di tempat tidur karena hampir semua manusia menemui ajalnya di tempat tidur".

Disini pesawat terbang ditakuti karena sering menimbulkan petaka yang menyebabkan maut. Sedangkan orang tidak takut tidur ditempat tidur karena jarang sekali atau boleh dikatakan tidak pernah ada orang menemui ajalnya karena kecelakaam

H 379- 380

5Ibid., Yusup Rohmadi, Waryunah Ir,Await, H 27-28

(6)

tempat tidur. Orang meninggal di tempat tidur bukan di sebabkan kecelakaan tempat tidur tetapi karena penyakit yang diidapnya.

Jadi disini orang menyamakan dua hal yang berbeda.

Antara kita dan binatang mempunyai persamaan yang sangat dekat. Binatang bernafas, kita juga bernafas, binatang merasa kita juga merasa, binatang kawin kita juga kawin, binatang tidur dan istirahat kita juga tidur dan istirahat. Jadi keseluruhan binatang adalah sama dengan kita. Disini si pembicara hendak menyimpulkan bahwa manusia adalah sama dengan binatang dengan mempertimbangkan persamaan-persamaan yang ada pada keduanya, padahal yang dikemukakan bukanlah masalah yang pokok.

"Kita seharusnya menjauhkan diri dari kebodohan. Karena semakin banyak belajar semakin banyak hal yang tidak diketahui, jadi semakin banyak kita belajar maka semakin bodoh. Karena itu sebaiknya kita tidak usah belajar." Kebodohan hanya dapat dihindari dengan belajar. Meskipun dengan belajar kita menjadi tahu ketidaktahuan kita tetapi toh kita akan mengetahui banyak hal. Tanpa belajar kita tidak akan mengetahui banyak hal dan dengan belajar kita mengetahui beberapa hal. Kesalahan si pembaca disini karena menyamakan arti "kebodohan" yang harus kita tinggalkan dan "kebodohan" sebagai sesuatu yang tidak bisa kita hindari.

Kekeliruan kedua adalah kekeliruan analogi deklaratif, misalnya : "Negara kita sudah sangat banyak berutang. Dengan pembangunan lima tahun kita harus menumpuk utang terus- menerus dari tahun ke tahun. Pembangunan lima tahun ini memaksa rakyat dan bangsa indonesia seperti naik perahu yang sarat yang semakin tahun semakin sarat (dengan utang) dan akhirnya tenggelam. Saudara-saudara, kita tidak ingin tenggelam dan mati bukan?

Karena itu kita lebih baik kita tidak naik kapal sarat itu. Kita tidak perlu tidak melaksanakan pembangunan lima tahun. Disini

(7)

seseorang tidak setuju dengan pembangunan lima tahun yang sedang melaksanakan analogi yang pincang. Memang negara kita memerlukan pinjaman untuk membangun. Pinjaman itu digunakan seproduktif mungkin sehingga dapat meningkatkan devisa negara.

Dengan demikian penghasilan perkepala akan meningkat dibandingkan sebelumnya, demikian seterusnya dari tahun ke tahun sehingga peningkatan kesejahteraan rakyat akan tercapai.

Pembicara disini hanya menekankan segi utangnya saja, tidak memperhitungkan segi-segi positif dari kebijaksanaan menempuh pinjaman.

"Khutbah itu tidak perlu kita terjemahkan dalam bahasa kita, biarlah dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa arab. Bila kita terjemahkan dalam bahasa kita tidak bagus lagi sebagaimana kopi susu yang tercampur terasi. Kopi susu sendiri sudah lezat dan bila kita campur dengan terasi tidak bisa diminum bukan? Karena itulah saya tidak pernah berkhutbah dengan terjemahan karena saya tahu saudara semua tidak ingin minum kopi susu campur dengan terasi".

Disini pembicara yang dikritik khutbahnya karena selalu menggunakan bahasa Arab membuat pembelaan bahwa khutbah dengan terjemahan adalah sebagaimana kopi susu dicampur dengan terasi. Sekilas pembelaan ini seperti benar, tetapi bila kita amati mengandung kekeliruan yang serius. Analogi yang dibuatnya timpang karena hanya memepertimbangkan kedudukan bahasa arab dan bahasa terjemahan.

Padahal ada yang lebih penting dari sekedar itu yang harus diperhatikan yaitu : pemahaman pendengar. Apakah dengan dengan bahasa Arab tujuan khutbah menyampaikan bisa dimengerti oleh sebagian pendengar? Alasan pembicara diatas dapat dibantah dengan analogi yang tidak pincang, misalnya:

berkhutbah dengan bahasa Arab yang tidak dimengerti oleh para pendengarnya sama dengan memberi kalung emas pada seekor ayam. Bukankah ayam lebih suka diberi beras daripada diberi

(8)

kalung. Ayam akan memilih beras sebagaimana pendengar tentu akan memilih khutbah dengan bahasa yang dimengertinya.

Sebuah analogi yang pincang dapat pula diketahui dalam pernyataan berikut: "orang yang sedang belajar itu tidak ada ubahnya seorang yang mengayuh biduk ke pantai. Semakin ringan muatan yang ada dalam biduk semakin cepat ia akan sampai ke pantai. Diperlakukannya SPP itu tidak ubahnya memberikan muatan pada biduk yang sedang dikayuh, jadi memperlambat jalan biduk menunu ke pantai. Agar tujuan orang yang belajar lekas sampai maka seharusnya kewajiban membayar SPP dihapus.

Analogi ini pincang karena hanya memperhatikan beban yang harus dibayar oleh setiap belajar, tidak memperhitungkan memperhitungkan manfaat kewajiban membayar SPP secara keseluruhan. Analogi pincang model kedua ini amat banyak digunakan dalam perdebatan mapun dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat lawan maupun mempertahankan kepentingan sendiri. Karena sifatnya seperti benar analagi ini sangat efektif pengaruhnya terhadap pendengar. 6

MACAM-MACAM ANALOGI

Apabila macam-macamnya, maka analogi dapat dibedakan menjadi;

a. Analogi Pinjaman

Merupakan persesuaian antara dua macam pengertian atau lebih dimana pengertian yang satu merupakan akibat untuk menunjuk pengertian yang merupakan sebab. Misal, Gus Dur sebagai putera bangsa, “cerdas’’; Komputer keluaran terbaru itu, “canggih’’.

b. Analogi metafora

Adalah apabila salah satu pengertian, yaitu pengertian yang menjadi sebutan dari suatu pokok kalimat merupakan pengertian yang dalam kenyataannya tidak mungkin terjadi. Misal, “Taman indah di halaman kampus itu sedang menyambut kehadiran para mahasiswa dengan tersenyum manis’’.

6Amal Hayati, Raden Angga Permana, Dkk, Analogi, Prodi Ilmu Al-Quran Dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2019, H 3-4

(9)

c. Analogi struktural

Yaitu persesuaian antara dua pengertian atau lebih dalam strukturnya. Dua pengertian atau lebih disebut beranalogi struktur apabila dua pengertian atau lebih itu mempunyai persamaan atau perbedaan dalam strukturnya. Misal, “manusia hidup, binatang hidup, dan ikan pun hidup’’. Tiga pengertian “hidup’’ pada manusia, binatang, dan ikan adalah pengertian yang beranalogi struktur.

Alasannya bahwa meskipun manusia, binatang, dan ikan sama-sama hidup, namun kehidupan mereka tidak sama. Hal ini karena kedudukan manusia, binatang, dan ikan tidak sama secara struktur.

d. Analogi induktif

Adalah analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima

berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan. Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.

e. Analogi deklaratif

Merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.

Penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.7

BEBERAPA CONTOH ANALOGI

Ada Beberapa contoh dalam analogi, diantaranya;

1) Budi adalah anak yang penakut sikapnya ini membuatnya sering jadi bahan mainan teman-temannya. Bagai kerbau dicocok hidung ia selalu mengikuti apa kata orang lain. Sehingga ia tidak dapat berkembang dan selalu hanya bisa diam

7Ibid., Yusup Rohmadi, Waryunah Ir,Await, H 28-29

(10)

sama seperti kerbau yang hanya bisa diam ketika hidungnya dicocok untuk melakukan apa yang diinginkan tuannnya.

2) Belajar dengan menggunakan buku dan kertas seperti pedang yang berkepala dua. Jika menggunakan kertas terlalu banyak dapat menyebabkan hutan gundul dan pemanasan global terjadi. Tapi apabila tidak menggunakan kertas dapat menyebabkan orang tidak dapat belajar dengan baik apalagi yang memiliki tingkat ekonomi terbatas serba salah untuk mengambil keputusan seperti saat menggunakan pedang berkepala dua yang bisa menyerang 2 arah yang berlawanan.

3) Pertumbuhan tindak kejahatan korupsi di Indonesia terus bertumbuh pesat. Baru saja ada yang tertangkap sudah muncul banyak tersangka lain yang terus menghebohkan dunia perpolitikan Indonesia. Sama halnya seperti pepatah mati satu tumbuh seribu. Begitulah juga keadaan tindak korupsi di negara ini yang terus tumbuh pesat dan merugikan banyak orang.

4) Belajar matematika butuh ketelitian apalagi ketika mempelajari beberapa bab tertentu yang butuh tingkat ketelitian yang tinggi. Sama seperti kita mencari jarum di tumpukan jerami ialah hal yang susah namun bukanlah mustahil jika dilakukan dengan penuh semangat dan konsentrasi.

5) Ternyata monyet merawat anaknya mirip dengan cara manusia merawat anaknya. Mereka juga menyusui anaknya dan tentunya mereka juga selalu menggendong anaknya penuh belas kasih. Induk monyet juga sangat menjaga anaknya dari marabahaya sama seperti ibu kita yang juga selalu menjaga kita.8

DAFTAR PUSTAKA

Yusup Rohmadi, Waryunah Ir,Await, Dasar-Dasar Logika, Diterbitkan Oleh: Efudepress, Cetakan I, Oktober 2020.

Deminar Nababan, Kemampuan Bernalar Secara Analogi Dalam Wacana Oleh Siswa (Studi Kasus Smk Swasta Parulian-3 Medan), Media Jurnal Ilmiah Pendidikan, 11 (1) (2020).

8Ibid., Yusup Rohmadi, Waryunah Irmawati, H 29

(11)

Retno Kusuma Ningrum, Abdul Haris Rosyidi, Profil Penalaran Permasalahan Analogi Siswa Sekolah Menengah Pertama Ditinjuau Dari Perbedaan Gender, Jurusan Matematika, Fmipa, Unesa, 2019.

Kristayulita, Abdur Rahman As’ari, Dkk, Masalah Analogi: Kajian Teoritik Skema Penalaran Analogi, Prosiding Si Manis (Seminar Nasional Integrasi Matematika Dan Nilai Islami), Vol.1, No.1, Juli 2017.

Amal Hayati, Raden Angga Permana, Dkk, Analogi, Prodi Ilmu Al-Quran Dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2019.

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian hukum secara umum yang kami maksud tidak jauh berbeda dengan pengertian hukum menurut para ahli, namun merupakan definisi yang diberikan pada hukum positif agar para

Menurut Clement [4], setiap proses penalaran dalam masalah analogi melewati empat tahapan, yaitu:1) Generating the analogy , yaitu proses merepresentasikan kondisi

Pengertian Wirausaha menurut Dun Steinhoff dan John F Burgess, Wirausaha adalah orang yang menanggung resiko keuangan, material dan sumber

Dengan demikian, analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua atau lebih peristiwa khusus yang memiliki kemiripan satu dengan yang lainnya; pada

Selain analogi LOGIS, analogi kadang- kadang disebut juga analogi INDUKTIF, yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa

Dokumen ini membahas tentang pengertian pembangunan dan definisi pembangunan menurut para

Arti Manajemen Sumber Daya Manusia menurut beberapa

Dokumen tersebut membahas tentang Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) menurut beberapa ahli, yang merupakan perilaku karyawan yang sukarela dan mendukung efektivitas